IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir/Umur : 03-10-1983/38 tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Katolik
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Perum TGA Jl. Kelapa Hibrida
Pendidikan Terakhir : SD
No. Status/No. Reg. : 194771
Tanggal Datang : 11-04-2022
Diagnosis Sementara : Gangguan Cemas Menyeluruh
Seorang perempuan berusia 38 tahun datang ke Poli Psikiatri
RSKD Dadi untuk pertama kalinya dengan keluhan susah tidur pada
tanggal 11 April 2022
2
Pertumbuhan dan perkembangan masa kanak sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak seusianya.
c. Riwayat Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tinggal bersama keluarganya yang beranggotakan kedua
orang tua dan ke empat saudaranya dalam keadaan yang sederhana. Pasien
mendapat kasih sayang dan perhatian yang cukup dari kedua orang tuanya.
Sejak SD, pasien sudah sering membantu orang tuanya mencari nafkah.
d. Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien menempuh pendidikan sekolah dasar di tempat tinggalnya di
Flores. Setelah menyelesaikan sekolah dasarnya, pasien tidak melanjutkan
pendidikannya ke jenjang berikutnya.
e. Riwayat Dewasa
● Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai buruh cuci, dan sekarang bekerja
sebagai ibu rumah tangga
● Riwayat Pernikahan
Pasien menikah pertama kali pada tahun 2005 dan dikaruniai 4
orang anak.
● Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien memeluk agama Katolik dan menjalankan kewajiban
agamanya dengan baik.
3
Genogram
X = Sudah meninggal
= Laki-laki
= Perempuan
F. Situasi Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama suami dan 4 orang anaknya. Pasien
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Saat ini keluhan pasien sudah mulai
berkurang, pasien sudah tidak cemas lagi dan sudah bisa tidur normal.
4
III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS
A. Status Internus
B. Status Neurologis
● GCS : E4M6V5
● Tanda Rangsang Meninges : Tidak ada kelainan
● Pupil : Bulat, isokor, diameter 2,5 mm/2,5 mm
● Nervus Kranialis : Dalam batas normal
● Sistem Saraf Motorik dan Sensorik : Dalam batas normal
Tidak ditemukan tanda bermakna dari pemeriksaan Neurologis
A. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Seorang perempuan, wajah sesuai usia (38 tahun) memakai baju
berwarna hitam dan celana jeans. Perawakan normal, warna kulit sawo
matang, rambut hitam ikal, perawatan diri kesan baik. Kontak mata ada,
verbal ada.
b. Kesadaran
5
● Kuantitatif : GCS 15 (Compos Mentis)
● Kualitatif : Baik
● Aktivitas Psikomotor : Tenang
● Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi biasa
● Sikap Terhadap Pemeriksa : Kooperatif
a. Mood : Cemas
b. Afek : Cemas
c. Keserasian : Serasi
d. Empati : Dapat dirabarasakan
D. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi : Tidak ada
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
a. Arus Pikiran
6
- Produktivitas : Cukup
- Kontinuitas : Relevan dan koheren
- Hendaya Berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
b. Isi Pikiran
- Preokupasi : Kekhawatiran berlebihan terkait kondisi
kesehatan yang dialami
Seorang perempuan berusia 38 tahun datang ke Poli Psikiatri RSKD Dadi dengan
keluhan cemas. Pasien mengeluhkan cemas yang dialami sejak kurang lebih 1
bulan lalu. Pasien mengeluhkan gelisah, perasaan sesak, jantung berdebar-debar,
sakit kepala, dan muncul rasa takut pasien akan meninggal ketika cemas itu
muncul.
Pasien juga mengeluhkan sulit tertidur di malam hari dan tidur tidak nyenyak.
Kadang-kadang, pasien mengalami mimpi buruk tetapi tidak diketahui secara
jelas. Pasien mengaku tidak tidak memiliki ketakutan terhadap keramaian ataupun
halhal spesifik tertentu. Pasien merasa keluhannya ini sangat mengganggu
kehidupannya dan aktivitasnya sehari-hari.
Pada pemeriksaan status mental, pasien perempuan, wajah sesuai usia (38 tahun)
memakai baju berwarna hitam dan celana jeans. Perawakan normal, warna kulit
sawo matang, rambut hitam ikal, perawatan diri baik. Mood pasien cemas dengan
afek cemas dan rasa empati pasien dapat dirabarasakan. Terdapat gangguan
preokupasi berupa kekhawatiran berlebihan terhadap kondisi kesehatan pasien.
7
a. Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu pasien merasa cemas, sulit
tidur, dan rasa nyeri pada dada. Keadaan ini menimbulkan penderitaan
(distress) pada pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar. Pasien memiliki
afek cemas, hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan waktu senggang
yang merupakan tanda dari adanya Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan adanya hendaya
berat dalam menilai realita sehingga pasien digolongkan dengan
Gangguan Jiwa Non Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan
adanya kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik
dapat disingkirkan. Berdasarkan PPDGJ-III pasien didiagnosis sebagai
Gangguan Jiwa Non Psikotik Non Organik.
Berdasarkan autoanamnesis, pemeriksaan status mental, dan
observasi, diperoleh informasi bahwa pasien memiliki keluhan cemas.
Rasa cemas ini dirasakan hampir setiap hari. Saat rasa cemas muncul,
pasien merasa nyeri dada, perasaan tercekik, dan perasaan takut akan
penyakitnya. Pasien juga mengeluhkan sulit tidur di malam hari. Pada
pemeriksaan status mental didapatkan mood cemas dan afek yang cemas.
Gejala di atas termasuk dalam kriteria diagnostik Gangguan Cemas
Menyeluruh (F41.1) menurut PPDGJ-III sehingga pasien dapat didiagnosis
dengan Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)
8
b. Gangguan Anxietas YTT (F41.9). Pada pasien didapatkan keluhan
cemas yang bermula ketika pasien mengalami keluhan batuk 4 bulan
yang lalu. Diagnosis banding ini disingkirkan karena cemas yang
dialami pasien tidak menghilang meskipun keluhan batuk sudah
sembuh. Cemas dirasakan setiap hari dan pasien mencemaskan hal
yang tidak diketahuinya. Keluhan cemas disertai perasaan sesak,
jantung berdebar-debar, sakit kepala, sulit tidur dan muncul rasa takut
pasien akan meninggal
b. Aksis II
Pasien adalah seseorang yang mudah bersosialisasi. Pasien selalu
berusaha menjaga hubungan baik dengan orang di sekitarnya. Belum
cukup data untuk menggolongkan pasien ke dalam tipe kepribadian
tertentu.
Retardasi mental tidak ada, defense mechanism represi.
c. Aksis III
Tidak ada
d. Aksis IV
Stressor psikososial pasien adalah kondisi kesehatannya.
e. Aksis V
GAF Scale saat ini 70-61, bebrapa gejala ringan dan menetap,
disabilitasringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
VII. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik
c. Sosiologik
9
Pasien mengalami hendaya dalam penggunaan waktu senggang,
hubungan sosial, dan pekerjaan maka pasien memerlukan sosioterapi.
b. Psikoterapi Suportif
c. Sosioterapi
IX. PROGNOSIS
a. Ad vitam : Bonam
b. Ad functionam : Dubia ad Bonam
c. Ad sanationam : Dubia ad Bonam Faktor Pendukung :
- Pasien memiliki keinginan untuk sembuh
- Jaminan kesehatan yang terjamin
- Tilikan pasien 5 Faktor Penghambat
- Stressor psikososial yang masih berlangsung
Cemas ditandai oleh gejala ketegangan motorik (antara lain rasa gemetar, otot
kaku), hiperaktifitas otonomik (antara lain nafas pendek, jantung berdebar-debar,
perut tidak enak, sukar menelan, buang air kecil lebih sering) dan kewaspadaan
berlebih (antara lain mudah kaget, perasaan jadi peka, sulit tidur) 1. Kecemasan
berhubungan dengan rasa takut dan bermanifestasi sebagai keadaan suasana hati
berorientasi masa depan yang terdiri dari sistem respons kognitif, afektif,
10
fisiologis, dan perilaku yang kompleks terkait dengan persiapan untuk
menghadapi peristiwa atau keadaan yang dianggap mengancam. 2
Menurut PPDGJ III, secara umum anxietas terbagi 2 jenis yaitu anxietas fobik
dan anxietas lainnya. Pada gangguan anxietas lainnya, manifestasi anxietas
merupakan gejala utama dan tidak terbatas pada situasi lingkungan tertentu saja.
Yang termasuk dalam gangguan anxietas lainnya yaitu gangguan panik, gangguan
cemas menyeluruh, gangguan campuran anxietas dan depresi, gangguan anxietas
campuran lainnya, gangguan anxietas lainnya dan gangguan anxietas ytt.3
Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis gangguan cemas menyeluruh sebagai
berikut:
1. Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa
bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”)
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi, dan sebagainya
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai); dan
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut
kering, dan sebagainya)
3. Pada anak-anak sering terlihat kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol
4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan
Cemas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap
dari episode depresif (F32), gangguan anxietas fobik (F40), gangguan
panik
(F41.0), gangguan obsesif kompulsif (F42).3
Penanganan pasien ini meliputi psikofarmakologi dan psikoterapi.
Psikofarmaka yang digunakan adalah antidepressant golongan SSRI yakni
11
Fluoxetine. Fluoxetine merupakan anti depresan golongan Serotonin Selective
Reuptake Inhibitor (SSRI) yang memiliki efek samping gastrointestinal paling
kecil. Obat ini mempunyai profil efek samping yang lebih baik dengan efek sedasi
minimal, hipotensi, dan efek antikolinergik, dan mungkin dapat menyebabkan
penurunan berat badan daripada penambahan berat badan. Fluoxetine memiliki
waktu paruh yang panjang sehingga tidak menimbulkan efek withdrawal. Dosis
terapeutik Fluoxetine antara 10-60 mg/hari dengan waktu paruh 24 sampai 72
jam. Pada pasien ini diberikan Fluoxetine dengan dosis 10 mg/hari, dengan alasan
dosis tersebut adalah dosis terapeutik, dengan dosis terapeutik yang kecil maka
efek samping ke gastrointestinal juga akan lebih kecil. Pada pemberian
Fluoxetine, efek terapeutik baru tampak pada minggu kedua, sehingga di awal
terapi dapat diberikan bersama dengan anti anxietas untuk mengatasi keluhan
kecemasan pada pasien. Neurotransmiter utama yang berhubungan dengan
anxietas di daerah limbik adalah norepinefrin, gamma-aminobutyric acid
(GABA), dan serotonin. Manfaat pengobatan ansietas dengan benzodiazepin
adalah diimplikasikan dalam GABA, yang memegang peranan dalam
patofisiologi terjadinya gangguan cemas. 5,6
12
Prognosis pasien ini baik. Hal yang mendukung prognosis baik yaitu motivasi
pasien untuk sembuh cukup besar, serta adanya dukungan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ketiga. Jakarta : Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018.
2. Chand SP, Marwaha R. Anxiety. [Updated 2021 May 1]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470361/
3. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJIII, DSM-5, ICD-11. Cetakan 3. Jakarta : Penerbit Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FKUnika Amta Jaya, 2019.
4. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of
mental disorders (DSM-5®). American Psychiatric Pub, 2013.
5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook of Clinical
Psychiatry. Ed 5 th. Wolters Kluwer: Philadelphia, 2015.
13
9. Azzahra, Fatimah, Rasmi Zakiah Oktarlina, and High Boy Karumulborg
Hutasoit. "Farmakoterapi Gangguan Ansietas Dan Pengaruh Jenis Kelamin
Terhadap Efikasi Antiansietas." Jimki: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran
Indonesia 8.1 (2020): 96-103.
14