DISUSUN OLEH:
Gunawan Wirakusuma
C014202073
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Dewi Nofianty
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Hawaidah, Sp. KJ(K)
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir/Umur : 03-10-1983/38 tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Katolik
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Perum TGA Jl. Kelapa Hibrida
Pendidikan Terakhir : SD
No. Status/No. Reg. : 194771
Tanggal Datang : 11-04-2022
Diagnosis Sementara : Gangguan Cemas Menyeluruh
Seorang perempuan berusia 38 tahun datang ke Poli Psikiatri
RSKD Dadi untuk pertama kalinya dengan keluhan susah tidur pada
tanggal 11 April 2022
A. Keluhan Utama
Susah tidur
3
b. Hendaya/Disfungsi
● Alkohol (-)
● Merokok (-)
Awal perubahan perilaku sejak awal tahun 2022 saat pasien mengeluhkan
batuk yang dialaminya. Pasien merasa cemas dan takut akan batuk yang
tidak kunjung sembuh. Pasien mengeluhkan adanya jantung berdebar-
debar, dada terasa sesak, dan perasaan takut. Pasien juga mengeluhkan
Pasien juga mengeluhkan sulit tertidur di malam hari dan tidur tidak
4
nyenyak. Kadang-kadang, pasien mengalami mimpi buruk tetapi tidak
diketahui secara jelas. Pasien merasa keluhannya ini sangat mengganggu
kehidupannya dan aktivitasnya sehari-hari. Pasien belum pernah berobat
mengenai keluhan cemas ini sebelumnya.
● Riwayat Pekerjaan
● Riwayat Pernikahan
5
Pasien memeluk agama Katolik dan menjalankan kewajiban
agamanya dengan baik.
Genogram
X = Sudah meninggal
= Laki-laki
= Perempuan
F. Situasi Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama suami dan 4 orang anaknya. Pasien
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Saat ini keluhan pasien sudah mulai
berkurang, pasien sudah tidak cemas lagi dan sudah bisa tidur normal.
● Tanda Vital
B. Status Neurologis
● GCS : E4M6V5
7
● Pupil : Bulat, isokor, diameter 2,5 mm/2,5 mm
A. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Seorang perempuan, wajah sesuai usia (38 tahun) memakai baju
berwarna hitam dan celana jeans. Perawakan normal, warna kulit sawo
matang, rambut hitam ikal, perawatan diri kesan baik. Kontak mata ada,
verbal ada.
b. Kesadaran
● Kualitatif : Normal
a. Mood : Cemas
b. Afek : Cemas
8
c. Keserasian : Serasi
d. Empati : Dapat dirabarasakan
● Waktu : Baik
● Tempat : Baik
● Orang : Baik
d. Daya Ingat
D. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi : Tidak ada
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
a. Arus Pikiran
- Produktivitas : Cukup
- Kontinuitas : Relevan dan koheren
- Hendaya Berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
9
b. Isi Pikiran
- Preokupasi : Kekhawatiran berlebihan terkait kondisi
Kesehatan yang dialami
- Gangguan Isi Pikir : Tidak ada
Pada pemeriksaan status mental, pasien perempuan, wajah sesuai usia (38
tahun) memakai baju berwarna hitam dan celana jeans. Perawakan normal, warna
kulit sawo matang, rambut hitam ikal, perawatan diri baik. Mood pasien cemas
dengan afek cemas dan rasa empati pasien dapat dirabarasakan. Terdapat
gangguan preokupasi berupa kekhawatiran berlebihan terhadap kondisi kesehatan
pasien.
a. Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu pasien merasa cemas, sulit
10
tidur, dan rasa nyeri pada dada. Keadaan ini menimbulkan penderitaan
(distress) pada pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar. Pasien memiliki
afek cemas, hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan waktu senggang
yang merupakan tanda dari adanya Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan adanya hendaya
berat dalam menilai realita sehingga pasien digolongkan dengan
Gangguan Jiwa Non Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik
dapat disingkirkan. Berdasarkan PPDGJ-III pasien didiagnosis sebagai
Gangguan Jiwa Non Psikotik Non Organik.
Berdasarkan autoanamnesis, pemeriksaan status mental, dan
observasi, diperoleh informasi bahwa pasien memiliki keluhan cemas.
Rasa cemas ini dirasakan hampir setiap hari. Saat rasa cemas muncul,
pasien merasa nyeri dada, perasaan tercekik, dan perasaan takut akan
penyakitnya. Pasien juga mengeluhkan sulit tidur di malam hari. Pada
pemeriksaan status mental didapatkan mood cemas dan afek yang cemas.
Gejala di atas termasuk dalam kriteria diagnostik Gangguan Cemas
Menyeluruh (F41.1) menurut PPDGJ-III sehingga pasien dapat didiagnosis
dengan Gangguan Cemas Menyeluruh.
b. Aksis II
Pasien adalah seseorang yang mudah bersosialisasi. Pasien selalu
berusaha menjaga hubungan baik dengan orang di sekitarnya. Belum
cukup data untuk menggolongkan pasien ke dalam tipe kepribadian
tertentu.
c. Aksis III
Tidak ada
d. Aksis IV
Stressor psikososial pasien adalah kondisi kesehatannya.
e. Aksis V
11
GAF Scale saat ini 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas sedang dalam fungsi, secara umum masih baik.
a. Organobiologik
b. Psikoterapi Suportif
c. Sosioterapi
IX. PROGNOSIS
a. Ad vitam : Bonam
b. Ad functionam : Dubia ad Bonam
c. Ad sanationam : Dubia ad Bonam
Faktor Pendukung :
12
- Pasien memiliki keinginan untuk sembuh
- Jaminan kesehatan yang terjamin
Faktor Penghambat
- Stressor psikososial yang masih berlangsung
Cemas ditandai oleh gejala ketegangan motorik (antara lain rasa gemetar,
otot kaku), hiperaktifitas otonomik (antara lain nafas pendek, jantung berdebar-
debar, perut tidak enak, sukar menelan, buang air kecil lebih sering) dan
kewaspadaan berlebih (antara lain mudah kaget, perasaan jadi peka, sulit tidur) 1.
Kecemasan berhubungan dengan rasa takut dan bermanifestasi sebagai keadaan
suasana hati berorientasi masa depan yang terdiri dari sistem respons kognitif,
afektif, fisiologis, dan perilaku yang kompleks terkait dengan persiapan untuk
menghadapi peristiwa atau keadaan yang dianggap mengancam. 2
Menurut PPDGJ III, secara umum anxietas terbagi 2 jenis yaitu anxietas
fobik dan anxietas lainnya. Pada gangguan anxietas lainnya, manifestasi anxietas
merupakan gejala utama dan tidak terbatas pada situasi lingkungan tertentu saja.
Yang termasuk dalam gangguan anxietas lainnya yaitu gangguan panik, gangguan
cemas menyeluruh, gangguan campuran anxietas dan depresi, gangguan anxietas
campuran lainnya, gangguan anxietas lainnya dan gangguan anxietas ytt.3
Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis gangguan cemas menyeluruh
sebagai berikut:
1. Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”)
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi, dan sebagainya
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai); dan
13
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dan sebagainya)
3. Pada anak-anak sering terlihat kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol
4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan
Cemas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap
dari episode depresif (F32), gangguan anxietas fobik (F40), gangguan
panik (F41.0), gangguan obsesif kompulsif (F42).3
Penanganan pasien ini meliputi psikofarmakologi dan psikoterapi.
Psikofarmaka yang digunakan adalah antidepressant golongan SSRI yakni
Fluoxetine. Fluoxetine merupakan anti depresan golongan Serotonin Selective
Reuptake Inhibitor (SSRI) yang memiliki efek samping gastrointestinal paling
kecil. Obat ini mempunyai profil efek samping yang lebih baik dengan efek sedasi
minimal, hipotensi, dan efek antikolinergik, dan mungkin dapat menyebabkan
penurunan berat badan daripada penambahan berat badan. Fluoxetine memiliki
waktu paruh yang panjang sehingga tidak menimbulkan efek withdrawal. Dosis
terapeutik Fluoxetine antara 10-60 mg/hari dengan waktu paruh 24 sampai 72
jam. Pada pasien ini diberikan Fluoxetine dengan dosis 10 mg/hari, dengan alasan
dosis tersebut adalah dosis terapeutik, dengan dosis terapeutik yang kecil maka
efek samping ke gastrointestinal juga akan lebih kecil. Pada pemberian
Fluoxetine, efek terapeutik baru tampak pada minggu kedua, sehingga di awal
terapi dapat diberikan bersama dengan anti anxietas untuk mengatasi keluhan
kecemasan pada pasien. Neurotransmiter utama yang berhubungan dengan
anxietas di daerah limbik adalah norepinefrin, gamma-aminobutyric acid
(GABA), dan serotonin. Manfaat pengobatan ansietas dengan benzodiazepin
adalah diimplikasikan dalam GABA, yang memegang peranan dalam
patofisiologi terjadinya gangguan cemas.5,6
Lorazepam merupakan obat golongan benzodiazepin potensi tinggi dengan
adanya efek sedasi yang terbukti sangat efektif. Hal ini dikarenakan masa
kerjanya yang singkat. Lorazepam sangat membantu pada awal terapi atau ketika
14
diperlukan efek terapi dengan onset yang cepat, juga membantu dalam
memperbaiki tolerabilitas jangka pendek dari SSRI dengan memblok eksaserbasi
panik yang kadang bisa terjadi pada saat terapi awal dengan SSRI.7,8
Psikoterapi yang diberikan pada pasien ini meliputi psikoterapi suportif
yakni ventilasi dan reassurance, serta direncanakan akan dilakukan CBT.
Psikoterapi suportif pada pasien ini bertujuan untuk mendukung fungsi-fungsi ego
atau memperkuat mekanisme defans yang ada, memperluas mekanisme
pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik serta perbaikan ke
suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif. CBT untuk membangun kembali
pola pikir (sikap, asumsi, keyakinan), menguji pola pikir, memutuskan apa yang
bermanfaat dan yang tidak bermanfaat bagi pasien sehingga dapat membangun
cara berpikir yang lebih produktif dan meningkatkan kualitas hidup pasien.9
Prognosis pasien ini baik. Hal yang mendukung prognosis baik yaitu
motivasi pasien untuk sembuh cukup besar, serta adanya dukungan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ketiga. Jakarta : Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018.
2. Chand SP, Marwaha R. Anxiety. [Updated 2021 May 1]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470361/
3. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III, DSM-5, ICD-11. Cetakan 3. Jakarta : Penerbit Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FKUnika Amta Jaya, 2019.
4. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of
mental disorders (DSM-5®). American Psychiatric Pub, 2013.
5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of Clinical
Psychiatry. Ed 5 th. Wolters Kluwer: Philadelphia, 2015.
6. Stahl, Stephen M.; Stahl’s Essential Psychopharmacology. Fourth Edition.
2013. Cambridge University Press. New York. USA.
7. Maslim, Rusdi. Obat Anti Anxietas. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Edisi ketiga. 2001. Jakarta. Hal. : 38 – 39.
8. Hamidah, Ambarsari. Efek Obat Golongan Selective Serotonin Reuptake
Inhibitors (Ssri) Sebagai Faktor Resiko Dry Eye Syndrome. Diss. University
Of Muhammadiyah Malang, 2019.
9. Azzahra, Fatimah, Rasmi Zakiah Oktarlina, and High Boy Karumulborg
Hutasoit. "Farmakoterapi Gangguan Ansietas Dan Pengaruh Jenis Kelamin
Terhadap Efikasi Antiansietas." Jimki: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran
Indonesia 8.1 (2020): 96-103.
16
LAMPIRAN PERCAKAPAN AUTOANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada hari Kamis, 15 April 2022 pukul 20.30 WITA
melalui via telepon.
Keterangan:
DM : Dokter Muda
P : Pasien
P : Iye
DM : Oh iye, perkenalkan bu saya dr Gunawan yang dari rumah sakit dadi bu.
Mau tanya-tanya sedikit, adaji waktu ta?
DM : Oh masih di’, mau tanya juga bu dulu itu awalnya bagaimana? Apa yang
ibu rasakan pertama?
P : Awalnya itu pengaruh terlalu lama sakit batuk, 4 bulan, jadi muncullah
rasa takut, kelebihan rasa takut, ada rasa ingin memberontak begitu, seperti
mau lari
P : Kalau itu, dokter bilang pengaruh nda cocok dengan udara dingin, karna
hujan. Sudah itu saya berobat, setelah berobat sembuhmi. Tapi rasa
takutku masih muncul, rasa cemas masih munucl, kayak dumba-dumba
begitu , kalau tidak bisa tahan kayak mau gila begitu, kayak mau lari.
Akhirnya dari situ saya mulai tidak bisa tidur
P : Kalau batuk itu 4 bulan, tapi malam hari ji. Kalau siang hari, tidak batuk.
Batuk nya tidak terlalu, tapi lebih ke sesak nafas, seperti ada lendir di
tenggorokan. Itupun kalau hujan, kalau tidak hujan saya tidak batu, tidak
17
sesak nafas. Karna terlalu lama begitu akhirnya muncul rasa takut, saya
mungkin bisa mati, fikirannya sampai disitu, jadinya rasa takut ku muncul,
munculnya sampai saya ingin berontak begitu
P : Karna kan sekarang saya minum obat tidur, jadi kalau saya tidur rasa
cemas itu tidak ada, biasa saja. Tapi kapan kalau saya tidak bisa tidur,
tidak ada rasa ngantuk, muncul rasa cemas itu
P : Iye sudah 1 bulan lebih, sejak awal bulan 3, sampai sekarang bulan 4,
tapi ini agak kurang tidak seperti bulan 3 kemarin
P : Biasa terganggu kalau muncul itu rasa cemas, semuanya tidak bisa
dikerja. Karna rasa takut itu muncul pengennya mau berontak, lari.
Padahal batuk itu sudah tidak ada, sudah sembuh. Yang bikin muncul rasa
cemas itu, rasa takut itu karna saya tidak pernah rasa sedikitpun ngantuk
P : Iye, karna adanya rasa cemas dan takut itu akhirnya hilang rasa ngantuk.
Nah karna tidak rasa ngantuk saya fikir lagi nanti saya kenapa-kenapa,
karna tidak bisa tidur sampai pagi. Kadang bisa tidur tapi tidur paksa.
Itupun jam 3-4 pagi baru bisa tidur. Tapi selama saya minum obat tidur,
terbantu oleh itu, jadi rasa cemas itu mulai tidak ada. Karna saya fikir
adami tidurku.
18
DM : Kalau boleh tau Ibu ingat dulu lahir normal atau sesar?
P : Iye
DM : Di Makassarji bu?
P : Tahun 2005
DM : Tidurnya juga sudah lebih teratur ya bu? Jadinya pekerjaan juga sudah
bisa dijalankan?
P : Nda tau kalau tidak minum obat, bisa atau tidak. Tapi biasa bisa tidur,
tapi sebentar sekali
DM : Untuk sekarang masih ada keluhan lain ta bu? Selain itu yang cemas?
P : Tidak ada
DM : Itu kalau misalkan ibu susah tidur, yang bikin ibu susah tidur itu karna
ibu fikir penyakitnya atau bagaimana bu?
P : Saya itu memang tidak ada ngantuk, kalau lama sekali saya berusaha
tidur, baru nda muncul-muncul itu ngantuk, disitu mulai bikin saya
berdebar-debar, cemas, takut
P : Iye itu bikin tambah tidak bisa tidur lagi, karna bias aitu biar tidak ad
19
aitu rasa cemas, kalau nda ngantuk-ngantuk sampai jam 2/3 justru disitulah
saya sangat takut, takutnya saya mungkin pusing, jatuh, jadi itulah bikin
saya berdebar-debar, tercampurlah sudah semuanya. Akhirnya kalau saya
sudah tidak bisa lawan rasanya seperti saya ingin memberontak, mau lari,
begitu
MD : Oh iye. Kalau boleh tau bu apakah ibu punya Riwayat tekanan darah
tinggi atau gula?
P : Baru-baru ini tekanan darah tinggi karna pengaruh rasa takut ku itu,
akibatnya tekanan darahku juga tinggi
P : Pernah, karna saya kan pergi di dokter itu hari, karna rasa takut itu,
dokternya bilang “bu kita darah tinggi” jadi mungkin karna rasa takut dan
rasa cemas itu. Dan karna diberitahukan oleh dokter bahwa saya darah
tinggi itu malah membuat saya tambah panik dan takut.
MD : Kalau kayak dulu yang perasaan cemas itu bagaimana kita rasa?
P : Pokoknya kalau tidak bisa tidur itu muncul rasa cemas, karna
membayangkan kalau tidak tidur 1 malam, 1 hari nda pernah ada ngantuk,
jadi pasti cemas dan takut. Tapi sekarang karna sudah bisa tidur, jadi sudah
enakan mi, tidak adami ras acemas
P : Nda pernahji, nda loyo juga, biasa-biasa saja. Ituji mukaku kelihatan
pucat karna kurang tidur
20
P : Ndadaji juga
MD : Oh ndadaji di’. Berarti itu awalnya, karna ibu batuk, agak lama sembuh,
jadinya ibu muncul rasa takut
P : Iye, takutnya nanti kenapa-kenapa, dan itu rasa takutnya tidak bisa
dikendalikan, serasa mau lari, mau memberontak
P : Hari rabu
DM : Nanti disitu dipantau pengobatannya ya. Iye ibu mungkin itu saja yang
saya tanyakan, terimakasih banyak atas waktu ta
21