DISUSUN OLEH:
Yusuf
C014212175
RESIDEN PEMBIMBING
dr. Muh. Gatra Pratama
SUPERVISOR PEMBIMBING
dr. Rinvil Renaldi, M.Kes, Sp.KJ(K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
1
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Yusuf
NIM : C014212175
Judul Lapsus :
• Psikotik : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
• Non Psikotik : Insomnia Non Organik (F51.0)
Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
2
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Y
Usia : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Katolik
Alamat / No. Telepon : Sudiang Raya Makassar
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pasien datang pertama kali ke Poli Jiwa RSUD. Daya untuk pertama kalinya pada
tanggal 25 Agustus 2022.
2. Hendaya / Disfungsi
5
Genogram
Keterangan:
6
F. Situasi Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama suami dan ketiga anaknya. Pasien saat ini
sebagai ibu rumah tangga, pemasukan ekonomi berasal dari suaminya. Saat ini
ketiga anaknya terdiagnosis sebagai tuberkulosis, dan pasien bersama
suaminya mendapatkan profilaksis tuberkulosis.
G. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien paham bahwa dirinya mengalami gangguan dan mengetahui
gangguan tidur karena hal-hal kecil yang dipikirkan.
A. Deskripsi Umum
• Penampilan :
Tampak seorang wanita berumur 35 tahun, wajah sesuai umur. Perawakan
sedang, perawatan diri baik, memiliki rambut pendek warna hitam, memakai
baju kaos putih bergaris hitam dengan jaket berwarna hijau, celana jeans biru
muda, serta memakai masker. Kontak mata ada, verbal ada.
• Kesadaran
• Kuantitas : Compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
• Kualitas : Baik Aktivitas
• Psikomotor : Tenang
7
• Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa
• Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
• Mood : Eutimik
• Afek : Appropriate
• Keserasian : Serasi
3. Orientasi
Waktu : Baik
Orang : Baik
Tempat : Baik
4. Daya ingat
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
8
E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran
Produktivitas : Cukup
2. Isi pikir
G. Daya nilai
H. Tilikan (insight)
A. Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan
gejala klinis yang bermakna yaitu sulit tidur. Keadaan ini menimbulkan
penderitaan (distress) pada pasien. Pasien memiliki hendaya (disability) dalam
bidang pekerjaan dan waktu yang merupakan tanda dari adanya Gangguan
Jiwa. Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan adanya kelainan,
sehingga kemungkinan adanya Gangguan jiwa Psikotik dapat disingkirkan
dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa Non-Psikotik. Pada
pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organic dapat
disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa
Non-Psikotik Non-Organik.
B. Aksis II
Sebelum sakit, pasien dikenal sebagai orang yang ramah dan cukup pandai
bergaul. Kepribadian pasien belum dapat digolongkan dalam ciri kepribadian
10
tertentu. Tidak ditemukan adanya retardasi mental.
C. Aksis III
Tidak ada
D. Aksis IV
E. Aksis V
GAF Scale saat ini 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitassedang
dalam fungsi, secara umum masih baik)
A. Organobiologi.
Pasien tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga
terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka dari itu pasien memerlukan
farmakoterapi.
B. Psikologik
Ditemukan adanya hendaya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
menimbulkan gejala psikis, maka pasien memerlukan psikoterapi.
C. Sosiologik
Pasien ditemukan adanya hendaya dalam penggunaan pekerjaan maka
membutuhkan sosioterapi.
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad functionam : Dubia ad
ad bonam
o Faktor Pendukung
- Pasien memiliki keinginan yang kuat untuk sembuh
- Adanya jaminan Kesehatan (BPJS) yang mendukung keberlangsungan
pengobatan
11
- Pasien memiliki dukungan dari keluarga
- Pasien tidak memiliki penyakit komorbid
o Faktor Penghambat
- Stressor masih berlangsung
• Psikoterapi Suportif
Insomnia awitan tidur adalah sulitnya tertidur pada saat awal malam. Gangguan
fase tidur yang tertunda dapat salah didiagnosis sebagai insomnia, karena onset tidur
tertunda terlalu lama dari biasanya sementara kebangkitan meluas hingga siang hari.
Pasien yang mengalami kesulitan tidur juga sering terbangun di malam hari dengan
kesulitan untuk kembali tidur. Dua pertiga dari pasien ini terbangun di tengah malam,
dengan lebih dari setengahnya mengalami kesulitan untuk kembali tidur setelah bangun
tengah malam. Bangun pagi adalah kebangkitan yang terjadi lebih awal (lebih dari 30
menit) dari yang diinginkan dengan ketidakmampuan untuk kembali tidur, dan sebelum
total waktu tidur mencapai 6,5 jam.4
Keluhan yang sering dialami pasien adalah ketidakmampuan untuk dapat tidur
meskipun harus berbaring berjam-jam di tempat tidur, pola tidur yang terganggu, dan
bangun pada jam-jam yang tidak biasa, terutama di pagi hari dan tidak merasa segar
setelah berjam-jam tidur.5
2. Kriteria diagnostik
Adapun obat utama yang dapat digunakan untuk mengatasi insomnia seperti
benzodiazepin, non-benzodiazepin, dan melatonin receptor agonist.
1. Benzodiazepin
Benzodiazepin (BZD) sering diresepkan untuk mengobati insomnia,
dapat mengurangi latensi saat onset tidur dan bangun total dengan meningkatkan
durasi tidur total. BZD meningkatkan efek inhibitor neurotransmitter gamma-
aminobutyric acid (GABA) dengan meningkatkan afinitas GABA terhadap
reseptornya. Efek samping utama dari BZD short- acting seperti insomnia
16
rebound dan amnesia anterograde. BZD intermediet dan long-acting kurang
efektif untuk mendorong tidur, tetapi diindikasikan untuk pemeliharaan tidur
dan mengurangi terbangun di malam hari. Contoh obat- obatan golongan
benzodiazepine yang dapat diresepkan pada pasien dengan insomnia yaitu
estazolam 0.5–2 mg, flurazepam 15–30 mg, quazepam 7.5–15 mg, tamazepam
7.5-15 mg, dan triazolam 0.125-0.25 mg.11
2. Non-benzodiazepin
Beberapa contoh obat non-benzodiazepin adalah zopiclone, zolpidem,
zaleplon dan eszopiclon. Zopiclon dapat meningkatkan kerja GABA, dapat
ditoleransi dengan baik pada pasien orang tua dan memiliki lebih sedikit efek
samping daripada BZD. Zolpidem efektif mengurangi latensi tidur dan dan
bangun malam hari serta meingkatkan waktu tidur total. Zaleplon efektif
mengurangi waktu onset tidur tetapi tidak efektif mengurangi bangun malam
hari atau meningkatkan waktu tidur total. Eszopiclon merupakan stereoisomer
zopiclon, bekerja sebagai agonis pada reseptor BZD. 11
3. Melatonin receptor agonist
Agonis melatonin, seperti ramelteon, bekerja dengan mengikat reseptor
melatonin (MT1 dan MT2) secara selektif di nukleus suprachiasmatic. Ini juga
baru-baru ini telah disetujui untuk pengobatan insomnia dan merupakan satu-
satunya obat resep tidak terjadwal yang tersedia di Amerika Serikat untuk
pengobatan insomnia. Obat ini terbukti efektif pada orang tua.1Ramelton adalah
agonis selektif untuk reseptor melatonin MT1 dan MT2 pada SCN. Dengan
demikian, ramelton dapat meningkatkan osnet tidur dengan mengurangi arousal
dan juga dapat membantu menstabilkan waktu siklus tidur-bangun. 12
3. Histamin Receptor Antagonis
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN PERCAKAPAN AUTOANAMNESIS
DM : Dokter Muda
P : Pasien
DM : selamat siang bu, perkenalkan saya Putri, dokter muda yang dinas di Poli Jiwa hari ini.
saya mau tanya-tanya tentang keluhanta, apakah bersedia ji?
P: iya dok, bersediaji
DM: tabe ibu siapa namata?
P: ibu Y
DM: berapami umurta?
P: 35 tahun dok
DM: apa pekerjaanta sekarang?
P: ibu rumah tanggaji dok
DM: oiyee ibu, tabe ibu ada apaki sampai datang ke poli hari ini ibu?
P: ini dok, saya tidak bisa tidur kalau malam
DM: kenapaki bisa tidak bisa tidur bu?
P: kalau malam-malam dok, kayak banyak yang terpikirkan di kepalaku dok, biar hal-hal sepele
muncul terus tiap malam sebelumku tidur
DM: pikiran kayak bagaimana itu bu?
P: hal-hal sepele ji dok, kayak yang tidak perlu ji untuk dipikirkan misalnya bunga saya pikir
DM: apakah bunga terus terpikirkan ibu?
P: tidak juga dok, kayak hal sembarang yang terpikirkan, yang sebenarnya tidak perlu dok
DM: ini kita rasa sudah sejak kapan?
P: sebenarnya dok sudah 1 tahun tapi barupi ini memberat 2 bulan ini dok, dan saya juga biasa dok
rasa cemas juga dok yang buat juga susah tidur
DM: cemas sudah sejak kapan?
P: kira-kira 2 bulan terakhir ini dok
DM: sebelum cemas memang sudah susahki tidur
P: iya dok, memang sebelum cemas sudah susah tidurku dok, tapi baru ini 2 bulan tambah memberat
karena harusnya saya tidur malam hari tapi susah dok, akhirnya kalau sudah subuh itu dok saya mulai
mengantuk
DM: ini gangguan tidur pertama kali dirasakan 1 tahun lalu?
20
P: sebenarnya dok pernah juga saya susah tidur kurasa 5 tahun lalu, tapi ku abaikan ji dok karena
saya rasa tidak sampai mengganggu aktivitasku dok, dan sempat hilang dok dan muncul lagi 1 tahun
terakhir ini dok.
DM: itu kita biasa butuh berapa jam kalau mau tidur?
P ada kayaknya 1 jam dok, kadang bisa juga sampai lebih dari 1 jam dok. Biasanya kan saya tidur
itu jam-jam 9 tapi baru bisa tidur itu lama sekali dok. Terus biasa jam 12 terbangun lagi dan setelah
itu susah tidur lagi dok
DM: itu kita terbangun apakah karena ada mimpi buruk kah?
P: tidak ji dok, Cuma terbangun saja dok
DM: tadi kita bilang cemas juga kita rasa, cemas karena apa?
P: begini dok, 3 bulan lalu anak pertamaku didiagnosis tuberculosis dok, trus 1 bulan setelahnya anak
kedua sama ketiga juga tb dok, dan karena itu juga dok, saya merasa kayak cemas berlebih dok
DM: apa yang kita cemaskan ibu?
P: saya khawatir sama anakku dok, saya biasa pikir bisaji kah sembuh, biasa begitu dok
DM: Ada jantung berdebar-debar kita rasa atau keringat berlebih?
P: tidak ada ji dok, Cuma biasa dok saya mual dan muntah karena saya minum obat profilaksis
tuberculosis juga dok. Jadi setelah minum obat itu saya rasa mual dan muntah, ini juga yang bikin
parah sulit tidurku dok
DM: kalau pagi-pagi atau siang terganggu aktivitas ta?
P: iya dok, saya kalau pagi-pagi mengantuk saya rasa dok, padahal banyak yang harus kubikin dok,
urus anak, dan pekerjaan rumah dok
DM: ada kita rasa lemas?
P: iya dok lemas pagi-pagi karena ini kan dok sulit tidurku, terus biasa sakit kepalaku dan tegang
otot leherku juga dok
DM: oiyaa. Kan tadi kita bilang kalau ini sulit tidur kita rasa sudah ada sejak 1 tahun, apakah pernahki
konsumsi obat untuk tangani gangguan tidur ta?
P: pernah saya beli CTM dok, karena orang-orang bilang kalau CTM bisa bikin mengantuk, tapi
setelah saya minum CTM dok, tidak membaikji juga tidurku dok.
DM: oiyaa, di rumah sama siapaki tinggal?
P: sama suami dan anak ku dok
DM: berapa anakta?
P: ada 3 dok
DM: anak pertama cewek atau cowok?
P: anak pertama cewek dok, kedua sama ketiga cowok
21
DM: kalau hubunganta sama suami bagusji? Tidak adaji masalah atau sering berkelahi?
P: tidak ji dok, bagusji
DM: kalau sama keluarga ta atau tetangga ta ada masalah?
P: tidak juga dok, Cuma ituji saya rasa biasa cemas karena anakku
DM: dari keluarga ta ada yang pernah punya keluhan yang sama?
P: tidak ada ji dok
DM: berapa bersaudaraki?
P: saya sendiri dok, anak tunggal
DM: apa pendidikan terakhirta?
P: S1 keuangan di Universitas Indonesia Timur
DM: sebelumnya ada pekerjaanta?
P: ada dok, saya dulu pernah kerja jadi staff keuangan dok
DM: kenapaki berhenti kerja?
P: karena menikah dok, jadi stelah menikah itu usia 27 tahun berhenti kerja dok
DM: tapi tidak adaji masalah dengan pekerjaanta?
P: iya tidak adad ok
DM: oiyaa ibu, mungkin itu saja yang mau saya tanyakan di ibu. Terima kasih banyak bu
22