Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN EVALUASI

PELAKSANAAN SISTEM UDD PADA PASIEN BPJS


DI RUANG RAWAT INAP TAHUN 2018

RUMAH SAKIT DHARMA IBU


MALUKU UTARA
2019
I. Pendahuluan
Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang sangat vital bagi
manusia. Dengan kesehatan, usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat dan
bangsa akan dapat tercapai, karena hal tersebut merupakan salah satu modal bagi
pelaksanaan pembangunan nasional.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, dilaksanakan
berdasarkan prinsip nondiskriminatif, parsitipatif, dan berkelanjutan dalam rangka
pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing
bangsa bagi pembangunan nasional, sehingga kesehatan merupakan hak asasi manusia dan
salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut semua segi kehidupan, baik
fisik, mental maupun sosial ekonomi. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. (Depkes RI, 2009)
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, maka perlu
dilakukan upaya-upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan
bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit.
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan rawat gawat darurat. Rumah sakit mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, prepentif, kuratif, dan rehabilitatif .
Berbagai pelayanan diberikan oleh rumah sakit guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan salah satunya adalah pelayanan kefarmasian. Pelayanan
kefarmasian di rumah sakit dilaksanakan melalui suatu bagian atau unit yang disebut
dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).
Pada awalnya, pelayanan kefarmasian berorientasi pada produk (Product oriented),
kemudian berkembang menjadi pelayanan farmasi klinik yang berorientasi pada pasien
(Patient oriented). Perkembangan ini disertai dengan harapan dan tuntutan konsumen
pengguna jasa kesehatan akan pelayanan yang bermutu, sehingga mengharuskan para
pengelola IFRS untuk senantiasa meningkatkan profesionalisme, kemampuan manajerial,
dan kreativitasnya dalam mengatasi berbagai kendala dan keterbatasan yang ditemui
dilapangan agar pelayanan kefarmasian di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal.
Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah suatu unit atau bagian rumah sakit yang
melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang dipimpin oleh seorang apoteker yang
profesional, kompeten dan berwenang secara hukum dalam menyelenggarakan fasilitas
pelayanan kefarmasian yang antara lain adalah perencanaan, pengadaan, menyediakan dan
mengelola semua aspek mengenai obat dan perbekalan kesehatan di rumah sakit untuk
penderita yang dirawat di rumah sakit, baik rawat inap maupun rawat jalan.
Tahap distribusi obat ke pasien di rumah sakit, dapat dilakukan dengan beberapa
cara yakni Individual Precribing, Unit Dose Dispensing (UDD) maupun One Daily Dose (ODD).
Di RS. Dharma Ibu selama tahun 2018, mengaplikasikan sistem distribusi obat secara Unit
Dose Dispensing (UDD) khusus bagi pasien BPJS dan bagi pasien umum di Unit Rawat Inap .
Sistem distribusi secara Unit Dose Dispensing (UDD) memberikan beberapa
keuntungan, diantaranya adalah memberikan waktu yang lebih banyak kepada perawat
dikarenakan penyiapan obat dilakukan oleh farmasis. Selain itu pula secara manajerial lebih
dapat mengendalikan mutu maupun biaya belanja obat.
Berdasarkan laporan pengeluaran obat dari instalasi farmasi di tahun 2018, dicatat
penerimaan farmasi sebesar rata-rata 1 milyar per tahun. Sumber penerimaan yang
dimaksudkan ini, didapatkan baik dari pasien umum maupun pasien BPJS. Penerimaan
merupakan hal yang krusial bagi rumah sakit untuk itu angkanya harus tepat dan jelas.
Melalui sistem unit dose dispensing membantu dalam pencatatan dan pelaporan sehingga
angka yang diperoleh sudah bersih, dikarenakan sudah termasuk jumlah retur.
Indikator rawat inap pasien di Rumah Sakit Dharma Ibu Ternate adalah sebagai
berikut : BOR = 43% ; LOS = 3 Hari dan TOI = 21 Hari
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada laporan ini kami mengambil sampel sebanyak 30 pasien selama 1 (satu) tahun
secara random. Dipilih 30 pasien untuk memenuhi kriteria sampling. Berikut dilaporkan
keuntungan dari segi biaya dengan menerapkan sistem UDD di Rumah Sakit Dharma Ibu
Ternate, sebagai berikut :
Biaya Obat dan
Biaya Obat dan
Pasien Alkes dengan Selisih biaya per
Alkes dengan
Tahun LOS sistem Resep hari
Sistem UDD
2018 Individu (Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
1 4 489.000,- 629.000,- 140.000,-
2 3 405.000,- 472.000,- 67.000,-
3 5 327.000,- 420.000,- 93.000,-
4 3 398.000,- 461.000,- 63.000,-
5 3 217.000,- 412.000,- 195.000,-
6 6 870.000,- 1.221.000,- 351.000,-
7 3 235.000,- 415.000,- 180.000,-
8 7 828.000,- 917.000,- 89.000,-
9 2 129.000,- 220.000,- 91.000,-
10 4 326.000,- 417.000,- 91.000,-
11 4 501.000,- 620.000,- 119.000,-
12 6 529.000,- 891.000,- 362.000,-
13 3 331.000,- 426.000,- 95.000,-
14 4 410.000,- 449.000,- 39.000,-
15 4 374.000,- 409.000,- 35.000,-
16 4 525.000,- 614.000,- 89.000,-
17 6 510.000,- 559.000,- 49.000,-
18 10 772.000,- 896.000,- 124.000,-
19 7 429.000,- 650.000,- 221.000,-
20 8 536.000,- 620.000,- 84.000,-
21 4 231.000,- 278.000,- 47.000,-
22 4 321.000,- 375.000,- 54.000,-
23 5 418.000,- 452.000,- 7.000,-
24 7 408.000,- 505.000,- 97.000,-
25 6 342.000,- 468.000,- 126.000,-
26 4 201.000,- 227.000,- 26.000,-
27 5 396.000,- 523.000,- 127.000,-
28 5 128.000,- 298.000,- 170.000,-
29 3 300.000,- 378.000,- 78.000,-
30 5 375.000,- 521.000,- 146.000,-
TOTAL Rp. 12.261.000,- Rp. 24.658.000,- Rp. 12.397.000,-

Dari data tersebut diatas, terlihat perbedaan biaya yang cukup signifikan dengan
menggunakan 2 metode distribusi yang berbeda. Dan dapat disimpulkan bahwa guna kendali biaya
penggunaan obat pasien maka lebih tepat untuk menggunakan metode Unit Dose Dispensing pada
proses distribusi obat.
Kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan distribusi dengan metode ini adalah kurangnya
kepatuhan petugas dalam melaksanakan prosedur yang ditetapkan sesuai dengan SOP. Sehingga
terkadang masih ada resep individual yang turun ke instalasi farmasi untuk minta diserahkan lagi
padahal sudah diserahkannya terapi unit dose dispensing oleh farmasi.

Anda mungkin juga menyukai