Anda di halaman 1dari 7

Anti Mania

I.

KLASIFIKASI OBAT ANTI-MANIA


No

Nama Generik

Nama Dagang

Sediaan

1 Lithium Karbonat Frimania (Mersifarma)

Tab. 200 mg, 300 mg, 400

2 Karbamazepin

Tab. 200 mg Kaplet. 200


mg

Tegretol (Novartis),
Bamgetol (Mersifarma)

3 Natrium
Divalproex
4 Haloperidol

Asam Valproat

Depakote (abbott)

Tab. 500 mg, Caps. 250 mg.

Haloperidol (Indofarma),

Tab. 0,5 mg; 1,5 mg; 5 mg

Haldol (Janssen),

Liq. 2 mg/ml

Serenace (Searle)

Amp. 5 mg/ml

Depakene

Caps. 250 mg, Syr. 250 mg/


5 ml

Obat acuan anti mania adalah Lithium Carbonate.


II.

FARMAKOKINETIK
1. Lithium Carbonate
Cara kerja lithium sebenarnya dalam mengatasi mania belum diketahui
secara pasti, diduga ion lithium menimbulkan efek menstabilkan mood dengan
menghambat inositol monophosphatase (IMPase) dengan
dua

ion magnesium pada sisi aktif IMPase. IMPase

subsitusi

satu dari

merupakan enzim yang

diyakini sebagai penyebab beberapa gangguan bipolar.


Pendapat lain mengatakan bahwa efek antimania lithium disebabkan oleh
kemampuannya mengurangi dopamine receptor supersensitivity dengan meningkatkan
cholinergic-muscarinic activity dan menghambat Cyclic AMP.
2. Karbamazepin
Cara kerja karbamazepin adalah dengan menstabilkan sodium channel yang
inaktif pada neuron, sehingga neuron menjadi sulit tereksitasi. Karbamazepin juga
mengurangi aktifitas dari nucleus ventralis dari hypothalamus atau mengurangi
transmisi sinaps.

3. Natrium Divalproex
Natrium divalproex adalah obat antikonvulsan, namun juga digunakan
dalam terapi mania dan untuk membantu mencegah sakit kepala migrain. Di
Amerika Serikat dijual dengan berbagai nama dagang seperti Depacon, Depakene,
Depakote dan Depakote sprinkle. Obat ini secara kimia dibentuk oleh gabungan
antara natrium valproat dan asam valproat dengan perbandingan 1 : 1. Pertama
kali ditemukan pada tahun 1963 mempunyai efek sebagai antikonvulsan dan
pada tahun 1978 diperbolehkan digunakan di Amerika Serikat. Melalui penelitian
yang dlakukan pada tahun 1995 ditemukan bahwa natrium divalproex juga efektif
sebagai antimania.
4. Haloperidol
Struktur

haloperidol

berbeda

dengan

fenotiazin,

tetapi

butirofenon

memperlihatkan banyak sifat farmakologi fenotiazin. Pada orang normal, efek


haloperidol mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikotik yang
kuat dan efektif untuk fase mania penyakit manic depresif dan skizofrenia. Efek
fenotiazin piperazin dan butirofenon berbeda secara kuantitatif karena butirofenon
selain menghambat efek dopamine juga menghambat turn overratenya.
5. Asam valproate
Asam valproat mengurangi perambatan lepasan listrik abnormal di dalam
otak. Asam valproat bisa memperkuat keja GABA pada sinaps-sinaps inhibisi.
Mekanisme kerjanya diperkirakan berdasarkan hambatan enzim yang menguraikan
GABA ( g-amino-butyric acid) sehingga kadar neurotransmiter ini diotak meningkat.

III.

INDIKASI TERAPETIK
1. Lithium Carbonate
Mengatasi episode mania. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu
setelah minum obat. Lithium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi
intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.
2. Kabamazepin
Karbamazepin

pertama-tama

digunakan

untuk

pengobatan

trigeminal

neuralgia, kemudian ternyata bahwa obat ini efektif terhadap bangkitan parsial

kompleks

dan

bangkitan

tonik-klonik

(antikonvulsan)

dan

sebagai

mood

modulator. Saat ini karbamazepin merupakan antiepilepsi utama di Amerika


Serikat

untuk

mengatasi

berbagai

bangkitan

kecuali

bangkitan

lena.

Karbamazepin juga dapat digunakan sebagai antimania dan terapi profilaksis.


Indikasi penggunaan terapeutik penggunaan karbamazepin adalah :
-

Epilepsi

Gangguan bipolar (mania, depresi)

Skizofrenia dan gangguan skizoafektif

Gangguan depresif

Gangguan pengendalian impuls

3. Natrium Divalproex
Obat ini efektif untuk penanganan epilepsi, baik bangkitan sederhana,
kompleks, absen, campuran dan tonik klonik (grand mall). Natrium divalproex ini
juga digunakan untuk penanganan gangguan bipolar episode manik pada dewasa,
dan mencegah sakit kepala migrain.

10

Natrium divalproex juga merupakan alternatif terapi yang penting sebagai


pengganti lithium dalam penggunaan dengan tujuan pemeliharaan untuk kasuskasus gangguan bipolar (terutama pada pasien dengan siklus berulang), penderita
dengan riwayat disforia atau mania campuran, gangguan anxietas, atau penyakit
otak organik.

4. Haloperidol
Haloperidol diindikasikan pada keadaan:
- Psikosis akut
- Halusinasi pada skizofrenia
- Kelainan sikap dan tingkah laku pada anak
5. Asam Valproat
Indikasi pemberian asam valproat adalah:
- Epilepsi
- Gangguan bipolar
- Gangguan Skizoafektif
- Gangguan Mental lainnya.
IV.
KONTRAINDIKASI
Tidak dianjurkan penggunaan obat anti mania pada wanita hamil dan menyusui.
V.
EFEK SAMPING
1. Lithium Carbonate

Ef

ek samping lithium seperti tremor, diare, nausea, dan sering kencing,

bergantung pada dosis yang dikonsumsi. Pada kadar lithium darah yang tinggi (>2
mg), pasien akan mengalami ataksia, kebingungan, bahkan koma.
Gejala intoksikasi (kadar serum lithium > 1,5 mEq/L) dapat berupa :
- Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, konsentrasi pikiran
menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, dan gaya berjalan tidak stabil.
- Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala : kesadaran menurun
dapat sampai koma dengan hipertoni otot dan kedutan, oliguria, dan kejang- kejang.

2. Karbamazepin
Gejala intoksikasi akut karbamazepin dapat berupa stupor atau koma, kejang
dan depresi nafas. Karena potensinya untuk menimbulkan efek samping sangat
luas, maka pada pengobatan dengan karbamazepin dianjurkan pemeriksaan nilai
basal dari darah dan melakukan pemeriksaan ulangan selama pengobatan.
4. Haloperidol
Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insiden tinggi,
terutama pada penderita usia muda. Efek samping ekstrapiramidal akibat
penggunaan haloperidol memberikan gejala Parkinsonisme, akatisia, distonia juga
bisa terjadi opistotonus dan okulogirik krisis. Pengobatan dengan haloperidol
harus dimulai dengan hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat reverse keadaan mania
atau sebagai efek samping yang sebenarnya. Perubahan hematologik ringan dan
selintas dapat terjadi, tetapi hanya leukopenia dan agranulositosis yang sering
dilaporkan. Frekuensi kejadian ikterus akibat haloperidol rendah. Haloperidol
sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sampai obat ini terbukti tidak
teratogenik.
5. Asam Valproat
Toksisitas asam valproat berupa gangguan saluran cerna, sistem saraf, hati,
ruam kulit dan allopesia. Gangguan saluran cerna berupa anoreksia, mual dan
muntah terjadi pada 16% kasus. Efek terhadap sistem saraf pusat berupa kantuk,
ataksia, dan tremor, menghilang dengan penurunan dosis. Gangguan pada hati
berupa peninggian aktivitas enzim-enzim hati, dan sesekali terjadi nekrosis hati

yang sering berakibat fatal. Kira-kira 60 kasus kematian telah dilaporkan akibat
penggunaan obat ini.
VI.

INTERAKSI OBAT

1. Lithium Carbonate
Penggunaan diuretik bersama lithium harus dilakukan hati-hati. Hal ini
dikarenakan diuretik yang menginduksi pengeluaran natrium, bisa mengurangi klirens
renal lithium yang akan menyebabkan kadar lithium serum meningkat dan risiko
toksisitas juga meningkat. Begitu juga pada pemberian bersamaan dengan beberapa
obat lain seperti NSAID dan ACE inhibitor.
Lithium sebaiknya tidak diberikan pada pasien jantung dan ginjal. Tapi
jika kondisi psikiatri pasien mengancam jiwa dan pasien tidak berespon dengan
obat lain, maka lithium bisa diberikan dengan pengawasan yang sangat ketat.
Pemeriksaan kadar lithium serum dilakukan tiap hari dan kemudian dilakukan
pengaturan dosis. Lithium sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena
diduga bisa mendatangkan efek merugikan bagi janin. Lithium juga disekresikan
melalui air susu ibu, sehingga tidak dianjurkan diberikan pada wanita yang menyusui.
Penggunaan lithium pada anak usia dibawah 12 tahun sebaiknya tidak dilakukan
mengingat data keamanan dan keefektifan dari obat ini pada populasi ini belum
ada. Pemberian lithium pada orang tua harus dilakukan perngaturan dosis.

2. Karbamazepin
Pemberian bersama lithium, obat anti psikotik, verapamil atau nifedipin
dapat mencetuskan efek merugikan sistem saraf pusat akibat karbamazepin.
Karbamazepin dapat menurunkan kadar kontrasepsi oral dalam darah, dan
menyebabkan perdarahan banyak. Karbamazepin tidak boleh digunakan bersama
monoamin oksidase inhibitor (MOAI) dan MOAI harus dihentikan sekurangkurangnya dua minggu sebelum terapi karbamzepin dimulai.
Fenobarbital dan Fenitoin dapat meningkatkan kadar karbamazepin, dan
biotransformasi

karbamazepin

dapat

dihambat

oleh

eritromisin.

Konversi

primidon menjadi fenobarbital ditingkatkan oleh karbamazepin, sedangkan pemberian


karbamazepin bersama asam valproat akan menurunkan kadar asam valproat.

3. Natrium Divalproex

Natrium divalproex dimetabolisme di hati. Konsentrasi obat lain dalam tubuh


yang dimetabolisme di hati dapat sangat menurun atau sangat meningkat bila
dikombinasikan

dengan natrium divalproex.

Tingkat konsentrasi

natrium

divalproex dapat meningkat apabila dikombinasikan dengan felbamat, isoniazid,


asam salisilat (aspirin), klaritomisin, eritromisin dan troleandomisin. Obat ini juga
meningkatkan kadar karbamazepin, fenitoin, lamotrigin, nimodipin, fenobarbital
dan zidovudin. Penggunaan dengan klonazepam mungkin dapat menimbulkan
bangkitan lena. Kolestiramin dan kolestipol dapat mengurangi absorsi dan
konsentrasi natrium divalproex dalam darah.

4. Haloperidol
Pemberian haloperidol dengan lithium akan mengurangi metabolisme
masing-masing obat, sehingga konsentrasi plasma kedua obat tidak akan
meningkat.

Pemberian

haloperidol

bersama

dengan

methyldopa

akan

menimbulkan efek aditif hipotensif. Pemberian haloperidol bersamaan dengan


antikonvulsan, alkohol, depresan sistem saraf pusat dan golongan opioid dapat
menimbulkan efek potensiasi. Amfetamin dapat menurunkan efek haloperidol.
Pembeian dengan epinefrin akan menimbulkan hipotensi berat.

5. Asam Valproat
Asam valproat akan meningkatkan kadar fenobarbital 40% karena terjadi
penghambatan hidroksi fenobarbital. Sedangkan interaksinya dengan fenitoin
terjadi melalui mekanisme yang lebih kompleks. Fenitoin total dalam plasma akan
turun, karena biotransformasinya yang meningkat dan pergeseran fenitoin dari
ikatan protein plasma, sedangkan fenitoin bebas dalam darah mungkin tidak
dipengaruhi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Panduan Praktis : Penggunaan Obat Psikotropik (Psychotropic


Medication). Edisi ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Ama Jaya ; 2007.
2. Direktorat

Kesehatan

Jiwa

Departemen

Kesehatan

RI. Pedoman

Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwan di Indonesia III. Edisi ketiga.


Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia ; 1993.
3. Lieberman JA, Tasman A. Handbook of Psychiatric Drugs. Chester city : John
Wiley & Sons Ltd ; 2006.
4. Katzung BG. Basic and Clinical Pharmacology.

th

10

Edition. San

Francisco : McGraw & Hill ; 2006.


5. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Synopsis of Psychiatry : Behavioral
th

Sciences/Clinical Psychiatry, 10 Ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2007.

Anda mungkin juga menyukai