I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
No. RM : 00179572
Umur : 41 Tahun
Alamat : Pinrang
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Tanggal Pemeriksa : 17 September 2019
Agama : Islam
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Pinrang
1
LAPORAN PSIKIATRI
A. Keluhan Utama:
Mengamuk
Pasien juga meyakini dikejar-kejar oleh Polisi karena ada rasa dendam
terhadap dirinya. Pasien juga sering mendengar bisikan-bisikan yang menurutnya
adalah bisikan setan. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya adalah wali Allah.
Pasien juga sudah meresahkan warga kampung sekitar karena pasien berkeliling
kampung dengan mengendarai sepeda motor sambil berteriak-teriak sendiri. Pasien
berteriak dan mengatakan jika sudah meniduri semua perempuan yang ada
dikampung.
2
Awal perubahan perilaku pasien sejak tahun 2007. Saat itu pasien bekerja
sebagai petani yang memiliki kebun dan empang, Pasien tiba-tiba mengamuk,
berteriak-teriak tanpa sebab yang jelas. Pasien kadang membaik dan kambuh
kembali. Selama 6 bulan lamanya pasien berada dirumah tidak lagi bekerja karena
sakit namun setelah itu pasien dibawa pertama kali ke UGD RSKD Dadi. Keluarga
pasien lupa lama pasien dirawat. Waktu itu Pasien diperbolehkan pulang dalam
kondisi membaik akan tetapi sesampai dirumah pasien tidak rutin minum obat dan
tidak kontrol kembali. Pasien sudah putus obat ≥ 10 tahun. Pasien tadi sore sudah
meminum obat chlorpromazine 1 tablet (Jam 16.30 WITA) yang diberikan oleh
petugas di PKM Patobong, Pinrang.
Hendaya Disfungsi
3
pasien lupa lama pasien dirawat. Waktu itu Pasien diperbolehkan pulang dalam
kondisi membaik akan tetapi sesampai dirumah pasien tidak rutin minum obat dan
tidak kontrol kembali.
Februari 1978 di rumah. Tidak ditemukan cacat lahir maupun kelainan bawaan,
berat badan lahir tidak diketahui. Selama kehamilan ibu pasien dalam keadaan
sehat. Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya serta minum ASI hingga waktu yang
tidak diketahui. Pada saat bayi, pasien tidak pernah mengalami demam tinggi dan
kejang.
seusianya.
Pada usia 7 tahun pasien mulai bersekolah di Sekolah Dasar, pasien dapat baca,
tulis, menghitung. Prestasi Pasien selama sekolah termasuk biasa-biasa saja. Pasien
tidak pernah ketinggalan kelas selama SD hingga tamat.
jenjang SMP karena masalah ekonomi. Dan sehaari-hari pasien membantu kedua
4
5. Riwayat Masa Remaja (Usia 15-18 tahun)
Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA dan sehari-hari
membantu kedua orang tua.
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
5
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal Serumah
6
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (TANGGAL 25/9/2019 - RUANG
PALEM RSKD DADI)
A. Deskripsi umum
1. Penampilan : Seorang laki-laki, wajah sesuai umur (41 tahun) tampak
tenang, memakai baju kaos coklat dan memakai celana pendek jeans
selutut, perawakan sedang, perawatan diri cukup.
2. Kesadaran :
Kuantitas : Compos Mentis (E4M6V5)
Kualitas : Berubah
3. Perilaku dan aktifitas psikomotor : Tenang
4. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan afektif
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Terbatas
3. Empati : tidak dapat dirabarasakan
7
4. Konsentrasi dan Perhatian : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat Kreatif : tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
8
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang pasien diantar masuk ke UGD RSKD untuk kedua kali oleh sepupu
dan seorang polisi dengan keluhan mengamuk yang dialami sejak 1 minggu terakhir
dan memberat sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien marah-marah dan
mendatangi rumah tetangganya yang seorang polisi, pasien membawa benda tajam
berupa parang dan mengancam tetangganya tersebut karena pasien merasa dendam
karena sering diejek sebagai orang gila. Pasien tinggal bertiga dengan istri dan satu
orang anak. Didalam rumah pasien sering mondar-mandir dan sering jalan keluar
rumah, pasien sering mendatangi kantor polisi dan koramil karena pasien merasa
semua orang yang bekerja di kantor tersebut merupakan kawan pasien, pasien juga
sering terlihat ke masjid untuk shalat berjamaah. 2 hari terakhir ini istri dan anak
pasien pergi meninggalkan rumah karena pasien sering mengancam ingin
membunuh istrinya dan terakhir pasien menodongkan pisau ke leher istrinya tanpa
sebab yang jelas sehingga membuat istrinya kabur dari rumah dan tinggal dirumah
kerabatnya. Menurut keluarganya pasien juga kerap terlihat bertengkar dengan
istrinya dan pasien tidak menceritakan penyebab pertengkaran dengan istrinya.
Makan pasien baik, tidur terganggu, mandi teratur.
Pasien juga meyakini dikejar-kejar oleh Polisi karena ada rasa dendam
terhadap dirinya. Pasien juga sering mendengar bisikan-bisikan yang menurutnya
adalah bisikan setan. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya adalah wali Allah.
Pasien juga sudah meresahkan warga kampung sekitar karena pasien berkeliling
kampung dengan mengendarai sepeda motor sambil berteriak-teriak sendiri. Pasien
berteriak dan mengatakan jika sudah meniduri semua perempuan yang ada
dikampung.
Awal perubahan perilaku pasien sejak tahun 2007. Saat itu pasien bekerja
sebagai petani yang memiliki kebun dan empang, Pasien tiba-tiba mengamuk,
berteriak-teriak tanpa sebab yang jelas. Pasien kadang membaik dan kambuh
kembali. Selama 6 bulan lamanya pasien berada dirumah tidak lagi bekerja karena
sakit namun setelah itu pasien dibawa pertama kali ke UGD RSKD Dadi. Keluarga
pasien lupa lama pasien dirawat. Waktu itu Pasien diperbolehkan pulang dalam
9
kondisi membaik akan tetapi sesampai dirumah pasien tidak rutin minum obat dan
tidak kontrol kembali. Pasien sudah putus obat ≥ 10 tahun. Pasien tadi sore sudah
meminum obat chlorpromazine 1 tablet (Jam 16.30 WITA) yang diberikan oleh
petugas di PKM Patobong, Pinrang.
10
Pasien didiagnosis banding dengan :
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
VII.DAFTAR MASALAH
Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna, namun karena terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter maka memerlukan psikofarmakoterapi.
Psikologi
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa waham
persekutorik yang menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan
psikoterapi.
Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan
waktu senggang maka membutuhkan sosioterapi
11
VIII. RENCANA TERAPI
1. Psikofarmakoterapi
Haloperidol 5 mg, 1 tab/8jam/oral
Trihexilphenidyl 2 mg, 1tab/12j/oral
2. Psikoterapi Suportif
Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan
dan isi hati serta perasaan sehingga pasien merasa lega.
Konseling: Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar
memahami penyakitnya, bagaimana cara menghadapinya, manfaat
pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin timbul selama
pengobatan. Memberikan dukungan kepada pasien serta memotivasi agar
minum obat secara teratur.
3. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang disekitarnya
tentang gangguan yang dialami pasien sehingga mereka dapat menerima dan
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses pemulihan
pasien
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya. Selain itu
menilai efektivitas terapi dan kemungkinan efek samping yang mungkin terjadi.
12
XI. DISKUSI
Dari Alloanamnesis Tn. S didapatkan adanya gejala klinis berupa pasien
mengamuk dan selalu gelisah. Pasien juga tidak bisa tenang dan sering keluar
rumah.
Pasien mengeluhkan sering mendengar bisikan setan dan meyakini dirinya
sebagai wali Allah. Pasien meyakini dirinya dikejar-kejar oleh polisi. Berdasarkan
gejala-gejala diatas dapat disimpulkan bahwa pasien dengan gejala tersebut dapat
didiagnosis dengan Skizofrenia, Sesuai dengan kriteria diagnosis menurut PPDGJ
III dengan 1 gejala, yakni pasien sering mendengar suara bisikan (Halusinasi
auditorik), dan digolongkan dalam Skizofrenia paranoid, Sesuai dengan kriteria
diagnosis menurut PPDGJ III, yakni merasa curiga dengan orang lain (Waham
Kejar), dan meyakini dirinya sebagai wali Allah (Waham Kebesaran).
Tatalaksana untuk pasien diatas adalah dengan melakukan pemberian anti
psikotik generasi satu ( Anti Psikosis Tipikal ) berupa Haloperidol dosis 5 mg 1x1
dan tetapi apabila pasien mulai mengeluhkan timbulnya efek samping obat dapat
bantu dengan pemberian THP (Trihexyphenidil dosis 2 mg 1x1).
Pasien juga bisa diberikan Family therapy dengan mengedukasi keluarga
pasien untuk tidak mengekang serta menekan pasien dan selalu memberi dukungan
kepada pasien untuk meningkatkan kepercayaan diri sekaligus mengontrol
kepatuhan pasien dalam minum obat untuk keberhasilan terapi.
13
XI . Tinjaun Pustaka
1.1 Pendahuluan
2.1 SKiZOFRENIA
2.1.1 Definisi
14
Skizofrenia adalah istilah psikosis yang menggambarkan mispersepsi pikiran dan
persepsi yang timbul dari pikiran/imajinasi pasien sebagai kenyataan, dan
mencakup waham dan halusinasi.3
2.1.2 Epidemiologi
2.1.3 Etiologi
1. Faktor Neurobiologis
15
a. Faktor Genetika
Sistem limbik, korteks frontalis, dan ganglia basalis merupakan tiga daerah
yang saling berhubungan, sehingga disfungsi pada salah satu daerah mungkin
melibatkan patologi primer di daerah lainnya.Gangguan pada sistem limbik akan
mengakibatkan gangguan pengendalian emosi. Gangguan pada ganglia basalis,
akan mengakibatkan gangguan atau keanehan pada pergerakan (motorik), termasuk
gaya berjalan, ekspresi wajah facial grimacing. Pada pasien skizofrenia dapat
ditemukan gangguan organik berupa pelebaran ventrikel tiga dan lateral, atrofi
bilateral lobus temporomedial dan girus parahipokampus, hipokampus, dan
amigdala.6,7
c. Faktor Neurokimia
16
2. Faktor Psikososial
b. Faktor Stressor
Skizofrenia Paranoid
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas), yaitu:
17
A. Thought
Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri berulang atau bergema
dalam kepalanya, dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda.
Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal)
Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum dapat mengetahuinya
B. Delusion
Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar
Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar
Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang “dirinya” = secara
jelas merujuk ke pergerakan anggota tubuh/anggota gerak atau
pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus)
Delusion perception = pengalaman tentang dirinya yang tak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya yang bersifat mistik atau
mukjizat
C. Halusinasi auditorik
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap
perilaku pasien, atau
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di antara
berbagai suara yang berbicara), atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
D. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar, dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
18
di atas manusia biasa misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
c. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (ex-citement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
stupor.
d. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hiduo tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam
diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial.
Pedoman skizofrenia paranoid
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
19
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi
tawa (laughing)
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin
ada tetapi jarang menonjol
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delution of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata tidak menonjol.
1. Dua (atau lebih) dari gejala berikut; Setiap gejala muncul dengan waktu yang
cukup signifikan dalam kurun waktu periode 1 bulan (atau kurang, jika
berhasil ditangani). Setidaknya salah satu gejala merupakan (1), (2), atau(3):
1. Delusi
2. Halusinasi
3. Kemampuan berbicara tidak terorganisasi
4. Perilaku tidak terorganisasi dan katatonia
5. Simptom negatif
2. Untuk periode waktu yang signifikan sejak munculnya onset dari gangguan,
level keberfungsian dari kebanyakan area seperti pekerjaan, relasi
interpersonal, self-care, tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan
sebelum onset.
3. Munculnya gejala yang berkelanjutan dari gangguan, setidaknya selama 6
bulan. Dalam 6 bulan ini, setidaknya terdapat 1 bulan dimana muncul gejala
20
yang memenuhi Kriteria A, dan dimungkinkan juga munculnya gejala
prodromal maupun residual.
4. Gangguan schizoaffective dan depressive maupun bipolar dengan
fitur psychotic telah dikesampingkan.
5. Gangguan tidak disebabkan karena efek psikologis dari penggunaan obat-
obatan maupun terkait kondisi medis lainnya.
6. Jika ada riwayat onset dari gangguan autism maupun gangguan bicara saat
kecil, maka diagnosa tambahan dari schizophrenia hanya dibuat jika delusi
dan halusinasinya menonjol.
2.1.6 Pengobatan
Skizofrenia diobati dengan antipsikotika (AP). Obat ini dibagi dalam dua
kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu dopamine receptor antagonis
(DRA) atau antipsikotika generasi I (APG-I) misalnya fenotiazine, tioxantine,
butirofenon dan serotonin-dopamine antagonist (SDA) atau antipsikotika generasi
II (APG-II) misalnya clozapine, risperidone, olanzapine. (10)
1. Phenothiazine
Rantai Aliphatic :
- Chlorpromazine (Chlorpromazine): Tab. 25-100mg. Dosis anjuran
300-1000 mg/h.
21
Rantai Piperazine :
- Perphenazine (Trilafon)
- Trifluoperazine (Stelazine): Tab. 1-5 mg. Dosis anjuran 15-50 mg/h
- Fluphenazine (Stelazine): Tab.1-5 mg. Dosis anjuran 15-50 mg/h
Rantai Piperidine : Thioridazine (Melleril)
2. Butyrophenone : Haloperidol (Haloperidol): Tab 0,5, 1,5,
5mg. Dosis anjuran 5-20 mg/h
3. Diphenyl-butyl-piperidine : Pimozide.
22
KESIMPULAN
Diagnosis Skizofrenia harus ada sedikitnya satu gejala yang amat jelas,
yaitu :
Thought
Delusion
Halusinasi auditorik
Waham-waham menetap jenis lainnya
23
Daftar Pustaka
1. Sadock, Benjamin J.; Sadock, Virginia A.; Ruiz, Pedro : Kaplan & Sadock’s
Comprehensive Textbook of Psychiatry, 9th Edition. Philadhelpia :
Lippincott Williams & Wilkins, 2009.p. 1434
2. Maslim,Rusdi. Buku Saku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan
Jiwa III(PPDGJ III).Jakarta : PT Nuh Jaya, 2013.
3. Gangguan Jiwa : Skizofrenia - Fenomena, Etiologi, Penangan dan
Prognosis. Editor : Rina Astikawati. At A Glance Psikiatri - Cornelius
Katona, Claudia Cooper, dan Mary Robertson. Edisi 4. Jakarta : Erlangga.
2012:18-21.
4. Psikiatri : Skizofrenia (F2). Editor : Chris Tanto, Frans Liwang, dkk. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. 2014:910-
3.
5. Skizofrenia. Editor : Husny Muttaqin dan Tiara Mahatmi Nisa. Kaplan &
Sadock - Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC. 2014:147-68.
6. Skizofrenia. Editor : I. Made Wiguna S. Kaplan - Sadock, Sinopsis Psikiatri
- Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 1. Tanggerang : Binarupa
Aksara Publisher. 2010:699-744
7. Skizofrenia. Editor : Sylvia D. Elvira dan Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar
Psikiatri. Edisi 2. Jakarta : Badan Penerbit FK UI. 2013:173-98.
8. Gangguan Jiwa : Skizofrenia - Fenomena, Etiologi, Penangan dan
Prognosis. Editor : Rina Astikawati. At A Glance Psikiatri - Cornelius
Katona, Claudia Cooper, dan Mary Robertson. Edisi 4. Jakarta : Erlangga.
2012:18-21.
9. Muhyi, A. Prevalensi Penderita Skizofrenia Paranoid dengan Gejala
Depresi di RSJ. FK UIN Syarif Hidayatullah. 2011
10. Gan Sulistia, Arozal Wawaimuli. Farmakologi dan Terapi Edisi 5 Bagian
Farmakologi FK-UI. Jakarta: 2007
24