Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2022


UNIVERSITAS HASANUDDIN

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

DISUSUN OLEH:
Gunawan Wirakusuma
C014202073

RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Dewi Nofianty

SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Hawaidah, Sp. KJ(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Gunawan Wirakusuma


Stambuk : C014202073
Judul Laporan Kasus : Gangguan Cemas Menyeluruh
Universitas : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

Makassar, April 2022

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing


LAPORAN KASUS PENDAHULUAN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir/Umur : 03-10-1983/38 tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Katolik
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Perum TGA Jl. Kelapa Hibrida
Pendidikan Terakhir : SD
No. Status/No. Reg. : 194771
Tanggal Datang : 11-04-2022
Diagnosis Sementara : Gangguan Cemas Menyeluruh
Seorang perempuan berusia 38 tahun datang ke Poli Psikiatri
RSKD Dadi untuk pertama kalinya dengan keluhan susah tidur pada
tanggal 11 April 2022

II. RIWAYAT PSIKIATRI

A. Keluhan Utama
Susah tidur

B. Riwayat Gangguan Sekarang


a. Keluhan dan Gejala
Pasien mengeluhkan cemas yang dialami sejak kurang lebih 1 bulan
lalu. Kecemasan ini muncul akibat batuk yang pasien alami sejak 4 bulan
yang lalu. Pasien mengeluhkan perasaan takut akan penyakitnya dan
pasien merasakan sesak, jantung berdebar-debar ketika cemas itu muncul.
Pasien juga mengeluhkan sulit tertidur di malam hari dan tidur tidak
nyenyak. Kadang-kadang, pasien mengalami mimpi buruk tetapi tidak
diketahui secara jelas. Pasien merasa keluhannya ini sangat mengganggu
kehidupannya dan aktivitasnya sehari-hari.

3
b. Hendaya/Disfungsi

Hendaya dalam bidang sosial : Ada


Hendaya dalam pekerjaan : Ada
Hendaya dalam waktu senggang : Ada
c. Faktor Stressor Psikososial
Stressor psikososial pasien meliputi kondisi kesehatannya dimana
sebelumnya pasien pernah mengeluhkan batuk yang dialami 4 bulan lalu.
Keluhan batuk ini tidak kunjung sembuh sehingga pasien menjadi takut
dengan penyakit yang ia derita.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

a. Riwayat Penyakit Fisik Sebelumnya

● Riwayat Infeksi : Ada

Pasien pernah mengeluhkan batuk 4 bulan lalu, namun pasien


tidak mengetahui diagnosis dari penyakitnya.

● Riwayat Trauma : Tidak ada

● Riwayat Kejang : Tidak ada

b. Riwayat Penggunaan NAPZA :

● Alkohol (-)

● Zat psikoaktif lainnya (-)

● Merokok (-)

c. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya

Awal perubahan perilaku sejak awal tahun 2022 saat pasien mengeluhkan
batuk yang dialaminya. Pasien merasa cemas dan takut akan batuk yang
tidak kunjung sembuh. Pasien mengeluhkan adanya jantung berdebar-
debar, dada terasa sesak, dan perasaan takut. Pasien juga mengeluhkan
Pasien juga mengeluhkan sulit tertidur di malam hari dan tidur tidak

4
nyenyak. Kadang-kadang, pasien mengalami mimpi buruk tetapi tidak
diketahui secara jelas. Pasien merasa keluhannya ini sangat mengganggu
kehidupannya dan aktivitasnya sehari-hari. Pasien belum pernah berobat
mengenai keluhan cemas ini sebelumnya.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

a. Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)


Pasien lahir pada tanggal 3 Oktober 1983 di rumah ditolong oleh
bidan. Pasien lahir normal dan cukup bulan. Tidak ada cacat lahir ataupun
cacat bawaan. Riwayat pemberian ASI tidak diketahui.
b. Riwayat Kanak Awal (1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan masa kanak sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak seusianya.
c. Riwayat Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tinggal bersama keluarganya yang beranggotakan kedua
orang tua dan ke empat saudaranya dalam keadaan yang sederhana. Pasien
mendapat kasih sayang dan perhatian yang cukup dari kedua orang tuanya.
Sejak SD, pasien sudah sering membantu orang tuanya mencari nafkah.
d. Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien menempuh pendidikan sekolah dasar di tempat tinggalnya di
Flores. Setelah menyelesaikan sekolah dasarnya, pasien tidak melanjutkan
pendidikannya ke jenjang berikutnya.
e. Riwayat Dewasa

● Riwayat Pekerjaan

Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga

● Riwayat Pernikahan

Pasien menikah pertama kali pada tahun 2005 dan dikaruniai 4


orang anak.

● Riwayat Kehidupan Beragama

5
Pasien memeluk agama Katolik dan menjalankan kewajiban
agamanya dengan baik.

E. Riwayat Kehidupan Keluarga


Pasien merupakan anak ketiga dari lima orang bersaudara
(♀,♀,♀,♂,♀). Ayah pasien sudah meninggal dunia. Saat ini, pasien sudah
menikah dan tinggal bersama suami dan 4 orang anaknya yang keempatnya
berjenis kelamin laki-laki. Hubungan pasien dengan keluarga baik. Riwayat
keluhan yang sama dalam keluarga pasien tidak ada.

Genogram

X = Sudah meninggal

= Laki-laki

= Perempuan

= Gangguan jiwa (Ny. M)

= Tinggal serumah dengan pasien

F. Situasi Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama suami dan 4 orang anaknya. Pasien
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Saat ini keluhan pasien sudah mulai
berkurang, pasien sudah tidak cemas lagi dan sudah bisa tidur normal.

G. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya


6
Pasien merasa kehidupannya terganggu akibat rasa cemas yang
dialami. Pasien berharap untuk dapat kembali sehat

III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS


A. Status Internus

● Keadaan Umum : Sakit ringan

● Kesadaran : Compos Mentis

● Tanda Vital

o Tekanan Darah : 120/70 mmHg


o Nadi : 90x/menit
o Suhu : 36.0°C
o Pernapasan : 18x/menit

● Konjungitva tidak anemis, sklera tidak ikterik

● Jantung dan paru dalam batas normal

● Tidak ada nyeri tekan abdomen

● Ekstremitas atas dan bawah dalam batas normal

B. Status Neurologis

● GCS : E4M6V5

● Tanda Rangsang Meninges : Tidak ada kelainan

7
● Pupil : Bulat, isokor, diameter 2,5 mm/2,5 mm

● Nervus Kranialis : Dalam batas normal

● Sistem Saraf Motorik dan Sensorik : Dalam batas normal

Tidak ditemukan tanda bermakna dari pemeriksaan Neurologis

IV. STATUS MENTAL


Tempat : Poli Psikiatri RSKD Dadi

Waktu : Senin, 11 April 2022

A. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Seorang perempuan, wajah sesuai usia (38 tahun) memakai baju
berwarna hitam dan celana jeans. Perawakan normal, warna kulit sawo
matang, rambut hitam ikal, perawatan diri kesan baik. Kontak mata ada,
verbal ada.

b. Kesadaran

● Kuantitatif : GCS 15 (Compos Mentis)

● Kualitatif : Normal

● Aktivitas Psikomotor : Tenang

● Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa

● Sikap Terhadap Pemeriksa : Kooperatif

B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, dan Empati

a. Mood : Cemas
b. Afek : Cemas

8
c. Keserasian : Serasi
d. Empati : Dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)


a. Taraf Pendidikan : Sesuai dengan tingkat pendidikan
b. Daya Konsentrasi : Baik
c. Orientasi

● Waktu : Baik

● Tempat : Baik

● Orang : Baik

d. Daya Ingat

● Jangka Panjang : Baik

● Jangka Pendek : Baik

● Jangka Segera : Baik

e. Pikiran Abstrak : Baik


f. Bakat Kreatif : Tidak ada
g. Kemampuan Menolong Diri Sendiri : Baik

D. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi : Tidak ada
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berpikir
a. Arus Pikiran
- Produktivitas : Cukup
- Kontinuitas : Relevan dan koheren
- Hendaya Berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa

9
b. Isi Pikiran
- Preokupasi : Kekhawatiran berlebihan terkait kondisi
Kesehatan yang dialami
- Gangguan Isi Pikir : Tidak ada

F. Pengendalian Impuls : Baik


G. Daya Nilai
a. Norma Sosial : Baik
b. Uji Daya Nilai : Baik
c. Penilaian Realitas : Baik
H. Tilikan
Pasien sadar bahwa dirinya sakit dan mengetahui harus berbuat apa dan
meminta bantuan (Tilikan 6)

I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang perempuan berusia 38 tahun datang ke Poli Psikiatri RSKD Dadi


dengan keluhan cemas. Awal kecemasan muncul dikarenakan batuk yang dialami
pasien tidak kunjung sembuh. Pasien mengeluhkan adanya nyeri dada, jantung
berdebar-debar, perasaan sesak, susah tidur, dan adanya perasaan takut akan
penyakitnya. Pasien merasa keluhannya ini mengganggu pekerjaan dan aktivitas
sehari-harinya

Pada pemeriksaan status mental, pasien perempuan, wajah sesuai usia (38
tahun) memakai baju berwarna hitam dan celana jeans. Perawakan normal, warna
kulit sawo matang, rambut hitam ikal, perawatan diri baik. Mood pasien cemas
dengan afek cemas dan rasa empati pasien dapat dirabarasakan. Terdapat
gangguan preokupasi berupa kekhawatiran berlebihan terhadap kondisi kesehatan
pasien.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

a. Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu pasien merasa cemas, sulit

10
tidur, dan rasa nyeri pada dada. Keadaan ini menimbulkan penderitaan
(distress) pada pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar. Pasien memiliki
afek cemas, hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan waktu senggang
yang merupakan tanda dari adanya Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan adanya hendaya
berat dalam menilai realita sehingga pasien digolongkan dengan
Gangguan Jiwa Non Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik
dapat disingkirkan. Berdasarkan PPDGJ-III pasien didiagnosis sebagai
Gangguan Jiwa Non Psikotik Non Organik.
Berdasarkan autoanamnesis, pemeriksaan status mental, dan
observasi, diperoleh informasi bahwa pasien memiliki keluhan cemas.
Rasa cemas ini dirasakan hampir setiap hari. Saat rasa cemas muncul,
pasien merasa nyeri dada, perasaan tercekik, dan perasaan takut akan
penyakitnya. Pasien juga mengeluhkan sulit tidur di malam hari. Pada
pemeriksaan status mental didapatkan mood cemas dan afek yang cemas.
Gejala di atas termasuk dalam kriteria diagnostik Gangguan Cemas
Menyeluruh (F41.1) menurut PPDGJ-III sehingga pasien dapat didiagnosis
dengan Gangguan Cemas Menyeluruh.

b. Aksis II
Pasien adalah seseorang yang mudah bersosialisasi. Pasien selalu
berusaha menjaga hubungan baik dengan orang di sekitarnya. Belum
cukup data untuk menggolongkan pasien ke dalam tipe kepribadian
tertentu.
c. Aksis III

Tidak ada

d. Aksis IV
Stressor psikososial pasien adalah kondisi kesehatannya.
e. Aksis V

11
GAF Scale saat ini 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas sedang dalam fungsi, secara umum masih baik.

VII. DAFTAR MASALAH

a. Organobiologik

Tidak ditemukan adanya kelainan fisik namun ditemukannya gejala


klinik yang bermakna akibat adanya ketidakseimbangan neurotransmitter,
oleh karena itu pasien memerlukan tatalaksana farmakoterapi.
b. Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam kehidupan pribadi sehingga
menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
c. Sosiologik
Pasien mengalami hendaya dalam penggunaan waktu senggang,
hubungan sosial, dan pekerjaan maka pasien memerlukan sosioterapi.

VIII. RENCANA TERAPI


a. Psikofarmakoterapi

- R/ Fluoxetine 10 mg 1 tab/24 jam/oral pagi

- R/ Lorazepam 2 mg 1 tab/24 jam/oral malam

b. Psikoterapi Suportif

- Edukasi tujuan dan pentingnya taat minum obat

c. Sosioterapi

Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien dan orang- orang di


sekitarnya agar bisa membantu terapi, menerima pasien, mendukung
penyembuhan dengan menciptakan suasana lingkungan yang mendukung.

IX. PROGNOSIS
a. Ad vitam : Bonam
b. Ad functionam : Dubia ad Bonam
c. Ad sanationam : Dubia ad Bonam
Faktor Pendukung :
12
- Pasien memiliki keinginan untuk sembuh
- Jaminan kesehatan yang terjamin
Faktor Penghambat
- Stressor psikososial yang masih berlangsung

X. PEMBAHASAN DAN DISKUSI

Cemas ditandai oleh gejala ketegangan motorik (antara lain rasa gemetar,
otot kaku), hiperaktifitas otonomik (antara lain nafas pendek, jantung berdebar-
debar, perut tidak enak, sukar menelan, buang air kecil lebih sering) dan
kewaspadaan berlebih (antara lain mudah kaget, perasaan jadi peka, sulit tidur) 1.
Kecemasan berhubungan dengan rasa takut dan bermanifestasi sebagai keadaan
suasana hati berorientasi masa depan yang terdiri dari sistem respons kognitif,
afektif, fisiologis, dan perilaku yang kompleks terkait dengan persiapan untuk
menghadapi peristiwa atau keadaan yang dianggap mengancam. 2
Menurut PPDGJ III, secara umum anxietas terbagi 2 jenis yaitu anxietas
fobik dan anxietas lainnya. Pada gangguan anxietas lainnya, manifestasi anxietas
merupakan gejala utama dan tidak terbatas pada situasi lingkungan tertentu saja.
Yang termasuk dalam gangguan anxietas lainnya yaitu gangguan panik, gangguan
cemas menyeluruh, gangguan campuran anxietas dan depresi, gangguan anxietas
campuran lainnya, gangguan anxietas lainnya dan gangguan anxietas ytt.3
Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis gangguan cemas menyeluruh
sebagai berikut:
1. Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”)
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi, dan sebagainya
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai); dan

13
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dan sebagainya)
3. Pada anak-anak sering terlihat kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol
4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan
Cemas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap
dari episode depresif (F32), gangguan anxietas fobik (F40), gangguan
panik (F41.0), gangguan obsesif kompulsif (F42).3
Penanganan pasien ini meliputi psikofarmakologi dan psikoterapi.
Psikofarmaka yang digunakan adalah antidepressant golongan SSRI yakni
Fluoxetine. Fluoxetine merupakan anti depresan golongan Serotonin Selective
Reuptake Inhibitor (SSRI) yang memiliki efek samping gastrointestinal paling
kecil. Obat ini mempunyai profil efek samping yang lebih baik dengan efek sedasi
minimal, hipotensi, dan efek antikolinergik, dan mungkin dapat menyebabkan
penurunan berat badan daripada penambahan berat badan. Fluoxetine memiliki
waktu paruh yang panjang sehingga tidak menimbulkan efek withdrawal. Dosis
terapeutik Fluoxetine antara 10-60 mg/hari dengan waktu paruh 24 sampai 72
jam. Pada pasien ini diberikan Fluoxetine dengan dosis 10 mg/hari, dengan alasan
dosis tersebut adalah dosis terapeutik, dengan dosis terapeutik yang kecil maka
efek samping ke gastrointestinal juga akan lebih kecil. Pada pemberian
Fluoxetine, efek terapeutik baru tampak pada minggu kedua, sehingga di awal
terapi dapat diberikan bersama dengan anti anxietas untuk mengatasi keluhan
kecemasan pada pasien. Neurotransmiter utama yang berhubungan dengan
anxietas di daerah limbik adalah norepinefrin, gamma-aminobutyric acid
(GABA), dan serotonin. Manfaat pengobatan ansietas dengan benzodiazepin
adalah diimplikasikan dalam GABA, yang memegang peranan dalam
patofisiologi terjadinya gangguan cemas.5,6
Lorazepam merupakan obat golongan benzodiazepin potensi tinggi dengan
adanya efek sedasi yang terbukti sangat efektif. Hal ini dikarenakan masa
kerjanya yang singkat. Lorazepam sangat membantu pada awal terapi atau ketika

14
diperlukan efek terapi dengan onset yang cepat, juga membantu dalam
memperbaiki tolerabilitas jangka pendek dari SSRI dengan memblok eksaserbasi
panik yang kadang bisa terjadi pada saat terapi awal dengan SSRI.7,8
Psikoterapi yang diberikan pada pasien ini meliputi psikoterapi suportif
yakni ventilasi dan reassurance, serta direncanakan akan dilakukan CBT.
Psikoterapi suportif pada pasien ini bertujuan untuk mendukung fungsi-fungsi ego
atau memperkuat mekanisme defans yang ada, memperluas mekanisme
pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik serta perbaikan ke
suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif. CBT untuk membangun kembali
pola pikir (sikap, asumsi, keyakinan), menguji pola pikir, memutuskan apa yang
bermanfaat dan yang tidak bermanfaat bagi pasien sehingga dapat membangun
cara berpikir yang lebih produktif dan meningkatkan kualitas hidup pasien.9
Prognosis pasien ini baik. Hal yang mendukung prognosis baik yaitu
motivasi pasien untuk sembuh cukup besar, serta adanya dukungan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

15
1. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ketiga. Jakarta : Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018.
2. Chand SP, Marwaha R. Anxiety. [Updated 2021 May 1]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470361/
3. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III, DSM-5, ICD-11. Cetakan 3. Jakarta : Penerbit Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FKUnika Amta Jaya, 2019.
4. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of
mental disorders (DSM-5®). American Psychiatric Pub, 2013.
5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of Clinical
Psychiatry. Ed 5 th. Wolters Kluwer: Philadelphia, 2015.
6. Stahl, Stephen M.; Stahl’s Essential Psychopharmacology. Fourth Edition.
2013. Cambridge University Press. New York. USA.
7. Maslim, Rusdi. Obat Anti Anxietas. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Edisi ketiga. 2001. Jakarta. Hal. : 38 – 39.
8. Hamidah, Ambarsari. Efek Obat Golongan Selective Serotonin Reuptake
Inhibitors (Ssri) Sebagai Faktor Resiko Dry Eye Syndrome. Diss. University
Of Muhammadiyah Malang, 2019.
9. Azzahra, Fatimah, Rasmi Zakiah Oktarlina, and High Boy Karumulborg
Hutasoit. "Farmakoterapi Gangguan Ansietas Dan Pengaruh Jenis Kelamin
Terhadap Efikasi Antiansietas." Jimki: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran
Indonesia 8.1 (2020): 96-103.

16
LAMPIRAN PERCAKAPAN AUTOANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan pada hari Kamis, 15 April 2022 pukul 20.30 WITA
melalui via telepon.
Keterangan:
DM : Dokter Muda
P : Pasien

DM : Halo selamat malam, dengan Ibu M?

P : Iye

DM : Oh iye, perkenalkan bu saya dr Gunawan yang dari rumah sakit dadi bu.
Mau tanya-tanya sedikit, adaji waktu ta?

P : Iye dok adaji, sudah mendingan

DM : Mendingan maki ini bu atau masih ada gejala cemas ta?

P : Masih, tapi sedikit

DM : Oh masih di’, mau tanya juga bu dulu itu awalnya bagaimana? Apa yang
ibu rasakan pertama?

P : Awalnya itu pengaruh terlalu lama sakit batuk, 4 bulan, jadi muncullah
rasa takut, kelebihan rasa takut, ada rasa ingin memberontak begitu, seperti
mau lari

DM : Itu yang gejala batuk, dokternya bilang apa?

P : Kalau itu, dokter bilang pengaruh nda cocok dengan udara dingin, karna
hujan. Sudah itu saya berobat, setelah berobat sembuhmi. Tapi rasa
takutku masih muncul, rasa cemas masih munucl, kayak dumba-dumba
begitu , kalau tidak bisa tahan kayak mau gila begitu, kayak mau lari.
Akhirnya dari situ saya mulai tidak bisa tidur

DM : Itu 4 bulan yang lalu ya bu?

P : Kalau batuk itu 4 bulan, tapi malam hari ji. Kalau siang hari, tidak batuk.
Batuk nya tidak terlalu, tapi lebih ke sesak nafas, seperti ada lendir di
tenggorokan. Itupun kalau hujan, kalau tidak hujan saya tidak batu, tidak

17
sesak nafas. Karna terlalu lama begitu akhirnya muncul rasa takut, saya
mungkin bisa mati, fikirannya sampai disitu, jadinya rasa takut ku muncul,
munculnya sampai saya ingin berontak begitu

DM : Kalau cemasnya sudah sejak kapan?

P : Karna kan sekarang saya minum obat tidur, jadi kalau saya tidur rasa
cemas itu tidak ada, biasa saja. Tapi kapan kalau saya tidak bisa tidur,
tidak ada rasa ngantuk, muncul rasa cemas itu

DM : Itu sejak 1 bulan yang lalu ya bu cemasnya?

P : Iye sudah 1 bulan lebih, sejak awal bulan 3, sampai sekarang bulan 4,
tapi ini agak kurang tidak seperti bulan 3 kemarin

DM : Oh iye bu, kalau boleh tau pekerjaan ta apa bu?

P : Hanya ibu rumah tangga saja dok

DM : Oh iye. Ibu merasa ada tidak terganggu pekerjaannya ibu?

P : Biasa terganggu kalau muncul itu rasa cemas, semuanya tidak bisa
dikerja. Karna rasa takut itu muncul pengennya mau berontak, lari.
Padahal batuk itu sudah tidak ada, sudah sembuh. Yang bikin muncul rasa
cemas itu, rasa takut itu karna saya tidak pernah rasa sedikitpun ngantuk

DM : Jadinya sulit tidur yang bu?

P : Iye, karna adanya rasa cemas dan takut itu akhirnya hilang rasa ngantuk.
Nah karna tidak rasa ngantuk saya fikir lagi nanti saya kenapa-kenapa,
karna tidak bisa tidur sampai pagi. Kadang bisa tidur tapi tidur paksa.
Itupun jam 3-4 pagi baru bisa tidur. Tapi selama saya minum obat tidur,
terbantu oleh itu, jadi rasa cemas itu mulai tidak ada. Karna saya fikir
adami tidurku.

DM : Oh iye, kalau boleh tau ibu berapa bersaudara?

P : Ada 5 bersaudara, saya anak ketiga. Anak pertama perempuan, kedua


perempuan juga, ketiga saya, keempat laki-laki, kelima perempuan

DM : Ibu sudah punya anak?

P : Anakku 4 bersaudara. Laki-laki semua

18
DM : Kalau boleh tau Ibu ingat dulu lahir normal atau sesar?

P : Saya lahir normal, semua anakku normal juga

DM : Ibu dulu waktu kecil tinggal sama bapak mamanya ibu?

P : Iye

DM : Di Makassarji bu?

P : Di kampung, di orang tua, di Flores

DM : Ibu nikah tahun berapa?

P : Tahun 2005

DM : Untuk saat ini bu gejela yang dirasakan cemasnya sudah mulai


berkurang di’?

P : Iye, sudah berkurangmi karna sudah ada tidur

DM : Tidurnya juga sudah lebih teratur ya bu? Jadinya pekerjaan juga sudah
bisa dijalankan?

P : Nda tau kalau tidak minum obat, bisa atau tidak. Tapi biasa bisa tidur,
tapi sebentar sekali

DM : Kalau boleh tau, bapak mamanya Ibu masih adaji?

P : Kalau bapakku tidak adami, kalau mamaku masih ada

DM : Untuk sekarang masih ada keluhan lain ta bu? Selain itu yang cemas?

P : Tidak ada

DM : Kalau rasa berdebar-debar sudah tidak ada?

P : Ndami, karna sudah enak tidur toh

DM : Itu kalau misalkan ibu susah tidur, yang bikin ibu susah tidur itu karna
ibu fikir penyakitnya atau bagaimana bu?

P : Saya itu memang tidak ada ngantuk, kalau lama sekali saya berusaha
tidur, baru nda muncul-muncul itu ngantuk, disitu mulai bikin saya
berdebar-debar, cemas, takut

DM : Jadinya justru tambah bikin tidak bisa tidur ya?

P : Iye itu bikin tambah tidak bisa tidur lagi, karna bias aitu biar tidak ad

19
aitu rasa cemas, kalau nda ngantuk-ngantuk sampai jam 2/3 justru disitulah
saya sangat takut, takutnya saya mungkin pusing, jatuh, jadi itulah bikin
saya berdebar-debar, tercampurlah sudah semuanya. Akhirnya kalau saya
sudah tidak bisa lawan rasanya seperti saya ingin memberontak, mau lari,
begitu

MD : Oh iye. Kalau boleh tau bu apakah ibu punya Riwayat tekanan darah
tinggi atau gula?

P : Baru-baru ini tekanan darah tinggi karna pengaruh rasa takut ku itu,
akibatnya tekanan darahku juga tinggi

MD : Tapi nda pernahji ada ibu makan obat darah tinggi?

P : Pernah, karna saya kan pergi di dokter itu hari, karna rasa takut itu,
dokternya bilang “bu kita darah tinggi” jadi mungkin karna rasa takut dan
rasa cemas itu. Dan karna diberitahukan oleh dokter bahwa saya darah
tinggi itu malah membuat saya tambah panik dan takut.

MD : Barusan pertama kali ke rumah sakit dadi?

P : Iye baru pertama

MD : Kalau boleh tau sekarang bagaimana perasaanta? Apakah sudah tenang?

P : Perasaanku sekarang sudah tenang, karna sudah bisa tidur

MD : Kalau kayak dulu yang perasaan cemas itu bagaimana kita rasa?

P : Pokoknya kalau tidak bisa tidur itu muncul rasa cemas, karna
membayangkan kalau tidak tidur 1 malam, 1 hari nda pernah ada ngantuk,
jadi pasti cemas dan takut. Tapi sekarang karna sudah bisa tidur, jadi sudah
enakan mi, tidak adami ras acemas

MD : Kita nda seringji sakit kepala?

P : Nda pernahji, nda loyo juga, biasa-biasa saja. Ituji mukaku kelihatan
pucat karna kurang tidur

MD : Jantung berdebar-debar ada di’ bu?

P : Iye, jantung berdebar-debar karna rasa takut toh, nanti kenapa-kenapa

MD : Kalau rasa sesak?

20
P : Ndadaji juga

MD : Oh ndadaji di’. Berarti itu awalnya, karna ibu batuk, agak lama sembuh,
jadinya ibu muncul rasa takut

P : Iye, takutnya nanti kenapa-kenapa, dan itu rasa takutnya tidak bisa
dikendalikan, serasa mau lari, mau memberontak

DM : Kalau boleh tau kapan ibu datang control Kembali?

P : Hari rabu

DM : Nanti disitu dipantau pengobatannya ya. Iye ibu mungkin itu saja yang
saya tanyakan, terimakasih banyak atas waktu ta

P : Iye dok terima kasih juga

21

Anda mungkin juga menyukai