Anda di halaman 1dari 28

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2023


UNIVERSITAS HASANUDDIN

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI DEPRESI SEDANG


TANPA GEJALA SOMATIK
(F31.3)

DISUSUN OLEH :
Nurhikmatin
C014212128

RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Sarah Amirah Syahrir

SUPERVISOR PEMBIMBING
dr. Erlyn Limoa, Sp. KJ, Ph.D

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Nurhikmatin
NIM : C014212128
Judul Lapsus
Non Psikotik : Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Depresi Sedang

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Januari 2023

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Erlyn Limoa, Sp. KJ, Ph.D dr. Sarah Amirah Syahrir
LAPORAN KASUS
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI DEPRESI RINGAN
(F31.3)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Usia : 41 Tahun (16-11-1981)
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Alamat / No. Telepon : Jln. Baji Gau N0.1 / 085825374800
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pasien datang sendiri ke Poli Jiwa RSKD Dadi Makassar pada tanggal 11
Januari 2023.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


A. Keluhan Utama
Sulit tidur
B. Riwayat Gangguan Sekarang
a) Keluhan dan Gejala
Seorang wanita berusia 41 tahun datang ke poli Jiwa RSKD Dadi dengan
keluhan sulit tidur. Pasien pertama kali ke poli Jiwa RSKD Dadi. Keluhan
utama pasien adalah sulit tidur yang dialami sejak kurang lebih 2 tahun yang
lalu, pasien setiap hari hanya tidur sekitar 3 hingga 4 jam, biasanya dari pukul
02.00 - 06.00 WITA. Keluhan ini memberat 1 bulan terakhir, dengan durasi
tidur hanya sekitar 1 jam setiap hari. Pasien mengaku bahwa setiap ingin tidur,
selalu muncul pikiran tentang suaminya yang menurutnya pindah agama.
Pasien menikah dengan suaminya pada tahun 2002 saat pasien berusia 21
tahun. Suami pasien beragama Hindu dan memutuskan menjadi muallaf 6
bulan sebelum menikah dengan pasien. Setelah menikah, pasien yang tinggal
di Makassar ikut ke rumah suaminya di Bali dan tinggal bersama di sana
selama 3 tahun. Pada tahun 2005, suami pasien yang berprofesi sebagai abdi
negara dipindah tugaskan ke Jakarta, sementara pada saat itu pasien baru saja
melahirkan anak pertamanya. Sejak saat itu, mereka menjalani LDR,
suaminya tinggal di Jakarta dan pasien memutuskan kembali ke Makassar
karena mengaku ingin membesarkan anaknya di kota kelahirannya.
Selama dua tahun terakhir ini, pasien mengakui sering kepikiran dengan
suaminya yang menurutnya pindah agama kembali ke agama sebelumnya.
Pikiran ini muncul pertama kali saat pasien melihat postingan Facebook
suaminya yang mengunggah foto sedang merayakan salah satu hari raya besar
agama Hindu bersama rekan kerjanya. Namun sampai saat ini pasien tidak
berani menanyakan kepada suaminya karena takut. Pasien mengaku meyakini
bahwa jika suaminya pindah agama berarti sebuah tanda perceraian.
2 tahun yang lalu, pasien sempat merasa sangat berenergi selama 1
minggu dan pernah tidak tidur karena selalu berjalan keluar rumah dan
mengajak orang yang ditemuinya berbicara tentang banyak hal sehingga
orang tuanya merasa khawatir.

b) Hendaya / Disfungsi
Hendaya dalam bidang sosial minimal
Hendaya dalam bidang pekerjaan ada
Hendaya dalam waktu senggang ada

c) Faktor Stressor Psikososial


Stressor psikososial pasien diduga disebabkan oleh masalah hubungan
dengan suaminya yang renggang setelah LDR dan dimulai pada saat
melihat postingan sosial media suaminya. Pasien berpikir suaminya
pindah agama ke agama sebelumnya.

d) Hubungan Gangguan Sekarang dengan Riwayat Penyakit Fisik dan


Psikis Sebelumnya.
● Riwayat infeksi (-)
● Riwayat trauma (-)
● Riwayat kejang (-)
● Riwayat NAPZA (-)
Alkohol (-)
Merokok (-)
Zat psikoaktif lain (-)

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


a) Riwayat Penyakit Fisik Sebelumnya
Riwayat penyakit fisik tidak ada
b) Riwayat Penggunaan NAPZA
Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan NAPZA
c) Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya
Tidak terdapat gangguan psikiatri sebelumnya.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
a) Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir di Rumah Sakit dibantu oleh dokter, pasien lahir cukup
bulan, BB normal, riwayat ASI sampai usia 2 tahun tidak ada kendala
selama kehamilan Ibu dan persalinan.
b) Riwayat Kanak Awal (1-3 tahun)
Perkembangan masa kanak-kanak pasien seperti berjalan dan berbicara
baik. Perkembangan bahasa dan perkembangan motorik berlangsung
baik.
c) Riwayat Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan dua saudaranya. Pada usia 6
tahun pasien mulai masuk SD. Pasien tidak pernah terlibat perkelahian
atau melakukan pelanggaran berarti.
d) Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Setamat SMP, pasien melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang SMA
hingga tamat. Pasien mudah bergaul dan memiliki banyak teman.
Hubungan pasien dengan teman-temannta baik. Saat pasien tamat SMA
kurang lebih 25 tahun yang lalu, pasien pernah mengalami keluhan tiba-
tiba sering melihat bayangan seperti hantu dan pasien selalu merasa
seperti akan mati. Saat itu pasien dibawa ke psikiater dan membaik setelah
3 bulan berobat dan setelah itu pasien tidak minum obat lagi.
e) Riwayat Masa Dewasa
Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Riwayat Pernikahan : Pasien sudah menikah
Riwayat Kehidupan Beragama : Pasien memeluk agama Islam
E. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara (♀, ♀, ♂). Pasien
sudah menikah dan memiliki 1 anak laki-laki (usia 17 tahun), hubungan
dengan suami kurang harmonis. Suami tinggal di Jakarta, pasien di Makassar.

F. Situasi Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama orangtuanya. Ia adalah seorang ibu
rumah tangga dan sedang membesarkan anaknya yang sementara duduk di
bangku SMA.
G. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien paham bahwa dirinya sakit dan butuh pengobatan.

III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS


a) Status Internus
Keadaan umum tampak sakit ringan, gizi cukup, kesadaraan compos mentis,
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, frekuensi pernapasan 18
kali/menit, suhu tubuh 36,9°C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus.
Jantung, paru-paru, dan abdomen kesan dalam batas normal, ekstremitas atas
dan bawah tidak ada kelainan.
b) Status Neurologi
Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat
dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahay (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik
keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.

IV. STATUS MENTAL


Tempat : Poli Jiwa RSKD Dadi
Waktu : Rabu, 11 Januari 2023 pada pukul 10.30 WITA
a) Deskripsi umum
Penampilan
Tampak seorang wanita berumur 41 tahun, wajah sesuai dengan umur.
Perawakan sedang, perawatan diri baik, memakai kemeja dan celana panjang, serta
memakai masker. Kontak mata ada, verbal ada.
Kesadaran :
- Kuantitas : Compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
- Kualitas : Baik
Aktivitas psikomotor : Tenang
Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa
Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

b) Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, dan Empati


Mood : sedih
Afek : hipotimik
Keserasian : Serasi
Empati : Dapat dirabarasakan
c) Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan: sesuai dengan
tingkat pendidikan.
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi
Waktu : Baik
Orang : Baik
Tempat : Baik
4. Daya ingat
Jangka panjang : Baik
Jangka pendek : Baik
Jangka segera : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
d) Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

e) Proses Berpikir
1. Arus pikiran
Produktivitas : Cukup
Kontinuitas : Relevan dan koheren
Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
2. Isi pikiran
Preokupasi : Preokupasi kepastian status hubungan dengan
suaminya
f) Pengendalian impuls : Baik
g) Daya nilai
Norma sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian realitas : Baik
h) Tilikan (insight)
Pasien paham bahwa dirinya sakit dan butuh pengobatan. (Tilikan 6).
i) Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang wanita berusia 41 tahun datang ke poli Jiwa RSKD Dadi dengan
keluhan sulit tidur. Pasien datang pertama kalinya. Keluhan utama pasien
adalah sulit tidur yang dialami sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu, pasien
setiap hari hanya tidur 1 hingga 4 jam, keluhan ini memberat 1 bulan terakhir.
Pasien tidak dapat beraktivitas seperti biasa dan selalu mengurung diri di
kamar. Saat itu pasien dibawa ke psikiater dan membaik setelah 3 bulan
berobat dan tidak minum obat lagi. 2 tahun yang lalu pasien sempat merasa
sangat berenergi selama 1 minggu dan pernah tidak tidur karena selalu
berjalan keluar rumah dan mengajak orang yang ditemuinya berbicara tentang
banyak hal sehingga orang tuanya merasa khawatir..
Pada pemeriksaan status mental didapatkan perempuan berumur 41 tahun,
wajah sesuai umur, perawakan sedang, perawatan diri baik, memakai baju
kemeja dan celana panjang, kontak mata ada, verbal ada, psikomotor tenang,
sikap terhadap pemeriksa kooperatif, verbalisasi spontan lancar intonasi biasa.
Kesadaran baik dan kompos mentis. Mood sedih, afek kesan hipotimik,
empati dapat dirabarasakan. Gangguan isi pikir terdapat preokupasi terkait
kepastian status hubungan dengan suaminya. Arus pikir cukup relevan dan
koheren.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL


● Aksis I :
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala klinis bermakna yakni sulit tidur, kurangnya energi
sehingga mudah lelah, kehilangan minat dan kegembiraan dalam
melakukan kegiatan yang dulu disenanginya yaitu menjahit, penurunan
nafsu makan, serta adanya perasaan bersalah dan tidak berguna yang
dirasakannya. Semua gejala ini mengakibatkan penderitaan (distress)
bagi pasien selama kurang lebih 2 tahun dan hendaya (disabilitas)
terutama dalam waktu senggang dan pekerjaan. Dari penjabaran tersebut
pasien dapat disimpulkan mengalami Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat
dalam menilai realitas, tidak ada gangguan persepsi halusinasi, ilusi, dan
derealisasi sehingga termasuk Gangguan Jiwa Non-Psikotik. Pada
pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan, tidak ada riwayat trauma kepala. Juga tidak ditemukan adanya
penggunaan zat psikoaktif sehingga pasien ini dapat dikategorikan
sebagai Gangguan Jiwa Non-Psikotik Non Organik.
Pada autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan
gejala gejala psikologis yang memenuhi kriteria diagnosis Gangguan
Afektif Bipolar (F31) yakni adanya episode mania yang terjadi pada
pasien.
Pasien dikatakan mania (F30.1) dua tahun lalu atas dasar adanya
riwayat peningkatan mood dan afek, hiperaktivitas motorik, dan adanya
ide yang berlomba (flight of ideas) dalam pikiran pasien yang menetap
selama satu minggu. Saat ini pasien memenuhi kriteria diagnosis
Episode Depresif Sedang (F32.1) yaitu didapatkannya dua gejala
utama yaitu anenergi dan anhedonia disertai tiga gejala lainnya berupa
tidur terganggu, nafsu makan menurun, dan adanya perasaan bersalah
serta tidak berguna. Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa
terdapat episode depresif sedang tanpa gejala psikotik dan episode
mania di masa lampau (dua tahun lalu) ditambah dengan episode kini
yang memenuhi kriteria episode depresif sedang maka menurut PPDGJ
III pasien ini memenuhi kriteria diagnosis Gangguan Afektif Bipolar
Episode Kini Depresif Sedang (F31.3).
Pada pasien tidak ditemukan adanya gangguan somatik yakni
tidak ditemukannya keluhan fisik bermakna yang sesuai dengan kriteria
gejala somatik pada PPDGJ III. Sehingga, pasien didiagnosis sebagai
Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Depresif Sedang Tanpa
Gejala Somatik (F31.30).
Pasien didiagnosis banding dengan: Siklotimia (F34.0) atas
dasar episode depresi dan hipomanik yang belum jelas onset dan durasi
waktunya (hanya didapatkan dari autoanamnesis dan bukan dari catatan
medis atau observasi langsung). Ciri esensial siklotimia adalah
ketidakstabilan menetap dari afek meliputi banyak periode depresi
sedang dan hipomania ringan. Intensitas depresi dan hipomania
sebelumnya sulit untuk ditentukan sehingga pasien ini bisa di diagnosis
banding dengan siklotimia.

● Aksis II : Tidak ada cukup data untuk menggolongkan pasien ke


dalam ciri gangguan kepribadian tertentu
● Aksis III : Tidak ada gangguan medis umum yang ditemukan
pada pasien
● Aksis IV : Primary support group (keluarga)
● Aksis V : GAF Scale saat ini 70-61 (Beberapa gejala ringan dan
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi masih baik).
VII. DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologik
Pada penggalian keluhan utama didapatkan anoreksia yang merupakan spektrum
klinis dari episode depresif sedang sehingga tatalaksana holistik diperlukan yaitu
menentukan status gizi pasien dan melakukan intevensi nutrisional apabila
diperlukan. Di samping itu, diduga terdapat abnormalitas pengeluaran
neurotransmitter monoamin sehingga memerlukan farmakoterapi.
2. Psikologik
Ditemukan adanya beberapa stressor psikologis sebagaimana dipaparkan pada
aksis IV. Penemuan bermakna ini membuat pasien membutuhkan psikoterapi.
3. Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya sedang dalam penggunaan waktu senggang dan
hubungan sosial dengan keluarga terutama suami kurang baik.

VIII. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : Dubia
Quo Ad Functionam : Dubia ad Bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
Faktor Pendukung:
Tilikan yang sangat baik yakni kesadaran emosional terhadap motif-motif
perasaan dalam, yang mendasari arti dan gejala; ada kesadaran yang menyebabkan
perubahan kepribadian dan tingkah laku dimasa mendatang serta keterbukaan
terhadap ide dan konsep yang baru mengenai diri sendiri dan penyakitnya sehingga
pasien datang berobat.

Faktor Penghambat:
a. Stressor psikososial terkait hubungan renggang dengan suaminya
b. Kurangnya dukungan keluarga terutama orangtuanya
IX. RENCANA TERAPI
● Fluoxetin 20 mg 1-0-0
● Depakott 25 mg 1-0-0
● Quetiapin 600 mg/24 jam/oral
● Alprazolam 0,5 mg 2x 1/2

X. PEMBAHASAN DAN DISKUSI


Gangguan afektif bipolar adalah gangguan suasana hati kronis dan
kompleks yang ditandai dengan kombinasi episode manik (mania bipolar),
hipomanik dan depresi (depresi bipolar), dengan gejala subsindromal
substansial yang biasanya muncul di antara episode suasana hati utama1,2.
Bipolar adalah salah satu penyebab utama kecacatan psikologis di seluruh
dunia3.
Prevalensi gangguan afektif bipolar menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2018 berkisar 9,8%
dan dominan berkomorbid dengan gangguan psikiatrik lainnya seperti
gangguan anxietas lainnya dan beberapa gangguan kepribadian4 termasuk
gangguan kepribadian emosional tak stabil seperti yang ditemukan pada pasien
ini. Pasien dengan gangguan afektif bipolar berada pada peningkatan risiko
kematian akibat bunuh diri. Insiden kematian akibat bunuh diri di antara pasien
dengan diagnosis gangguan afektif bipolar telah dilaporkan setinggi 20 kali lipat
dari populasi umum, terutama ketika gangguan bipolar tidak diobati5. Sekitar
satu dari tiga sampai satu dari dua pasien dengan gangguan bipolar mencoba
bunuh diri setidaknya sekali dalam seumur hidup mereka, dan sekitar 15 sampai
20% dari upaya tersebut mengakibatkan kematian6. Secara epidemiologis,
bukan sesuatu yang tidak wajar bila pada pasien ini salah satu fenomologi
gangguan afektif bipolarnya adalah percobaan bunuh diri bahkan sampai dua
kali.
Kesulitan dalam diagnosis gangguan afektif bipolar ditunjukkan oleh
Gambar 17 . Pasien biasanya akan lebih banyak datang ke dokter maupun
psikiater pada episode depresi (ditandai oleh arsiran abu abu). Sementara, pada
fase hipomania maupun mania, pasien lebih cenderung tidak datang dan merasa
gejalanya sudah membaik. Pasien tidak menganggap itu adalah suatu kelainan
mood. Pada saat episode depresi datang maka pasien kembali mengeluhkannya
ke dokter tanpa memberi tahu adanya episode mania atau hipomania
sebelumnya. Pada titik inilah diagnosis gangguan afektif bipolar bisa
tersamarkan oleh adanya episode depresif7,8. Hal ini terjadi pada pasien ini, Pada
tahun 2018, pasien didiagnosis dengan depresi berat dan di masa sekarang
muncul episode hipomania sehingga diagnosis tahun 2018 dapat berubah
menjadi gangguan afektif bipolar episode kini depresif sedang.

Gambar 1. Kesulitan Dalam Diagnosis Gangguan Afektif Bipolar


Keterlambatan diagnosis bisa sampai lebih dari 10 tahun.
Etiologi gangguan afektif bipolar dibedakan atas dua yaitu faktor psikososial
dan faktor biologis. Dua faktor ini saling berinteraksi dan tidak berdiri sendiri. Faktor
psikososial termasuk didalamnya adalah Stresor kehidupan signifikan yang dapat
menyebabkan perubahan saraf seperti tingkat neurotransmiter, perubahan pensinyalan
sinaptik, serta hilangnya neuron. Ini terlibat dalam episode pertama gangguan mood,
serta pengulangan episode berikutnya. Mereka yang memiliki ciri-ciri kepribadian
histrionik, obsesif-kompulsif, atau emosional tak stabil (seperti pada pasien ini)
berkontribusi positif terhadap intensitas episode depresi dalam perjalanan penyakit
gangguan afektif bipolar.3

Kriteria diagnosis untuk setiap hierarki diagnosis yang dijelaskan pada aksis I dapat
diamati pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Diagnosis Menurut PPDGJ III dan DSM V

PPDGJ III DSM V

F31 Gangguan Afektif Bipolar Bipolar I Disorder


- Gangguan ini tersifat oleh episode A. Kriteria terpenuhi untuk setidaknya
berulang (sekurang-kurangnya dua satu episode manik (Kriteria A - D
episode) dimana afek pasien dan untuk “Episode Manik”).
tingkat aktivitasnya jelas terganggu, B. Terjadinya episode manik dan
pada waktu tertentu terdiri dari depresi mayor tidak dapat dijelaskan
peningkatan afek disertai sebagai gangguan skizoafektif,
penambahan energi dan aktivitas skizofrenia, gangguan
(mania atau hipomania), dan pada skizofreniform, gangguan delusi,
waktu lain berupa penurunan afek atau spektrum skizofrenia spesifik
disertai pengurangan energi dan atau tidak spesifik lainnya dan
aktivitas (depresi). gangguan psikotik lainnya.
- Yang khas adalah bahwa biasanya
ada penyembuhan sempurna antar Bipolar II Disorder
episode. Episode manik biasanya A. Kriteria terpenuhi untuk setidaknya
mulai dengan tiba-tiba dan satu episode hipomanik (Kriteria A -
berlangsung antara 2 minggu F untuk “Episode Hipomanik”) dan
sampai 4 - 5 bulan, episode depresi setidaknya satu episode depresi
cendrung berlangsung lebih lama mayor (Kriteria A - C “Episode
(rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun Depresif Mayor”).
jarang melebihi 1 tahun kecuali B. Tidak pernah ada episode manik.
pada orang usia lanjut. Kedua C. Terjadinya episode hipomanik dan
macam episode itu seringkali terjadi episode depresi mayor tidak dapat
setelah peristiwa hidup yang penuh dijelaskan dengan sebagai gangguan
stres atau trauma mental lain skizoafektif, skizofrenia, gangguan
(adanya stres tidak esensial untuk skizofreniform, gangguan delusi,
penegakkan diagnosis). atau spektrum skizofrenia spesifik
atau tidak spesifik lainnya dan
gangguan psikotik lainnya.
D. Gejala depresi atau ketidakpastian
yang disebabkan oleh pergantian
yang sering antara periode depresi
dan hipomania menyebabkan
penderitaan yang signifikan secara
klinis atau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, atau area penting
lainnya.
F30. EPISODE MANIK MANIC EPISODE
- Kesamaan karakteristik dalam afek A. Suatu periode yang jelas dari
yang meningkat, disertai suasana hati yang meningkat,
peningkatan dalam jumlah dan ekspansif, atau mudah tersinggung
kecepatan aktivitas fisik dan mental, secara abnormal dan terus-menerus
dalam berbagai derajat keparahan. dan aktivitas atau energi yang
Kategori ini hanya untuk satu diarahkan pada tujuan yang terus
episode manik tunggal (yang meningkat secara abnormal dan
pertama), termasuk gangguan terus-menerus, berlangsung
afektif bipolar, episode manik setidaknya 1 minggu dan muncul
tunggal. Jika ada episode afektif hampir sepanjang hari, hampir
(depresif, manik atau hipomanik) setiap hari (atau durasi berapa pun
sebelumnya atau sesudahnya, jika rawat inap diperlukan).
termasuk gangguan afektif bipolar B. Selama periode gangguan mood dan
(F31.-) peningkatan energi atau aktivitas,
F30.0 Hipomania tiga (atau lebih) dari gejala berikut
- Derajat gangguan yang lebih ringan (empat jika mood hanya mudah
dari mania (F30.1), afek yang tersinggung) hadir sampai tingkat
meninggi atau berubah disertai yang signifikan dan merupakan
peningkatan aktivitas, menetap perubahan nyata dari perilaku
selama sekurang-kurangnya biasanya:
beberapa hari berturut-turut, pada 1. Harga diri atau kemegahan
suatu derajat intensitas dan yang yang melambung.
bertahan melebihi apa yang 2. Berkurangnya kebutuhan
digambarkan bagi siklotimia untuk tidur (misalnya,
(F34.0), dan tidak disertai halusinasi merasa cukup istirahat
atau waham. setelah hanya 3 jam tidur).
- Pengaruh nyata atas kelancaran 3. Lebih banyak bicara dari
pekerjaan dan aktivitas sosial biasanya atau tekanan untuk
memang sesuai dengan diagnosis terus berbicara.
hipomania, akan tetapi bila 4. Pelarian ide atau
kekacauan itu berat atau pengalaman subyektif yang
menyeluruh, maka diagnosis mania membuat pikiran berpacu.
(F30.1 atau F30.2) harus 5. Distractibility (yaitu,
ditegakkan. perhatian terlalu mudah
F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik ditarik ke rangsangan
- Episode harus berlangsung eksternal yang tidak penting
sekurang-kurangnya 1 minggu, dan atau tidak relevan), seperti
cukup berat sampai mengacaukan yang dilaporkan atau
seluruh atau hampir seluruh diamati.
pekerjaan dan aktivitas sosial yang 6. Peningkatan aktivitas yang
biasa dilakukan. diarahkan pada tujuan (baik
- Perubahan afek harus disertai secara sosial, di tempat
dengan energi yang bertambah kerja atau sekolah, atau
sehingga terjadi aktivitas secara seksual) atau agitasi
berlebihan, percepatan dan psikomotor (yaitu, aktivitas
kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang tidak diarahkan pada
yang berkurang, ide-ide perihal tujuan tanpa tujuan).
kebesaran/”grandiose ideas” dan 7. Keterlibatan berlebihan
terlalu optimistik. dalam aktivitas yang
F30.2 Mania dengan Gejala Psikotik memiliki potensi tinggi
- Gambaran klinis merupakan bentuk untuk konsekuensi yang
mania yang lebih berat dari F30.1 menyakitkan (misalnya,
(mania tanpa gejala psikotik). terlibat dalam pembelian
- Harga diri yang membumbung dan yang tidak terkendali,
gagasan kebesaran dapat kecerobohan seksual, atau
berkembang menjadi waham investasi bisnis yang
kebesaran (delusion of grandeur), bodoh).
iritabilitas dan kecurigaan menjadi C. Gangguan mood cukup parah untuk
waham kejar (delusion of menyebabkan gangguan nyata
persecution). Waham dan dalam fungsi sosial atau pekerjaan
halusinasi ”sesuai” dengan keadaan atau memerlukan rawat inap untuk
afek tersebut (mood-congruent). mencegah bahaya pada diri sendiri
atau orang lain, atau ada ciri
psikotik.
D. Episode tidak disebabkan oleh efek
fisiologis dari suatu zat (misalnya
penyalahgunaan obat, pengobatan,
pengobatan lain) atau kondisi medis
lainnya.
HYPOMANIC EPISODE
A. Suatu periode yang jelas dari
suasana hati yang tidak normal dan
terus-menerus meningkat, ekspansif,
atau mudah tersinggung dan
aktivitas atau energi yang
meningkat secara tidak normal dan
terus-menerus, berlangsung
setidaknya 4 hari berturut-turut dan
muncul hampir sepanjang hari,
hampir setiap hari.
B. Selama periode gangguan mood
dan peningkatan energi dan
aktivitas, tiga (atau lebih) dari gejala
berikut (empat jika mood hanya
iritabel) telah menetap, merupakan
perubahan nyata dari perilaku biasa,
dan telah hadir sampai signifikan
derajat:
1. Harga diri atau kemegahan
yang melambung.
2. Berkurangnya kebutuhan
untuk tidur (misalnya,
merasa cukup istirahat
setelah hanya 3 jam tidur).
3. Lebih banyak bicara dari
biasanya atau tekanan untuk
terus berbicara.
4. Pelarian ide atau
pengalaman subyektif yang
membuat pikiran berpacu.
5. Distractibility (yaitu,
perhatian terlalu mudah
ditarik ke rangsangan
eksternal yang tidak penting
atau tidak relevan), seperti
yang dilaporkan atau
diamati.
6. Peningkatan aktivitas yang
diarahkan pada tujuan (baik
secara sosial, di tempat
kerja atau sekolah, atau
secara seksual) atau agitasi
psikomotorik.
7. Keterlibatan berlebihan
dalam aktivitas yang
memiliki potensi tinggi
untuk konsekuensi yang
menyakitkan (misalnya,
terlibat dalam pembelian
yang tidak terkendali,
kecerobohan seksual, atau
investasi bisnis yang
bodoh).
C. Episode ini terkait dengan
perubahan fungsi yang jelas yang
tidak khas dari individu ketika tidak
bergejala.
D. Gangguan mood dan perubahan
fungsi dapat diamati oleh orang lain.
E. Episode tidak cukup parah untuk
menyebabkan gangguan yang nyata
pada fungsi sosial atau pekerjaan
atau memerlukan rawat inap. Jika
ada fitur psikotik, episode tersebut,
menurut definisi, manik.
F. Episode tidak disebabkan oleh efek
fisiologis dari suatu zat (misalnya,
obat yang disalahgunakan,
pengobatan, pengobatan lain).
F32 EPISODE DEPRESIF MAJOR DEPRESSIVE EPISODE
- Gejala utama (pada derajat ringan, A. Lima (atau lebih) dari gejala berikut
sedang, dan berat): telah muncul selama periode 2
● Afek depresif minggu yang sama dan merupakan
● Kehilangan minat dan perubahan dari fungsi sebelumnya;
kegembiraan, dan setidaknya salah satu gejalanya
● Berkurangnya energi yang adalah (1) suasana hatitertekan atau
menuju meningkatnya (2) kehilangan minat atau
keadaan mudah lelah(rasa kesenangan.
lelah yang nyata sesudah 1. Suasana hati tertekan
kerja sedikit saja) dan hampir sepanjang hari,
menurunnya aktivitas. hampir setiap hari, seperti
- Gejala lainnya: yang ditunjukkan oleh
● Konsentrasi dan laporan subyektif (mis.,
perhatiannya berkurang; merasa sedih, kosong, atau
● Harga diri dan kepercayaan putus asa) atau pengamatan
diri berkurang; yang dilakukan oleh orang
● Gagasan tentang rasa lain (mis., tampak
bersalah dan tidak berguna; menangis). (Catatan: Pada
● Pandangan masa depat yang anak-anak dan remaja,
suram dan pesimistis; suasana hati bisa mudah
● Gagasan atau perbuatan tersinggung.)
membahayakan diri atau 2. Minat atau kesenangan yang
bunuh diri; sangat berkurang pada
● Tidur terganggu; semua, atau hampir semua,
● Nafsu makan berkurang. aktivitas hampir sepanjang
- Untuk episode depresif dari ketiga hari, hampir setiap hari
tingkat keparahan tersebut (seperti yang ditunjukkan
diperlukan masa sekurang- oleh penilaian atau
kurangnya 2 minggu untuk pengamatan subyektif).
penegakkan diagnosis, akan tetapi 3. Penurunan berat badan
periode lebih pendek dapat yangsignifikan saat tidak
dibenarkan jika gejala luar biasa berdiet atau penambahan
beratnya dan berlangsung cepat. berat badan (misalnya,
- Kategori diagnosis episode depresif perubahan lebih dari 5%
ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat badan dalam sebulan),
berat (F32.2) hanya digunakan atau penurunan atau
untuk episode depresi tunggal (yang peningkatan nafsu makan
pertama). Episode depresif hampir setiap hari. (Catatan:
berikutnya harus diklasifikasikan di Pada anak-anak,
bawah salah satu diagnosis pertimbangkan kegagalan
gangguan depresif berulang (F33,-). untuk menambah berat
F32.1 Episode Depresif Sedang badan yang diharapkan.)
- Sekurang-kurangnya harus ada 2 4. Insomnia atau hipersomnia
dari 3 gejala utama depresi seperti hampir setiap hari.
pada episode depresi ringan (F30.0); 5. Agitasi atau retardasi
- Ditambah sekurang-kurangnya 3 psikomotor hampir setiap
(dan sebaiknya 4) dari gejala hari (dapat diamati oleh
lainnya; orang lain; bukan hanya
- Lamanya seluruh episode perasaan subjektif dari
berlangsung minimum sekitar 2 kegelisahan atau
minggu. kelambatan).
- Menghadapi kesulitan nyata untuk 6. Kelelahan atau kehilangan
meneruskan kegiatan sosial, energi hampir setiap hari.
pekerjaan dan urusan rumah tangga. 7. Perasaan tidak berharga
atau rasa bersalah yang
berlebihan atau tidak pantas
(yang mungkin berupa
delusi) hampir setiap hari
(bukan hanya mencela diri
sendiri atau rasa bersalah
karena sakit).
8. Berkurangnya kemampuan
untuk berpikir atau
berkonsentrasi, atau ragu-
ragu, hampir setiap hari
(baik secara subyektif atau
seperti yang diamati oleh
orang lain).
9. Pikiran berulang tentang
kematian (bukan hanya
takut mati), keinginan
bunuh diri berulang tanpa
rencana khusus, atau upaya
bunuh diri atau rencana
khusus untuk bunuh diri.
B. Gejala menyebabkan penderitaan
yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting
lainnya.
C. Episode tersebut tidak disebabkan
oleh efek fisiologis suatu zat atau
kondisi medis lainnya.

Tatalaksana Farmakologi lini pertama untuk gangguan afektif bipolar dengan


episode depresi akut disertai riwayat hipomania sebelumnya adalah Quetiapine9,10.
Quetiapin merupakan suatu derivat dibenzotiazepin yang bekerja sebagai antagonis 5-
HT1A dan 5-HT2A, dopamin D1, D2, histamin H1 serta reseptor adrenergik α1 dan α2.
Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan relatif lebih tinggi terhadap serotonin 5-
HT2A. Oleh karena itu efek antidepressannya cukup poten untuk memicu umpan balik
negatif sehingga neuron serotonergik terstimulasi untuk mengeluarkan serotonin lebih
banyak.11 Rentang dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hari. Selain
itu, alasan pemberian Quetiapine adalah pasien memiliki depersonalisasi yang
merupakan salah satu spektrum klinis dari respon disosiatif terhadap suatu stressor
psikologis tertentu.10,12-14
Kombinasi Quetiapine dengan SSRI utamanya fluoxetine menghasilkan efek
sinergisme15. Quetiapine memicu aktivasi umpan balik negatif dan fluoxetine
meningkatkan konsentrasi serotonin pada celah sinapstik. Pemberian mood stabilizer
juga berperan penting dalam penatalaksanaan gangguan afektif bipolar.9 Pilihan utama
dalam kasus ini adalah divalproate. Belum sepenuhnya dipahami bagaimana obat ini
bekerja untuk mengobati gangguan bipolar. Namun divalproat dianggap mengurangi
atau mencegah episode manik dengan meningkatkan jumlah bahan kimia yang disebut
asam gamma-aminobutyric Acid (GABA) di otak. GABA memblokir transmisi
melintasi saraf di otak dan memiliki efek menenangkan.16,17 Lorazepam digunakan
untuk keluhan sulit tidur dari pasien dan juga bangkitan agitasi atau emosional tak stabil
yang diinduksi oleh gangguan kepribadiannya.9
Lampiran : Transkrip Wawancara
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 4 Januari 2023 di poli Jiwa RSKD Dadi pukul
10.30 WITA.

D (Dokter Muda)
P (Pasien)

D : Assalamualaikum, selamat pagi Bu. Perkenalkan saya dr. Fatihah, dokter


muda yang sedang dinas di poliklinik saat ini. Saya akan mengajukan beberapa
pertanyaan dalam sesi wawancara. Semua yang nantinya dikeluhkan atau diceritakan
akan menjadi rahasia medis antara dokter dan pasien sehingga tidak perlu khawatir.
Saya sebagai dokter akan menjaga rahasia tersebut. Apakah bersedia untuk dilakukan
wawancara ?
P : Waalaikumsalam, selamat pagi dok. Bersedia dok
D : Baik, kalau boleh tau namanya siapa dan biasa dipanggil siapa?
P : Nama lengkap Herlina Arfah dok, biasa dipanggil Lina
D : Baik, Bu Lina sekarang usianya berapa dan tinggal dimana ?
P : Sekarang 41 tahun dokter, tinggal di Makassar
D : Pekerjaannya sebagai apa Bu?
P : Ibu rumah tangga dok
D : Ibu tinggal sama siapa di rumah Bu?
P : Saya tinggal sama anak dan orangtua saya dok
D : Baik Bu Lina, apa yang bisa saya bantu?
P : Ini dok, saya susah tidur dok
D : Kira-kira sejak kapan kita mulai rasa susah tidur?
P : Sudah kurang lebih 2 tahun mi dok
D : Ohiya sudah lama ya Bu. Kira kira berapa jam tidurta dalam sehari?
P : Biasanya itu dok, 3 sampai 4 saja dok
D : Jam berapa biasanya kita baru bisa tidur ibu?
P : Biasa itu dok sekitar jam 2 baru bisa tidur
D : Terus kita bangun sekitar jam berapa?
P : Saya bangun itu dok biasa jam 5 atau jam 6 pagi
D : Baik bu Lina, kan ini sudah 2 tahun susah tidurnya, kira-kira kenapa ibu
lina baru memutuskan untuk datang berobat?
P : Iye dok, sebenarnya sebelumnya sudah mulai terbiasami dok tapi
akhir-akhir ini semakin susah tidur saya rasa dok
D : Semakin memberat ya bu?
P : Iye dok. sekitar 1 bulan terakhir ini, semakin tersiksa karena tidurku cuma 1
jam saja dok
D : Menurut Ibu apa yang membuat Ibu tidak bisa tidur? Apakah mungkin ada
yang Ibu pikirkan?
P : Begini dok, setiap mau tidur saya kepikiran dengan suami saya yang ada di
Jakarta
D : Kepikiran bagaimana bu?
P : Kan suami saya muallaf dok, terus saya takut suami saya pindah agama ke
agamanya yg sebelumnya dok.
D : Kenapa ibu berpikiran seperti itu?
P : Saya pernah melihat postingannya di Facebook dia sedang merayakan hari
raya agama Hindu dan dia juga makan babi dok
D : Kenapa ibu tidak menanyakan hal langsung ke suami ibu?
P : Saya takut bertanya dok
D : Kenapa ibu berpikiran seperti itu bu?
P : Begini dok, karena suami saya sudah pindah agama dan sudah mengonsumsi
babi, saya pikir saya sudah bercerai dok karena artinya kalua dia sudah seperti itu, dia
Kembali ke agama sebelumnya.
D : Tetapi suami ibu tidak pernah menceraikan ibu kan?
P : Saya tidak paham itu bu.
D : Baik ibu, selagi suami ibu belum menjatuhkan talak kepada ibu, berarti itu
masih suami ibu.
P : Oh seperti itu yah dok, tapi saya selalu pikir suami saya sudah pindah agama
dan itu sangat mengganggu pikiran saya dok. Saya tidak bisa beraktivitas seperti
biasanya, memasak, mencuci baju, membersihkan rumah. Saya juga selalu mengurung
diri dikamar, saya merasa bersalah juga dok dengan anak saya karena saya sangat jarang
mengurus dia sekarang, untung masih ada kakek dan neneknya,
D : Iya bu, mungkin sebaiknya ibu mencoba mencari waktu untuk menanyakan
dengan pelan-pelan kepada suami ibu mengenai bagaimana kelanjutan dari status
pernikahan ibu.
P : Iya baik dokter, saya akan mencoba menanyakan.
D : Apakah sebelumnya ibu ada riwayat gangguan jiwa?
P : tidak ada dok.
D : Selain itu, apakah ada kejadian-kejadian lagi yang mengganggu pikiran ibu?
P : Begini dok, 2 tahun lalu saya sempat merasa sangat bersemangat selama 1
minggu dan pernah tidak tidur karena selalu berjalan keluar rumah dan mengajak orang
yang ditemuinya berbicara tentang banyak hal sehingga orang tua saya merasa
khawatir..
D : Menurut ibu, kenapa ibu bisa sampai seperti itu?
P : Saya juga tidak tau bu, saya seperti sangat senang dan bersemangat waktu itu.
D : Baik bu, menurut ibu, apa pandangan atau pendapat ibu terhadap penyakit
ibu sendiri ?
P : Iya dok, rasanya saya menderita sekali dok karena kepikiran itu terus.
Makanya sekarang saya rutin kontrol dan cerita di Psikiater supaya bisa sembuh dok
D : Oke, sudah pilihan yang tepat Bu Lina datang ke Psikiater yah
P : Iya dok, tapi kadang saya rasa obatku tidak mempan dokter. Saya biasa
hampir 1 hari dikamar saja dok.
D : Iya Bu, nanti kita evaluasi lagi mengenai pengobatannya termasuk dosis dan
durasinya nanti diinformasikan lagi. Bu Lina, saya rasa dari saya sendiri cukup, apakah
Bu Lina mau menyampaikan sesuatu lagi sebelum saya tutup sesi wawancara kali ini?
P : Mungkin untuk saat ini itu saja dok
D : Baik Bu Lina. Terima kasih atas keterbukannya untuk bercerita yah, semangat
terus untuk berobat yah Bu.
P : Iye dok, terima kasih juga dok.
DAFTAR PUSTAKA

1. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual for Mental

Disorder 5th. American Psychiatric Association. ; 2013.

2. Maslim R. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III. 2nd ed.

Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2019.

3. Jain A, Mitra P. Continuing Education Activity: Bipolar Affective Disorders.

StatPearls; 2022.

4. Puspitasari IM, Sinuraya RK, Rahayu C, Witriani W, Zannah U, Hafifah A, et

al. Medication Profile and Treatment Cost Estimation Among Outpatients with

Schizophrenia, Bipolar Disorder, Depression, and Anxiety Disorders in

Indonesia. Neuropsychiatr Dis Treat. 2020;16:815–28.

5. Kapczinski NS, Narvaez JC, Magalhães P v, Bücker J, Peuker AC, Loredo AC,

et al. Cognition and functioning in bipolar depression. Braz J Psychiatry.

2016;38(3):201–6.

6. Schaffer A, Isometsä ET, Tondo L, H Moreno D, Turecki G, Reis C, et al.

International Society for Bipolar Disorders Task Force on Suicide:


metaanalyses and meta-regression of correlates of suicide attempts and suicide

deaths in bipolar disorder. Bipolar Disord. 2015 Feb;17(1):1–16.

7. Hirschfeld RMA, Calabrese JR, Weissman MM, Reed M, Davies MA, Frye MA,

et al. Screening for bipolar disorder in the community. J Clin Psychiatry. 2003

Jan;64(1):53–9.

8. Hirschfeld RMA, Lewis L, Vornik LA. Perceptions and impact of bipolar

disorder: how far have we really come? Results of the national depressive and

manic-depressive association 2000 survey of individuals with bipolar disorder.

J Clin Psychiatry. 2003 Feb;64(2):161–74.

9. Sylvia D Elvira. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI Publishing; 2017.

10. Ghanbarizadeh SR, Dinpanah H, Ghasemi R, Salahshour Y, Sardashti S,

Kamali M, et al. Quetiapine versus Haloperidol in Controlling Conversion

Disorder Symptoms; a Randomized Clinical Trial. Emerg (Tehran).

2018;6(1):e47.

11. Yohn CN, Gergues MM, Samuels BA. The role of 5-HT receptors in depression.

Mol Brain [Internet]. 2017;10(1):28. Available from:

https://doi.org/10.1186/s13041-017-0306-y

12. Peeling J, Muzio MR. Conversion Disorder. Vol. 1. Statpearls; 2022.

13. Feinstein A. Conversion disorder: advances in our understanding. CMAJ. 2011

May 17;183(8):915–20. 36

14. Ali S, Jabeen S, Pate RJ, Shahid M, Chinala S, Nathani M, et al. Conversion

Disorder- Mind versus Body: A Review. Innov Clin Neurosci. 2015;12(5–

6):27–33.

15. Bartova L, Fugger G, Dold M, Kautzky A, Swoboda MMM, Rujescu D, et al.

The Choice of Either Quetiapine or Aripiprazole as Augmentation Treatment in


a European Naturalistic Sample of Patients With Major Depressive Disorder.

International Journal of Neuropsychopharmacology [Internet]. 2022 Feb

1;25(2):118–27. Available from: https://doi.org/10.1093/ijnp/pyab066

16. McIntyre RS, Berk M, Brietzke E, Goldstein BI, López-Jaramillo C, Kessing

LV, et al. Bipolar disorders. Lancet. 2020 Dec 5;396(10265):1841–56.

17. Yatham LN, Chakrabarty T, Bond DJ, Schaffer A, Beaulieu S, Parikh S v, et al.

Canadian Network for Mood and Anxiety Treatments (CANMAT) and

International Society for Bipolar Disorders (ISBD) recommendations for the

management of patients with bipolar disorder with mixed presentations. Bipolar

Disord. 2021 Dec;23(8):767–88.

Anda mungkin juga menyukai