LAPORAN KASUS :
INSOMNIA NON-ORGANIK (F51.0)
Oleh :
Pembimbing :
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat dan hidayah-
Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan hamba-Nya sehingga
penulis bisa menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul Insomnia Non Organik (F51.0).
Syukur Alhamdulillah ya Allah. Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa.
Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas laporan kasus ini. Namun berkat
bantuan saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing serta teman-teman sehingga tugas ini
dapat terselesaikan.
Penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih banyak kepada dr. Lanny
Pratiwi, Sp. KJ (K), selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun
dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan
tugas ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari yang diharapkan oleh
karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima kritik dan saran demi
perbaikan dan kesempurnaan tugas ini.
Semoga laporan kasus bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis secara khusus.
Penulis
I. IDENTITAS PASIEN
Nama :R
Jenis Kelamin : Perempuan Tempat/Tanggal lahir : Sungguminasa,
12 April 1969
Status Perkawinan : Sudah Menikah Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia Suku bangsa : Makassar
Pendidikan / Sekolah : SMK
Alamat / No TLP : Jln. Inspeksi Kanal Pabangeang , Gowa.
Nama, Alamat, dan No . TLP keluarga terdekat : Ny. N, Jln. Kacun dg. Lalang
Dikirim oleh : Kakaknya
Dokter Yang mengobati : dr. Lanny Pertiwi Sp.KJ
IX. DISKUSI
Karakteristik dari kategori ini adalah tidak hanya di atas identifikasi dasar
sitomatologi dan perjalanan penyakit, akan tetapi juga atas dasar salah satu dari
dua faktor pencetus:
Suatu stres kehidupan yang luar biasa, yang menyebabkan reaksi stres
akut, atau
Suatu perubahan penting dalam kehidupan, yang menimbulkan situasi
tidak nyaman yang berkelanjutan, dengan akibat terjadi suatu gangguan
penyesuaian.
Gangguan dalam kategori ini selalu merupakan konsekuensi langsung (direct
consequence) dari stres akut yang berat atau trauma yang berkelanjutan.
Stres yang terjadi atau keadaan tidak nyaman yang berkelanjutan merupakan
faktor penyebab utama, dan tanpa hal itu gangguan tersebut tidak akan terjadi.
Gangguan-gangguan ini dapat dianggap sebagai respon maladaptif terhadap stres
berat atau stres berkelanjutan, dimana mekanisme penyesuaian (coping
mechanism) tidak berhasil mengatasi sehingga menimbulkan masalah dalam
fungsi sosialnya.
Pedoman diagnostik F43.1 Gangguan Stres Pasca Trauma
Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6
bulan setelah kejadian traumatik berat (masa laten yang berkisar antara beberapa
minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui 6 bulan).
Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu
mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu 6 bulan, asal saja
manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternatif kategori gangguan
lainnya.
Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang atau
mimpi-mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang kembali
(flashbacks)
Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat
mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.
Suatu “sequale” menahun yang terjadi lambat setelah stres yang luar biasa,
misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklarifikasi dalam kategori
F62.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami
katastrofa).
DM : Permisi ibu. Saya dokter muda yang mau minta waktu ta sebentar untuk
tanya-tanya ki.
P : oh iye dok..
DM : tabe, ibu. Siapa lagi nama ta ?
P : Namaku “R” dok.
DM : Tanggal lahir ta kita ingat ?
P : Sungguminasa, 12 April 1969
DM : Bu kita orang asli mana ?
P : Saya asli sini ji dok. Orang makassar dok.
DM : Bu dimana ki tinggal ?
P : Jln. Inspeksi Kanal Pabangeang , Gowa.
DM : Bu saya yang tadi tanya-tanya ki di dalam, kita masih ingat jeka ?
P : Iya masih ingat ji. Kita yang tadi dii..
DM : Kenapa bisaki dibawa kesini ?
P : Susah ka tidur.
DM : Sejak kapan ki itu ?
P : Lama mi. Tapi sejak kecurian ka di rumah ku semakin tidak bisa ma tidur.
DM : Kita ingat kapan kejadiannya ?
P : Pas malam jumat itu.
DM : Selain susah ki tidur ada keluhan ta yang lain ?
P : Iya itu mi kalau tidak tidur ma itu langsung ka oleng, pusing ka, sakit kepala
ku dok,, terus sakit juga ulu hati ku..
DM : Kalau tidak tidur ki itu bisa sampai pagi ibu ?
P : Iye dok, sampai pagi tidak tidur-tidur ma. Biasa juga terbangun ka malam
hari baru tidak bisa ma lanjut ki lagi.
DM : Setiap hari ki itu ibu ?
P : Lama mi tidak bisa ka tidur ini dok itu mi kesini ka, karena jangan sampai
kenapa-kenapa ka. Apalagi habis mi obat ku dok jadi tambah tidak tidur ka.
DM : Ibu kapan terakhir berobat dan dimana ?
P : Satu minggu yang lalu di puskesmas dok. Baru dikasih ka obat dari sana tapi
habis mi jadi ndak bisa ma lagi tidur. Baru kesini ma lagi dengan surat
rujukan.
DM : Oh ibu rutin minumnya ? dikasih obat apa saja memangnya?
P : Iya selalu ku minum itu biar bisa tidur, itu mi yang alprazolam, antalgin dan
metformin. Ada gula ku juga dok. Dari sejak ku tahu ada gula ku sudah tidak
bisa tidur. Tapi memang ada keluaraga ku juga yang sama-sama ada gulanya.
Dari keluarga mama ku memang ada riwayat gulanya juga dok.
DM : Dari sejak kita tahu ada ada gula ta itu kita sudah susah tidur ? kapan itu ?
P : Lama mi, dari kurang lebih 10 tahun yang lalu. Susah memang meka tidur
disitu tapi tidak ji sampai kayak sekarang.
DM : Kita kalau di rumah biasa gelisah ki ?
P : Iya dok gelisah ka kalau malam.
DM : Pernah ki jalan mondar-mandir di rumah ?
P : Iya biasa ka. Jalan mondar-mandir di rumah, ke teras, duduk-duduk, baru
selalu ka mau buka jendela supaya dapat ka angin. Tapi begitu ji saja, selalu
biasa ka juga isi waktu luang dengan mengaji.
DM : Ibu ada sesuatu yang kita pikir kah sampai tidak bisa tidur ?
P : Tidak ji dok. Tidak ada ji.
DM : Kita pikir terus kah itu masalah ta yang kecurian atau masalah penyakit gula
ta selama ini makanya jadi ada keluhan ta yang sekarang ?
P : Tidak ji juga. Kalau masalah kecurian ku sudah mi ku ikhlaskan lama mi dari
sejak kecurian, karena kupikir ada ji itu rejeki yang lain, dan kalo masalah
penyakit gula ku tidak ji juga ku pikir terus.
DM : Ibu rajin minum obat gulanya dan teratur cek kadar gulanya ?
P : Iya dokter rajin, ji, selalu ja kontrol di puskesmas, dan rajin ja kontrol
makanan ku, rutin makan beras merah ku hindari mi juga itu saya yang manis-
manis.
DM : Ibu kalau keluhan lain ada bu ?
P : Iya itu mi yang kalau susah tidur malamnya, paginya langsung pusing kayak
oleng, sakit kepala ku, baru biasa juga berdebar-debar jantungku, sama sakit
ulu hati ku, terus begitu mi terganggu mi pekerjaan harian ta karena lemas
terus dirasa selalu maunya baring saja dan semakin anu ka dokter mudah ka
saya dikaget-kagetkan biar hal yang bunyi kecil saja kalau kaget ka ta’bangka
meki.
DM : Bu, nafsu makannya gimana ? baik bu atau ada penurunan nafsu makan ?
P : Baik ji, tidak ada ji penurunan nafsu makan, bagus ji makan ku.
DM : Ibu pekerjaannya apa ?
P : Di rumah ji saja, IRT. Membersihkan, memasak. Sambil jaga toko di rumah.
Tapi semenjak sakit ka malas ma juga jaga toko, karena itu mi keluhan yang
lain muncul biasa jadi digantikan sama anak-anakku.
DM : Di keluarga ta ada riwayat keluhan yang sama dengan keluhan ta yang
sekarang ?
P : Tidak ada
DM : Ibu ada tidak waktu ta kecil yang masalah pada keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan ?
P : Biasa ji kayak yang lain tidak ada ji masalah keterlambatan kayak begitu.
Normal ji.
DM : Pendidikan terakhirnya apa bu?
P : Saya sempat kuliah S1 tapi tidak selesai ka, berhenti begitu mi.
DM : Oh jadi kita terakhir pendidikan ta yang tamat sampai SMA ya bu ?
P : Iya saya SMK dulu. Saya lulusan SMK 1 Sungguminasa.
DM : Tabe’ agak privasi sedikit bu. Kapan ki pertama mulai puber bu?
P : Remaja, SMK pa kalau itu.
DM : Ibu waktu remaja suka menghabiskan waktu dengan apa? Atau apa hobi ta ?
P : Saya lulusan SMK jadi selalu ka menari.
DM : Sebelum ta sakit seperti ini bagaimana dulu kita orangnya ?
P : Biasa ji, tidak ji juga cerewet tapi tidak ji juga na pendiam.
DM : Ibu sudah menikah ?
P : Iya.
DM : Hubungan dengan suami baik bu ?
P : Oh iya hubungan dengan saumi saya baik. Cuman itu saya yang suka marah-
marahi dia. Hal kecil saja bisa buat ka marah. Misalnya saya marah karena
saya larang dia pulang kampung tiap minggu yang selalu mau ke Pangkep,
biasa juga lagi ngobrol santai tapi langsung berujung pertengkaran, karena itu
mi saya yang selalu mudah terpancing emosi ku, saya selalu marahi dia.
DM : Adami anak ta bu?
P : Iya adami. 3 anakku.
DM : Anak pertama ta apa bu ? laki-laki atau perempuan ?
P : Perempuan yang pertama.
DM : Terus bu yang berikutnya ?
P : Perempuan baru laki-laki ini yang terakhir.
DM : Oh anak pertama, kedua dan ketiga ta umur berapa ?
P : Anak pertama ku SMA mi umur 16 tahun, kalau kedua 9 tahun, baru 7 tahun.
DM : Bu hubungan dengan tetangga baik bu ? ibu aktif ikut kegiatan di lingkungan
sosial ta ? misalnya ke masjid atau ikut majelis taklim dengan tetangga?
P : Iya baik ji kalau sama orang-orang dekat rumah biasa ji baku bicara ki, tapi
tidak ikut ka saya yang begitu..
DM : Ibu sekarang ini waktu apa ? pagi/siang ?
P : Pagi menjelang siang mi ini kayaknya karena jam berapa mi juga ini, jam 11-
an mi juga kayaknya ini.
DM : Apa kita bikin tadi pagi bu?
P : Seperti biasa ji kalau di rumah pekerjaan rumah dulu diurus baru urus anak
dan suami, masakan ki, baru kesini sama ini saudaraku.
DM : Bisa ki ulangi apa yang saya bilang, mobil, baru, motor, hitam ?
P : Mobil, baru, motor, hitam
DM : Kita tahu artinya panjang tangan ?
P : Pencuri
DM : Kalau meja hijau ?
P : Meja Peradilan. Eh.. Pengadilan
DM : Ada udang di balik batu ?
P : Ada maksud tersembunyi
DM : Ibu sadar kalau keluhan ta ini berdampak pada kehidupan ta yang sekarang ?
P : Iya itu mi juga ku pikir terus ki, itu mi lagi yang bikin tambah sakit kepalaku
karena berpikir ka lagi. Jadi tambah tidak bisa ki apa-apa sekarang kalau
begini terus ki.
DM : Kalau ketemu dompet di jalan ibu mau apakan dompetnya ?
P : Cek dulu identitasnya siapa tahu dikenal ji, yah dibawakan ki kalau tidak
serahkan mi ke yang lain ke polisi misalnya untuk diamankan kalau ada surat-
surat pentingnya.
DM : Ibu kalau sendok kita tahu untuk apa ?
P : Untuk dipakai makan.
DM : Menurut ta kita sekarang sehat atau sakit ?
P : Sakit ka ini dok, makanya mauka periksakan diriku di sini supaya bisa ka
sembuh dan tidak gelisah meka lagi.
DM : Oh iye bu terima kasih atas waktunya.