Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA KASUS BESAR

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2023


UNIVERSITAS HALU OLEO

GANGGUAN KECEMASAN YTT

Oleh :
Shindy Natalia, S.Ked
K1B1 22 061

Pembimbing :
dr. Nur Eddy, M.Kes, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA PROV. SULAWESI TENGGARA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA Khusus Kepanitraan Klinik
FAKULTAS KEDOKTERAN Februari 2023
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

STATUS PASIEN

No. Status / No. registrasi : 07 70**


Masuk RS : Senin, 20 Februari 2023

1
Nama : Ny.N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 40 Tahun
Tempat Tanggal Lahir : Rukuwa , 04 Februari 1983
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Buton
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Binongko, Kab.Wakatobi, Sulawesi Tenggara

Pasien datang ke Klinik Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara
untuk pertama kalinya ditemani oleh suami pasien pada tanggal 20 Februari 2023,
Pukul 10.36 WITA

2
LAPORAN PSIKIATRIK :

I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama:
Cemas
B. Riwayat Gangguan Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan perasaan cemas yang dirasakan
sejak 5 tahun yang lalu, dan memberat sejak 1 bulan terakhir Saat
cemas pasien merasakan pusing, jantung berdebar debar, Pasien juga
mengeluhkan nyeri ulu hati yang dialaminya sejak 1 bulan yang lalu,
pasien merasakan sulit tidur ketika tidur sendiri dan sanggat merasa
ketakutan bila sendiri, dan kadang harus di temani tidur , pasien juga
sulit berkonsentrasi ketika bekerja, sangat emeosional dan cepat
tersinggung. Pasien juga sangat sentitif terhadap anaknya karena takut
akan menyakiti atau membunuh anaknya apalagi ketika melihat
anaknya sedang tertidur. pasien sebelumnaya sudah pernah berobat ke
dokter jiwa dengan keluhan yang sama pada tahun 2020 di Jakarta
tetapi putus obat dan merasakan belum ada perubahan
Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga tidak ada, hubungan
dengan keluarga baik, dan tidak ada halusinasi. Riwayat penyakit lain
(-), Riwayat merokok (-), Riwayat minum minuman beralkohol (-),
Riwayat penggunaan obat obatan NAPZA (-)
C. Riwayat Penyakit Sebelumnya
1. Penyakit medis : Tidak ada
2. Riwayat penggunaan zat NAPZA: Tidak ada
3. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya : Ada
4. Hubungan gangguan sekarang dengan Riwayat penyakit sebelumnya :
Ada
D. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pasien memiliki satu
saudara perempuan. Hubungan kekeluargaan dalam keluarga harmonis.

3
Hubungan rumah tangga dengan suami dan anak baik. Pasien bekerja
sebagai tata usaha disalah satu puskesmas diwakatobi.

E. Riwayat Kehidupan Pribadi :


1. Riwayat Pranatal dan Perinatal :
Pasien lahir pada 04 Februari 1983. Pasien merupakan kelahiran yang
diharapkan oleh kedua orang tuanya. Pasien lahir normal dan dibantu
oleh bidan, persalinan dilakukan di rumah orang tua pasien,
kelahirannya cukup bulan dan pada saat kelahiran tidak ada penyulit
dan cacat bawaan.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 1-3 tahun) :
Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak pada umumnya, pasien
tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan dan
pertumbuhannya. Pasien pada usia 1-3 tahun sudah dapat berjalan dan
berbicara dalam batas normal. Tidak terdapat riwayat kejang dan
trauma. Pasien diasuh oleh kedua orang tua kandungnya.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun) :
Pada periode ini pasien tinggal bersama kedua orang tua kandungnya
dan saudara kandungnya, pada usia 6 tahun Ny. N masuk Sekolah
Dasar (SD). Ny. N dikenal sebagai orang yang mudah bergaul dengan
orang lain dan memiliki cukup teman, prestasi pasien di sekolah biasa
dan selalu naik kelas, tidak ada kejadian traumatik pada masa ini.

4
4. Riwayat Masa Kanak Akhir Remaja (usia 12-18 tahun) :
Pada masa ini pasien melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP dan
kemudian melanjutkan pendidikan ke SMK. Pasien dikenal sebagai
orang yang mudah bergaul dengan orang lain dan memiliki cukup
teman.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan:
Pendidikan terakhir pasien adalah S1
b. Riwayat Pekerjaan:
PNS (Sebagai tata usaha)
c. Riwayat Pernikahan:
Pasien sudah menikah
d. Riwayat Kehidupan Spiritual:
Pasien beragama islam. Berdasarkan anamnesis kepada pasien
didapatkan bahwa pasien rajin beribadah sholat 5 waktu.
e. Riwayat hukum:
Pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum atau tindak
kriminal lain.
6. Riwayat Kehidupan Sekarang:
Pasien tinggal bersama suami dan satu orang anaknya, hubungan
dengan suami harmonis.
7. Persepsi Pasien tentang diri dan Kehidupannya :
Pasien menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan
untuk sembuh.

II. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum :
1. Penampilan umum :
Perempuan usia 40 Tahun datang dengan wajah sesuai usia, kulit
sawo matang, memakai baju kaos berwarna hitam dengan jilbab

5
berwarna cream , menggunakan alas kaki berwarna hitam , penampilan
rapi dan bersih. Cara berjalan pasien baik.
2. Kesadaran : Baik
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor: Pasien duduk di hadapan pemeriksa
dengan tenang dan menjawab dengan baik selama wawancara
berlangsung.
4. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif
B. Keadaan Afektif (mood), Perasaan, dan Empati:
1. Mood : Cemas
2. Ekspresi afektif : Cemas
3. Keserasian : Serasi
4. Empati : Dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual:
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan: Sesuai
2. Orientasi (waktu, tempat, dan orang):
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
3. Daya ingat :
a. Panjang : Baik
b. Sedang : Baik
c. Pendek : Baik
4. Daya konsentrasi dan perhatian : Baik
5. Pikiran abstrak : Tidak dinilai
6. Bakat kreatif : Tidak dinilai
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan Persepsi :
1. Halusinasi : Tidak Ada
2. Ilusi : Tidak Ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
6
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berfikir :
1. Arus pikiran
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Relevan, koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Gangguan isi pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls : Baik
G. Daya Nilai dan Tilikan :
1. Norma sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian realitas : Baik
4. Tilikan : Derajat 4, pasien menyadari dirinya
sedang sakit namun tidak memahami
penyebab sakitnya
H. Taraf Dapat Dipercaya : Pasien dapat dipercaya

III.PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS


A. Status Internus :
Antropometri
TB : 160 cm
BB : 55 kg
IMT : 21,48 kg/m2 (Normal)
Suhu : 36 OC
Pernapasan : 20 x/menit
TD : 125/80 mmHg
Nadi : 104 x/menit
B. Status Neurologis :
GCS : E4M6V5
7
Pupil bulat isokor
Refleks fisiologis tidak dinilai
Refleks patologis tidak dinilai

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA :


Pasien datang dengan keluhan perasaan cemas yang dirasakan sejak 5
tahun yang lalu, dan memberat sejak 1 bulan terakhir Saat cemas pasien
merasakan pusing, jantung berdebar debar, Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu
hati yang dialaminya sejak 1 bulan yang lalu, pasien merasakan sulit tidur
ketika tidur sendiri dan sanggat merasa ketakutan bila sendiri, dan kadang
harus di temani tidur , pasien juga sulit berkonsentrasi ketika bekerja, sangat
emeosional dan cepat tersinggung. Pasien juga sangat sentitif terhadap anaknya
karena takut akan menyakiti atau membunuh anaknya apalagi ketika melihat
anaknya sedang tertidur. pasien sebelumnaya sudah pernah berobat ke dokter
jiwa dengan keluhan yang sama pada tahun 2020 di Jakarta tetapi putus obat
dan merasakan belum ada perubahan.

Pemeriksaan status mental didapatkan kesadaran baik, perilaku dan


aktifitas psikomotorik pasien baik, Pembicaraan spontan dan lancar, intonasi
biasa. Pasien kooperatif, mood cemas, afek cemas, keserasiannya serasi dan
empati dapat dirabarasakan. Orientasi waktu, tempat dan orang baik. Daya
ingat dan konsentrasi baik, fungsi kognitif baik, tidak ditemukan gangguan
persepsi maupun gangguan proses pikir dan isi pikir. Nilai Tilikan pasien
adalah derajat 4.

V. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Aksis I :
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan
gejala klinis yang bermakna, yang menimbulkan distress (penderitaan)
bagi pasien. Secara khas berkaitan dengan disability (hendaya). Sehingga

8
kasus ini telah memenuhi kriteria pedoman diagnostik dan digolongkan
dalam Gangguan Jiwa
Berdasarkan anamnesis tidak ditemukan hendaya berat dalam menilai
realita sehingga dapat digolongkan dalam Gangguan Jiwa Non-Psikotik.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan
penyakit/gangguan sistemik otak atau lainnya yang dapat menyebabkan
disfungsi otak dan tidak ada penyalahgunaan NAPZA sehingga penyakit
akibat gangguan sistemik dan NAPZA dapat disingkirkan.
Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan gejala-
gejala kecemasan yaitu takut berlebihan akan nasib buruk, ketegangan
motoric seperti pusing dan sakit kepala, dan hiperaktivitas otonom seperti
jantung berdebar kencang. Keluhan ini dirasakan tidak setiap hari, tidak
bersifat free floating, tidak disebabkan oleh satu objek saja dan tidak
pernah disertai serangan cemas yang berat sehingga tidak memenuhi
kriteria pedoman diagnostic gangguan cemas menyeluruh, anxietas fobik
atau gangguan panik. Pada pasien juga ditemukan gejala-gejala depresi
yaitu merasa sulit tidur dan nafsu makan menurun. Tetapi tidak ditemukan
satupun dari gejala berikut afek depresi, anhedonia, anenergi. Sehingga
tidak memenuhi kriteria pedoman diagnostic episode depresif ringan,
sedang atau berat. Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana
masing-masing tidak menunjukan rangkaian gejala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis tersendiri. Sehingga berdasarkan PPDGJ III
diagnosis dapat digolongkan dalam Gangguan Campuran Anxietas dan
Depresi (F41.2)
2. Aksis II :
Tidak ada ciri kepribadian yang khas
3. Aksis III :
Gastritis dan Hipertensi
4. Aksis IV :
Masalah psikososial dan lingkungan lain : setelah didiagnosis gastritis

9
5. Aksis V : GAF Scale saat ini 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi secara umum masih baik).

VI. DAFTAR PROBLEM :


1. Organobiologik
Terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter monoaminergik, yaitu
serotonin, norepinefrin dan dopamin sehingga membutuhkan
psikofarmaka
2. Psikologik
Terdapat gangguan dengan tingkat kecemasan dan depresi pada pasien
sehingga membutuhkan psikoterapi
3. Sosiologik
Terdapat hendaya pekerjaan dan penggunaan waktu senggang sehingga
membutuhkan sosioterapi.

VII. PROGNOSIS
Faktor pendukung :
 Pasien sadar untuk membutuhkan bantuan dokter psikiater
 Pasien mendapatkan motivasi dari keluarganya agar cepat sembuh
 Tidak ada riwayat keluarga dengan gangguan jiwa
 Pasien memiliki asuransi Kesehatan (BPJS)
Faktor penghambat :
 Jauhnya akses pasien ke Rumah Sakit
Prognosis :
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

10
VIII. RENCANA TERAPI
a. Psikofarmaka
- Alprazolam 0,25 mg 2x1/ 0-1-1

b. Psikoterapi
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya
agar memahami kondisi dirinya, dan memahami cara menghadapinya,
serta memotivasi pasien agar tetap minum obat secara teratur.
c. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien tentang
keadaan pasien agar dapat memberikan dukungan sosial sehingga tercipta
lingkungan kondusif bagi pasien serta pasien harus bergaul dengan
lingkungan yang baik.
IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Fisik-biologis : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Psikometri : Tidak dilakukan pemeriksaan

X. DISKUSI/ PEMBAHASAN
GANGGUAN CEMAS YTT
A. Pembahasan
Anxietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir
disertai dengan gejala somatic yang menandakan suatu kegiatan yang
berlebihan dari susunan saraf autonomic (SSA). Anxietas merupakan
gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering merupakan fungsi
emosi.
Berdasarkan buku panduan praktis penggunaan klinis obat
psikotropik (Psychotropic Medication), seorang itu dapat didiagnosa
mengalami anxietas apabila adanya perasaan cemas atau khawatir yang
tidak realistic terhadap dua atau lebih hal yang dipersepsi sebagai
ancaman, sehingga menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan
tenang (inhability to relax). Juga ada ketegangan motorik, hiperktivitas
11
otonomik dan kewaspadaan berlebih serta penangkpan berkurang sehingga
timbulnya hendaya dalam fungsi sehari-hari.
Pada pasien tersebut, faktor yang menyebabkan gangguan anxietas
adalah jelas, namun gejala-gejala cemas tidak berlangsung setiap hari.
Kriteria yang ada pada pasien ini tidak cukup untuk sebagai gangguan
panic (Anxietas Paroksimal Episodek), atau gangguan cemas menyeluruh.
Pada pasien juga tidak ditemukan gejala-gejala depresi sehingga diagnosa
gangguan campuran anxietas dan depresi dapat disingkirkan. Maka pada
pasien didiagnosa sebagai gangguan Anxietas YTT (F41.9).
Pada pasien ini diberikan pengobatan anti-anxietas, golongan
benzodiazepine yaitu Alprazolam. Alprazolam adalah obat yang sering
digunakan sebagai terapi gangguan cemas, serangan panik, dan
kecemasan.
Alprazolam termasuk dalam golongan obat benzodiazepine.
Golongan benzodiazepine merupakan drug of choice dari golongan semua
obat yang mempunyai efek anti anxietas yang disebabkan oleh spesifitas,
potensi, dan keamananya. Mekanisme anxietas disebabkan oleh
hiperkativitas dari system limbic dari system saraf pusat yang terdiri dari
neuro dopaminergic, noradrenergic, dan serotonergic yang tidak dapat
dikendalikan oleh GABA-nergik sebagai neurotransmitter penghambat.
Model neurobiologis yang paling umum untuk gangguan anxietas
menyeluruh dilandasi oleh pengetahuan mengenai cara kerja
benzodiazepine, suatu kelompok obat-obatan yang seringkali efektif untuk
menangani kecemasan, para peneliti menemukan suatu reseptor dalam
otak untuk benzodiazepine yang berhubungan dengan neurotransmitter
penghambat yaitu asam gamma-aminobutyric (GABA). Pada reaksi
ketakutan yang normal, neuron di seluruh otak memicu dan menciptakan
kecemasan. Proses tersebut juga merangsang sistem GABA,yang
menghambat aktivitas ini dan mengurangi kecemasan. Kecemasan dapat
disebabkan oleh kerusakan dalam sistem GABA sehingga kecemasan tidak
dapat dikendalikan.
12
Benzodiazepine dapat mengurangi kecemasan dengan meningkatkan
pelepasan GABA secara bersama, obat-obatan yang menghambat sistem
GABA memicu peningkatan kecemasan. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya kerja benzodiazepine terutama merupakan interaksinya
dengan reseptor penghambat neurotransmiter yang diaktifkan oleh GABA.
Reseptor GABA merupakan protein terikat pada membrane yang
dibedakan dalam 2 bagian besar sub-tipe, yaitu reseptor GABA A dan
reseptor GABAB. reseptor ionotropik GABAA terdiri dari 5 atau lebih
subunit (bentuk majemuk dari α, β, dan γ subunit) yang membentuk suatu
reseptor kanal ion klorida kompleks. Reseptor GABAA berperan pada
sebagian besar neurotransmiter di SSP. Sebaliknya, reseptor GABAB, yang
teridiri dari peptida tunggal dengan 7 daerah transmembran, digabungkan
terhadap mekanisme signal transduksinya oleh protein-G. benzodiazepine
bekerja pada reseptor GABAA, tidak pada reseptor GABAB.
Benzodiazepine berikatan langsung pada sisi spesifik (subunit γ)
reseptor GABAA (reseptor kanal ion klorida kompleks). Sedangkan GABA
berikatan pada subunit α atau β, pengikatan ini akan menyebabkan
pembukaan kanal klorida, memungkinkan masuknya ion klorida kedalam
sel, menyebabkan peningkatan potensial elektrik sepanjang membrane sel
dan menyebabkan sel sukar tereksitasi. Benzodiazepin tidak secara
langsung mengaktifkan reseptor GABAA tapi membutuhkan GABA untuk
mengekpresikan efeknya. Dengan cara demikian obat ini memfasilitasi
efek inhibitor dari GABA sehingga meningkatkan efek GABA dan
menghasilkan efek sedasi, tidur dan berbagai macam efek seperti
mengurangi kegelisahan dan sebagai muscle relaxant. Reseptor
benzodiazepin dapat ditemukan di otak dan medula spinalis, dengan
densitas tinggi pada korteks serebral, serebelum dan hipokampus dan
densitas rendah pada medula spinalis.
Selain GABA ada beberapa neurotransmiter yang terlibat dalam
patofisiologi terjadinya ansietas yaitu norepinefrin (NE) dan serotonin. NE
akan diaktivasi oleh glukokortikoid untuk mengaktifkan locus caeruleus
13
yang berperan dalam mengatur ansietas dan merangsang system saraf
simpatik dan parasimpatik. Serotonin melalui Jalur serotonergik yang
timbul dari nukleus raphé di batang otak mempersarafi berbagai macam
struktur yang dianggap terlibat dalam gangguan anxietas, termasuk
korteks frontal, amigdala, hipotalamus, dan hipokampus. Selain itu,
mekanisme serotonergik diyakini mendasari aktivitas biologis berbagai
obat yang digunakan untuk mengobati mood disorder, termasuk gejala
anxietas.

XI. DIALOG ANAMNESIS


Keterangan
DM : Dokter Muda
P : Pasien
(Autoanamnesis)
DM : Assalamualaikum bu, selamat pagi ibu
P : Waalaikumsalam, selamat siang dok.
DM : Perkenalkan nama saya Shindy Natalia saya dokter muda yang
bertugas disini. Boleh saya minta waktunya untuk tanya jawab
sebentar bu sebentar bu?
P : Iya silahkan dok
DM : Ibu namanya siapa?
P : Nama saya N, dok
DM : Ibu P datang kesini sama siapa?
P : Sama suami saya dok
DM : Oh iya baik bu, ibu N lahir tanggal berapa dan dimana?
P : Saya lahir 04 Februari tahun 1983 di Rukuwa dok
DM : ibu N lahirnya dirumah sakit atau dirumah bu?
P : Saya lahirnya dirumah dok dibantu bidan
DM : Baik, ibu N alamatnya dimana dan tinggal bersama siapa?

14
P : Saya tinggalnya di Binongko dok di wakatobi, saya tinggal bersama
suami dan anak saya dok, tapi saya jarang bersama suami dok
karena suami saya pergi berlayar dan pulang pada saat citi saja.
DM : Mohon maaf ibu N sukunya apa?
P :Saya suku Buton dok
DM : Pendidikan terakhirnya apa bu?
P : Saya kuliah smapai S1 dok
DM : Pekerjaannya apa bu?
P : Saya sehari-hari bekerja di puskesmas sebagai tata usaha dok
DM : Baik, ibu n keluhannya apa datang ke rumah sakit?
P : Saya sering rasa cemas dok dan jantung berdebar-debar, ketakutan
dan cepat emosi.
DM : Sejak kapan ibu N merasa keluhan seperti ini?
P : Kurang lebih sudah sudah 5 tahun dok, tetapi memberat sejak 1
bulan tersahir ini bulan dok
DM : Kalau boleh tau bu, bagaimana awalnya bisa muncul gejala seperti
ini bu?
P : Awalnya ini dok, sekitar 5 tahun yang lalu saya memang suka
cemas yang dan jantung berdebar-debar, ketakutan serta suka emosi.
saya juga rasa nyeri ulu hati dan memberat sejak 1 bulan terakhir ini.
Sebelumnya saya sudah pernah ke jakrta berobat dok tetapi saya
rasa tidak ada perubhan dok.
DM : Cemasnya kita terjadinya setiap hari bu? Terus Kapan kapan saja
muncul cemasnya kita bu?
P : Tidak setiap hari dok, Cuma kadang kadang saja kalau ada fikiran
DM : Ibu pernah kena serangan cemas yang sampai dibawa ke rumah
sakit?
P : Tidak pernah ji dok
DM : Selain cemas dan nyeri ulu hati apa lagi yang sering ibu P rasakan?
P : Ini dok, saya sulit tidur, kalau saya kalau tidur harus ada yang
temani supaya saya tidak takut dok. Terus dok saya rasa cepat emosi.
15
DM : Bagaimana dengan aktifitas sehari-hari bu?
P : Terganggu dok karena saya kadang kurang fokus kalau lagi cemas
DM : Ada kita rasa capek bu atau kurang minatnya kita beraktifitas?
P : Tidak ada ji dok
DM : Terus ibu, bagaimana dengan nafsu makannya?
P : Saya nafsu makannya baik dok
DM : Ibu N, Apakah Ibu pernah mendengar suara suara atau bisikan
bisikan?
P : Tidak pernah dok
DM : Kalau melihat bayangan-bayangan?
P : Tidak pernah juga dok
DM : Baik ibu, pernahkan ibu N merasakan gejala seperti ini
sebelumnya?
P : Iya sudah pernah dok
DM : Baik bu, apakah ibu ini punya riwayat penyakit lain/ penyakit
bawaan dari lahir?
P : Tidak ada dok
DM : Mohon maaf ibu, saya mau tanya ibu ada riwayat merokok,
konsumsi alkohol atau obat obat terlarang?
P : Tidak ada dok
DM : Baik bu, keluarganya apakah pernah menderita penyakit yang sama
saat ini atau sebelumnya?
P : Tidak ada dok.
DM : Bagaimana dengan riwayat ibu N saat lahir hingga masa sekarang,
bisa di ceritakan?
P : Saya lahir normal dok, dibantu sama bidan dok.
DM : Kalau riwayat masa sekolah kita bu dari SD sampai kuliah , bisa
diceritakan secara singkat kepribadian dari ibu, prestasi semasa
sekolah seperti apa?

16
P : Saya bergaul seperti anak pada umumnya dok, kalau prestasi biasa
saja dok, terus setelah SMK saya masuk kuliah dan menyelesaikan
kuliah dok.
DM : Baik bu, Kalau boleh tau ibu berapa bersaudara?
P : Saya dua orang bersaudara dok, Saya anak pertama, terus adik saya
yang bungsu perempuan dok
DM : Mohon maaf kalau hubungan dengan saudara-saudara dan anggota
keluarganya yang lain bagaimana bu?
P : Baik-baikji semua dok.
DM : Kalau hubungan dengan suami?
P : Baik-baik ji juga dok, tidak pernah sampai bertengkar hebat sekali
DM : Mohon maaf bu, kalau ibadahnya kita bagaimana?
P : Alhamdulillah saya rajin sholat 5 waktu dok
DM : Baik bu, saya rasa cukup dengan sesi wawancaranya, usahakan ibu
kasih santai perasaan dan pikirannya, lakukan hal-hal positif. Bila
rasa cemas sama takut itu muncul kembali, jangan merasa sedih dan
terpuruk ya bu dengan keluhan yang ibu alami karena ibu punya
anak, suami serta saudara yang sangat menyayangi ibu. Tentunya
dengan obat-obatan yang diberikan oleh dokter dan semangat ibu,
kita harap keadaaan ibu kedepannya cepat membaik.
P : Iya dok, terima kasih banyak dok
DM : Iya ibu, sama-sama.

XII. FOLLOW UP
Tidak dilakukan (Pasien Rawat Jalan)

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Dr. dr. Rusdi, Sp. KJ, M. Kes. 2013. Buku Saku Diagnosis
Gangguan Jiwa Rujukan Singkat Dari PPDGJ III dan DSM-5. Jakarta: FK
Unika Atmajaya.
2. Vildayanti, H. 2018. Farmakoterapi Gangguan anxietas. Farmaka.
Bandung
3. Gunawan, dkk. 2008. Farmakologi dan Terapi. Ed 5. Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran UI.

18

Anda mungkin juga menyukai