Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2021


UNIVERSITAS HASANUDDIN

ANXIETAS YTT (F41.9)

DISUSUN OLEH:
Nelvi Augustin Horansil
C014192068

RESIDEN PEMBIMBING
dr. Ahmad Andi Sameggu

SUPERVISOR PEMBIMBING
dr. Rinvil Renaldi, M.Kes, Sp. KJ (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Nelvi
NIM : C11104119
Judul Lapsus
Psikotik : Skizofrenia Paranoid
Non Psikotik : Gangguan Cemas Menyeluruh

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik


pada Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar.

Makassar, 20 Februari 2021

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Rinvil Renaldi, M.Kes, Sp. KJ (K) dr. Ahmad Andi Sameggu

2
LAPORAN KASUS

ANXIETAS YTT (F41.9)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Usia : 41 Tahun (23-10-1970)
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Alamat / No. Telepon : Graha Asri Blok A21 / -
Pendidikan Terakhir : SMA Sederajat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pasien datang ke Poli Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tanggal
5 Februari 2021 diantar oleh suaminya.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis dari:
1. Nama : Tn. P
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Graha Asri Blok A. 21
Hubungan dengan pasien : Suami

A. Keluhan Utama
Sulit tidur
B. Riwayat Gangguan Sekarang
a) Keluhan dan Gejala
Seorang wanita berusia 41 tahun datang ke poli psikiatri RSWS dengan
keluhan sulit tidur. Pasien datang untuk kontrol. Keluhan utama pasien adalah sulit
tidur sejak 2 bulan yang lalu dan memberat 10 hari yang lalu. Ia mengeluh hanya
dapat tidur selama 2 jam lalu terbangun dan tidak dapat melanjutkan tidur kembali.
Tidak ada mimpi buruk. Pasien juga sering merasakan cemas apabila memikirkan
benjolan di punggung yang ia khawatirkan sebagai tumor ganas. Ketika hasil

3
biopsi keluar dan pasien dinyatakan tidak menderita tumor ganas, pasien menjadi
tenang namun ia terlanjur sudah memiliki masalah tidur. Ia menyatakan
pengalaman tidurnya akhir-akhir ini sangat tidak menyenangkan. Ia sering
terbangun karena kaget merasakan tangannya seakan bergerak sendiri. Pasien
kadang merasa berdebar, nyeri tengkuk menjalar ke kepala, nyeri ulu hati, dan
sempat seperti mau pingsan. Pasien sering mencari sendiri di google tentang obat
yang dikonsumsi dan mencemaskan obat tersebut sehingga pasien mau mengatur
obatnya sendiri. Pasien dikenal sebagai orang yang mencemaskan berbagai hal,
tetapi pasien tidak takut di tempat ramai atau kondisi tertentu. Pasien masih bisa
bekerja optimal sebagai ibu rumah tangga. Tidak ada gangguan nafsu makan.
Pasien ini mendapatkan perawatan pertama kali pada tahun 2012. Saat itu
pasien juga mengalami kondisi yang sama, yakni sulit untuk tidur. Pada waktu itu
pasien pergi ke perawatan gangguan tidur di RSUP dr. Sardjito Yogya dan pasien
ditangani oleh psikiater, tetapi pasien tidak mengetahui obat yang diberikan.
Pasien mengatakan bahwa pengobatan yang ia dapatkan di RS tersebut lumayan
singkat.
b) Hendaya / Disfungsi
Hendaya dalam bidang sosial ada.
Hendaya dalam pekerjaan ada.
Hendaya waktu senggang ada.
c) Faktor Stressor Psikososial
Masalah kondisi kesehatan. Pasien khawatir terhadap benjolan di punggung yang
dicurigai sebagai tumor ganas.
d) Hubungan Gangguan Sekarang dengan Riwayat Penyakit Fisik dan Psikis
Sebelumnya
• Riwayat infeksi (-)
• Riwayat trauma (-)
• Riwayat kejang (-)
• Riwayat NAPZA :
 Alkohol (-)
 Merokok (-)
 Zat psikoaktif lain (-)
3. Riwayat Gangguan Sebelumnya
a) Riwayat Penyakit Fisik Sebelumnya

4
Pasien memiliki benjolan di punggungnya. Pasien juga pernah melakukan biopsi
terhadap benjolan di punggungnya, namun hasilnya bukan merupakan tumor
ganas.
b) Riwayat Penggunaan NAPZA
Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan NAPZA.
c) Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumya
Tidak ditemukan adanya riwayat gangguan psikiatri sebelumnya.
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
a) Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir di rumah sakit melalui persalinan normal dan cukup bulan. Riwayat
ASI hingga umur 1 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan baik.
b) Riwayat Kanak Awal (1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan masa kanak-kanak pasien sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak lain seusianya.
c) Riwayat Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien memiliki banyak teman dan pandai bergaul. Pasien tinggal bersama ibu dan
ayahnya, pasien mendapatkan perhatian serta kasih sayang yang cukup dari kedua
orang tuanya.
d) Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien melanjutkan sekolahnya sampai jenjang SMA.
e) Riwayat Masa Dewasa
 Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Riwayat Pernikahan : Pasien sudah menikah
 Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien memeluk agama Islam dan menjalankan kewajiban agama dengan
baik.
5. Riwayat kehidupan keluarga :
Pasien merupakan anak pertama dari empat bersaudara (♀,♂,♂,♀). Pasien
tinggal dan dibesarkan oleh kedua orang tua kandungnya. Ayah dan ibu pasien telah
meninggal dunia. Saudara pasien semuanya telah menikah dan tinggal terpisah.
Hubungan dengan anggota keluarga baik. Riwayat keluhan yang sama dalam
keluarga pasien tidak ada.

5
Genogram

6. Situasi Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama suaminya dan 3 orang anak di Makassar. Ia
adalah seorang ibu rumah tangga dan sedang membesarkan anak-anaknya yang
sementara duduk di bangku SD dan SMP.
7. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien paham bahwa dirinya sakit, tetapi tidak mengetahui penyebabnya.
Pasien hanya ingin sembuh dan kembali ke rumahnya.

III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS


1. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit ringan, gizi cukup, kesadaran compos mentis,
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 kali/menit, frekuensi pernafasan 18 kali/menit,
suhu tubuh 36,9°C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus. Jantung, paru-paru,
dan abdomen kesan dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada
kelainan.

6
2. Status Neurologi
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat dan
isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik keempat
ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.

IV. STATUS MENTAL


Tempat : RS Dr. Wahidin Sudirohusodo (Poli)

Waktu : Jumat, 5 Februari 2021 pada pukul 10.30 WITA

A. Deskripsi Umum
 Penampilan :
Tampak seorang wanita berumur 41 tahun, wajah sesuai umur.
Perawakan sedang, perawatan diri baik, memakai kemeja dan rok, serta
memakai masker. Kontak mata ada, verbal ada.
 Kesadaran
 Kuantitas : Compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
 Kualitas : Baik
 Aktivitas psikomotor : Tenang
 Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa
 Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, dan Empati
 Mood : Disforik
 Afek : Cemas
 Keserasian : Serasi
 Empati : Dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan: Sesuai dengan tingkat
pendidikan.
2. Daya konsentrasi :
Baik
3. Orientasi
 Waktu :
Baik
 Orang :
Baik
 Tempat :

7
Baik
4. Daya ingat
 Jangka panjang : Baik
 Jangka pendek : Baik
 Jangka segera : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berpikir
1. Arus pikiran
 Produktivitas : Cukup
 Kontinuitas : Relevan dan koheren
 Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
2. Isi pikiran

 Preokupasi : Memikirkan obat yang ia konsumsi dan


kondisi kesehatannya
 Gangguan isi pikir : Tidak ada
F. Pengendalian impuls : Baik
G. Daya nilai
 Norma sosial : Baik
 Uji daya nilai : Baik
 Penilaian realitas : Baik
H. Tilikan (insight)

Pemahaman bahwa dirinya gangguan, tetapi tidak mengetahui penyebabnya.


(Tilikan 4).
I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

8
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang wanita berusia 41 tahun datang ke poli psikiatri RSWS dengan


keluhan sulit tidur. Pasien datang untuk kontrol. Keluhan utama pasien adalah sulit
tidur sejak 2 bulan yang lalu dan memberat 10 hari yang lalu. Ia mengeluh hanya
dapat tidur selama 2 jam lalu terbangun dan tidak dapat melanjutkan tidur kembali.
Tidak ada mimpi buruk. Pasien juga sering merasakan cemas apabila memikirkan
benjolan di punggung yang ia khawatirkan sebagai tumor ganas. Ketika hasil
biopsi keluar dan pasien dinyatakan tidak menderita tumor ganas, pasien menjadi
tenang namun ia terlanjur sudah memiliki masalah tidur. Ia menyatakan
pengalaman tidurnya akhir-akhir ini sangat tidak menyenangkan. Ia sering
terbangun karena kaget merasakan tangannya seakan bergerak sendiri. Pasien
kadang merasa berdebar, nyeri tengkuk menjalar ke kepala, nyeri ulu hati, dan
sempat seperti mau pingsan. Pasien sering mencari sendiri di google tentang obat
yang dikonsumsi dan mencemaskan obat tersebut sehingga pasien mau mengatur
obatnya sendiri. Pasien dikenal sebagai orang yang mencemaskan berbagai hal,
tetapi pasien tidak takut di tempat ramai atau kondisi tertentu. Pasien masih bisa
bekerja optimal sebagai ibu rumah tangga. Tidak ada gangguan nafsu makan
Pada pemeriksaan status mental didapatkan wanita berumur 41 tahun, wajah
sesuai umur, perawakan sedang, perawatan diri baik, memakai baju kemeja dan
rok, kontak mata ada, verbal ada. Kesadaran baik dan kompos mentis. Mood
disforik dan afek cemas. Produktivitas baik, kontinuitas relevan, dan koheren. Isi
pikiran preokupasi akan obat yang ia konsumsi dan kondisi kesehatannya.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL


 Aksis I:
Berdasarkan autoanamnesis, alloanamnesis, dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu pasien sulit tidur dan seringkali
merasa cemas. Pasien memiliki afek cemas, hendaya dalam bidang sosial,
ekonomi, dan waktu senggang yang merupakan tanda dari adanya gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental pasien tidak didapatkan adanya hendaya berat
dalam menilai realita, maka pasien digolongkan dalam gangguan jiwa non
psikotik. Pemeriksaan fisik internus dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan sehingga dapat digolongkan sebagai gangguan jiwa non psikotik non
organik.
Dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental, ditemukan adanya
kecemasan berupa kekhawatiran yang berlebihan, ketegangan motorik berupa rasa

9
gelisah dan gangguan tidur serta hiperaktifitas otonom berupa dada berdebar-debar,
nyeri tengkuk menjalar ke kepala, nyeri ulu hati, dan kadang seperti mau pingsan.
Keluhan dirasakan setiap hari. Gejala gejala tersebut tidak spesifik untuk gangguan
cemas tertentu sehingga berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ III) diagnosis diarahkan ke Gangguan Anxietas YTT
(F41.9) atau Unspecified Anxiety Disorder (300.00) menurut DSM V.
Pasien didiagnosis banding dengan :
Gangguan Anxietas Menyeluruh (F.41.1) : Sifat cemas berupa ketegangan
motorik dan overaktivitas otonomik yang berlangsung hampir setiap hari untuk
beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pasien juga selalu mencemaskan
berbagai hal.

• Aksis II:
Tidak ada

• Aksis III:
Benjolan di punggung

• Aksis IV:
Memikirkan obat yang ia konsumsi dan kondisi kesehatannya

• Aksis V:
GAF Scale saat ini 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik.

VII. DAFTAR PROBLEM


• Organobiologik
Pasien tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter, maka dari itu pasien memerlukan
farmakoterapi.
• Psikologik
Ditemukan adanya hendaya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menimbulkan
gejala psikis, maka pasien memerlukan psikoterapi.
• Sosiologik
Pasien ditemukan adanya hendaya dalam penggunaan waktu senggang, hubungan
sosial, dan pekerjaan maka membutuhkan sosioterapi.

10
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
o Faktor Pendukung
Pasien memiliki keinginan yang kuat untuk sembuh
o Faktor Penghambat
- Kekhawatiran dan rasa tidak percaya kepada dokter yang bertanggung
jawab memberikan terapi obat-obatan
- Pemahaman bahwa dirinya gangguan, tetapi tidak mengetahui
penyebabnya
IX. RENCANA TERAPI
• Psikofarmakoterapi
- R/Fluoxetin 20mg/24jam/pagi
- R/Lorazepam 2 mg ½ tab/24 jam/oral/malam
• Psikoterapi Suportif
Memberikan reassurance dan ventilasi
• Psikoterapi CBT

X. PEMBAHASAN DAN DISKUSI


Anxietas ditandai oleh gejala ketegangan motorik (antara lain rasa gemetar, otot
kaku), hiperaktifitas otonomik (antara lain nafas pendek, jantung berdebar-debar, perut tidak
enak, sukar menelan, buang air kecil lebih sering) dan kewaspadaan berlebih (antara lain
mudah kaget, perasaan jadi peka, sulit tidur). 1
Menurut PPDGJ III, secara umum anxietas terbagi 2 jenis yaitu anxietas fobik dan
anxietas lainnya. Pada gangguan anxietas lainnya, manifestasi anxietas merupakan gejala
utama dan tidak terbatas pada situasi lingkungan tertentu saja. Yang termasuk dalam
gangguan anxietas lainnya yaitu gangguan panik, gangguan cemas menyeluruh, gangguan
campuran anxietas dan depresi, gangguan anxietas campuran lainnya, gangguan anxietas
lainnya dan gangguan anxietas ytt.2
Dalam DSM V, salah satu kriteria untuk mendiagnosa suatu gambaran cemas sebagai
gangguan cemas nonspesifik bila situasi dimana gangguan tersebut cukup berat untuk
didiagnosa sebagai gangguan anxietas tetapi gejala-gejalanya tidak cukup untuk mendiagnosa
secara spesifik jenis dari gangguan anxietas. Pada pasien ini, terdapat gejala-gejala ansietas
seperti berdebar, nyeri tengkuk menjalar ke kepala, nyeri ulu hati, dan sempat seperti mau
pingsan. Perlangsungan gejala-gejala ini tidak setiap hari dan tidak sepanjang waktu, hanya

11
terjadi bila pasien sedang ada masalah pada saat pasien memikirkan masalah-masalahnya.
Dari gambaran tersebut pasien didiagnosis sebagai Gangguan Anxietas YTT.3
Penanganan pasien ini meliputi psikofarmakologi dan psikoterapi.Psikofarmaka yang
digunakan adalah antidepressant golongan SSRI yakni Fluoxetine. Fluoxetine merupakan anti
depresan golongan Serotonin Selective Reuptake Inhibitor (SSRI) yang memiliki efek
samping gastrointestinal paling kecil. Obat ini mempunyai profil efek samping yang lebih
baik dengan efek sedasi minimal, hipotensi, dan efek antikolinergik, dan mungkin dapat
menyebabkan penurunan berat badan daripada penambahan berat badan. Fluoxetine memiliki
waktu paruh yang panjang sehingga tidak menimbulkan efek withdrawal. Dosis terapeutik
Fluoxetine antara 20-60 mg/hari dengan waktu paruh 24 sampai 72 jam. Pada pasien ini
diberikan Fluoxetine dengan dosis 20 mg/hari, dengan alasan dosis tersebut adalah dosis
terapeutik, dengan dosis terapeutik yang kecil maka efek samping ke gastrointestinal juga
akan lebih kecil. Pada pemberian Fluoxetine, efek terapeutik baru tampak pada minggu
kedua, sehingga di awal terapi dapat diberikan bersama dengan anti anxietas untuk mengatasi
keluhan kecemasan pada  pasien. Neurotransmiter utama yang berhubungan dengan anxietas
di daerah limbik adalah norepinefrin, gamma-aminobutyric acid (GABA), dan serotonin.
Manfaat pengobatan ansietas dengan benzodiazepin adalah diimplikasikan dalam GABA,
yang memegang peranan dalam patofisiologi terjadinya gangguan cemas.4,5
Alprazolam merupakan obat golongan benzodiazepin potensi tinggi dengan adanya
efek sedasi yang terbukti sangat efektif. Hal ini dikarenakan masa kerjanya yang singkat.
Aplrazolam sangat membantu pada awal terapi atau ketika diperlukan efek terapi dengan
onset yang cepat, juga membantu dalam memperbaiki tolerabilitas jangka pendek dari SSRI
dengan memblok eksaserbasi panik yang kadang bisa terjadi pada saat terapi awal dengan
SSRI.6,7
Psikoterapi yang diberikan pada pasien ini meliputi psikoterapi suportif yakni
ventilasi dan reassurance, serta direncanakan akan dilakukan CBT. Psikoterapi suportif pada
pasien ini bertujuan untuk mendukung fungsi-fungsi ego atau memperkuat mekanisme defans
yang ada, memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih
baik serta perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif. CBT untuk
membangun kembali pola pikir (sikap, asumsi, keyakinan), menguji pola pikir, memutuskan
apa yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat bagi pasien sehingga dapat membangun cara
berpikir yang lebih produktif dan meningkatkan kualitas hidup pasien.8
Prognosa pasien ini baik. Hal yang mendukung prognosis baik yaitu motivasi pasien
untuk sembuh cukup besar,  serta adanya dukungan keluarga. Namun, pasien ini memiliki
kecemasan dan ketidakpercayaan terhadap dokter akan obat yang diberikan, ia bahkan ingin
membeli obat sendiri. Sebaiknya diberikan edukasi kepada keluarga yang mengantar untuk
memperhatikan pasien dalam meminum obat dan memastikan pasien teratur dalam
meminumnya. Membuat kondisi rumah yang senyaman mungkin agar pasien melupakan
akan kecemasannya dan belajar untuk menghadapi segala sesuatu dengan tenang.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ketiga. Jakarta : Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018.

2. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, DSM-5,
ICD-11. Cetakan 3. Jakarta : Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FKUnika Amta Jaya,
2019.
3. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders
(DSM-5®). American Psychiatric Pub, 2013.

4. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of Clinical
Psychiatry. Ed 5 th. Wolters Kluwer: Philadelphia, 2015.

5. Stahl, Stephen M.; Stahl’s Essential Psychopharmacology. Fourth Edition. 2013. Cambridge
University Press. New York. USA.

6. Maslim, Rusdi. Obat Anti Anxietas. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ketiga.
2001. Jakarta. Hal. : 38 – 39.

7. Hamidah, Ambarsari. EFEK OBAT GOLONGAN SELECTIVE SEROTONIN REUPTAKE


INHIBITORS (SSRI) SEBAGAI FAKTOR RESIKO DRY EYE SYNDROME. Diss. University
of Muhammadiyah Malang, 2019.

8. Azzahra, Fatimah, Rasmi Zakiah Oktarlina, and High Boy Karumulborg Hutasoit.
"FARMAKOTERAPI GANGGUAN ANSIETAS DAN PENGARUH JENIS KELAMIN
TERHADAP EFIKASI ANTIANSIETAS." JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran
Indonesia 8.1 (2020): 96-103.

1.

13
LAMPIRAN PERCAKAPAN AUTOANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan pada hari Jumat, 5 Februari 2021 pukul 10.30 WITA
di Poli Psikiatri RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

DM : Dokter Muda

P : Kakak Pasien

DM : Selamat siang, ibu. Perkenalkan saya Dokter Nelvi. Jadi nanti saya akan tanya-tanya ibu
beberapa pertantaan. Mohon untuk ibu jawab dengan jujur supaya bisa bantu saya berikan
terapi yang terbaik untuk ibu. Apakah boleh bu?

P : Iya boleh dokter

DM : Apa keluhannya bu sampai datang ke sini?

P : Ini dok, saya kan pernah ke sini juga waktu bulan Januari kemarin karena sudah 2 bulan
saya susah sekali untuk tidur dan jantung saya suka berdebar-debar. Biasa kalau saya paksa
untuk tidur, hanya 2 jam saja tidurnya itupun saya sering terbangun tiba-tiba dan tidak bisa
lanjut tidur lagi

DM : Kalau boleh tau, apakah ada yang ibu pikirkan sampai tidak bisa tidur?

P : Tidak ada dok. Tapi saya biasa tiba-tiba cemas kalau misalnya lagi pikirkan benjolan di
punggung saya. Tapi pas saya sudah selesai biopsi, alhamdulillah ternyata bukan tumor ganas.
Di situ saya sudah agak lega tapi masih sulit untuk tidur

DM : Rasa cemasnya bagaimana bu? Apakah sampai mau pingsan?

P : Cemasnya itu seperti berdebar, nyeri tengkuk menjalar ke kepala, nyeri ulu hati, dan
memang sempat seperti mau pingsan, dok

DM : Apa ada ketakutan terhadap sesuatu? Takut keramaian misalnya?

P : Tidak dok

DM : Bagaimana dengan nafsu makannya? Apakah terganggu juga?

P : Tidak juga dok

DM : Apa ada kejadian traumatis yang pernah ibu alami sampai seakan-akan ketakutannya itu
menghantui?

14
P : Tidak ada dok. Tolong bantu saya ya dok, soalnya saya juga biasa terbangun tiba-tiba
karena merasa tangan saya bergerak sendiri

DM : Ooo begitu ya, apa lagi yang membuat ibu merasa tidak nyaman? Boleh dicerita?

P : Ini dok, mau saran saja. Nanti kalau dokter kasihkan saya obat, tolong diturunkan dosisnya
yah dok. Atau tidak bisakah saya beli obat sendiri? Saya sering googling kok obat-obatnya

DM : Waduh tidak boleh itu ibu, soalnya kan google tidak pernah liat ibu secara langsung, nah
bagaimana caranya google bisa berikan dosis dan obat yang sesuai kalau begitu?

P : Soalnya itu yang buat saya kepikiran terus dok. Apalagi dulu kan saya pernah berobat di
RS Sardjito, tapi pengobatannya sebentar saja dok. Makanya saya heran, kenapa setelah
berobat di sini rasanya lama sekali

DM : Baiklah ibu, saya catat sebentar ya. Ibu N dulu lahir normal? Dan berapa lama dapat ASI
ya bu?

P : Iya lahir normal di RS. Dulu saya dapat ASI sampai punya adik lagi, sudah lupa berapa
lama dok

DM : Kalau perkembangannya ibu dari kecil dulu gimana ya? Misalnya dibandingkan dengan
teman-temannya ibu?

P : Baik dok. Sama lah dengan teman-temanku

DM : Bagaimana interaksi sosialnya? Banyak temankah?

P : Iya, banyak temanku dok

DM : Anaknya ibu sudah berapa?

P : Ada 3 dok, anak pertama cewek, anak kedua dan ketiga cowok

DM : Kalau saudaranya ibu ada beraoa?

P : Ada 4 dok, saya anak pertama, anak kedua dan ketiga cowok, yang bungsu cewek lagi

DM : Berarti sekarang tinggal dengan anak-anak dan suami ya bu?

P : Iya dokter

DM : Bagaimana bu, apakah bahagia dengan keluarganya ibu?

P : Alhmadulillah iya dok

15
DM : Alhamdulillah, jadi kira-kira harapannya ibu apa ya datang berobat ke sini?

P : Ya mau sembuh dok, tapi kalau bisa obatnya diturunkan dosisnya ya dok

DM : Baik bu. Jadi ibu diagnosisnya ibu ini ada gangguan jiwa yang tidak perlu dilakukan
rawat inap dan rencana mendapatkan obat 2 macam, saya kasih untuk dosis 2 minggu saja ya.
Pada saat pulang nantu, tolong perhatikan obatnya untuk diminum secara teratur.

P : Baik dokter, terima kasih dok

16
LAMPIRAN PERCAKAPAN ALLOANAMNESIS

Alloanamnesis dilakukan pada hari Jumat, 5 Februari 2021 pukul 10.30 WITA
di Poli Psikiatri RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

DM : Dokter Muda

SP : Suami Pasien

DM : Permisi pak, dengan suaminya bu N ya?

SP : Iya dokter

DM : Boleh saya tanya-tanya sedikit tentang ibu ya?

SP : Iya, boleh dokter

DM : Dulu memang ibu ada berobat di RS Sardjito? Boleh diceritakan pak?

SP : Iya pernah dok tapi sudah lama sekali, sekitar 9 tahun yang lalu. Waktu itu dia juga susah
sekali tidur makanya saya bawa ke dokter saraf yang spesialis gangguan tidur.

DM : Oo iya pak, setelah itu bagaimana? Apa minum obatnya teratur? Apa ada perubahan?

SP : Iya, pengobatannya waktu itu singkat sekali, mungkin karena ibu teratur minum obat.
Sudah bisa tidur juga. Tapi 2 bulan terakhir ini, kambuh lagi dok. Dia juga tidak mau minum
obat yang dokter kasih kemarin, katanya takut minum obat itu. Dia malah mau pergi beli sendiri
obatnya dok sambil googling

DM : Ooo iya pak, baik. Terima kasih banyak untuk waktunya

17

Anda mungkin juga menyukai