Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN KASUS
GANGGUAN PANIK (F41.0)

Oleh:
Musdalifah Eka Pratiwi
111 2017 2019

Penguji:
dr. Ham Fransiskus Susanto, M.Kes, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2018
LAPORAN KASUS
GANGGUAN PANIK

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Umur : 33 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jln Bonto Rambe

Agama : Islam

Suku : Bugis

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : IRT

Tanggal Pemeriksaan : 2 November 2018

II. RIWAYAT PSIKIATRI


A. Keluhan Utama
Nyeri ulu hati
B. Riwayat Gangguan Sekarang

a. Keluhan dan Gejala

Seorang pasien perempuan berusia 33 tahun dikonsul ke bagian

Psikiatri RS Bhayangkara dengan diagnosis Dyspepsia. Sebelumnya

pasien merupakan pasien konsul dari bagian Interna dimana telah

dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium dan hasilnya dalam

batas normal.

Sebelumnya pasien dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri ulu

hati. Keluhan nyeri ulu hati sudah dialami sejak kurang lebih 3 bulan

lalu, memberat 2 jam SMRS. Nyeri ulu hati disertai rasa kesulitan
bernapas, jantung berdebar-debar dan keringat dingin. Pasien juga

merasakan kram-kram pada tubuhnya serta pusing sehingga merasa

sempoyongan saat berjalan. Pasien mengatakan keluhan ini terjadi

begitu saja secara tiba-tiba, namun tidak dialami setiap hari. Ketika

keluhan tersebut muncul, pasien merasakan takut seperti akan mati.

Menurut pasien, keluhan tersebut pertama kali dirasakan sejak

Bulan Juli 2018. Saat itu pasien sedang hamil besar kemudian

diberitahu oleh dokter kandungan bahwa tekanan darahnya tinggi

sehingga harus melahirkan dengan Sectio Secaria (SC). Pasien

kemudian menjadi cemas, ia mengeluhkan jantung berdebar-debar,

sesak napas dan keringat dingin secara tiba-tiba.

Kemudian 1 bulan setelah melahirkan, pasien mengalami

kelumpuhan dan mulut mencong ke kiri dialami kurang lebih 15 menit.

Setelah kejadian tersebut pasien menjadi lebih cemas dan takut jika

terjadi apa-apa dengan dirinya. Ia takut jika keluhan yang dialaminya

saat akan melahirkan dulu muncul kembali. Terkadang hanya dengan

keluhan sakit kepala ringan pasien langsung khawatir dan takut jika

serangan paniknya muncul kembali. Sampai akhirnya pasien pernah

dilarikan ke UGD karena tiba-tiba sesak napas sehingga membutuhkan

penanganan bantuan napas.

Pasien juga mengeluh kadang gelisah dan menjadi sulit tidur di

malam hari. Pasien biasanya baru bisa tertidur setelah pukul 02.00 dini

hari. Hal ini menyebabkan pasien merasa mudah lelah keesokan

harinya.
Pasien tinggal bersama suami, ketiga anaknya beserta ayahnya.

Suaminya bekerja sebagai pekerja lepas (pemasang wallpaper) dan

pasien hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sejak mengalami

keluhan tersebut pasien menjadi sulit mengurus anaknya-anaknya,

terutama bayinya sehingga terkadang pasien lebih sering menitip

bayinya ke tetangganya. Pasien sudah tidak bisa melakukan pekerjaan

rumah tangga yang berat karena takut mudah lelah dan memicu

keluhannya muncul kembali. Sebelumnya pasien sering bertemu

dengan teman-temannya, namun setelah keluhan tersebut muncul

pasien cenderung hanya menghabiskan waktunya dirumah.

b. Hendaya / disfungsi

- Hendaya sosial (+)

- Hendaya pekerjaan (+)

- Hendaya penggunaan waktu senggang (+)

c. Faktor stress psikososial

Pasien masih mempunyai 3 anak dan ayah yang harus diurus dirumah.

Suami saat ini hanya bekerja sebagai pekerja lepas dan hanya

memiliki 1 sumber penghasilan.

d. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan

psikis sebelumnya.

- HT (-) - Infeksi (-)


- Asma (-) - Alkohol (-)
- DM (-) - Merokok (-)
- Trauma (-) - NAPZA (-)
- Kejang (-) - TIA(+)
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menderita TIA dialam 3 bulan lalu.

2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Tidak terdapat riwayat penggunaan zat psikoaktif

3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya

Pasien baru pertama kali konsul Klinik Jiwa RS Bhayangkara


D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)

Pasien lahir normal, cukup bulan dibantu oleh dokter pada tanggal

25 Juni 1978. Tidak ditemukan cacat lahir ataupun kelainan bawaan,

berat badan lahir normal. Selama kehamilan, ibu pasien dalam

keadaan sehat. Pasien sewaktu bayi hanya diberikan ASI dan susu

formula. Pertumbuhan dan perkembangan baik.

2. Riwayat Masa Kanak Awal

Pasien diasuh dengan dengan orang tuanya. Namun, alm. Ayah

pasien sering perjalanan dinas di luar kota karena seorang TNI dan

ibu pasien biasanya mengikuti sang ayah sehinggapasien jugalebih

sering diasuh juga dengan paman dan tantenya. Pertumbuhan dan

perkembangan pasien sama dengan anak pada seusianya.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan

Pasien mulai menempuh pendidikan taman kanak-kanak hingga

tamat sekolah lanjutan tingkat atas. Prestasi pasien di sekolah dalam

kategori baik. Beberapa kali pasien mendapatkan peringkat 10 besar.

Menurut tante pasien, pasien adalah anak yang rajin, dulunya tidak

suka keluar rumah, lebih memilih di rumah.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (usia 12-18 tahun)

Pasien dikenal sebagai pribadi yang lebih memilih menghindar jika ada

masalah pergaulan dan tidak suka berdebat.

E. Riwayat Masa Dewasa

a. Riwayat Masa Dewasa


Dulu saat di Kediri bersama suami, pasien membuka toko campuran.

Saat pindah, pasien kembali melanjutkan pekerjaannya seperti yang

dulu. Namun, 4 hari terakhir, pasien tidak dapat menjalankan

pekerjaannya karena sakit.

b. Riwayat Pernikahan

Pasien menikah di usia 18 tahun, setelah pasien tamat SMA. Kemudian,

ikut suami ke Kediri. Lalu, pasien cerai hidup sejak tahun 2004 dan

kembali ke Makassar.

c. Riwayat Agama

Pasien memeluk agama Islam.


F. Riwayat Kehidupan Keluarga

Pasien adalah anak ke-dua dari 5 bersaudara (♂,♀,♂,♀,♀).

Hubungan dengan keluarga baik.. Riwayat keluarga dengan keluhan

yang sama tidak ada.

G. Situasi Sekarang

Saat ini pasien tinggal dengan suami, ayah dan ketiga anaknya. Ayahnya
saat ini tidak bekerja sehingga hanya tinggal dirumah bersama cucunya dan
anaknya.

H. Persepsi pasien terhadap diri dan kehidupannya

Pasien merasa dirinya sakit.


III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Seorang perempuan berusia 33 tahun bertubuh kurus, kulit

putih, wajah sesuai umur, baju warna merah muda, dan celana kain

hitam. Perawatan diri baik.

2. Kesadaran

Kualitatif : compos mentis

Kuantitatif : GCS E4 M6 V5

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor: Tampak gelisah, aktivitas


psikomotor meningkat

4. Pembicaraan

Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan, lancar dan intonasi

biasa

5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati, dan Perhatian

1. Mood : Cemas

2. Afek : Cemas

3. Empati : dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)

1. Taraf pendidikan :

Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan taraf

pendidikan.

2. Daya konsentrasi : Cukup


3. Orientasi

 Waktu : Baik

 Tempat : Baik

 Orang : Baik

4. Daya ingat

 Jangka panjang : Baik

 Jangka pendek : Baik

 Jangka segera : Baik

5. Pikiran Abstrak : Baik

6. Bakat kreatif : Tidak ada

7. Kemampuan menolong diri sendiri : Terganggu

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi : Tidak ada

2. Ilusi : Tidak ada

3. Depersonalisasi : Tidak ada

4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berpikir

1. Arus Pikiran

Produktivitas : cukup

Kontinuitas : relevan, koheren

Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa

2. Isi Pikiran

Preokupasi : tidak ada


Gangguan isi pikiran : tidak ada

F. Pengendalian Impuls :Tidak terganggu

G. Daya Nilai

1. Norma sosial : Baik

2. Uji daya nilai : Baik

3. Penilaian realitas : Baik

H. Tilikan (Insight)

Derajat 6 (Pasien merasa bahwa dirinya sakit dan ingin diobati).

I. Taraf Dapat Dipercaya

Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI

A. Status Internus

 Keadaan umum : Baik

 Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital

 Tekanan darah : 120/80 mmHg

 Nadi : 88 x/menit

o
 Suhu tubuh : 36,4 C

 Pernapasan : 18 x/menit

B. Status Neurologis

Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), Kernig,s sign (-/-), pupil

bundar dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+/+), fungsi motorik
dan sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan

refleks patologis. Tremor (-) .

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang perempuan datang sendiri ke klinik Psikiatri RS Bhayangkara


untuk pertama kalinya dengan keluhan cemas. Pasien datang dengan
tantenya keluhan sering cemas yang dialami hampir setiap hari sejak 2
bulan terakhir. Pasien sebelumnya telah rutin berobat di dokter penyakit
dalam dengan penyakit asma dan hipertensi Dari awal, pasien mempunyai
rasa takut dengan penyakit yang diderita, pasien takut suatu hari meninggal
tiba-tiba dengan penyakitnya. Pasien juga sering memikirkan kedua
anaknya yang masih bersekolah sedangkan pasien sudah merasa sakit-
sakitan dan takut tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga.Pasien sering memikirkan hal-hal yang belum terjadi hampir setiap
hari. Ketika cemas, Ketakutan ini membuat pasien mudah merasa tubuh
lemas, kedua tangannya dingin, jantung berdebar, keringat berlebih, nyeri
ulu hati, migraine dan muncul rasa sesak di dada. Saat ini pasien juga
mengeluhkan terganggu dalam tidurnya, pasien sering terbangun dan sulit
tidur kembali. Hal ini pun membuat nafsu makan pasien menurun. Cemas
membuat 4 hari terakhir pasien tidak dapat menjalankan pekerjaannya
sehari-hari. Pasien juga merasa cemas saat sendiri, bahkan ke toilet pasien
memilih untuk ditemani.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang perempuan bertubuh
kurus memakai baju putih, jilbab navy dan celana jeans. Wajah pasien
tampak sesuai dengan usianya (42 tahun), perawatan diri baik. Kesadaran
pasien baik, kontak mata dan verbal ada. Aktifitas psikomotor meningkat.
Pembicaraan spontan, lancar, dan intonasi biasa. Serta sikap terhadap
pemeriksa kooperatif. Mood cemas, afek cemas, empati dapat
dirabarasakan. Tilikan 6, pasien merasa dirinya sakit dan butuh pengobatan.
Taraf dapat dipercaya.
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL (SESUAI PPDGJ III)

1. Aksis I : Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)

Berdasarkan autoanamnesis, alloanamnesis dan pemeriksaan status

mental, ditemukan adanya gejala klinis yang bermakna berupa rasa

cemas, keadaaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada dirinya

serta terdapat hendaya (disability) pada fungsi pekerjaan dan bidang

sosial sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita gangguan

jiwa. Karena tidak didapatkan hendaya berta dalam menilai realita,

sehingga pasien digolongkan dengan gangguan jiwa non-psikotik.

Berdasarkan hasil pemeriksaan status internus dan pemeriksaan

neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasikan

gangguan medis umum yang dapat menimbulkan gangguan otak,

sehingga dikategorikan gangguan jiwa non psikotik non organik.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan pasien

merasa cemas sejak 2bulan yang lalu. Pasien mengeluh sering merasa

cemas setiap hari, tidak terbatas dan menonjol pada situasi khusus

tertentu saja (free floating). Selain iu ditemukan adanya ketegangan

motoric yang dirasakan pasien berupa migrain, dan adanaya

overaktivitas otonomik yaitu sesak (dada terasa penuh), nyeri


lambung, kedua tangannya sering terasa dingin maka berdasarkan

PPDGJ III diagnosis gangguan cemas menyeluruh (F41.1).

2. Aksis II

Tidak dapat diidentifikasi

3. Aksis III

Penyakit system sirkulasi dan penyakit sistem pernapasan

4. Aksis IV

Faktor psikososial : masalah kesehatan dan masalah ekonomi

5. Aksis V

GAF Scale 76 (Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan

dalam sosial, sekolah, dll.)

VII. DAFTAR PROBLEM

- Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna,

namun diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter,

maka dari itu pasien memerlukan farmakoterapi

- Psikologik : Ditemukan adanya perasaan cemas sehingga pasien

memerlukan psikoterapi

- Sosiologi : Ditemukan adanya hendaya ringan dalam pekerjaan

dan dalam kehidupan sosial maka membutuhkan sosioterapi.


VIII. PROGNOSIS

- Ad Vitam : Bonam

- Ad Functionam : Dubia ad bonam

- Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

IX. RENCANA TERAPI

- Farmakoterapi

Alprazolam 1 mg/12 jam/oral (½ - ½ - 1)

Fluoxetin 20 mg/24 jam/oral ( 1 - 0 – 0)

- Psikoterapi

Ventilasi : memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

pasien untuk menceritakan keluhan dan isi hati serta perasaan

pasien merasa lega.

Psikoedukasi : memberikan penjelasan dan pengertian kepada

pasien tentang penyakitnya, agar pasien memahami cara

menghadapinya, serta memotivasi pasien agar tetap rutin minum

obat.

Sugestif : Menanam kepercayaan dan meyakinkan bahwa

gejalanya akan hilang dengan meningkatkan motivasi diri pasien.

Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga,

dan orang disekitarnya tentang gangguan yang dialami pasien

sehingga mereka dapat menerima dan menciptakan suasana yang

kondusif bagi pasien.


X. FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya, menilai

efektivitas terapi serta kemungkinan terjadinya efek samping dari obat yang

diminum.
PEMBAHASAN

Untuk mendiagnoasa F41.1 gangguan cemas menyeluruh. dapat ditegakkan

berdasarkan:

 Penderita harus menunjukkan anxietas/ cemas sebagai gejala primer yang

berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa

bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus

tertentu saja (sifatnya“free floating” atau “mengambang”)

 Gejala- gejala tersebut biasanya mencakup unsur- unsur berikut :

a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti dujung tanduk,

sulit konsentrasi, dsb)

b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai);

dan

c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung

berdebar- debar, pusing kepala, mulut kering, dsb)

 Adanya gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari)

khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosa utama Gangguan Anxietas

Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memebuhi kriteria lengkap dari

episode depresif (F32.-),gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik

(F41.0) atau gangguan obsesif kompulsif (F42.-)

Diagnosa Gangguan Cemas Menyeluruh (DSM- IV) ditegakkan bila terdapat

 Kecemasan kronik yang lebih berat (berlangsung lebih dari 6 bulan;

biasnya tahunan dengan gejala bertambah dan kondisi melemah) dan

termasuk gejala seperti respon otonom (palpitasi, diare, ekstremitas


;lembab, berkeringat, sering buang air kecil), insomnia, sulit

berkonsentrasi, ras lelah, sering menarik nafas, gemetaran, waspada

berlebihan, atau takut akan sesuatau yang akan terjadi

 Ada kecendrungan diturunkan dalam keluarga, memiliki komponen

genetik yang sedang dan dihubungkan dengan fobia sosial dan sederhana

depresi mayor (terdapat pada 40% atau lebih pasien; meningkatkan resiko

bunuh diri. Biasanya pada kondisi ini tidak ditemukan etiologi stress yang

jelas, tetapi harus dicari penyebabnya).

Pasien ini menunjukkan manifestasi klinis sebagai berikut :

A. PPDGJ III

 Anxietas/ cemas yang berlangsung hampir setiap hari sejak 2 bulan.

 Kecemasan (khawatir akan nasib buruk)

 Ketegangan motorik (nyeri ulu hati, migraine dan muncul rasa sesak di

dada)

 Overaktivitas otonomik (kedua tangannya dingin, jantung berdebar,

keringat berlebih,)
 Overaktivitas otonomik (berkeringat dan jantung berdebar-debar, sesak)

B. DSM IV

 Kecemasan kronik yang lebih berat (berlangsung lebih dari 6 bulan dan

tahunan dengan gejala bertambah dan kondisi melemah)

 Gejala respon otonom (palpitasi, ekstremitas sembab, dan berkeringat)

Keputusan untuk memberikan “anxiolytic” pada pasien gangguan cemas

menyeluruh harus dipertimbangkan pada kunjungan pertama. Karena penyakit

bersifat jangka panjang, rencana perawatan harus dipikirkan dengan baik. tIGA

obat mayor dalam gangguan cemas menyeluruh adalah golongan benzodiazepine

dan non benzodiazepine. Pada pasien ini diberikan benzodiazepine yaitu

alprazolam dan dikombinasikan dengan serotonin-specific reuptake inhibitors

(SSRIs).Terapi pada gangguan cemas menyeluruh biasanya dimulai dengan

pemberian obat dosis terendah dan dosis sinaikkan untuk mendapatkan respon

terapi
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R, 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas

dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,

Jakarta.

2. Maslim R, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik

(Psychotropic Medication). Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma

Jaya, Jakarta.

3. Redayani P, 2014. Buku Ajar Psikiatri : Gangguan Cemas Menyeluruh.

Badan Penerbit FKUI. Jakarta


GANGGUAN PANIK ATAU ANXIETAS YTT???:((

Anda mungkin juga menyukai