Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN

KASUS
Penyusun:
 Jessica Filbertine 2015-061-205
 Juliana Rajagukguk 2015-061-206
 Bernard Budianto 2015-061-207
 Jesslyn Bernadette 2016-061-017
 Riyanti Teresa Arifin 2016-061-023
 Fidel Corona 2016-061-025
 Jessica Novia 2016-061-030
 Ardelia Yardhika 2016-061-032
 Lisca Namretta 2016-061-092
 Ferry Hidayat 2016-061-094
 Kezia Christy 2016-061-095

Pembimbing : dr. Yuniar Sukmawati, M.Epid


IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. H
 Usia : 36 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Tidak bekerja
 Status Perkawinan : Menikah Cerai
 Alamat: Rawa Mangun
 Tanggal Masuk RS : 7 Agustus 2017
 Tanggal Pemeriksaan : 16 Agustus 2017
Anamnesis
 Keluhan
utama : Paranoid setelah penggunaan
amfetamin

 Keluhan tambahan : -
Riwayat psikiatri

Konsumsi inex Berhenti 2


untuk pertama kali Setelah 1 bulan
sebanyak ½ tablet tahun menjadi Masuk kemudian
setelah cerai jumlah obat RSKO untuk menggunaka
dengan suami. bertambah rehabilitasi n zat “shabu-
Setiap menjadi 5 shabu”
mengkonsumsi tablet sebanyak 1
merasa “happy” gr

2010 2011 2012 2012-2017


RIWAYAT PSIKIATRI
 Saat pertama kali menggunakan inex yang dibeli
di tempat dugem, pasien merasa “happy”
 Pasien merokok sejak SMA 1-2 bungkus per hari
dan suka meminum minuman keras
Riwayat penggunaan Zat
Riwayat penggunaan Zat
Riwayat Keluarga
• Pasien adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Hubungannya
dengan keluarga baik-baik saja. Tetapi pasien mengaku
kalau dia anak yang paling “bandel” dalam keluarga.

• Pasien sudah menikah dan memiliki 3 anak. Namun pasien


sudah bercerai sejak tahun 2010.
Riwayat Kehidupan Seksual
 Pasien sudah menikah dan bercerai, pasien
menyangkal melakukan hubungan seksual secara
berganti-ganti pasangan.
Riwayat Penyakit
 Pada pemeriksaan Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV
negatif.
Riwayat Menggunakan Jarum Suntik
 Pasien mengaku tidak pernah memakai pemakaian zat
yang menggunakan jarum suntik.
Riwayat Berhubungan dengan Hukum
 Pasien tidak memiliki riwayat berhubungan dengan
hukum.
Stressor Psikososial
 Masalah dengan
• Orangtua : tidak ada
• Suami : Ya
• Teman : tidak ada
• Pekerjaan : tidak ada
• Keuangan : tidak ada
Riwayat Gangguan Psikiatrik
Riwayat Penyakit yang Berhubungan dengan
Penggunaan Zat Psikoaktif
Riwayat Perkembangan Pribadi
 Riwayat prenatal dan perinatal: dalam batas normal
 Riwayat masa kanak awal: dalam batas normal
 Riwayat masa kanak pertengahan: dalam batas normal
 Riwayat masa remaja:
 Pasien mengenal dan menggunakan rokok dan alkohol saat sejak SMA karena
pengaruh pergaulan. Pasien mengaku mengenal dari teman-temannya dan

melakukannya dengan alasan untuk bersenang-senang dan kenikmatan saja..


Riwayat Perkembangan Pribadi
 Riwayat masa dewasa:
 SD 6 tahun tamat
 SMP 3 tahun tamat
 Tamat SMA
 Riwayat pekerjaan:
 pernah bekerja sebagai wedding organizer
 saat ini sudah tidak bekerja
Situasi Kehidupan Sekarang
 Penghasilan : saat ini belum ada penghasilan lagi
 Hal yang ditakuti : tidak ada
 Key person : tidak ada
 Care giver : keluarga
 Status keluarga : pasien adalah anak kedua dari 3 bersaudara, pasien
tinggal sendiri, ketiga anaknya tinggal bersama suami.
Situasi Kehidupan Sekarang
 Mimpi, Fantasi, dan Nilai-nilai
 Mimpi : tidak ada
 Fantasi : tidak ada
 Nilai-nilai: dalam batas normal
 Kepribadian
 Gangguan persepsi diri : tidak terganggu
 Hubungan interpersonal: tidak terganggu
 Fungsi pekerjaan : terganggu
HASIL PEMERIKSAAN PSIKIATRI
STATUS MENTAL
 Deskripsi Umum:
 Penampilan : sesuai usia, cara berpakaian baik
 Perilaku dan aktivitas psikomotor: tampak tenang
 Sikap terhadap pemeriksa : cukup kooperatif, dapat menjawab pertanyaan dengan baik
 Mood dan Afek
 Mood : euthym
 Afek : normal, sesuai
 Keserasian : serasi
HASIL PEMERIKSAAN PSIKIATRI
 Pembicaraan
 Menjawab pertanyaan dengan spontan, lancar, sesuai pertanyaan
 Kecepatan bicara : normal
 Volume suara : cukup
 Artikulasi : jelas
 Gangguan Persepsi
 Ilusi : tidak ada
 Halusinasi : halusinasi pendengaran berupa teman-`
temannya berkata buruk tentangnya
 Depersonalisasi : tidak ada
 Derealisasi : tidak ada
HASIL PEMERIKSAAN PSIKIATRI
Pikiran
 Proses pikir/Bentuk pikir
 Produktivitas : cukup
 Kontinuitas : relevan dan koheren
 Hendaya berbahasa: tidak ada

 Isi pikiran
 Preokupasi pikiran : tidak ada
 Waham : tidak ada
 Obsesif kompulsif : tidak ada
 Fobia : tidak ada
 Ide referensi : tidak ada
 Ide bunuh diri : tidak ada
HASIL PEMERIKSAAN PSIKIATRI
 Kognisi
 Kesiagaan dan taraf kesadaran
 Kesadaran neurologis : compos mentis (GCS: E4M6V5)
 Kesadaran psikiatri : tidak terganggu
 Orientasi
 Waktu : tidak terganggu
 Tempat : tidak terganggu
 Orang : tidak terganggu
 Situasi : tidak terganggu
HASIL PEMERIKSAAN PSIKIATRI
 Ingatan
 Ingatan jangka panjang : tidak terganggu
 Ingatan jangka menengah : tidak terganggu
 Ingatan jangka pendek : tidak terganggu
 Ingatan segera : tidak terganggu
 Konsentrasi dan perhatian : tidak terganggu
 Kemampuan membaca dan menulis : tidak terganggu
 Kemampuan visuospasial : tidak terganggu
 Pikiran abstrak : tidak terganggu
 Intelegensi dan daya informasi : tidak terganggu
HASIL PEMERIKSAAN PSIKIATRI
 Pengendalian impuls: tidak ada gangguan
 Judgement dan tilikan
 Judgement : tidak terganggu
 Tilikan : derajat V (pasien sadar dirinya pengguna NAPZA,
namun pasien tidak mau berobat. Pasien dipaksa oleh keluarga
untuk berobat)
 Daya nilai
 Normal sosial : tidak terganggu
 Uji daya nilai : tidak terganggu
 Penilaian realitas : tidak terganggu
 Taraf dapat dipercaya : kurang dapat dipercaya
HASIL PEMERIKSAAN PSIKIATRI
HASIL PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS
 Afek : terbatas dan sesuai
 Persepsi : Tidak terganggu
 Isi Pikir : Koheren
RIWAYAT PERAWATAN/PENGOBATAN/REHABILITASI SEBELUMNYA
 Pernah menjalani detoksifikasi: tahun 2012 akibat penggunaan MDMA
 Pernah menjalani rawat jalan: disangkal
 Pernah menjalani rawat inap: disangkal
 Pernah menjalani detoksifikasi cepat : disangkal
 Pernah menjalani rehabilitasi: tahun 2012 selama 10 bulan akibat penggunaan MDMA
 Pernah menjalani program rumatan : disangkal
HASIL PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : baik, tampak tenang
 Kesadaran : compos mentis
 Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Laju nadi : 108x/menit
 Laju napas : 16x/menit
 Suhu : 36.5 oC
HASIL PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan Fisik Umum
 Kepala dan wajah : Normosefali, deformitas -
 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor
3mm/3mm, refleks cahaya langsung & tidak langsung +/+
 Hidung : sekret -, deviasi septum -/-
 Telinga : sekret -/-, membran timpani intak, hiperemis -/-
 Mulut : bibir kering, mukosa oral basah, faring hiperemis –
 Leher : pembesaran KGB -, deviasi trakea -, pembesaran tiroid -
 Kulit : needle track -, tattoo -, lesi -
HASIL PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan Fisik Paru
 Inspeksi : gerak napas tampak simetris
 Palpasi : fremitus taktil simetris kanan dan kiri
 Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru, BPH di
ICS V linea midklavikularis dekstra, peranjakan 1
ICS
 Auskultasi : bunyi napas vesikuler +/+ seluruh
lapang paru, rhonki -/-, wheezing -/-
HASIL PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan Fisik Jantung
 Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V
 Perkusi :
 Batas atas : ICS III
 Batas kanan : ICS IV linea sternalis dekstra
 Batas kiri : ICS V linea midklavikularis sinistra
 Auskultasi : bunyi jantung regular, takikardi, murmur -,
gallop –
HASIL PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan Fisik Abdomen
 Inspeksi : tampak cembung
 Palpasi : supel, nyeri tekan -, hepar tidak teraba,
lien tidak teraba
 Perkusi : timpani pada seluruh regio abdomen
 Auskultasi : bising usus (+) 8x/ menit
HASIL PEMERIKSAAN FISIK
 Status neurologis
 GCS : E4 M6 V5
 Kaku kuduk : negatif
 Saraf kranial I : tidak diperiksa
 Saraf kranial II : refleks cahaya baik
 Saraf kranial III, IV, VI : gerakan bola mata baik ke segala arah, kedudukan bola mata di
tengah, diplopia -
 Saraf kranial V : membuka mulut, mengunyah, menggunyah/menggigit normal, sensorik raba,
suhu, dan nyeri normal
 Saraf kranial VII : raut wajah simetris, mengerutkan dahi, mengangkat alis, ,
menggembungkan pipi, mencucurkan bibir, dan senyum simetris, menutup mata rapat kuat.
 Saraf kranial VIII : keseimbangan baik, dapat mendengar gesekan rambut dan jari +/+
 Saraf kranial IX-X : suara normal, refleks menelan normal, arkus faring simetris
 Saraf kranial XI : kekuatan otot leher dan angkat bahu +/+
 Saraf kranial XII : gerakan dan kekuatan lidah normal
HASIL PEMERIKSAAN FISIK
 Refleks fisiologis :
 Bisep : ++/++
 Trisep : ++/++
 Patella : ++/++
 Achilles : ++/++
 Refleks patologis : negatif
 Kekuatan motorik
 Ekstremitas atas : +5/+5
 Ekstremitas bawah : +5/+5
 Tonus : normotonus
 Sensibilitas : rangsang raba dan nyeri +/+
 Sistem saraf otonom : miksi, defekasi, sekresi keringat normal
 Fungsi luhur : afasia motorik (-), afasia sensorik (-), menghitung baik dan benar
PEMERIKSAAN ZAT SPESIFIK
RESUME
Anamnesis


Perempuan, 36 tahun

Zat psikoatif dan adiktif yang digunakan :

MDMA : 2010 – 2012

Amfetamin : 2012 – 2017

Tembakau (rokok) : 1998 – 2017

Alcohol : 1998 – 2017

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Umum : dalam batas normal

Tattoo & Needle Track : (-)

Neurologis : dalam batas normal

Laboratorium : SGPT & SGOT meningkat

Status mentalis


Status mentalis : terdapat gangguan persepsi yakni halusinasi berupa pendengaran berupa teman-`temannya berkata buruk
tentangnya yang menimbulkan gangguan fungsi pekerjaan
DIAGNOSIS (Evaluasi Multiaksial)
AXIS I F15.00 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan

stimulansia, intoksikasi akut.

AXIS II ●
Z03.2 Tidak ada diagnosis

AXIS III ●
K76.9 Gangguan fungsi hati tidak spesifik

AXIS IV ●
Tierdapat masalah berkaitan dengan pekerjaan

AXIS V GAF 80-71 Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam

sosial, pekerjaan, sekolah, dll


PROGNOSIS
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam
TATALAKSANA NON FARMAKOLOGIS
 Cognitive behavioral therapy
 Group therapy
TATALAKSANA FARMAKOLOGIS
 Rispridone 1 mg 2 x 1
 Clozapin 12,5 mg
 Lorazepam 2 mg
 Vitamin B6 2 x 1
TINJAUAN
PUSTAKA
Methamphetamine
= dikenal sebagai methylamphetamine,
N-methylamphetamine, Psikostimulan dari golongan obat
desoxyephedrine, dan bahasa sehari-hari phenethylamine dan amfetamin
sebagai "meth" atau "crystal Meth“

Meningkatkan kewaspadaan,
konsentrasi, energi, dan dalam dosis
Digunakan segala umur, "obat klub“
tinggi, dapat menyebabkan euforia,
(saat berpesta di klub malam)
meningkatkan harga diri, dan
meningkatkan libido.
 Metamfetamin disintesis secara tidak sah dan kemudian dijual dalam bentuk kristal yang
menyerupai pecahan kecil yang tidak berbau, kristal rasa pahit; Yang mengarah ke nama
panggilan sehari-hari "crystal meth".
 Setelah periode penggunaan berat juga dikenal sebagai "bingeing", yang biasanya berlangsung
beberapa hari atau bahkan berminggu-minggu, sindrom penarikan yang parah berlangsung hingga
sepuluh hari bisa terjadi, terutama terdiri dari depresi, kelelahan, tidur berlebihan dan nafsu
makan meningkat.
 Kronis penyalahgunaan methamphetamine dapat menyebabkan gangguan kejiwaan
berkepanjangan, gangguan kognitif, dan juga meningkatkan risiko terkena penyakit Parkinson.
 Sebagai akibat dari neurotoksisitas akibat methamphetamine terhadap neuron dopaminergik,
penyalahgunaan kronis juga dapat menyebabkan gejala yang bertahan di luar periode penarikan
selama berbulan-bulan, dan bahkan sampai satu tahun.
 Penelitian telah menemukan bahwa 20% pecandu metamfetamin

mengalami psikosis yang menyerupai skizofrenia yang berlangsung

lebih dari enam bulan pasca penggunaan pasca-metamfetamin;

Psikosis amphetamine ini bisa tahan terhadap pengobatan tradisional.

Selain bahaya psikologis, kerusakan fisik, terutama yang terdiri dari

kerusakan kardiovaskular, dapat terjadi dengan penyalahgunaan

kronis atau overdosis akut


SEDIAAN DAN CARA PENGGUNAAN
Merokok

Menelan (pil)

Mendengus (menghirup melalui hidung)

Menyuntikkan bubuk yang telah dilarutkan dalam air / alcohol


Nama lain
METH: CRYSTAL METH:
Beannies
Batu
Brown
Blade
Chalk
Cristy
Crank
Crystal
Chicken feed
Crystal glass
Cinnamon
Glass
Crink
Hot ice
Crypto
Ice
Fast
Quartz
Getgo
Shabu
Methlies Quik
Shards
Mexican crack
Stove top
Pervitin (Czech Republic)
Tina
Redneck cocaine
Ventana
Speed
 
Tick tick
Tweak
Wash
Yaba (Southeast Asia)
Yellow powder
 
Sejarah

Pertama kali disintesis dari efedrin di Jepang tahun 1893 oleh ahli kimia Nagai
Nagayoshi.


Istilah "methamphetamine" berasal dari unsur struktur kimia yang baru dari
senyawa ini: metil alfa-methylphenylethylamine.


Pada tahun 1919, metamfetamin kristal disintesis oleh Akira Ogata dengan cara
mereduksi efedrin menggunakan fosfor merah dan yodium.


Pada tahun 1943, Abbott Laboratories meminta persetujuan dari A.S. Food and Drug Administration (FDA) untuk
pengobatan narkolepsi, depresi ringan, parkinson post-ensefalitik, alkoholisme kronis, arteriosklerosis serebral, dan
demam. Disetujui untuk semua indikasi ini pada bulan Desember 1944.


Semua persetujuan akhirnya dihapus, hanya dua indikasi yang disetujui: untuk Attention-deficit hyperactivity disorder
(ADHD) dan pengelolaan obesitas eksogen jangka pendek, walaupun obat ini secara klinis ditetapkan efektif dalam
 Anggota keluarga phenethylamines, methamphetamine adalah kiral, dengan dua isomer, levorotary dan

dextrorotatory. Bentuk levorotary, yang disebut levomethamphetamine, adalah obat over-the-counter

yang digunakan pada inhaler. Untuk decongestion hidung, levomethamphetamine tidak memiliki

aktivitas sistem saraf pusat yang signifikan atau sifat adiktif.

 Metamfetamin adalah stimulan sistem saraf pusat yang kuat yang mempengaruhi mekanisme

neurokimia yang bertanggung jawab untuk mengatur denyut jantung, suhu tubuh, tekanan darah, nafsu

makan, perhatian, mood dan respon emosional terkait dengan kewaspadaan atau kondisi yang

mengkhawatirkan.
Efek fisik akut obat sangat mirip dengan efek fisiologis dan
psikologis dari respons fight-or-flight yang dipicu oleh
epinefrin

Peningkatan
takikardi tekanan darah

Vasokonstr Bronkodil
 Kelompok metil bertanggung jawab atas potentiasi efek dibandingkan dengan senyawa

amfetamin terkait, rendering zat di satu sisi lebih larut lipid, meningkatkan transportasi

melintasi sawar darah-otak, dan di sisi lain lebih stabil terhadap degradasi enzimatik

oleh monoamine oxidase (MAO).

 Metamfetamin menyebabkan transporter norepinephrine, dopamine, dan serotonin

(5HT) untuk membalikkan arah alirannya.

 Inversi ini menyebabkan pelepasan pemancar ini dari vesikula ke sitoplasma dan dari

sitoplasma ke Sinaps (melepaskan monoamina pada tikus dengan rasio sekitar NE: DA

= 1: 2, NE: 5HT = 1:60), menyebabkan peningkatan stimulasi reseptor pasca sinaptik.


 Metamfetamin juga secara tidak langsung mencegah reuptake
neurotransmitter, menyebabkan mereka tetap berada di celah sinaptik
untuk waktu yang lama (menghambat reuptake monoamina pada tikus
dengan rasio sekitar: NE: DA = 1: 2.35, NE: 5HT = 1: 44.5).
 Metamfetamin adalah racun neurotoksin yang potensial menyebabkan
degenerasi dopaminergik. Dosis tinggi metamfetamin berdampak pada
hilangnya beberapa neuron dopamin dan serotonin otak.
 Konsentrasi dopamin dan serotonin, dopamin dan pusat uptake 5HT, dan
aktivitas hidroksilase tirosin dan triptofan berkurang setelah administrasi
methamphetamine.
 Telah diusulkan bahwa dopamine memainkan peran dalam methamphetamine-induced neurotoxicity, karena eksperimen

tersebut mengurangi produksi dopamin atau menghalangi pelepasan dopamine mengurangi efek toksik dari administrasi

methamphetamine.

 Saat dopamin dipecah, menghasilkan spesies oksigen reaktif seperti hidrogen peroksida.

 Kemungkinan kenaikan kira-kira dua belas kali lipat tingkat dopamin dan stres oksidatif berikutnya yang terjadi setelah

mengkonsumsi methamphetamine yang memediasi neurotoksisitasnya.

 Penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of Pharmacology And Experimental Therapeutics (2007)

menunjukkan bahwa metamfetamin mengikat dan mengaktifkan reseptor protein G yang disebut TAAR1. TAAR adalah

keluarga reseptor yang baru ditemukan yang anggotanya diaktifkan oleh sejumlah molekul mirip amfetamin disebut jejak

amina, tirronamin, dan beberapa wangi-wangian yang tidak stabil. Telah ditunjukkan bahwa suhu lingkungan yang tinggi

meningkatkan efek neurotoxic dari methamphetamine.


Farmakokinetik
 Setelah pemberian oral, methamphetamine mudah diserap. Konsentrasi
metamfetamin puncak terjadi pada 3,13 sampai 6,3 jam setelah
konsumsi. Metabolit amphetamine memuncak pada 10 sampai 24 jam.
 Metamfetamin juga terserap dengan baik setelah terhirup dan
mengikuti pemberian intranasal. Didistribusikan ke sebagian besar
bagian tubuh. Karena methamphetamine memiliki lipofilisitas yang
tinggi, didistribusikan ke seluruh tubuh termasuk melewati sawar darah
otak dan melintasi plasenta.
 Metamfetamin dimetabolisme di hati dengan metabolit utama menjadi
amfetamin (aktif) dan 4-hidroksimetametamin; Metabolit minor lainnya
termasuk 4-hydroxyamphetamine, norephedrine, dan 4-
hydroxynorephedrine.
 Obat lain yang dimetabolisme menjadi amfetamin dan metamfetamin termasuk
benzphetamine, furfenorex, dan famprofazone. Selegilin (dipasarkan sebagai
Deprenyl, EMSAM, dan lainnya) dimetabolisme menjadi L-isomer amfetamin
yang kurang aktif dan isomer L metamfetamin yang tidak aktif. Meskipun
hanya D-Isomer selegilin yang akan dimetabolisme menjadi metabolit
aktif, kedua isomer tersebut dapat menyebabkan hasil positif untuk
methamphetamine dan amfetamin pada tes narkoba, dalam kasus tertentu.
 Metamfetamin diekskresikan oleh ginjal, dengan tingkat ekskresi ke dalam
urine sangat dipengaruhi oleh pH urin. Antara 30-54% dosis oral
diekskresikan dalam urin sebagai metamfetamin yang tidak berubah dan 10-
23% sebagai amfetamin yang tidak berubah. Setelah dosis intravena, 45%
diekskresikan sebagai obat induk yang tidak berubah dan amfetamin 7%.
 Waktu paruh methamphetamine bervariasi dengan nilai rata-rata antara 9 dan
12 jam.
Efek Neurobiologi
 Menghalangi reuptake dari pelepasan dopamine pada celah sinaptik
 peningkatan kadar dopamin pada sinapsis neuron di nucleus
accumbens dan daerah mesolimbik otak lainnya
 Penurunan tersedianya reseptor dopamine  dikaitkan dengan
ketergantungan obat (hilangnya kontrol dan penggunaan obat
secara kompulsif)
Efek Neurobiologi
 Hilangnya transporter dopamin  dikaitkan dengan penurunan fungsi
motorik dan penurunan daya ingat, perhatian serta fungsi kognitif.
 Meningkatkan konsentrasi sitoplasma dopamine & meningkatkan
produksi oksidatif yang beracun terhadap terminal saraf
Efek Penggunaan Akut
Dosis ringan – sedang :
 Euforia  Menekan nafsu makan
 Peningkatan tekanan darah  Meningkatkan energi
 Peningkatan suhu tubuh  Meningkatkan dorongan seksual
 Takikardi  Meningkatkan rasa percaya diri
 Tidak mudah lelah
Efek Penggunaan Akut
Dosis tinggi :
 Kram perut yang intens
 Gemetar
 Bruxism
 Siklus haid yang terganggu
 Sensasi serangga yang merayap pada kulit
 Insomnia.
Efek Penggunaan Kronis
 Komplikasi pada sistem  Komplikasi oral
kardiopulmoner  Meth mouth
 Penyakit jantung koroner  Karies
 Kardiomiopati  Fraktur tulang gigi
 Edema pulmonal  Penyakit periodontal (misalnya
gingivitis, periodontitis)
 Sindrom sendi
temporomandibular yang terkait
dengan bruxism
Efek Penggunaan Kronis
 Komplikasi kulit
 Ekskoriasi atau ulserasi akibat garukan
 Self inflicted injury pada pengguna dengan gangguan hiperkinetik
dan motorik stereotipik
 Selulitis & abses akibat bekas jalur suntikan

 Gangguan neurokognitif dan komorbiditas kejiwaan (psikosis berat,


depresi, dan ide bunuh diri)
Intoksikasi
 Dikatakan sebagai intoksikasi apabila akhir- akhir ini
menggunakan amfetamin atau substansi yang
menyerupai amfetamin dalam kurun waktu yang dekat.
 Atau secara klinis mengalami kelainan perilaku yang
signifikan yang berkembang selama, segera setelah,
penggunaan amfetamin atau substansi yang menyerupai
amfetamin.
Intoksikasi
 Dua atau lebih dari tanda-tanda berikut, muncul selama, atau segera setelah
penggunaan amfetamin atau substansi lain yang menyerupai amfetamin:
 Tachycardia atau bradycardia
 Dilatasi pupil
 Peningkatan atau penurunan tekanan darah
 Menggigil
 Mual atau muntah
 Adanya bukti dari penurunan berat badan
 Agitasi atau retardasi psychomotor
 Lemah otot, depresi sistem pernafasan, nyeri dada, atau aritmia jantung
 Linglung, kejang, dyskinesia, dystonia, koma
Gejala putus zat
 Pengurangan dari penggunaan amfetamin setelah penggunaan
yang lama dan berat.
 Terdapat disforia dan dua atau lebih dari perubahan psikologis
berikut, yang timbul setelah beberapa jam sampai beberapa
hari setelah pengurangan zat ini:
 Lemah
 Mimpi yang tidak menyenangkan, dan buram
 Insomnia atau hypersomnia
 Nafsu makan yang meningkat
 Retardasi atau agitasi psikomotor
Gejala putus zat
 Perlu dicatat bahwa gejala- gejala tersebut harus
menyebabkan adanya kerusakan dalam fungsi
social dan fungsi- fungsi lain yang penting.
 Gejala ini tidak dikarenakan kondisi medis lain
dan tidak dihubungkan dengan kelainan mental
yang lain.
Tatalaksana
 Detoksifikasi
 pada keadaan intoksikasi:
 suhu tubuh tinggi  air dingin, kompres, minum
 kejang  diazepam
 tekanan darah tinggi  antihipertensi (ß blocker)
 timbul gejala psikosis  antipsikosis (haloperidol)
Tatalaksana
 pada keadaan intoksikasi:
rawat pasien di tempat yang tenang

 cukup makan, minum, dan istirahat
 bila ada ide bunuh diri/depresi  anti-depressan

• pada keadaan overdosis:


- cek tanda-tanda vital (denyut nadi, tekanan darah, respirasi, dan
suhu tubuh)
- jaga airway/jalur pernapasan
- pemasangan infus
- pemeriksaan lab (periksa toksikologi pada darah dan urin)
- simptomatik
Rehabilitasi pasca-detoksifikasi dan after care
 rehabilitasi di tempat yang menampung masalah ketergantungan
zat (RSKO, BNN)
 konseling, edukasi
 ketrampilan life skills, komunikasi
 harm reduction: penanggulangan HIV/AIDS, Hepatitis B dan C,
metode substitusi, pembagian jarum suntik steril
 pemulihan adiksi berbasis masyarakat
Daftar Pustaka
 Johnson BA, editor. Addiction Medicine [Internet]. New York, NY: Springer New
York; 2011 [cited 2017 Aug 17]. Available from:
http://link.springer.com/10.1007/978-1-4419-0338-9
 World Health Organization, editor. Neuroscience of psychoactive substance use and
dependence. Geneva: World Health Organization; 2004. 264 p
 Giannini A. An Approach to Drug Abuse, Intoxication and Withdrawal [Internet].
Aafp.org. 2017 [cited 13 July 2017]. Available from:
http://www.aafp.org/afp/2000/0501/p2763.html
 Silvia D. E. Buku Ajar Psikiatri. 2nd ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2013.
 Sadock B, Kaplan H, Sadock V. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry.
Philadelphia: Wolter Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
 Black D, Grant J. DSM-5® Guidebook. Washington: American Psychiatric Publishing;
2014.
 Rusdi Salim. (2003). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ – III. Edisi : Dr. Rusdi Maslim. Jakarta : PT. Nuh Jaya.

Anda mungkin juga menyukai