Anda di halaman 1dari 32

PORTOFOLIO

ABSES TUBA OVARIUM

HAERATI HAIRIL
111 2018 2075

Pembimbing:
Dr.dr. Nugraha UP, Sp.OG (K)
DATA PASIEN
Nama : Ny. W
Umur : 39 tahun
Alamat : Jln. XXXX
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan: SMA
Status perwakinan: Menikah
DATA MEDIS PASIEN
Keluhan utama: Nyeri perut bawah
Anamnesis
Wanita umur 39 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan
nyeri perut bagian bawah dialami sejak 2 hari yang lalu, nyeri
perut bersifat hilang timbul dan terasa memberat serta
menetap diperut bagian bawah, hal ini telah dialami sudah 4
tahun. Pasien mengatakan bahwa pada saat bulan april, pasien
mengalami keluarnya darah dari jalan lahir selama 2 hari,
darah banyak berwarna hitam dan menggumpal-gumpal.
Selain itu pasien merasakan mual, muntah 2x berisi sisa
makanan, nafsu makan menurun. Pasien juga mengeluh lemas.
Ada riwayat mengalami demam sebelumnya 2 minggu yang
lalu, demam bersifat naik turun, dan dialami selama 10 hari.
RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU

Pasien memiliki riwayat keguguran pada tahun 2014, riwayat kista ovarium
sejak tahun 2016, dan riwayat keputihan berbau sejak bulan desember tahun
2018. Riwayat penyakit darah tinggi (-) Riwayat penyakit diabetes mellitus
(-).Riwayat penyakit asma dan alergi (-). Riwayat penyakit infeksi organ
reproduksi disangkal.

Riwayat Obstetri :

• Hamil pertama : Tahun 2009, usia kehamilan cukup bulan, persalinan normal,
BBL 2800, jenis kelamin Perempuan, anak masih hidup

• Hamil kedua : Tahun 2011, usia kehamilan cukup bulan, persalinan normal,
BBL 3100, jenis kelamin laki-laki, anak masih hidup

• Hamil ketiga : Tahun 2014, mengalami keguguran


RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA
Tidak ada anggota keluarga yang sakit serupa
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pasien tidak merokok dan minum minuman beralkohol
RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien pernah di rawat di RSU dengan penyakit kista ovarium
tahun 2016
RIWAYAT MENSTRUASI
Pertama kali haid pada saat berusia 13 tahun, siklus teratur
tiap bulan, lama 3-5 hari, ganti pembalut 3 kali dalam sehari,
tidak nyeri saat menstruasi.
RIWAYAT ALERGI

Tidak memiliki alergi terhadap suhu, makanan, minuman,


obat, dll

RIWAYAT OPERASI

Tidak pernah operasi sebelumnya

RIWAYAT KB

Pasien pernah menggunakan KB jenis spiral sejak tahun 2012


setelah itu dilepas pada tahun 2014
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 81x/menit
Respirasi: 20x/menit
Suhu : 36,6 oC
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
• Bentuk : normocephal THT
• Ekspresi wajah : lemas • Telinga : bentuk normal, simetris,
• Simetris wajah : simetris lubang lapang, serumen (-/-)
• Rambut : rambut hitam tidak mudah di cabut. • Hidung : bentuk normal, perdarahan
• Deformitas : tidak ada hidung (-)
Mata • Bibir : normal, sianosis (-), pucat
• Eksoptalmus/enoptalmus : (-) (-)
• Gerakan : segala arah baik
• Tonsil. : T1-T1 hiperemis (-)
• Tekanan bola mata : tdk diperiksa
• Kelopak mata : edema palpebra (-)
• Faring : hiperemis (-)
• Konjungtiva : anemis (-/-) • Lidah : kotor (-), tremor (-)
• Sklera : ikterus (-/-) • Mukosa mulut : koplik spot (-)
• Kornea : jernih • Leher : simetris, pembesaran KGB
• Pupil : bulat, isokor 2,5 mm/2,5 mm tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks
 Inspeksi
• Bentuk : simetris kiri dan kanan
• Sela iga dalam batas normal, retraksi (-) Auskultasi
• Pembuluh darah tidak ada kelainan • Bunyi nafas : vesikuler
 Palpasi • Bunyi tambahan :
• Tidak ada nyeri tekan
Ronchi -/- pada seluruh lapangan paru
• Fremitus: normal
• Payudara : tidak ditemukan kelainan. wheezing -/-
 Perkusi
• Batas paru hepar : ics vi dekstra anterior
• Batas paru belakang kanan setinggi columna
vertebra thorakal ix dekstra
• Batas paru belakang kiri setinggi kolumna
vertebra thorakal x sinistra
PEMERIKSAAN FISIK

Abdomen
• Inspeksi : tampak normal, ikut gerak napas,
• Auskultasi : peristaltik (+), kesan normal Ektremitas

• Palpasi : nyeri tekan (+) regio lumbal sinistra. • Inspeksi : Tidak ada deformitas,
hepar dan lien tidak teraba. • Palpasi : Akral teraba hangat.
• Perkusi : Timpani
• Lain–lain : ascites (-)
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Pemeriksaan Luar Pemeriksaan Dalam/ Pemeriksaan bimanual


Inspekulo
Uterus: Tidak teraba
Tidak dilakukan
MT/NT: -/+
Fluksus: (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter Nilai Normal Hasil

WBC 3.6-11 x 103/ µL 28.3

RBC 4.5-5.1 x 106/ µL 4.30

HGB 12.3-15.3 g/Dl 11.2

HCT 36-45% 30.8

PLT 150-440 x 103/µL 310

CT 3-8 menit 6 menit

BT 1-3 menit 3 menit

HbsAg Negatif

Plano tes Negatif


USG GINEKOLOGI

Kesan : Susp. Abses tuba


DIAGNOSIS

Susp. Abses Tuba Ovarium


PENATALAKSANAAN
Non- Farmakologi
 Istirahat cukup
 Makan makanan bergizi
 Farmakologi
IVFD RL 28 tpm
Inj. Cefotaxim 1 gram/12jam/IV
Inj. Ketorolac 40 mg/8jam/IV
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam/IV
Drips Metronidazole 500 mg/8 jam/IV
PENDAHULUAN
Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah infeksi menaik
polymicrobial yang menyebabkan peradangan pada saluran
genital atas, termasuk endometritis, salpingitis, peritonitis
panggul, dan kadang-kadang mengarah ke Tubo ovarium Abses
(TOA) dan pembentukan kompleks
TOA didefinisikan sebagai massa
inflamasi yang melibatkan tuba dan /
DEFENISI atau ovarium ditandai dengan adanya
nanah. Penyebab paling umum adalah
naik / atas infeksi saluran genital.
ETIOLOGI
PID dan Toas dapat disebabkan oleh berbagai organisme (Tabel 1).
FAKTOR RESIKO
Toas paling sering terjadi pada wanita usia reproduksi. Ada
sejumlah faktor
risiko yang terkait untuk mengembangkan PID dan TOA berikutnya:
Penggunaan kontrasepsi AKDR,
Riwayat PID sebelumnya,
beberapa mitra seksual,
diabetes dan
Immunocompromised
PATOFISIOLOGI
Toas disebabkan oleh infeksi Ascendens ke tuba falopi
menyebabkan kerusakan endotel dan edema dari
infundibulum mengakibatkan penyumbatan tuba.
-Demam, -Nyeri tekan -Leukosit yang
-Nyeri serviks atau meningkat pada
perut adneksa pewarnaan gram,
bawah -Vagina -Peningkatan
DIAGNOS -Nyeri
tekan
discharge
mukopurulen
sedimentasi
eritrosit,

IS serviks
atau
adneksa
-Peningkatan C-
reaktif protein,
-dan Infeksi
serviks N.
gonorrhoeae atau
C. Trichomatis
-USG transvaginal
dan panggul
Computed
Tomography (CT)
Sebuah TOA dapat didiagnosis dengan USG, pembesaran volume ovarium,
ovarium berisi cairan dengan gambaran “coog wheel sign”
DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
Massa pada appendiks
Endometrioma
Kista Ovarium
Kehamilan ektopik
Diverticulitis
KOMPLIKASI
Abses Pecah
Sepsis
Infertilitas
Nyeri kronis
TATALAKSANA

•Wanita dengan gejala klinis ringan atau sedang dapat diberikan


antibiotik oral rawat jalan yang sama dengan antibiotik IV rawat inap.
•Pada TOA yang berat; mual dan muntah, atau demam tinggi; harus di
observasi karena memiliki resiko ruptur abses dan sepsis.
Sefalosporin Gen II ( spektrum luas )
-Klindamisin kombinasi Aminoglikosid
-Metronidazol sbg bakterisid an aerob, dpt
menembus kavitas abses
AB iv untuk TOA dilanjutkan s.d 72jam, pasien Rawat
jalan : 14hari
REGIMEN PENGOBATAN PASIEN RAWAT INAP
Regimen A :
- Cefotetan 2g/12jam
- Doxiciclin 100mg / 12jam
Regimen B : - Klindamicin 900mg/ 8jam
- Gentamycin 2mg / kg / BB
Regimen alternatif :
-Levofloksasin 500mg/ 12jam + Metronidazol 500mg / 8jam,
atau
-Ampicillin / sulbaktam 3g/ 6jam + doksisiklin 100mg/ 12jam
KOMBINASI TRIPLE AB
Ampicliin, Gentamicin dan klindamicin
Pengobatan dengan antibiotik tidak berhasil dan gagal, dalam praktek
klinis, pertimbangan biasanya diberikan untuk ini setelah 24 jam (dan
tentu setelah 48 jam) antibiotik intravena jika tidak ada perbaikan
dalam klinis.
Laparoskopi: Laparotomi dengan drainase abses endoskopik dan irigasi
Salpingo-operectomy total histerektomi abdominal dan bilateral
salpingo-oopherecectomy
REFERENSI
1. Workowski KA, Berman S. Sexually transmitted diseases treatment

guidelines, 2010. MMWR Recomm Rep. 2010; 59: 1-110.

2. Jaiyeoba O, Lazenby G, Soper DE. Recommendations and rationale for the treatment of pelvic inflammatory
disease. Expert Rev Anti Infect Ther. 2011; 9: 61-70.

3. Gaitan H, Angel E, Diaz R, Parada A, Sanchez L, Vargas C. Accuracy of five different diagnostic techniques in
mild-to-moderate pelvic inflammatory disease. Infect Dis Obstet Gynecol. 2002; 10: 171-180.

4. Horrow MM. Ultrasound of pelvic inflammatory disease. Ultrasound Q. 2004; 20: 171-179.

5. Gjelland K, Ekerhovd E, Granberg S. Transvaginal ultrasound-guided aspiration for treatment of tubo-ovarian


abscess: a study of 302 cases. Am J Obstet Gynecol. 2005; 193: 1323-1330.

6. Hiller N, Sella T, Lev-Sagi A, Fields S, Lieberman S. Computed tomographic features of tuboovarian abscess. J
Reprod Med. 2005; 50: 203-208.

7. Solomkin JS, Mazuski JE, Bradley JS, Rodvold KA, Goldstein EJ, Baron EJ. Diagnosis and management of
complicated intraabdominal infection in adults and children: guidelines by the Surgical Infection Society and the
Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 2010; 50: 133-164.

8. Dewitt J, Reining A, Allsworth JE, Peipert JF. Tuboovarian abscesses: is size associated with duration of
hospitalization & complications? Obstet Gynecol Int. 2010; 2010: 847041.

9. Granberg S, Gjelland K, Ekerhovd E. The management of pelvic abscess. Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol.
2009; 23: 667- 678.

10. Trent M, Haggerty CL, Jennings JM, Lee S, Bass DC, Ness R. Adverse adolescent reproductive health outcomes
after pelvic inflammatory disease. Arch Pediatr Adolesc Med. 2011; 165: 49-54.

11. Ness RB, Soper DE, Richter HE, Randall H, Peipert JF, Nelson DB, et al. Chlamydia antibodies, chlamydia heat
shock protein, and adverse sequelae after pelvic inflammatory disease: the PID Evaluation and Clinical Health
Munro K, Gharaibeh A, Nagabushanam S, Martin C. Diagnosis dan manajemen
dari abses tubo-ovarium. Dokter kandungan, 2018; 20: 11 - 9. DOI: 10,1111/
tog.12447
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai