Anda di halaman 1dari 7

MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR : 069/Menkes/SK/lI/2006
TENTANG

PENCANTUMAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PADA


LABEL OBAT
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang

Mengingat

: a. bahwa banyaknya variasi harga obat yang beredar di


apotik maupun di pasaran telah menimbulkan ketidak
pastian bagi masyarakat dalam memperoleh obat yang
dibutuhkan;

b.

bahwa untuk memberikan informasi harga obat yang


benar dan transparan bagi masyarakat, perlu
mencantumkan Harga Eceran Tertlnggi (HET) pada label
obat;

c.

bahwa sehubungan dengan pertimbangan huruf a dan


huruf b, pencantuman Harga Eceran Tertinggi (HET)
pada Label Obat perlu ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Kesehatan;

1. Undang-Undang Nomor 23 Jahun 1992 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3495);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3671);
3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia.
Tahun 1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3698);

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK. INDONESIA

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998..
.Nomor 138, tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3781);
6.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 917/Menkes/Per/


X/1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi.

7.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 524/Menkes/Per/


IV/2005 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 988/Menkes/SKA/lll/2004 tentang
Pencantuman Nama Generik pada Label Obat.

8.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/


Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan.
MEMUTUSKAN :

Menetapkan
Kesatu

: KEPUTUSAN
MENTERI
KESEHATAN
TENTANG
PENCANTUMAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET)"
PADA LABEL OBAT

Kedua

Pabrik obat selain memenuhi ketentuan mengenai


penandaan sesuai Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku, harus mencantumkan Harga Eceran Tertinggi
(HET) pada label obat.

Ketiga

: Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dicantumkan pada


label obat adalah Harga Netto Apotik (HNA) ditambah
PPN 10% ditambah margin apotik 25%.

MENTERl KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Keempat

:Pedoman Pcncantuman Harga Eceran Tertinggi (HET) pada label


obat sebagaimana dimaksud Diktum Ketiga
sebagaimana terlampir dalam lampiran Keputusan ini.

Kelima

:Pabrik obat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak


ditetapkannya peraturan ini harus sudah mencantumkan Harga
Eceran Tertinggi (HET) pada label obat yang diproduksi dan
diedarkan.

Keenam

:Apotik dan Pedagang Besar Farmasi yang masih memiliki obat


tanpa label Harga Eceran Tertinggi pada kemasan lama masih
boleh memperdagangkan paling lambat 6 (enam) bulan sejak
ditetapkannya Keputusan ini.

Ketujuh

:Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JAKARTA

Pada tanggal : 7 Februari 2006


MENTERI KESEHATAN,

'Dr;dr;;SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP(K)-

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPiRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
NOWIOR
:
069/Menkes/SK/II/2006
TANGGAL :
7 Februari 2006

PEDOMAN TATA CARA PENCANTUMAN HARGA


ECERAN TERTINGGI PADA LABEL OBAT

PENDAHULUAN

1. Bahwa penandaan obat jadi harus berisi informasi yang lengkap


dan objektif yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat,
rasional dan aman.
2. Bahwa setiap barang mempunyai harga dan masyarakat konsumen
berhak mendapatkan informasi mengenai harga tersebut.
*

3. Bahwa masyarakat perlu mendapatkan informasi mengenai Harga


Eceran Tertinggi (HET) dari obat yang dikonsumsinya dalam upaya
pembelajaran dan perlindungan konsumen.
4. Bahwa untuk menciptakan iklim usaha dan kompetisi pasar yang
terbuka dan lebih sehat perlu kejelasan mengenai harga objek yang
diperdagangkan baik bagi provider maupun. masyarakat
konsumen.
i
5. Pedoman ini bertujuan untuk memberikan petunjuk serta kejelasan
teknis tentang pencantuman HET pada label obat.
6. Bahwa Pedoman tata cara pencantuman HET pada label obat
digunakan untuk mernperjelas dan melengkapi Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Pencantuman HET pada Label Obat.
7. Bahwa sebagai pelaksanaan Keputusan Menteri Kesehatan tentang
Pencantuman HET pada Label Obat perlu di Tata Cara
Pelaksanaannya.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

II. LANDASAN HUKUM


1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671);

III.

3.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3698);

4.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan


Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781);

5.

Peraturan- Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan


Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3781);

6.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 917/Menkes/Per/X/1993 tentang


Wajib Daftar Obat Jadi;

7.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 524/Menkes/Per/IV/2005.


tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
988/Menkes/SK/VII!/2004 tentang Pencantuman Nama Generik pada
Label Obat;

8.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/ Per/XI/2005


tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

PENCANTUMAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PADA


LABEL OBAT

a.

Pencantuman HET pada label obat diterapkan sampai pada satuan


kemasan terkecil.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

b.

Pencantuman HET pada label obat berlaku baik untuk obat bebas
maupun obat ethical (obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep
dokter).

c.

HET yang dicantumkan


maksimum per kemasan.

pada

label

obat

merupakan

harga.

Contoh :
Untuk kemasan satuan seperti 1 botol sirup, 1 tube krim kulit, 1
ampul obat suntik, 1 botol infus dicantumkan :
HET = Rp X
Untuk kemasan blister terdiri dari 10 tablet, strip terdiri dari 10 kapsul
dicantumkan :

HET untuk 10 tablet/kapsul = Rp. X.


Untuk kemasan curah dalam kaleng / botol yang berisi 100 tablet
dicantumkan :
HET untuk 100 tablet/kapsul = Rp. X.
d.

Pencantuman HET pada label obat dilakukan dengan ukuran yang


cukup besar dan warna yang jelas sehingga mudah dibaca.

e.

Pencantuman HET diletakkan pada tempat yang mudah terlihat.

f. Pencantuman HET pada label obat dilakukan dengan dicap


menggunakan tinta permanen yang tidak dapat dihapus atau dicetak
pada kemasan.

IV.

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Pemerintah Pusat baik


Departemen Kesehatan maupun Badan Pengawas Obat dan Makanan
bersama dengan Pemerintah Daerah.

V.

PERALIHAN
1. Pabrik obat daiam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkannya
peraturan ini harus sudah mencantumkan Harga Eceran tertinggi
(HET) pada label obat yang diproduksi dan diedarkan.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

2. Apotik dan Pedagang Besar Farmasi yang memiliki Obat tanpa label
Harga Eceran Tertinggi pada kemasan lama masih boleh
memperdagangkan paling lambat 6 (enam) bulan sejak ditetapkannya
keputusan ini.

VI.

PENUTUP
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditelapkan di : JAKARTA
Pada Tanggal : 7 Februari 2006

Dr.dr.SITI FADILAH SUPARI, Sp. JP(K)

Anda mungkin juga menyukai