Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS NON PSIKOTIK

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2022


UNIVERSITAS HASANUDDIN

INSOMNIA NON-ORGANIK ( F51.0)

DISUSUN OLEH:

Yusuf
C014212175

RESIDEN PEMBIMBING
dr. Muh. Gatra Pratama

SUPERVISOR PEMBIMBING
dr. Rinvil Renaldi, M.Kes, Sp.KJ(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Yusuf

NIM : C014212175

Judul Lapsus :
• Psikotik : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
• Non Psikotik : Insomnia Non Organik (F51.0)

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

Makassar, Agustus 2022

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Rinvil Renaldi, M.Kes, Sp.KJ(K) dr. Muh. Gatra Pratama

2
LAPORAN KASUS

GANGGUAN INSOMNIA NON ORGANIK ( F51.0)

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Y
Usia : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Katolik
Alamat / No. Telepon : Sudiang Raya Makassar
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pasien datang pertama kali ke Poli Jiwa RSUD. Daya untuk pertama kalinya pada
tanggal 25 Agustus 2022.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Diperoleh dari catatan medis dan autoanamnesis :
A. Keluhan Utama
Sulit tidur

B. Riwayat Gangguan Sekarang

1. Keluhan dan Gejala


Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke Poli Jiwa RSUD Daya
untuk pertama kalinya didampingi suami dengan keluhan sulit tidur. Pasien
selama beberapa hari ini sulit untuk memulai tidur. Keluhan sudah dirasakan
sejak 5 tahun terakhir namun memberat dalam 2 bulan terakhir. Keluhan ini
hampir dirasakan tiap malam. Pasien biasanya membutuhkan waktu hampir 1
jam atau lebih untuk bisa memulai tidur. Pasien akhir-akhir ini selalu
memikirkan kondisi sulit tidurnya dan efek yang akan terjadi keesokan harinya.
Pasien juga mengatakan sulit untuk mempertahankan tidurnya, dimana pasien
akan terbangun pada tengah malam dan sulit untuk memulai tidur kembali.
Karena sulit tidur ini pasien merasa lemas, sakit kepala, otot leher tegang serta
mengantuk pada pagi hari saat akan beraktivitas sehingga pekerjaan rumah
pasien terganggu namun pasien masih bisa untuk menyelesaikannya. Riwayat
3
pasien pernah membeli sendiri obat CTM di apotek untuk keluhan sulit
tidurnya namun gejala tidak membaik.
Pasien juga merasakan cemas dalam beberapa hari terakhir ini setelah
ketiga anaknya didiagnosis Tuberkulosis kasus baru 3 bulan yang lalu. Pasien
mengkhawatirkan kondisi anaknya yang sakit. Jantung berdebar-debar tidak
ada. Pasien saat ini mengkonsumsi profilaksis Tuberkulosis yang membuat
keluhan pasien semakin parah karena efek samping dari obat yang membuat
mual dan juga muntah.
Awal mula keluhan dirasakan kurang lebih 5 tahun yang lalu, pasien
merasa sulit tidur namun diabaikan oleh pasien karena tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari pasien.

2. Hendaya / Disfungsi

Hendaya dalam bidang sosial : Tidak ada

Hendaya dalam pekerjaan ada : Ada

Hendaya waktu senggang : Tidak ada.

3. Faktor Stressor Psikososial


Masalah keluarga, yaitu ketiga anak pasien terdiagnosis tuberkulosis dan
pasien harus mengkonsumsi profilaksis tuberculosis
4. Hubungan Gangguan Sekarang dengan Riwayat Penyakit Fisik dan Psikis
Sebelumnya
• Riwayat infeksi (-)
• Riwayat trauma (-)
• Riwayat kejang (-)
• Riwayat DM, Penyakit jantung, Hipertensi (-)
• Riwayat NAPZA :
- Alkohol (-)
- Merokok (-)
- Zat psikoaktif lain (-)
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Penyakit Fisik Sebelumnya


Tidak ditemukan adanya Riwayat penyakit fisik sebelumnya
2. Riwayat Penggunaan NAPZA
4
Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan NAPZA.
3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumya
Pasien pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri sebelumnya

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)


Pasien lahir di rumah dibantu bidan melalui persalinan normal. Pasien
mengatakanmengonsumsi ASI hingga umur 2 tahun diselingi susu formula.
2. Riwayat Kanak Awal (1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan masa kanak-kanak pasien sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak lain seusianya.
3. Riwayat Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tinggal bersama orang tuanya. Pasien memiliki banyak teman di
sekolahnya.
4. Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien melanjutkan sekolahnya sampai jenjang SMA. Pasien pernah
menempuh pendidikan S1 Bidang Ekonomi
5. Riwayat Masa Dewasa
• Riwayat Pekerjaan : Pasien sebelumnya bekerja sebagai staff finance
administrasi di suatu perusahaan.
• Riwayat Pernikahan : Pasien menikah tahun 2014, dan memilik 3 orang
anak.
• Riwayat Kehidupan Beragama : Pasien memeluk agama Katolik dan
menjalankan kewajiban agama dengan baik.

E. Riwayat kehidupan keluarga :


Pasien merupakan anak tungal, sudah menikah dan mempunyai anak 3 orang anak,
anak pertama perempuan, anak kedua dan ketiga laki-laki. Hubungan dengan
keluarga baik. Pasien tidak memiliki riwayat keluarga dengan gangguan jiwa.

5
Genogram

Keterangan:

6
F. Situasi Sekarang

Pasien saat ini tinggal bersama suami dan ketiga anaknya. Pasien saat ini
sebagai ibu rumah tangga, pemasukan ekonomi berasal dari suaminya. Saat ini
ketiga anaknya terdiagnosis sebagai tuberkulosis, dan pasien bersama
suaminya mendapatkan profilaksis tuberkulosis.
G. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien paham bahwa dirinya mengalami gangguan dan mengetahui
gangguan tidur karena hal-hal kecil yang dipikirkan.

III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS


A. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, gizi cukup, kesadaran compos mentis,
tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 88 kali/menit, frekuensi pernafasan 22
kali/menit, suhu tubuh 36,5°C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus.
Jantung, paru-paru, dan abdomen kesan dalam batas normal, ekstremitas atas dan
bawah tidak ada kelainan.
B. Status Neurologi
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil
bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan
sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks
patologis.

IV. STATUS MENTAL


Tempat : Poli Jiwa RSUD. Daya Makassar

Waktu : Kamis, 25 Agustus 2022 pada pukul 12.30 WITA

A. Deskripsi Umum
• Penampilan :
Tampak seorang wanita berumur 35 tahun, wajah sesuai umur. Perawakan
sedang, perawatan diri baik, memiliki rambut pendek warna hitam, memakai
baju kaos putih bergaris hitam dengan jaket berwarna hijau, celana jeans biru
muda, serta memakai masker. Kontak mata ada, verbal ada.
• Kesadaran
• Kuantitas : Compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
• Kualitas : Baik Aktivitas
• Psikomotor : Tenang
7
• Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa
• Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, dan Empati

• Mood : Eutimik

• Afek : Appropriate

• Keserasian : Serasi

• Empati : Dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan: Sesuai dengan tingkat


pendidikan.

2. Daya konsentrasi : Baik

3. Orientasi

Waktu : Baik

Orang : Baik

Tempat : Baik

4. Daya ingat

Jangka Panjang : Baik

Jangka pendek : Baik

Jangka segera : Baik

5. Pikiran abstrak : Baik

6. Bakat kreatif : Tidak ada

7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

8
E. Proses Berpikir

1. Arus pikiran

Produktivitas : Cukup

Kontinuitas : Relevan dan koheren

Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa

2. Isi pikir

Preokupasi : pasien selalu memikirkan kondisinya esok


hari akibat tidak bisa tidur

Gangguan isi pikir : Tidak ada

F. Pengendalian impuls : Baik

G. Daya nilai

Norma sosial : Baik

Uji daya nilai : Baik

Penilaian realitas : Baik

H. Tilikan (insight)

Pasien menyadari dirinya sakit dan berusaha mencari pertolongan/pengobatan


(Tilikan 6)

I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke Poli Jiwa RSUD Daya
untuk pertama kalinya dengan keluhan sulit tidur. Pasien selama beberapa hari ini
sulit untuk memulai tidur. Keluhan sudah dirasakan sejak 1 tahun terakhir namun
memberat dalam 2 bulan terakhir. Keluhan ini hampir dirasakan tiap malam. Pasien
biasanya membutuhkan waktu hampir 1 jam atau lebih untuk bisa memulai tidur.
Pasien selalu memikirkan kondisi sulit tidurnya akhir-akhir ini. Pasien juga
mengatakan sulit untuk mempertahankan tidurnya, dimana pasien akan terbangun
pada tengah malam dan sulit untuk memulai tidur kembali. Karena sulit tidur ini
pasien merasa lemas, sakit kepala, otot leher tegang serta mengantuk pada pagi hari
saat akan beraktivitas sehingga pekerjaan rumah pasien terganggu namun pasien
9
masih bisa untuk menyelesaikannya. Riwayat pasien pernah membeli sendiri obat
CTM di apotek untuk keluhan sulit tidurnya namun gejala tidak membaik.
Pasien juga merasakan cemas dalam beberapa hari terakhir ini setelah
ketiga anaknya didiagnosis Tuberkulosis kasus baru 3 bulan yang lalu. Pasien
mengkhawatirkan kondisi anaknya yang sakit. Jantung berdebar-debar tidak ada.
Pasien saat ini mengkonsumsi profilaksis Tuberkulosis yang membuat keluhan
pasien semakin parah karena efek samping dari obat yang membuat mual dan juga
muntah.
Awal mula keluhan dirasakan kurang lebih 5 tahun yang lalu, pasien merasa
sulit tidur namun diabaikan oleh pasien karena tidak mengganggu aktivitas sehari-
hari pasien.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

A. Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan
gejala klinis yang bermakna yaitu sulit tidur. Keadaan ini menimbulkan
penderitaan (distress) pada pasien. Pasien memiliki hendaya (disability) dalam
bidang pekerjaan dan waktu yang merupakan tanda dari adanya Gangguan
Jiwa. Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan adanya kelainan,
sehingga kemungkinan adanya Gangguan jiwa Psikotik dapat disingkirkan
dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa Non-Psikotik. Pada
pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organic dapat
disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa
Non-Psikotik Non-Organik.

Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental, pasien


memiliki gejala sulit memulai tidur, sulit kembali tidur saat terbangun, dan
kualitas tidur buruk, berlangsung lebih dari 3 kali dalam seminggu selama lebih
dari 1 bulan, adanya preokupasi tidak bisa tidur dan adanya hendaya pada
pekerjaan. Sehingga berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ-III) pasien didiagnosis sebagai Insomnia non-organik
(F51.0)

B. Aksis II
Sebelum sakit, pasien dikenal sebagai orang yang ramah dan cukup pandai
bergaul. Kepribadian pasien belum dapat digolongkan dalam ciri kepribadian
10
tertentu. Tidak ditemukan adanya retardasi mental.
C. Aksis III

Tidak ada

D. Aksis IV

Pasien mengatakan bahwa pasien selalu memikirkan kondisi ketiga anaknya


yang sedang sakit dan

E. Aksis V

GAF Scale saat ini 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitassedang
dalam fungsi, secara umum masih baik)

VII. DAFTAR PROBLEM

A. Organobiologi.
Pasien tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga
terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka dari itu pasien memerlukan
farmakoterapi.
B. Psikologik
Ditemukan adanya hendaya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
menimbulkan gejala psikis, maka pasien memerlukan psikoterapi.
C. Sosiologik
Pasien ditemukan adanya hendaya dalam penggunaan pekerjaan maka
membutuhkan sosioterapi.

VIII. PROGNOSIS

Ad vitam : Ad bonam

Ad functionam : Dubia ad

bonamAd sanationam : Dubia

ad bonam

o Faktor Pendukung
- Pasien memiliki keinginan yang kuat untuk sembuh
- Adanya jaminan Kesehatan (BPJS) yang mendukung keberlangsungan
pengobatan
11
- Pasien memiliki dukungan dari keluarga
- Pasien tidak memiliki penyakit komorbid

o Faktor Penghambat
- Stressor masih berlangsung

IX. RENCANA TERAPI


• Psikofarmakoterapi
-Flouxetin 10mg/24jam/oral
-Clobazam 10mg /24jam/oral

• Psikoterapi Suportif

Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien


dalam memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan
pengertian mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan,
efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan.
• Sosioterapi

Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien khususnya


keluarga untuk dapat menerika kondisi saat ini pasien dan selalu memberika
dukungan yang positif kepada pasien.

X. PEMBAHASAN DAN DISKUSI

1. Manifestasi Klinis Insomnia

Insomnia awitan tidur adalah sulitnya tertidur pada saat awal malam. Gangguan
fase tidur yang tertunda dapat salah didiagnosis sebagai insomnia, karena onset tidur
tertunda terlalu lama dari biasanya sementara kebangkitan meluas hingga siang hari.
Pasien yang mengalami kesulitan tidur juga sering terbangun di malam hari dengan
kesulitan untuk kembali tidur. Dua pertiga dari pasien ini terbangun di tengah malam,
dengan lebih dari setengahnya mengalami kesulitan untuk kembali tidur setelah bangun
tengah malam. Bangun pagi adalah kebangkitan yang terjadi lebih awal (lebih dari 30
menit) dari yang diinginkan dengan ketidakmampuan untuk kembali tidur, dan sebelum
total waktu tidur mencapai 6,5 jam.4

Gejala insomnia di antaranya, yaitu :


▪ Kesulitan tertidur di malam hari
▪ Kesulitan untuk kembali tidur saat bangun selama malam 12
▪ Bangun terlalu pagi
▪ Tidak merasa cukup istirahat setelah tidur malam
▪ Kelelahan atau kantuk pada siang hari
▪ Iritabilitas, depresi atau kecemasan
▪ Kesulitan memperhatikan, fokus pada tugas atau mengingat
▪ Meningkatnya kesalahan atau kecelakaan
▪ Kekhawatiran tentang tidur yang sedang berlangsung
▪ Mengandalkan pil tidur atau alkohol untuk tertidur.4

Keluhan yang sering dialami pasien adalah ketidakmampuan untuk dapat tidur
meskipun harus berbaring berjam-jam di tempat tidur, pola tidur yang terganggu, dan
bangun pada jam-jam yang tidak biasa, terutama di pagi hari dan tidak merasa segar
setelah berjam-jam tidur.5

2. Kriteria diagnostik

Insomnia dapat didiagnosis berdasarkan kriteria diagnostik Pedoman


Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke III (PPDGJ-III) dan juga kriteria
diagnostik The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).6
A. Pedoman diagnostik insomnia non-organik menurut PPDGJ III (F51.0)
▪ Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau
kualitas tidur yang buruk.
b. Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama minimal satu bulan
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan peduli yang
berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari.
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan.
▪ Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas, atau obsesi tidak
menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan. Kriteria “lama tidur” (kuantitas)
tidak digunakan untuk menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnya
variasi individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti
pada “transient insomnia”) tidak di- diagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam
Reaksi Stres Akut (F43.0) atau Gangguan Penyesuaian (F43.2).7
13
B. DSM-5 Pedoman diagnostik gangguan insomnia menurut DSM-V
▪ Keluhan utama berupa ketidakpuasan terhadap kuantitas atau kualitas tidur,
berkaitan dengan satu (atau lebih) gejala berikut:
a. Kesulitan memulai tidur. (Pada anak-anak, dapat bermanifestasi sebagai
kesulitan memulai tidur tanpa intervensi pengasuh.)
b. Kesulitan mempertahankan tidur, ditandai dengan sering terbangun atau
sulit kembali tidur setelah terbangun. (Pada anak-anak, dapat bermanifestasi
sebagai kesulitan untuk dapat kembali tidur tanpa intervensi pengasuh.)
c. Bangun lebih pagi dengan ketidakmampuan untuk dapat kembali tidur.
▪ Gangguan tidur menyebabkan distress atau impairment yang signifikan secara
klinis dalam fungsi sosial, pekerjaan, pendidikan, akademik, perilaku, atau
fungsi penting lainnya.
▪ Kesulitan tidur terjadi setidaknya tiga malam dalam satu minggu D. Kesulitan
tidur terjadi setidaknya selama tiga bulan
▪ Kesulitan tidur terjadi meskipun terdapat peluang yang adekuat untuk tidur.
▪ Insomnia tidak dijelaskan dengan lebih baik dan tidak terjadi secara eksklusif
selama gangguan tidur-bangun lainnya (misalnya, narkolepsi, gangguan tidur
terkait pernapasan, gangguan tidur-bangun ritme sirkadian, parasomnia)
▪ Insomnia tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat, pengobatan).
▪ Gangguan mental dan kondisi medis yang ada tidak dapat menjelaskan keluhan
utama insomnia secara adekuat.7
3. Tatalaksana
A. Terapi Non Farmakologis
Tatalaksana pada insomnia primer harus bersifat individual yang didasarkan
pada sifat dan tingkat keparahan gejala. Tatalaksana nonfarmakologi lebih murah
dan memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan pengobatan

farmakologi. Terapi non farmakologis pada insomnia dianggap efektif apabila


terjadi penurunan onset latensi tidur atau meningkatnya total waktu tidur selama 30
menit.8
1. Cognitive Behaviour Therapy (CBT)
Terapi psikologis untuk insomnia kronik, terutama dalam bentuk
cognitive behavioural therapy (CBT), telah diteliti secara ekstensif dalamlebih
dari 100 studi terkontrol selama 20 tahun terakhir. Lima meta-analisis dan
14
berbagai systematic review menunjukkan bahwa CBT berhubungan dengan
perubahan ukuran efek besar (diukur dalam skor standar z) dalam gejala utama
latensi tidur (kesulitan memulai tidur) dan waktu bangun setelah onset tidur
(kesulitan mempertahankan tidur). Sekitar 70 persen pasien dengan masalah
tidur persisten tampaknya mendapat manfaat dari CBT dan efeknya dapat
dipertahankan untuk follow-up jangka panjang.9
2. Stimulus control therapy

Metode ini membantu menghilangkan faktor - faktor yang membuat


pikiran untuk menolak tidur. Misalnya, seseorang mungkin dilatih untuk
mengatur waktu tidur dan waktu bangun yang konsisten dan menghindari tidur
siang, menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur dan meninggalkan kamar
jika tidak bisa tidur dalam waktu 20 menit, dan hanya kembali saat merasa
mengantuk.4
3. Relaxation Techniques
Relaksasi otot, biofeedback, dan latihan pernapasan yang progresif
merupakan cara mengurangi kecemasan menjelang tidur. Mempraktikkan
teknik-teknik ini dapat membantu mengontrol pernapasan, detak jantung,
ketegangan otot, dan suasana hati sehingga seseorang dapat rileks. 4
4. Sleep Restriction
Terapi ini mengurangi waktu yang dihabiskan di tempat tidur dan
menghindari tidur siang, menyebabkan kurang tidur parsial, sehingga
membuat malam berikutnya lebih lelah. Setelah tidur membaik, waktu tidur
secara bertahap ditingkatkan.4
5. Remaining passively awake
Juga disebut niat paradoks, terapi insomnia ini bertujuan untuk mengurangi
kekhawatiran dan kecemasan tentang dapat tidur dengan naik ke tempat
tidur dan mencoba untuk tetap terjaga daripada berharap untuk tertidur.4
6. Light therapy.
Jika seseorang tertidur terlalu awal dan kemudian bangun terlalu dini
maka cahaya harus digunakan untuk mendorong kembali ke jam internal. 4
7. Sleep Hygiene
Edukasi mengenai sleep hygiene terdiri dari beberapa intervensi yang
mendorong tidur stabil yang sehat dan lingkungan tidur yang tidak
mengganggu. Ini termasuk menghindari tidur siang, menjaga jadwal tidur yang
teratur, membatasi zat seperti minuman berkafein, nikotin, dan alkohol yang
15
mempengaruhi tidur, dan berolahraga setidaknya 6 jam sebelum waktu tidur.10
8. Perubahan gaya hidup
Jika seseorang mengalami insomnia, hindari hal-hal yang membuatnya
makin buruk, seperti :
• Kopi, rokok dan stimulant lainnya. Efeknya dapat berakhir dalam 8 jam.
• Obat-obatan tertentu yang dijual bebas dan diresepkan yang dapat
mengganggu tidur (misalnya, beberapa obat flu dan alergi). Bicarakan
dengan dokter tentang obat mana yang tidak akan mengganggu tidur.
• Minum minuman beralkohol sebelum waktu tidur dapat membuat lebih
mudah tidur. Namun, alkohol memicu tidur yang cenderung lebih
ringan dari normal. 4
B. Terapi Farmakologis
Peresepan obat tidur harus didasarkan kepada keparahan gejala dan
kemungkinan bahwa insomnia dapat berkembang menjadi kronik. Prinsip dasar
terapi pengobatan insomnia yaitu, jangan menggunakan obat hipnotik sebagai satu-
satunya terapi, pengobatan harus dikombinasikan dengan terapi non farmakologi,
pemberian obat golongan hipnotik dimulai dengan dosis yang rendah, selanjutnya
dinaikan perlahan – lahan sesuai kebutuhan, khususnya pada orang tua, hindari
penggunaan benzodiazepin jangka panjang, hati – hati penggunaan obat golongan
hipnotik khususnya benzodiazepin pada pasien dengan riwayat penyalahgunaan
atau ketergantungan obat, monitor pasien untuk melihat apakah ada toleransi obat,
ketergantungan obat atau penghentian penggunaanobat, memberikan edukasi
kepada pasien efek penggunaan obat hipnotik yaitu mual dan kecelakaan saat
mengemudi atau bekerja, khususnya golongan obat jangka panjang, melakukan
tapering obat secara perlahan untuk menghindari penghentian obat dan terjadi
rebound phenomenon.8

Adapun obat utama yang dapat digunakan untuk mengatasi insomnia seperti
benzodiazepin, non-benzodiazepin, dan melatonin receptor agonist.
1. Benzodiazepin
Benzodiazepin (BZD) sering diresepkan untuk mengobati insomnia,
dapat mengurangi latensi saat onset tidur dan bangun total dengan meningkatkan
durasi tidur total. BZD meningkatkan efek inhibitor neurotransmitter gamma-
aminobutyric acid (GABA) dengan meningkatkan afinitas GABA terhadap
reseptornya. Efek samping utama dari BZD short- acting seperti insomnia
16
rebound dan amnesia anterograde. BZD intermediet dan long-acting kurang
efektif untuk mendorong tidur, tetapi diindikasikan untuk pemeliharaan tidur
dan mengurangi terbangun di malam hari. Contoh obat- obatan golongan
benzodiazepine yang dapat diresepkan pada pasien dengan insomnia yaitu
estazolam 0.5–2 mg, flurazepam 15–30 mg, quazepam 7.5–15 mg, tamazepam
7.5-15 mg, dan triazolam 0.125-0.25 mg.11
2. Non-benzodiazepin
Beberapa contoh obat non-benzodiazepin adalah zopiclone, zolpidem,
zaleplon dan eszopiclon. Zopiclon dapat meningkatkan kerja GABA, dapat
ditoleransi dengan baik pada pasien orang tua dan memiliki lebih sedikit efek
samping daripada BZD. Zolpidem efektif mengurangi latensi tidur dan dan
bangun malam hari serta meingkatkan waktu tidur total. Zaleplon efektif
mengurangi waktu onset tidur tetapi tidak efektif mengurangi bangun malam
hari atau meningkatkan waktu tidur total. Eszopiclon merupakan stereoisomer
zopiclon, bekerja sebagai agonis pada reseptor BZD. 11
3. Melatonin receptor agonist
Agonis melatonin, seperti ramelteon, bekerja dengan mengikat reseptor
melatonin (MT1 dan MT2) secara selektif di nukleus suprachiasmatic. Ini juga
baru-baru ini telah disetujui untuk pengobatan insomnia dan merupakan satu-
satunya obat resep tidak terjadwal yang tersedia di Amerika Serikat untuk
pengobatan insomnia. Obat ini terbukti efektif pada orang tua.1Ramelton adalah
agonis selektif untuk reseptor melatonin MT1 dan MT2 pada SCN. Dengan
demikian, ramelton dapat meningkatkan osnet tidur dengan mengurangi arousal
dan juga dapat membantu menstabilkan waktu siklus tidur-bangun. 12
3. Histamin Receptor Antagonis

Histamin adalah neurotransmitter pemicu bangun yang diproduksi di


nukleus tuberomammilary hipotalamus. Khususnya antihistamin generasi
pertama memiliki efek penenang, berperan sebagai antagonis pada reseptor H1
yang terletak di sejumlah nukleus pemicu bangun. Neuron histaminergik mirip
dengan neuron noradrenergic, aktivitas yang sangat meningkat selama bangun
dan aktivitas menurun secara signifikan selama tidur. Tetapi pengaruh histamine
sangat sedikit mempengaruhi tidur. Antagonis pada reseptor H1 memiliki efek
sedatif. Doxepin sangat selektif untuk pada reseptor H1 , dan pada dosis yang
sangat rendah memiliki aktivitas farmakodinamik yang tambahan. 12
4. Orexin/Hypocretin Reseptor Agonis
17
Sistem orexin/hypocretin, ditemukan oleh 2 kelompok penelitian
independen pada tahun 1998, mencakup 2 neuropeptida serupa (orexin A dan
orexin B) dan 2 reseptor (OX1R dan OX2R) dengan distribusi yang tumpang
tindih.12 Surovexant meningkatkan tidur dengan cara menurunkan
orexin/hypocretin. Ini berfungsi sebagai agonis reseptor ganda reversibel.
Mekanisme ini bekerja pada daerah hipotalamus yang memiliki peran dalam
pengaturan tidur-bangun.12

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Black Donald W, Andreasen Nancy C. Introductory Textbook of Psychiatry. 6 Ed.


Washington, DC: American Psychiatric Publishing. 2013. pp. 317-320.
2. Sadock, B.J., Sadock, V.A., & Ruiz, P. 2015. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry
(11th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer.
3. Kayukawa Y, Kitajima T, Tomita S, Okada T. Primary insomnia. Nihon Rinsho. 2009
Aug;67(8):1494-500.
4. Singh Pahul. Insomnia: A Sleep Disorder: It Causes, Symptoms And Treatments.
International Journal of Medical and Health Research. 2016; 2(10): 37-41.
5. Raman Subhasri, Roy Anitha. Insomnia-A general review. Drug Invention Today. 2019;
12(1): 123-126.
6. Mai E, Buysse DJ. Insomnia: Prevalence, Impact, Pathogenesis, Differential Diagnosisi,
and Evaluation. The Journal of Lifelong Learning In Psychiatry. 2009; 7(4): 491-498
7. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III dan DSM-
5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. 2013.
8. Ringdahl, E. N.; Pereira, S. L.; Delzell, J. E. (2004). Treatment of Primary Insomnia.
The Journal of the American Board of Family Medicine, 17(3), 212.
9. Espie C A, Bartlett D J. New Oxford Textbook of Psychiatry. OXFORD University Press.
2009. pp. 933-93.
10. Patel D, Steinberg J, Patel Pragnesh. Insomnia in the Elderly: A review. Journal of
Clinical Sleep Medicine. 2018; 14(6): 1017-1024
11. Raman Subhasri, Roy Anitha. Insomnia-A general review. Drug Invention Today. 2019;
12(1): 123-126.\
12. Neubauer DN, Pandi-Perumal SR, Spence DW, Buttoo K, Monti JM. Pharmacotherapy
of Insomnia. J Cent Nerv Syst Dis. 2018 Apr 19;10:1179573518770672. doi:
10.1177/1179573518770672. PMID: 29881321;PMCID: PMC5987897.

19
LAMPIRAN PERCAKAPAN AUTOANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan pada hari Kamis, 25 Agustus 2022 di RSUD. Daya

DM : Dokter Muda
P : Pasien

DM : selamat siang bu, perkenalkan saya Putri, dokter muda yang dinas di Poli Jiwa hari ini.
saya mau tanya-tanya tentang keluhanta, apakah bersedia ji?
P: iya dok, bersediaji
DM: tabe ibu siapa namata?
P: ibu Y
DM: berapami umurta?
P: 35 tahun dok
DM: apa pekerjaanta sekarang?
P: ibu rumah tanggaji dok
DM: oiyee ibu, tabe ibu ada apaki sampai datang ke poli hari ini ibu?
P: ini dok, saya tidak bisa tidur kalau malam
DM: kenapaki bisa tidak bisa tidur bu?
P: kalau malam-malam dok, kayak banyak yang terpikirkan di kepalaku dok, biar hal-hal sepele
muncul terus tiap malam sebelumku tidur
DM: pikiran kayak bagaimana itu bu?
P: hal-hal sepele ji dok, kayak yang tidak perlu ji untuk dipikirkan misalnya bunga saya pikir
DM: apakah bunga terus terpikirkan ibu?
P: tidak juga dok, kayak hal sembarang yang terpikirkan, yang sebenarnya tidak perlu dok
DM: ini kita rasa sudah sejak kapan?
P: sebenarnya dok sudah 1 tahun tapi barupi ini memberat 2 bulan ini dok, dan saya juga biasa dok
rasa cemas juga dok yang buat juga susah tidur
DM: cemas sudah sejak kapan?
P: kira-kira 2 bulan terakhir ini dok
DM: sebelum cemas memang sudah susahki tidur
P: iya dok, memang sebelum cemas sudah susah tidurku dok, tapi baru ini 2 bulan tambah memberat
karena harusnya saya tidur malam hari tapi susah dok, akhirnya kalau sudah subuh itu dok saya mulai
mengantuk
DM: ini gangguan tidur pertama kali dirasakan 1 tahun lalu?
20
P: sebenarnya dok pernah juga saya susah tidur kurasa 5 tahun lalu, tapi ku abaikan ji dok karena
saya rasa tidak sampai mengganggu aktivitasku dok, dan sempat hilang dok dan muncul lagi 1 tahun
terakhir ini dok.
DM: itu kita biasa butuh berapa jam kalau mau tidur?
P ada kayaknya 1 jam dok, kadang bisa juga sampai lebih dari 1 jam dok. Biasanya kan saya tidur
itu jam-jam 9 tapi baru bisa tidur itu lama sekali dok. Terus biasa jam 12 terbangun lagi dan setelah
itu susah tidur lagi dok
DM: itu kita terbangun apakah karena ada mimpi buruk kah?
P: tidak ji dok, Cuma terbangun saja dok
DM: tadi kita bilang cemas juga kita rasa, cemas karena apa?
P: begini dok, 3 bulan lalu anak pertamaku didiagnosis tuberculosis dok, trus 1 bulan setelahnya anak
kedua sama ketiga juga tb dok, dan karena itu juga dok, saya merasa kayak cemas berlebih dok
DM: apa yang kita cemaskan ibu?
P: saya khawatir sama anakku dok, saya biasa pikir bisaji kah sembuh, biasa begitu dok
DM: Ada jantung berdebar-debar kita rasa atau keringat berlebih?
P: tidak ada ji dok, Cuma biasa dok saya mual dan muntah karena saya minum obat profilaksis
tuberculosis juga dok. Jadi setelah minum obat itu saya rasa mual dan muntah, ini juga yang bikin
parah sulit tidurku dok
DM: kalau pagi-pagi atau siang terganggu aktivitas ta?
P: iya dok, saya kalau pagi-pagi mengantuk saya rasa dok, padahal banyak yang harus kubikin dok,
urus anak, dan pekerjaan rumah dok
DM: ada kita rasa lemas?
P: iya dok lemas pagi-pagi karena ini kan dok sulit tidurku, terus biasa sakit kepalaku dan tegang
otot leherku juga dok
DM: oiyaa. Kan tadi kita bilang kalau ini sulit tidur kita rasa sudah ada sejak 1 tahun, apakah pernahki
konsumsi obat untuk tangani gangguan tidur ta?
P: pernah saya beli CTM dok, karena orang-orang bilang kalau CTM bisa bikin mengantuk, tapi
setelah saya minum CTM dok, tidak membaikji juga tidurku dok.
DM: oiyaa, di rumah sama siapaki tinggal?
P: sama suami dan anak ku dok
DM: berapa anakta?
P: ada 3 dok
DM: anak pertama cewek atau cowok?
P: anak pertama cewek dok, kedua sama ketiga cowok
21
DM: kalau hubunganta sama suami bagusji? Tidak adaji masalah atau sering berkelahi?
P: tidak ji dok, bagusji
DM: kalau sama keluarga ta atau tetangga ta ada masalah?
P: tidak juga dok, Cuma ituji saya rasa biasa cemas karena anakku
DM: dari keluarga ta ada yang pernah punya keluhan yang sama?
P: tidak ada ji dok
DM: berapa bersaudaraki?
P: saya sendiri dok, anak tunggal
DM: apa pendidikan terakhirta?
P: S1 keuangan di Universitas Indonesia Timur
DM: sebelumnya ada pekerjaanta?
P: ada dok, saya dulu pernah kerja jadi staff keuangan dok
DM: kenapaki berhenti kerja?
P: karena menikah dok, jadi stelah menikah itu usia 27 tahun berhenti kerja dok
DM: tapi tidak adaji masalah dengan pekerjaanta?
P: iya tidak adad ok
DM: oiyaa ibu, mungkin itu saja yang mau saya tanyakan di ibu. Terima kasih banyak bu

22

Anda mungkin juga menyukai