Anda di halaman 1dari 3

2.

1 Neuronitis vestibular
2.1.1 Definisi
Neuritis vestibular, juga dikenal dengan nama neuronitis vestibular. Neuronitis vestibular
adalah penyebab paling umum kedua dari vertigo vestibular. Infeksi pada saraf vestibular
menyebabkan degenerasi saraf dan bisa terjadi secara bilateral dan secara klasik muncul dengan
vertigo, mual, dan ketidakseimbangan gaya berjalan. 

2.1.2 Etiologi
Neuritis vestibular diyakini sebagai gangguan inflamasi yang secara selektif
mempengaruhi bagian vestibular dari saraf kranial kedelapan. Penyebabnya diduga berasal dari
virus, biasanya dari keluarga virus herpes. Ini juga dapat terjadi akibat invasi bakteri (misalnya
Borrelia).

2.1.3 Epidemiologi
Data mengenai kejadian neuritis vestibular akut masih kurang, tetapi diketahui sebagai
penyebab ketiga paling umum dari vertigo perifer setelah penyakit BPPV dan
Meniere. Diperkirakan bahwa neuritis vestibular akut didiagnosis pada 6% pasien yang datang
ke unit gawat darurat di AS dengan keluhan pusing.  Biasanya ditemukan pada usia pertengahan
atau paruh baya, bias terjadi pada wanita ataupun pria.
2.1.4 Patogenesis
Neuritis vestibular diyakini sebagai gangguan inflamasi yang secara selektif
mempengaruhi bagian vestibular dari saraf kranial ke-8. Penyebabnya diduga berasal dari virus
(misalnya, reaktivasi infeksi HSV laten), tetapi penyebab lain dari etiologi vaskular dan asal
imunologis masih belum jelas. Diperkirakan bahwa saraf vestibular superior lebih sering terkena
akibat perjalanannya di sepanjang kanal tulang yang panjang dan sempit, sehingga lebih rentan
terhadap tekan dan menjadi edema.

2.1.5 Diagnosis
Diagnosis neuritis vestibuler dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Beberapa gejala neuritis vestibuler diantaranya yaitu: timbulnya vertigo mendadak yang
mengakibatkan mual dan muntah serta ketidakseimbangan tubuh dan nistagmus. Intensitas
vertigo dapat meningkat selama rentang waktu 1 jam. Umumnya gejala vertigo diperberat oleh
gerakan kepala namun vertigo dapat berkurang bila kepala dalam keadaan stabil dan mata
terpejam. Gejala pusing pada neuritis vestibuler biasanya terjadi dalam kurun waktu beberapa
hari sampai beberapa minggu dengan gejala oscillopsia atau lingkungan sekeliling terasa
berputar. Pasien mengeluh ketidakseimbangan saat berusaha berdiri atau berjalan dan bergerak
ke arah labirin yang terkena. Keluhan vertigo akan berkurang dalam beberapa hari kemudian.
Namun beberapa pasien dilaporkan timbul gangguan keseimbangan dalam beberapa bulan
kemudian. Tidak ditemukan gangguan pendengaran pada neuritis vestibuler.
Nistagmus bersifat akut atau sub akut dengan deviasi bola mata ke arah telinga yang tidak
terkena neuritis vestibuler. Nistagmus timbul spontan dan tipenya horizontal pada fase akut
penyakit. Nistagmus ini bersifat searah dengan fase yang cepat ke arah telinga yang tidak terkena
neuritis vestibuler.
Meskipun dalam ketidakseimbangan, pasien mampu untuk berdiri tanpa memerlukan
bantuan ketika matanya terbuka. Pasien mungkin akan terjatuh ke arah labirin yang terkena
ketika berdiri dengan mata tertutup atau ketika berjalan. Perbaikan gejala disebabkan kombinasi
pemulihan fungsi vestibuler perifer dan kompensasi sentral. Pada neuritis vestibuler tidak
didapatkan abnormalitas pada pemeriksaan neurologis. Pada neuritis vestibuler didapatkan
respon kalori pada telinga, yakni berkurang sampai tidak ada. Tes kalori sebaiknya dikerjakan
pada hari ke-3 atau hari ke-4 setelah onset gejala untuk mengetahui adanya paresis kanal.
Neuritis vestibuler sebenarnya merupakan diagnosis klinis, namun beberapa pemeriksaan
khusus dapat membantu menunjang diagnosis terutama pada fase akut. Pemeriksaan subjective
visual horizontal test (SVH) merupakan pemeriksaan yang dapat dikerjakan untuk menegakkan
diagnosis neuritis vestibuler. Pasien dengan neuritis vestibuler didapatkan penyimpangan >20o
dari true gravitional horizontal. Pemeriksaan penunjang yang berperan antara lain
elektronistagmografi dengan lensa frenzel. Pada pemeriksaan elektronistagmografi akan
didapatkan nistagmus ke arah telinga yang tidak terkena neuritis vestibuler. Pemeriksaan
radiologi seperti CT scan atau MRI hanya diperlukan apabila terdapat kecurigaan kelainan
sentral seperti stroke infark maupun perdarahan pada batang otak dan serebelum. Pemeriksaan
radiologis juga dapat dilakukan apabila tidak ada perbaikan setelah 48 jam dari onset

2.1.6 Terapi
Pengobatan neuritis vestibular biasanya terdiri dari pengobatan simtomatik akut dengan
obat-obatan seperti antiemetik (promethazine, metoclopramide), antihistamin (diphenhydramine,
meclizine), dan benzodiazepine (diazepam, lorazepam). Setelah fase akut, terapi lain, seperti
rehabilitasi vestibular, sering direkomendasikan.  Penggunaan antiemetik, antihistamin, dan
benzodiazepin di atas harus digunakan tidak lebih dari tiga hari atau lebih karena obat ini dapat
menunda kompensasi sentral dan menyebabkan masalah kronis dan vertigo berulang. 
Di masa lalu, penggunaan kortikosteroid telah menjadi pilihan terapeutik, tetapi
kemanjurannya masih kontroversial. Terapi ini dipelajari dalam review Cochrane 2011, yang
tidak menemukan cukup bukti untuk merekomendasikan penggunaannya pada mereka dengan
disfungsi vestibular akut. 
Hipotesis etiologi virus telah menghasilkan manfaat teoretis dari pengobatan antivirus,
namun, penggunaan valasiklovir baik sendiri atau dikombinasikan dengan glukokortikoid belum
terbukti efektif.

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi pada neuritis vestibuler antara lain adalah benign paroxysmal positioning
vertigo (BPPV) dan somatoform phobic postural vertigo. Penelitian telah menemukan bahwa 10
hingga 15% pasien dengan neuritis vestibular akan mengembangkan BPPV di telinga yang
terkena dalam beberapa minggu.
2.1.8 Prognosis
Prognosis pada pasien neuritis vestibuler secara umum baik, sebagian besar pasien kembali
normal. Kekambuhan neuritis vestibular jarang terjadi, dengan penelitian yang menunjukkan
kekambuhan hanya pada 2 sampai 11% pasien.

Daftar Pustaka

Schessel D. A., Minor L. B., Nedzelski J. Meniere's disease and other peripheral vestibular
disorders. In: Gaertner R. S., Murphy M. B., editors. Cummings Otolaryngology Head and
Neck Surgery. 4th ed. Philadelphia: Mosby; 2004. pp. 3231–3232. 
Smith T, Rider J, Cen S, et al. Vestibular Neuronitis. [Updated 2020 Jul 10]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549866/
Thompson, T. L., & Amedee, R. (2009). Vertigo: a review of common peripheral and central
vestibular disorders. The Ochsner journal, 9(1), 20–26.

Anda mungkin juga menyukai