Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

Skizofrenia Paranoid (F20.0)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
No. RM : 00179572
Umur : 41 Tahun
Alamat : Pinrang
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Tanggal Pemeriksa : 17 September 2019

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis dari :
Nama : Tn.S
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Wirausaha

Alamat : Pinrang

Hubungan dengan pasien : Sepupu Pasien

1
LAPORAN PSIKIATRI

A. Keluhan Utama:
Mengamuk

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Seorang pasien diantar masuk ke UGD RSKD untuk kedua kali oleh sepupu
dan seorang polisi dengan keluhan mengamuk yang dialami sejak 1 minggu terakhir
dan memberat sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien marah-marah dan
mendatangi rumah tetangganya yang seorang polisi, pasien membawa benda tajam
berupa parang dan mengancam tetangganya tersebut karena pasien merasa dendam
karena sering diejek sebagai orang gila. Pasien tinggal bertiga dengan istri dan satu
orang anak. Didalam rumah pasien sering mondar-mandir dan sering jalan keluar
rumah, pasien sering mendatangi kantor polisi dan koramil karena pasien merasa
semua orang yang bekerja di kantor tersebut merupakan kawan pasien, pasien juga
sering terlihat ke masjid untuk shalat berjamaah. 2 hari terakhir ini istri dan anak
pasien pergi meninggalkan rumah karena pasien sering mengancam ingin
membunuh istrinya dan terakhir pasien menodongkan pisau ke leher istrinya tanpa
sebab yang jelas sehingga membuat istrinya kabur dari rumah dan tinggal dirumah
kerabatnya. Menurut keluarganya pasien juga kerap terlihat bertengkar dengan
istrinya dan pasien tidak menceritakan penyebab pertengkaran dengan istrinya.
Makan pasien baik, tidur terganggu, mandi teratur.

Pasien juga meyakini dikejar-kejar oleh Polisi karena ada rasa dendam
terhadap dirinya. Pasien juga sering mendengar bisikan-bisikan yang menurutnya
adalah bisikan setan. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya adalah wali Allah.
Pasien juga sudah meresahkan warga kampung sekitar karena pasien berkeliling
kampung dengan mengendarai sepeda motor sambil berteriak-teriak sendiri. Pasien
berteriak dan mengatakan jika sudah meniduri semua perempuan yang ada
dikampung.

2
Awal perubahan perilaku pasien sejak tahun 2007. Saat itu pasien bekerja
sebagai petani yang memiliki kebun dan empang, Pasien tiba-tiba mengamuk,
berteriak-teriak tanpa sebab yang jelas. Pasien kadang membaik dan kambuh
kembali. Selama 6 bulan lamanya pasien berada dirumah tidak lagi bekerja karena
sakit namun setelah itu pasien dibawa pertama kali ke UGD RSKD Dadi. Keluarga
pasien lupa lama pasien dirawat. Waktu itu Pasien diperbolehkan pulang dalam
kondisi membaik akan tetapi sesampai dirumah pasien tidak rutin minum obat dan
tidak kontrol kembali. Pasien sudah putus obat ≥ 10 tahun. Pasien tadi sore sudah
meminum obat chlorpromazine 1 tablet (Jam 16.30 WITA) yang diberikan oleh
petugas di PKM Patobong, Pinrang.

Hendaya Disfungsi

Hendaya Sosial : ada


Hendaya Pekerjaan : ada
Hendaya waktu senggang : ada

Faktor Stressor Psikososial


Family Group Support (Permasalahan rumah tangga dengan istri pasien)

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat penyakit dahulu :
Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit dahulu, seperti infeksi, trauma,
kejang, maupun penyakit sistemik lainnya yang mempengaruhi sistem otak.
2. Riwayat penggunaan zat psikoaktif :
Pasien tidak pernah ada riwayat penyalahgunaan narkotika dan psikotropika.
3. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya :
Awal perubahan perilaku pasien sejak tahun 2007. Saat itu pasien bekerja
sebagai petani yang memiliki kebun dan empang, Pasien tiba-tiba mengamuk,
berteriak-teriak tanpa sebab yang jelas. Pasien kadang membaik dan kambuh
kembali. Selama 6 bulan lamanya pasien berada dirumah tidak lagi bekerja karena
sakit namun setelah itu pasien dibawa pertama kali ke UGD RSKD Dadi. Keluarga

3
pasien lupa lama pasien dirawat. Waktu itu Pasien diperbolehkan pulang dalam
kondisi membaik akan tetapi sesampai dirumah pasien tidak rutin minum obat dan
tidak kontrol kembali.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir cukup bulan melalui persalinan normal dibantu oleh dukun pada 7

Februari 1978 di rumah. Tidak ditemukan cacat lahir maupun kelainan bawaan,

berat badan lahir tidak diketahui. Selama kehamilan ibu pasien dalam keadaan

sehat. Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya serta minum ASI hingga waktu yang

tidak diketahui. Pada saat bayi, pasien tidak pernah mengalami demam tinggi dan

kejang.

2. Riwayat Masa Kanak Awal (1 – 3 tahun)


Perkembangan masa kanak-kanak awal sesuai dengan perkembangan anak

seusianya.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( 4 – 11 tahun )

Pada usia 7 tahun pasien mulai bersekolah di Sekolah Dasar, pasien dapat baca,
tulis, menghitung. Prestasi Pasien selama sekolah termasuk biasa-biasa saja. Pasien
tidak pernah ketinggalan kelas selama SD hingga tamat.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir (usia 12 – 14 tahun)


Pada usia 13 tahun pasien lulus SD dan tidak melanjutkan pendidikan ke

jenjang SMP karena masalah ekonomi. Dan sehaari-hari pasien membantu kedua

orang tua di kebun.

4
5. Riwayat Masa Remaja (Usia 15-18 tahun)
Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA dan sehari-hari
membantu kedua orang tua.

6. Riwayat Masa Dewasa


1) Riwayat Pendidikan
Pasien menyelesaikan jenjang pendidikan SD
2) Riwayat Pekerjaan
Pasien merupakan seorang petani
3) Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah dengan perempuan pilihannya dan memiliki 1 orang
anak laki-laki. Anak pasien saat ini usia 11 tahun (kelas 5 SD).
4) Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam dan menjalankan ibadahnya dengan baik.

E. Riwayat Kehidupan Keluarga


Pasien anak ke 2 dari 5 bersaudara (♀, ♂, ♂, ♀ ,♂) Hubungan pasien dengan
keluarga baik, pasien tinggal bersama istri, dan satu orang anaknya.
Genogram

Keterangan:
= Laki-laki

= Perempuan

5
= Meninggal

= Pasien

= Tinggal Serumah

Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga


Ada riwayat keluarga dengan penyakit dan keluhan yang sama (saudara laki-laki
dari ibu pasien)
1) Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama istri dan anaknya, pasien bekeja sebagai petani.
2) Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien menyadari dirinya sakit dan menganggap bahwa hal itu disebabkan oleh Pak
Dedi yang selalu mengejek bahwa pasien gila, setelah sembuh pasien ingin pulang
ke rumah untuk bertemu kembali dengan anaknya.

III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI


A. Status Internus
Keadaaan umum pasien tampak baik, gizi cukup, kesadaran compos mentis,
tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, frekuensi pernapasan 20
kali/menit, suhu tubuh 36,5oC, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus.
Jantung dan paru – paru dalam batas normal, abdomen dalam batas normal,
ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
B. Status Neurologi
Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat
dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, reflex cahaya (+)/(+). Fungsi motorik dan sensorik
keempat ekstremitas dalam batas normal, dan tidak ditemukan reflex patologis.

6
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (TANGGAL 25/9/2019 - RUANG
PALEM RSKD DADI)
A. Deskripsi umum
1. Penampilan : Seorang laki-laki, wajah sesuai umur (41 tahun) tampak
tenang, memakai baju kaos coklat dan memakai celana pendek jeans
selutut, perawakan sedang, perawatan diri cukup.
2. Kesadaran :
 Kuantitas : Compos Mentis (E4M6V5)
 Kualitas : Berubah
3. Perilaku dan aktifitas psikomotor : Tenang
4. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

B. Keadaan afektif
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Terbatas
3. Empati : tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)


1. Taraf pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat
pendidikannya yakni lulusan SD
2. Orientasi
a) Waktu : Baik
b) Tempat : Baik
c) Orang : Baik
3. Daya ingat
a) Jangka panjang : Baik
b) Jangka pendek : Baik
c) Jangka segera : Baik

7
4. Konsentrasi dan Perhatian : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat Kreatif : tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

D. Gangguan Persepsi dan Pengalaman Diri


a. Halusinasi :
- Auditorik : ada, Mendengar suara bisikan setan
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berfikir
1. Produktivitas : cukup
2. Kontuinitas : relevan, koheren
3. Hendaya berbahasa : Tidak ada
4. Isi pikiran
Preokupasi : tidak ada
Gangguan isi pikir :
- Waham persekutorik: Pasien selalu merasa dikejar oleh polisi
- Waham kebesaran: Pasien meyakini dirinya adalah wali Allah

F. Pengendalian Impuls : Terganggu


G. Daya Nilai dan Tilikan
1. Norma Sosial : Terganggu
2. Uji Daya Nilai : Terganggu
3. Penilaian Realitas : Terganggu
4. Tilikan : Derajat I ( Penyangkalan total terhadap
penyakitnya)

H. Taraf Dapat Dipercaya


Dapat dipercaya

8
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang pasien diantar masuk ke UGD RSKD untuk kedua kali oleh sepupu
dan seorang polisi dengan keluhan mengamuk yang dialami sejak 1 minggu terakhir
dan memberat sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien marah-marah dan
mendatangi rumah tetangganya yang seorang polisi, pasien membawa benda tajam
berupa parang dan mengancam tetangganya tersebut karena pasien merasa dendam
karena sering diejek sebagai orang gila. Pasien tinggal bertiga dengan istri dan satu
orang anak. Didalam rumah pasien sering mondar-mandir dan sering jalan keluar
rumah, pasien sering mendatangi kantor polisi dan koramil karena pasien merasa
semua orang yang bekerja di kantor tersebut merupakan kawan pasien, pasien juga
sering terlihat ke masjid untuk shalat berjamaah. 2 hari terakhir ini istri dan anak
pasien pergi meninggalkan rumah karena pasien sering mengancam ingin
membunuh istrinya dan terakhir pasien menodongkan pisau ke leher istrinya tanpa
sebab yang jelas sehingga membuat istrinya kabur dari rumah dan tinggal dirumah
kerabatnya. Menurut keluarganya pasien juga kerap terlihat bertengkar dengan
istrinya dan pasien tidak menceritakan penyebab pertengkaran dengan istrinya.
Makan pasien baik, tidur terganggu, mandi teratur.

Pasien juga meyakini dikejar-kejar oleh Polisi karena ada rasa dendam
terhadap dirinya. Pasien juga sering mendengar bisikan-bisikan yang menurutnya
adalah bisikan setan. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya adalah wali Allah.
Pasien juga sudah meresahkan warga kampung sekitar karena pasien berkeliling
kampung dengan mengendarai sepeda motor sambil berteriak-teriak sendiri. Pasien
berteriak dan mengatakan jika sudah meniduri semua perempuan yang ada
dikampung.

Awal perubahan perilaku pasien sejak tahun 2007. Saat itu pasien bekerja
sebagai petani yang memiliki kebun dan empang, Pasien tiba-tiba mengamuk,
berteriak-teriak tanpa sebab yang jelas. Pasien kadang membaik dan kambuh
kembali. Selama 6 bulan lamanya pasien berada dirumah tidak lagi bekerja karena
sakit namun setelah itu pasien dibawa pertama kali ke UGD RSKD Dadi. Keluarga
pasien lupa lama pasien dirawat. Waktu itu Pasien diperbolehkan pulang dalam

9
kondisi membaik akan tetapi sesampai dirumah pasien tidak rutin minum obat dan
tidak kontrol kembali. Pasien sudah putus obat ≥ 10 tahun. Pasien tadi sore sudah
meminum obat chlorpromazine 1 tablet (Jam 16.30 WITA) yang diberikan oleh
petugas di PKM Patobong, Pinrang.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL (Sesuai PPDGJ-III)


Aksis I:
Berdasarkan alloanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan gejala klinis
yang bermakna yaitu perilaku mengamuk, mondar-mandir di dalam rumah, disertai
berteriak-teriak tanpa sebab yang jelas. Keadaan ini menimbulkan penderitaan
(distress) pada pasien , keluarga, dan masyarakat sekitar serta terdapat hendaya
(disability) pada fungsi psikososial, pekerjaan, dang penggunaan waktu senggang
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan status mental juga ditemukan adanya hendaya berat, dimana
pasien menyangkal keadaannya yang sakit dan butuh pertolongan, hendaya berat
dalam fungsi mental berupa ketidakmampuan membina relasi dengan orang lain
syang membuat pasien tidak mampu lagi bekerja, sehingga didiagnosis Gangguan
Jiwa Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organic dapat
disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik
Non Organik.
Dari autoanamnesis, alloanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan
adanya afek yang terbatas dan halusinasi auditorik dengan perlangsungan gejala
lebih dari satu bulan sehingga berdasarkan PPDGJ III dapat digolongkan ke
Gangguan Skizofrenia.
Pada pasien ini ditemukan waham persekutorik, pasien meyakini bahwa pasien
dikejar-kejar sehingga berdasarkan pedoman penggolongan diagnosis gangguan
jiwa (PPDGJ III) diagnosis pasien masuk dalam kategori Gangguan Skizofrenia
Paranoid (F20.0).

10
Pasien didiagnosis banding dengan :

Keadaan paranoid involusional (F22.8): Merupakan sisa untuk gangguan-gangguan


waham yang menetap yang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan waham

Aksis II

Ciri kepribadian tidak khas

Aksis III

Tidak ditemukan kelainan

Aksis IV

Stressor psikososial: masalah dengan istri

Aksis V

GAF Scale saat ini : 50-41 (gejala berat, disabilitas berat).

VII.DAFTAR MASALAH
 Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna, namun karena terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter maka memerlukan psikofarmakoterapi.
 Psikologi
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa waham
persekutorik yang menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan
psikoterapi.

 Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan
waktu senggang maka membutuhkan sosioterapi

11
VIII. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmakoterapi
 Haloperidol 5 mg, 1 tab/8jam/oral
 Trihexilphenidyl 2 mg, 1tab/12j/oral
2. Psikoterapi Suportif
Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan
dan isi hati serta perasaan sehingga pasien merasa lega.
Konseling: Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar
memahami penyakitnya, bagaimana cara menghadapinya, manfaat
pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin timbul selama
pengobatan. Memberikan dukungan kepada pasien serta memotivasi agar
minum obat secara teratur.

3. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang disekitarnya
tentang gangguan yang dialami pasien sehingga mereka dapat menerima dan
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses pemulihan
pasien

IX. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam

Ad functionam : Dubia ad bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya. Selain itu
menilai efektivitas terapi dan kemungkinan efek samping yang mungkin terjadi.

12
XI. DISKUSI
Dari Alloanamnesis Tn. S didapatkan adanya gejala klinis berupa pasien
mengamuk dan selalu gelisah. Pasien juga tidak bisa tenang dan sering keluar
rumah.
Pasien mengeluhkan sering mendengar bisikan setan dan meyakini dirinya
sebagai wali Allah. Pasien meyakini dirinya dikejar-kejar oleh polisi. Berdasarkan
gejala-gejala diatas dapat disimpulkan bahwa pasien dengan gejala tersebut dapat
didiagnosis dengan Skizofrenia, Sesuai dengan kriteria diagnosis menurut PPDGJ
III dengan 1 gejala, yakni pasien sering mendengar suara bisikan (Halusinasi
auditorik), dan digolongkan dalam Skizofrenia paranoid, Sesuai dengan kriteria
diagnosis menurut PPDGJ III, yakni merasa curiga dengan orang lain (Waham
Kejar), dan meyakini dirinya sebagai wali Allah (Waham Kebesaran).
Tatalaksana untuk pasien diatas adalah dengan melakukan pemberian anti
psikotik generasi satu ( Anti Psikosis Tipikal ) berupa Haloperidol dosis 5 mg 1x1
dan tetapi apabila pasien mulai mengeluhkan timbulnya efek samping obat dapat
bantu dengan pemberian THP (Trihexyphenidil dosis 2 mg 1x1).
Pasien juga bisa diberikan Family therapy dengan mengedukasi keluarga
pasien untuk tidak mengekang serta menekan pasien dan selalu memberi dukungan
kepada pasien untuk meningkatkan kepercayaan diri sekaligus mengontrol
kepatuhan pasien dalam minum obat untuk keberhasilan terapi.

13
XI . Tinjaun Pustaka

1.1 Pendahuluan

Skizofrenia merupakan suatu bentuk gangguan psikosis fungsional dengan


prevalensi 1-1,5 % dari total penduduk dunia. Skizofrenia biasanya muncul pada
usia remaja akhir atau dewasa muda. Onset pada laki-laki biasanya anatara 15-25
tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun.1

Gejala yang ditimbulkan pada pasien skizofrenia mencangkup beberapa


fungsi, seperti pada gangguan persepsi (halusinasi), keyakinan yang salah (waham),
penurunan dari proses berpikir dan berbicara (alogia), gangguan aktivitas motorik
(katatonik atau hyperactive behavior), gangguan dari pengungkapan emosi (afek
tumpul), tidak mampu merasakan kesenangan (anhedonia sehingga menyebabkan
afek datar). Akan tetapi, kesadaran dan kemampuan intelektual pada pasien masih
dapat dipertahankan, meskipun terjadi defisit kognitif.

Menurut Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorders Five


Edition Text Revised (DSM-V-TR) Tipe skizofrenia dibagi menjadi beberapa tipe
yaitu tipe paranoid, tipe hebefrenik, tipe katatonik, tip residual, tipe simpleks, tipe
lainnya , tipe YTT dan depresi pasca skizofrenia. Dari semua tipe tersebut yang
paling sering terjadi adalah tipe paranoid.2

Skizofrenia paranoid terjadi karena melemahnya neurologis dan kognitif.


Pada fase aktif dari kelainan ini penderita mengalami gangguan jiwa berat dan
gejala-gejala tersebut dapat membahayakan dirinya dan orang lain.

2.1 SKiZOFRENIA

2.1.1 Definisi

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang berarti


“terpisah”atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi
pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku.4

14
Skizofrenia adalah istilah psikosis yang menggambarkan mispersepsi pikiran dan
persepsi yang timbul dari pikiran/imajinasi pasien sebagai kenyataan, dan
mencakup waham dan halusinasi.3

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan


karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness)
dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

2.1.2 Epidemiologi

Skizofrenia terjadi pada 15 - 20/100.000 individu per tahun, dengan risiko


morbiditas selama hidup 0,85% (pria/wanita) dan kejadian puncak pada akhir masa
remaja atau awal dewasa.2 Awitan skizofrenia di bawah usia 10 tahun atau di atas
usia 60 tahun sangat jarang. Laki-laki memiliki onset skizofrenia yang lebih awal
daripada wanita. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun, dan
untuk wanita usia puncak onsetnya adalah 25 sampai 35 tahun.6,7

Sejumlah studi mengindikasikan bahwa pria lebih cenderung mengalami


hendaya akibat gejala negatif daripada wanita dan bahwa wanita lebih cenderung
memiliki kemampuan fungsi sosial yang lebih baik daripada pria sebelum awitan
penyakit. Secara umum, hasil akhir pasin skizofrenia wanita lebih baik
dibandingkan hasil akhir pasien skizofrenia pria.5

2.1.3 Etiologi

Sampai saat ini, belum ditemukan etiologi pasti penyebab skizofrenia.7


Namun, skizofrenia tidak hanya disebabkan oleh satu etiologi, melainkan
gabungan antara berbagai faktor yang dapat mendorong munculnya gejala
mulai dari faktor neurobiologis maupun faktor psikososial, diantaranya
sebagai berikut:

1. Faktor Neurobiologis

15
a. Faktor Genetika

Sesuai dengan penelitian hubungan darah (konsanguinitas), skizofrenia


adalah gangguan bersifat keluarga.Penelitian tentang adanya pengaruh genetika
atau keturunan terhadap terjadinya skizofrenia tersebut telah membuktikan bahwa
terjadinya peningkatan risiko terjadinya skizofrenia bila terdapat anggota keluarga
lainnya yang menderita skizofrenia, terutama bila hubungan keluarga tersebut dekat
(semakin dekat hubungan kekerabatan, semakin tinggi risikonya).7

b. Faktor Neuroanatomi Struktural

Sistem limbik, korteks frontalis, dan ganglia basalis merupakan tiga daerah
yang saling berhubungan, sehingga disfungsi pada salah satu daerah mungkin
melibatkan patologi primer di daerah lainnya.Gangguan pada sistem limbik akan
mengakibatkan gangguan pengendalian emosi. Gangguan pada ganglia basalis,
akan mengakibatkan gangguan atau keanehan pada pergerakan (motorik), termasuk
gaya berjalan, ekspresi wajah facial grimacing. Pada pasien skizofrenia dapat
ditemukan gangguan organik berupa pelebaran ventrikel tiga dan lateral, atrofi
bilateral lobus temporomedial dan girus parahipokampus, hipokampus, dan
amigdala.6,7

c. Faktor Neurokimia

Ketidakseimbangan yang terjadi pada neurotransmitter juga diidentifikasi


sebagai etiologi pada pasien skizofrenia. Hipotesis yang paling banyak yaitu gejala
psikotik pada pasien skizofrenia timbul diperkirakan karena adanya gangguan
neurotransmitter sentral, yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dopaminergik atau
dopamin sentral (hipotesis dopamin). Peningkatan ini merupakan akibat dari
meningkatnya pelepasan dopamin, terlalu banyak reseptor dopamin, atau
hipersensitivitas reseptor dopamin.6

16
2. Faktor Psikososial

a. Faktor Keluarga dan Lingkungan

Kekacauan dan dinamika keluarga memegang peranan penting dalam


menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan remisi.7 Pasien skizofrenia sering
tidak “dibebaskan” oleh keluarganya. Beberapa peneliti mengidentifikasi suatu cara
komunikasi yang patologi dan aneh pada keluarga-keluarga skizofrenia.
Komunikasi sering samar-samar atau tidak jelas dan sedikit tak logis.7 Penderita
skizofrenia pada keluarga dengan ekspresi emosi tinggi (expressed emotion [EE],
keluarga yang berkomentar kasar dan mengkritik secara berlebihan) memiliki
peluang yang lebih besar untuk kambuh.7,8

b. Faktor Stressor

Skizofrenia juga berhubungan dengan penurunan sosio-ekonomi dan


kejadian hidup yang berlebihan pada tiga minggu sebelum onset gejala akut.8

2.1.4 Manifestasi Klinis

Skizofrenia Paranoid

Gejala-gejala yang terdapat pada Skizofrenia paranoid adalah sebagai berikut:

1. Waham (delusion) yang menonjol .misalnya waham kejar, waham


kebesaran dan lain sebagainya,
2. Halusinasi yang menonjol misalnya halusinasi auditorik, halusinasi visual
dan lain sebagainya,
3. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala
katatonik secara relative tidak nyata/tidak menonjol.9

2.1.5 Kriteria Diagnosis

Berdasarkan PPDGJ III, pedoman diagnostik Skizofrenia, yaitu:

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas), yaitu:

17
A. Thought
 Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri berulang atau bergema
dalam kepalanya, dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda.
 Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal)
 Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum dapat mengetahuinya
B. Delusion
 Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar
 Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar
 Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang “dirinya” = secara
jelas merujuk ke pergerakan anggota tubuh/anggota gerak atau
pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus)
 Delusion perception = pengalaman tentang dirinya yang tak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya yang bersifat mistik atau
mukjizat
C. Halusinasi auditorik
 Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap
perilaku pasien, atau
 Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di antara
berbagai suara yang berbicara), atau
 Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
D. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar, dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan

18
di atas manusia biasa misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
c. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (ex-citement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
stupor.
d. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal).
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hiduo tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam
diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial.
Pedoman skizofrenia paranoid
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol

19
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi
tawa (laughing)
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin
ada tetapi jarang menonjol
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delution of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata tidak menonjol.

Berdasarkan DSM V(2)

1. Dua (atau lebih) dari gejala berikut; Setiap gejala muncul dengan waktu yang
cukup signifikan dalam kurun waktu periode 1 bulan (atau kurang, jika
berhasil ditangani). Setidaknya salah satu gejala merupakan (1), (2), atau(3):
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Kemampuan berbicara tidak terorganisasi
4. Perilaku tidak terorganisasi dan katatonia
5. Simptom negatif
2. Untuk periode waktu yang signifikan sejak munculnya onset dari gangguan,
level keberfungsian dari kebanyakan area seperti pekerjaan, relasi
interpersonal, self-care, tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan
sebelum onset.
3. Munculnya gejala yang berkelanjutan dari gangguan, setidaknya selama 6
bulan. Dalam 6 bulan ini, setidaknya terdapat 1 bulan dimana muncul gejala

20
yang memenuhi Kriteria A, dan dimungkinkan juga munculnya gejala
prodromal maupun residual.
4. Gangguan schizoaffective dan depressive maupun bipolar dengan
fitur psychotic telah dikesampingkan.
5. Gangguan tidak disebabkan karena efek psikologis dari penggunaan obat-
obatan maupun terkait kondisi medis lainnya.
6. Jika ada riwayat onset dari gangguan autism maupun gangguan bicara saat
kecil, maka diagnosa tambahan dari schizophrenia hanya dibuat jika delusi
dan halusinasinya menonjol.

2.1.6 Pengobatan

Skizofrenia diobati dengan antipsikotika (AP). Obat ini dibagi dalam dua
kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu dopamine receptor antagonis
(DRA) atau antipsikotika generasi I (APG-I) misalnya fenotiazine, tioxantine,
butirofenon dan serotonin-dopamine antagonist (SDA) atau antipsikotika generasi
II (APG-II) misalnya clozapine, risperidone, olanzapine. (10)

APG II sering disebut juga sebagai Serotonin Dopamin Antagosis (SDA)


atau antipsikotik atipikal. APG II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi
antara serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak. Hal ini yang
menyebabkan efek samping EPS lebih rendah dan sanagat efektif untuk mengatasi
gejala negatif. Perbedaan antara APG I dan APG II adalah APG I hanya dapat
memblok reseptor D2 sedangkan APG II memblok secara bersamaan reseptor
serotonin (5HT2A) dan reseptor dopamin (D2).

Obat Anti-Psikotik Tipikal (Typical Anti Psychotics)

1. Phenothiazine
 Rantai Aliphatic :
- Chlorpromazine (Chlorpromazine): Tab. 25-100mg. Dosis anjuran
300-1000 mg/h.

21
 Rantai Piperazine :
- Perphenazine (Trilafon)
- Trifluoperazine (Stelazine): Tab. 1-5 mg. Dosis anjuran 15-50 mg/h
- Fluphenazine (Stelazine): Tab.1-5 mg. Dosis anjuran 15-50 mg/h
 Rantai Piperidine : Thioridazine (Melleril)
2. Butyrophenone : Haloperidol (Haloperidol): Tab 0,5, 1,5,
5mg. Dosis anjuran 5-20 mg/h
3. Diphenyl-butyl-piperidine : Pimozide.

Pasien diberikan Haloperidol 5 mg 3x1 dan Chlorpromazin 0-0-1 yang


merupakan antipsikotik tipikal. Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur
pada orang yang mengalami eksitasi. Efek sedative haloperidol kurang kuat
disbanding dengan CPZ.(10)

Pasien juga diberikan Trihexyphenidil 2 mg 1x1 yang merupakan


antikolinergik. Mekanisme kerja dasar obat ini ialah mengurangi aktivitas
kolinergik yang berlebihan di ganglia basal.(10)

2.1.7 Diagnosis banding

1. Epilepsi dan Psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan


2. Keadaan paranoid involusional
3. Paranoia
2.1.8 Prognosis
Sebagian gejala skizofrenia akut dan gejala yang lebih dramatif hilang
dengan berjalannya waktu, tetapi pasien secara kronik membutuhkan perlindungan
atau menghabiskan waktunya bertahun-tahun di dalam rumah sakit jiwa. Prognosis
menjadi lebih buruk bila pasien menyalahgunakan zat atau hidup dalam keluarga
yang tidak harmonis.

22
KESIMPULAN

Skizofrenia adalah istilah psikosis yang menggambarkan mispersepsi


pikiran dan persepsi yang timbul dari pikiran/imajinasi pasien sebagai kenyataan,
dan mencakup waham dan halusinasi.

Menurut Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorders Five


Edition Text Revised (DSM-V-TR) Tipe skizofrenia dibagi menjadi beberapa tipe,
Dari semua tipe tersebut yang paling sering terjadi adalah tipe paranoid.

Diagnosis Skizofrenia harus ada sedikitnya satu gejala yang amat jelas,
yaitu :

 Thought
 Delusion
 Halusinasi auditorik
 Waham-waham menetap jenis lainnya

atau sedikitnya dua gejala secara jelas, yaitu :

 Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja


 Arus pikiran yang terputus
 Perilaku katatonik
 Gejala-gejala “negatif

sesuai kriteria diagnosis PPDGJ III.

Skizofrenia diobati dengan antipsikotika (AP). yaitu dopamine receptor


antagonis (DRA) atau antipsikotika generasi I (APG-I) seperti Clorpromazine dan
Halopridol dan serotonin-dopamine antagonist (SDA) atau antipsikotika generasi
II (APG-II) seperti Clobazine dan Risperidone. Prognosis penyakit tergantung dari
cepat lambatnya pengobatan dan pengawasan dalam pelaksanaan pengobatan.

23
Daftar Pustaka

1. Sadock, Benjamin J.; Sadock, Virginia A.; Ruiz, Pedro : Kaplan & Sadock’s
Comprehensive Textbook of Psychiatry, 9th Edition. Philadhelpia :
Lippincott Williams & Wilkins, 2009.p. 1434
2. Maslim,Rusdi. Buku Saku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan
Jiwa III(PPDGJ III).Jakarta : PT Nuh Jaya, 2013.
3. Gangguan Jiwa : Skizofrenia - Fenomena, Etiologi, Penangan dan
Prognosis. Editor : Rina Astikawati. At A Glance Psikiatri - Cornelius
Katona, Claudia Cooper, dan Mary Robertson. Edisi 4. Jakarta : Erlangga.
2012:18-21.
4. Psikiatri : Skizofrenia (F2). Editor : Chris Tanto, Frans Liwang, dkk. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. 2014:910-
3.
5. Skizofrenia. Editor : Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan &
Sadock - Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC. 2014:147-68.
6. Skizofrenia. Editor : I. Made Wiguna S. Kaplan - Sadock, Sinopsis Psikiatri
- Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1. Tanggerang : Binarupa
Aksara Publisher. 2010:699-744
7. Skizofrenia. Editor : Sylvia D. Elvira dan Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar
Psikiatri. Edisi 2. Jakarta : Badan Penerbit FK UI. 2013:173-98.
8. Gangguan Jiwa : Skizofrenia - Fenomena, Etiologi, Penangan dan
Prognosis. Editor : Rina Astikawati. At A Glance Psikiatri - Cornelius
Katona, Claudia Cooper, dan Mary Robertson. Edisi 4. Jakarta : Erlangga.
2012:18-21.
9. Muhyi, A. Prevalensi Penderita Skizofrenia Paranoid dengan Gejala
Depresi di RSJ. FK UIN Syarif Hidayatullah. 2011
10. Gan Sulistia, Arozal Wawaimuli. Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Bagian
Farmakologi FK-UI. Jakarta: 2007

24

Anda mungkin juga menyukai