Anda di halaman 1dari 33

REFERAT ASPEK KESEHATAN TRADISIONAL HIPERTENSI

Oleh :
Kurniawan Arham Thaief (70700122001)

Pembimbing :
dr. Purnamaniswaty Yunus, M.Kes

Pembimbing Supervisor :
Dr. dr. Anna Khuzaimah, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN THIBBUN NABAWI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua
bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan referat dengan judul “Aspek Kesehatan Hipertensi”
dalam rangka tugas kepaniteraan klinik Departemen Thibbun Nabawi Program
Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
Keberhasilan penyusunan referat ini adalah berkat bimbingan, kerja sama,
serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah diterima penulis
sehingga segala rintangan yang dihadapi selama penulisan dan penyusunan referat
ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya secara tulus
dan ikhlas kepada yang terhormat :
1. dr. Purnamaniswaty Yunus, M.Kes selaku pembimbing.
2. Dr. dr. Anna Khuzaimah, M.Kes selaku supervisor.
3. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.

Tidak ada manusia yang sempurna maka penulis menyadari sepenuhnya


bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan segala kerendahan
hati penulis siap menerima kritik dan saran serta koreksi yang membangun dari
semua pihak.

Makassar, 8 Desember 2022

Kurniawan Arham Thaief


LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul


“ASPEK KESEHATAN TRADISIONAL HIPERTENSI”

2
Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui
Pada Tanggal, 8 Desember 2022 Oleh:

Pembimbing Supervisor

Dr. dr. Anna Khuzaimah, M.Kes

Mengetahui,

Ketua program studi Pendidikan profesi dokter


UIN Alauddin Makassar

dr. Azizah Nurdin, Sp.OG, M. Kes


NIP. 198409052009012011
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii LEMBAR PENGESAHAN iii


DAFTAR ISI iv DAFTAR GAMBAR iv
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2
A. 7
B. 13
C. 13

3
D. 14
E. 15
F. 16
G. 16
H. Penatalaksanaan 12

BAB III ASPEK KESEHATAN TRADISIONAL 16


A. 20
B. 22
C. 22
D. 24
E. Bekam 26

BAB IV KESIMPULAN 29
DAFTAR PUSTAKA 30 DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1. Anatomi Jantung 2


Gambar 2 2. Katup Jantung 3
Gambar 2.3 Histologi Jantung 4
Gambar 2.4 Fisiologi Jantung 5
Gambar 2.5 Sistem Peredaran Darah 6

Gambar 3. 1 Zusanli (ST36) 17


Gambar 3. 2 Sanyinjiao (SP6) 17
Gambar 3. 3 Hegu (LI4) 17
Gambar 3. 4 Quchi (LI11) 17
Gambar 3. 5 Taichong (LR3) 17
Gambar 3. 6 Titik Akupresur 19
Gambar 3. 7 Tabel ramuan herbal 20
Gambar 3. 8 Daun Pepaya 21
Gambar 3. 9 Kunyit Asam 21
Gambar 3. 10 Daun Sirih 22
4
Gambar 3. 11 Temulawak 22
Gambar 3. 12 Daun Salam 23
Gambar 3. 13 Daun Kelor 23
Gambar 3. 14 Beras Kencur 24
Gambar 3. 15 Mentimun 24
Gambar 3. 16 Jamu Cabe Puyang 24
Gambar 3. 17 Titik Bekam 27
BAB I PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab
utama kematian di dunia. Organisasi kesehatan dunia, WHO (World Health
Organization) tahun 2019 memprediksikan prevalensi hipertensi secara global
sebesar 22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut, hanya
kurang dari seperlima yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan
darah yang dimiliki. Asia tenggara berada di posisi ke-3 tertinggi dengan
prevalensi 25 % terhadap total penduduk (1).

Hipertensi merupakan penyakit yang banyak dijumpai


dalam praktek klinik sehari-hari. Menurut JNC VII,
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah ≥ 140/90
mmHg. 2 Prevalensi dunia memperkitakan terdapat 1 milyar
individu yang mengalami hipertensi. WHO juga mencatat
terdapat kecenderungan hipertensi merukapakan penyebab
utama terjadinya 62 persen pada kasus cerebrovascular
disease dan 49 persen penyebab terjadinya Penyakit jantung
iskemik. Selain itu, hipertensi juga salah satu penyebab
terjadinya penyakit seperti stroke dan gagal ginjal bila
tidak ditangani secara baik (2).

Hipertensi merupakan salah satu penyebab kerusakan berbagai organ baik


secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang
5
umum ditemui pada pasien hipertensi adalah hipertropi ventrikel kiri, angina atau
infark miokard, gagal jantung, stroke, penyakit ginjal kronis, penyakit arteri
perifer dan retinopati. Untuk itulah pentingnya diagnosis dini serta
penatalaksanaan yang tepat untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas yang
akan terjadi atau mencegah kerusakan lebih lanjut yang sedang terjadi (2).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi, Histologi dan Fisiologi

1. Anatomi

Gambar 2.1 Anatomi Jantung


Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada (thoraks),
diantara kedua paru. Selaput yang mengitari jantung disebut pericardium, yang
terdiri atas 2 lapisan, yaitu pericardium parietalis, merupakan lapisan luar yang
melekat pada tulang dada dan selaput paru dan pericardium viseralis, yaitu lapisan
permukaan dari jantung itu sendiri, yang juga disebut ndocardiu. Di dalam lapisan
jantung tersebut terdapat cairan pericardium, yang berfungsi untuk mengurangi
gesekan yang timbul akibat gerak jantung saat memompa. Dinding jantung terdiri
dari 3 lapisan, yaitu lapisan luar yang disebut pericardium, lapisan tengah atau
miokardium merupakan lapisan berotot, dan lapisan dalam disebut ndocardium.
Organ jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2 ruang yang berdinding tipis, disebut
atrium, dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (3).
a. Atrium
1) Atrium dextra, berfungsi sebagai tempat penampungan darah yang
rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui
vena cava superior, vena cava inferior, serta sinus koronarius yang
6
berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel
kanan dan selanjutnya ke paru (3).
2) Atrium sinistra, berfungsi sebagai penerima darah yang kaya oksigen
dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah
mengalir ke ventrikel kiri, dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui
aorta (3).
b. Ventrikel (bilik)
Permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-alur otot yang
disebut trabekula. Beberapa alur tampak menonjol, yang disebut muskulus
papilaris. Ujung muskulus papilaris dihubungkan dengan tepi daun katup
atrioventrikuler oleh serat-serat yang disebut korda tendinae (3).
1) Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan
ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
2) Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke
seluruh tubuh melalui aorta.
Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat yang disebut septum
ventrikel. Untuk menghubungkan antara ruang satu dengan yang lain,
jantung dilengkapi dengan katup-katup, diantaranya (3) :

Gambar 2.2 Katup Jantung


c. Katup Atrioventrikuler.
Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katup
atrioventrikuler, yaitu (3) :
1) Katup Trikuspidalis, merupakan katup yang terletak di antara atrium
kanan dan ventrikel kanan, serta mempunyai 3 buah daun katup.

7
2) Katup Mitral atau Bikuspidalis, merupakan katup yang terletak di
antara atrium kiri dan ventrikel kiri, serta mempunyai 2 buah katup.
Selain itu katup atrioventrikuler berfungsi untuk memungkinkan darah
mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel pada fase diastole
ventrikel, dan mencegah aliran balik pada saat sistole ventrikel
(kontraksi).
3) Katup Semilunar.
4) Katup pulmonal, merupakan katup yang terletak pada arteri
pulmonalis, memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan.
5) Katup aorta, merupakan katup yang terletak antara ventrikel kiri dan
aorta. Kedua katup semilunar ini mempunyai bentuk yang sama, yakni
terdiri dari 3 daun katup yang simetris disertai penonjolan menyerupai
corong yang dikaitkan dengan sebuah cincin serabut. Adapun katup
semilunar memungkinkan darah mengalir dari masingmasing ventrikel
ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistole ventrikel, dan mencegah
aliran balik waktu diastole ventrikel. 2. Histologi

Gambar 2.3 Histologi Jantung


Hanya ditemukan di jantung dan membentuk miokardium. Berbentuk sel
tunggal dan bukan serat. Sel otot jantung bercabang-cabang dan saling
berhubungan pada diskus interkalaris. Diskus interkalaris dibentuk oleh membran
sel, tautan sel berupa desmosom dan gap junction sehingga memungkinkan
eksitasi satu sel menyebar secara capat ke sel di sebelahnya. Diskus berfungsi
sebagai tempat perlekatan kuat antar sel, meneruskan tarikan antar sel dan
komunikasi listrik antar sel yang berdekatan. Nukleus berjumlah 1-2 terletak di
sentral. Barisan sel-el jantung yang saling berhubungan membentuk seperti serat.
Struktur dan fungsi protein kontraktil sama dengan otot skelet. T-tubules pada
8
jantung memiliki ukuran yang lebih besar dengan jumlah yang lebih banyak.
Jumlah mitokondria 40% dari volume sitoplasma (lebih banyak dari otot skelet)
(4).
a. Regenerasi otot jantung
1) Tidak memiliki kemampuan untuk beregenerasi
2) Bila terjadi kerusakan akan terbentuk jaringan parut yang mengandung
banyak fibroblas.
b. Inervasi otot jantung
1) Cabang saraf simpatis dan parasimpatis
2) Serat purkinye merupakan satu set kompleks modifikasi otot jantung
yang membentuk sistem penyaluran rangsangan pada otot jantung. 3.
Fisiologi

Gambar 2.4 Fisiologi Jantung


a. Siklus Jantung
Siklus jantung adalah periode dimulainya satu denyutan jantung dan awal dari
denyutan selanjutnya. Siklus jantung terdiri dari periode sistole, dan diastole.

9
Sistole adalah periode kontraksi dari ventrikel, dimana darah dikeluarkan dari
jantung. Diastole adalah periode relaksasi dari ventrikel dan kontraksi atrium,
dimana terjadi pengisian darah dari atrium ke ventrikel (5).
1) Periode sistole (periode kontriksi)
Periode sistole adalah suatu keadaan jantung dimana bagian ventrikel
dalam keadaan menguncup. Katup bikuspidalis dan trikuspidalis dalam
keadaan tertutup, dan valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris
arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel kanan mengalir ke
arteri pulmonalis, dan masuk kedalam paru-paru kiri dan kanan. Darah
dari ventrikel kiri mengalir ke aorta dan selanjutnya beredar keseluruh
tubuh.
2) Periode diastole (periode dilatasi)
Periode diastole adalah suatu keadaan dimana jantung mengembang.
Katup bikuspidalis dan trikuspidalis dalam keadaan terbuka sehingga
darah dari atrium kiri masuk ke ventrikel kiri, dan darah dari atrium kanan
masuk ke ventrikel kanan. Selanjutnya darah yang datang dari paru-paru
kiri kanan melalua vena pulmonal kemudian masuk ke atrium kiri. Darah
dari seluruh tubuh melalui vena cava superior dan inferior masuk ke
atrium kanan.
3) Periode istirahat
Periode dimana waktu antara periode diastole dengan periode sistole dimana
jantung berhenti kira-kira sepersepuluh detik.
b. Sistem peredaran darah

Gambar 2.5 Sistem Peredaran Darah

10
Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dalam setiap organ ataupun jaringan
maupun sel tubuh melalui sistem peredaran darah. Sistem aliran darah tubuh,
secara garis besar terdiri dari tiga sistem, yaitu : c. Sistem peredaran darah kecil.
Dimulai dari ventrikel kanan, darah mengalir ke paru-paru melalui arteri
pulmonal untuk mengambil oksigen dan melepaskan karbon dioksida kemudian
masuk ke atrium kiri. Sistem peredaran darah kecil ini berfungsi untuk
membersihkan darah yang setelah beredar ke seluruh tubuh memasuki atrium
kanan dengan kadar oksigen yang rendah antara 60-70% serta kadar karbon
dioksida tinggi antara 40-45%. Setelah beredar melalui kedua paru-paru, kadar zat
oksigen meningkat menjadi sekitar 96% dan sebaliknya kadar zat karbondioksida
menurun. Proses pembersihan gas dalam jaringan paru-paru berlangsung di
alveoli, dimana gas oksigen disadap oleh komponen Hb. Sebaliknya gas karbon
dioksida dikeluarkan sebagian melalui udara pernafasan (5).
d. Sistem peredaran darah besar.
Darah yang kaya oksigen dari atrium kiri memasuki ventrikel kiri melalui
katup mitral/ atau bikuspidal, untuk kemudian dipompakan ke seluruh tubuh
melalui katup aorta, dimana darah tersebut membawakan zat oksigen serta nutrisi
yang diperlukan oleh tubuh melewati pembuluh darah besar/ atau arteri, yang
kemudian di supplai ke seluruh tubuh (5).
e. Sistem peredaran darah koroner.
Sistem peredaran darah koroner berbeda dengan sistem peredaran darah kecil
maupun besar. Artinya khusus untuk menyuplai darah ke otot jantung, yaitu
melalui pembuluh koroner dan kembali melalui pembuluh balik yang kemudian
menyatu serta bermuara langsung ke dalam ventrikel kanan. Melalui sistem
peredaran darah koroner ini, jantung mendapatkan oksigen, nutrisi, serta zat-zat
lain agar dapat menggerakkan jantung sesuai dengan fungsinya (5).

B. Definisi
Menurut American Heart Association (AHA), Hipertensi merupakan silent
killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir
sama dengan gejala penyakit lainnya. Hipertensi merupakan manifestasi gangguan
keseimbangan hemoodinamik sistem kardiovaskular, yang mana patofisiologinya
11
adalah multi faktor, sehingga tidak bisa diterangkan dengan hanya satu
mekanisme tunggal (6).

Menurut WHO (World Health Organization) batas tekanan darah normal


adalah kurang dari 130/85 mmHg. Sedangkan seseorang dikatakan hipertensi
bila tekanan darah lebih dari 140/90. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang dapat
mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas)
(7).
C. Klasifikasi

Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar British


Society of Hypertension mengunakan alat sphygmomanometer air raksa,
digital atau anaeroid yang telah ditera. Adapun kisaran darah normal dan
hipertensi menurut WHO (World Health Organization) berdasarkan JNC-VII
(Join National Committe on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment
of High Pressure VII) adalah sebagai berikut (1):

a. Tekanan darah normal, yaitu bila tekanan darah siastolik < 120 mmHg dan
tekanan darah diastolik 80 mmHg
b. Pra-hipertensi, yaitu bila tekanan darah siastolik 120-139 mmHg dan tekanan
darah diastolik 80-89 mmHg
c. Hipertensi tingkat 1, yaitu bila tekanan darah siastolik 140-159 mmHg dan
tekanan darah diastolik 90-99 mmHg
d. Hipertensi tingkat 2, yaitu bila tekanan darah siastolik

≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥100 mmHg

e. Hipertensi sistolik terisolasi, yaitu bila tekanan

darah siastolik ≥140 mmHg dan tekanan darah


diastolic < 90 mmHg

12
D. Patomekanisme

Pada dasarnya, tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan
perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer
akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor
genetik, stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan
perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium kanan,
tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh. Dalam tubuh terdapat sistem yang
berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan
oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan
tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah
sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem yang bereaksi dengan
cepat misalnya reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflek

13
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium,
arteri pulmonalis otot polos (8).
Dari sistem pengendalian yang bereaksi sangat cepat diikuti oleh sistem
pengendalian yang bereaksi kurang cepat, misalnya perpindahan cairan antara
sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol hormon angiotensin dan
vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang poten dan berlangsung dalam
jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang
dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang
melibatkan berbagai organ. Peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer
dipengaruhi oleh beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada
ginjal dan membran sel, aktivitas saraf simpatis dan renin, angiotensin yang
mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme
natrium dalam ginjal serta obesitas dan faktor endotel (8).
Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain penyempitan
arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena
jaringan otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya
pembuluh darah otak dan akan mengakibatkan kematian pada bagian otak
yang kemudian dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit
ketika berjalan kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang
dapat mengakibatkan kebutaan, sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit
bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah,
penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil
terutama di malam hari telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa berputar
(8)

E. Faktor Resiko
Seperti penyakit tidak menular lainnya hipertensi juga memiliki faktor risiko
atau faktor pencetus yang berkontribusi terhadap kejadian penyakit. Upaya
pengendalian faktor risiko dapat mencegah hipertensi dan menurunkan tingkat
fatalitas Faktor risiko hipertensi terdiri dari faktor yang dapat dimodifikasi dan
faktor yang tidak dapat dimodifikasi (9).

14
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras, etnik umur jenis
kelamin, riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, riwayat melahirkan
bayi>4.000 gram, riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR
atau < 2.500 gram)
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu berat badan lebih, obesitas
abdominal/sentral, kurangnya aktifitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet
tidak sehat dan tidak seimbang (tinggi natrium), kondisi prehipertensi yang
ditandai dengan tekanan darah (>140 mmHg) dan merokok

F. Gejala Klinis
Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan atas:
1) Tidak Bergejala:
Tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanandarah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa dan
didapatkan hasil >140/ >90, jika kelainan arteri tidak diukur, maka hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa (10).
2) Gejala yang lazim:
Gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri kepala, kelelahan.
Namun hal ini menjadi gejala yang terlazim pula pada kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhlaeni, manifestasi klinis
pasien hipertensi diantaranya: mengeluh sakit kepala, pusing, lemas,
kelelahan, gelisah, mual dan muntah, epistaksis, kesadaran menurun. Gejala
lainnya yang sering ditemukan: marah, telinga berdengung, rasa berat di
tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang (10).
G. Kriteria Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, sebagian besar pasien hipertensi bersifat
asimptomatik. Beberapa pasien mengalami keluhan berupa sakit kepala, rasa
seperti berputar, atau penglihatan kabur. Hal yang dapat menunjang
kecurigaan ke arah hipertensi sekunder antara lain penggunaan obat-obatan
seperti kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, dekongestan maupun NSAID,
sakit kepala paroksismal, berkeringat atau takikardi serta adanya riwayat
penyakit ginjal sebelumnya. Pada anamnesis dapat pula digali mengenai faktor
15
resiko kardiovaskular seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik yang kurang,
dislipidemia, diabetes milletus, mikroalbuminuria, penurunan laju GFR, dan
riwayat keluarga (11).
Berdasarkan pemeriksaan fisik, nilai tekanan darah
pasien diambil rerata dua kali pengukuran pada setiap
kali kunjungan ke dokter. Apabila tekanan darah ≥ 140/90
mmHg pada dua atau lebih kunjungan maka hipertensi
dapat ditegakkan. Pemeriksaaan tekanan darah harus
dilakukan dengan alat yang baik, ukuran dan posisi
manset yang tepat (setingkat dengan jantung) serta
teknik yang benar (11).

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memeriksa komplikasi yang telah


atau sedang terjadi seperti pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap,
kadar ureum, kreatinin, gula darah, elektrolit, kalsium, asam urat dan
urinalisis. Pemeriksaan lain berupa pemeriksaan fungsi jantung berupa
elektrokardiografi, funduskopi, USG ginjal, foto thoraks dan ekokardiografi.
Pada kasus dengan kecurigaan hipertensi sekunder dapat dilakukan
pemeriksaan sesuai indikasi dan diagnosis banding yang dibuat. Pada hiper
atau hipotiroidisme dapat dilakukan fungsi tiroid (TSH, FT4, FT3),
hiperparatiroidisme (kadar PTH, Ca2+), hiperaldosteronisme primer berupa
kadar aldosteron plasma, renin plasma, CT scan abdomen, peningkatan kadar
serum Na, penurunan K, peningkatan eksresi K dalam urin ditemukan
alkalosis metabolik. Pada feokromositoma, dilakukan kadar metanefrin, CT
scan/MRI abdomen. Pada sindrom cushing, dilakukan kadar kortisol urin 24
jam. Pada hipertensi renovaskular, dapat dilakukan CT angiografi arteri
renalis, USG ginjal, Doppler Sonografi (11).

H. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pasien hipertensi selain ditujukan pada tekanan darah juga
pada komplikasi- komplikasi yang terjadi yaitu dengan (12):

16
1. Menurunkan tekanan darah menjadi normal.
2. Mengobati payah jantung karena hipertensi.
3. Mengurangikejadian kardiovaskuler.
4. Menurunkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler semaksimal mungkin

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfakmakologis dan farmakologis.

Terapi non farmakologi berupa modifikasi gaya hidup berupa penurunan


berat badan (target indeks massa tubuh dalam batas normal untuk Asia-Pasifik
yaitu 18,5-22,9 kg/m2 ), kontrol diet berdasarkan DASH mencakup konsumsi
buah-buahan, sayur-sayuran, serta produk susu rendah lemak jenuh/lemak total,
penurunan asupan garam dimana konsumsi NaCl yang disarankan adalah < 6
g/hari. Beberapa hal lain yang disarankan adalah target aktivitas fisik minimal
30 menit/hari dilakukan paling tidak 3 hari dalam seminggu serta pembatasan
konsumsi alkohol. Penanganan non farmakologis pada hipertensi dapat
dilakukan dalam aspek tradisional seperti akupuntur, acupressure, ramuan atau
herbal, penanganan gizi dan bekam yang akan dibahas pada bab selanjutnya
(12).

Terapi farmakologi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah hingga


mencapai tujuan terapi pengobatan. Berdasarkan JNC VIII pilihan
antihipertensi didasarkan pada ada atau tidaknya usia, ras, serta ada atau
tidaknya gagal ginjal kronik. Apabila terapi antihipertensi sudah dimulai,
pasien harus rutin kontrol dan mendapat pengaturan dosis setiap bulan hingga
target tekanan darah tercapai. Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah, LFG
dan elektrolit (12).

Jenis obat antihipertensi:

a. Diuretik Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan


tubuh (lewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek pada
turunnya tekanan darah. Contoh obat-obatan ini adalah:

17
Bendroflumethiazide, chlorthizlidone, hydrochlorothiazide, dan
indapamide (12)
b. ACE-Inhibitor Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat
angiotensin II (zat yang dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping
yang sering timbul adalah batuk kering, pusing sakit kepala dan lemas.
Contoh obat yang tergolong jenis ini adalah Catopril, enalapril, dan
lisinopril (12).
c. Calsium channel blocker Golongan obat ini berkerja menurunkan
menurunkan daya pompa jantung dengan menghambat kontraksi otot
jantung (kontraktilitas). Contoh obat yang tergolong jenis obat ini adalah
amlodipine, diltiazem dan nitrendipine (12).
d. ARB Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya
pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk golongan ini adalah
eprosartan, candesartan, dan losartan (12).
e. Beta blocker Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan
daya pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang
telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronchial.
Contoh obat yang tergolong ke dalam beta blocker adalah atenolol,
bisoprolol, dan beta metoprolol (12).
BAB III ASPEK KESEHATAN TRADISIONAL

A. Akupuntur

Akupuntur mensimulasi impuls saraf parasimpatis dan menekan impuls


saraf simpatis. Parasimpatis dominan akan menghasilkan asetilkolin, di mana
ikatan asetilkolin dalam sel endotel akan menginduksi pembentukan Nitrit
Oksida lokal dan di endotelium yang berperan sebagai vasorelaksan pembuluh
darah, sehingga, akupunktur dapat menjadi modalitas terapi komplementer
yang cukup efektif dan aman untuk pengobatan hipertensi ringan hingga
sedang pada pasien hipertensi (13).

18
Tusukan jarum pada titik akupunktur akan merangsang nada saraf
parasimpatis dan menekan nada saraf simpatik. Parasimpatis yang dominan
akan menghasilkan asetilkolin, di mana ikatan asetilkolin dalam sel endotel
akan menginduksi pembentukan Nitrit Oksida lokal dan di endotelium, yang
kemudian berdifusi menjadi otot polos pembuluh darah dan kemudian
mengubah aliran darah dan sirkulasi lokal, di mana relaksasi otot pembuluh
darah halus (13).

Akupuntur pada hipertensi ditusuk pada titik meridian yaitu Hegu (LI4),
Sanyinjiao (SP6) dan Zunsalin (ST36) berhubungan dengan peredaran darah
pada titik Jing, sehingga Qi dapat beredar, sirkulasi darah lancar, dan tidak ada
darah stasis. Untuk kombinasi titik dengan Zunsalin (ST36), Quchi (LI11) dan
Sanyinjiao (SP6) dapat menurunkan plasma fibrinogen sehingga mengurangi
pem-bekuaan darah dan meningkatkan sirkulasi darah. Titik Taichong (LR3)
dan Zunsalin (ST36) dapat digunakan untuk mengaktifkan atau menonaktifkan
area otak yang berkaitan dengan gerakan, emosi, dan analgesia untuk
mengurangi depresi pada pasien hipertensi. Kombinasi dari berbadai titik
akupuntur tersebut dapat meregulasi yin dan 73 yang, menutrisi yin, dan
mengaktifkan darah tanpa merusak antipatogeniknya dalam mengatur tekanan
darah, meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi tekanan darah (13).

Gambar 3. 2 Sanyinjiao (SP6)


Gambar 3. 1 Zusanli (ST36)

19
Gambar 3. 3 Hegu (LI4)

Gambar 3. 4 Quchi (LI11)

Gambar 3. 5 Taichong (LR3) Berdasarkan penelitian yang


ada mekanisme aksi akupunktur bagi managemen
hipertensi telah dikemukakan. Secara segmental penusukan
akupunktur pada titik tertentu memicu stimulasi saraf
aferen yang akan diteruskan ke cornu posterior medula
spinalis, kemudian ke cornu intermediolateral medula
spinalis. Menyebabkan hambatan pada stimulasi simpatik
sehingga terjadi penurunan impuls simpatis dan
peningkatan aktivasi saraf parasimpatis yang menstimulasi
vasodilatasi dan mengatur tekanan darah
(13).

B. Akupresur

Akupresur adalah metode pengobatan yang berasal dari China (Traditional


Chinese Medicine) yang biasa disebut dengan pijat akupunktur. Ini adalah metode

20
pemijatan titik akupunktur pada tubuh manusia tanpa menggunakan jarum suntik.
Teknik ini sangat efisien dan relatif aman karena tidak invasif atau melukai kulit
tubuh. Titik-titik yang digunakan sama dengan yang digunakan dalam terapi
akupunktur. Titik dominan yang digunakan adalah titik Lr3 (Taichong) yang
terletak di proksimal pertemuan tulang metatarsal I dan II metatarsal, Sp6
(Sanyinjao) yang terletak 4 jari di atas malleolus interns, Ki3 (Taixi) yang terletak
di antara malleolus interns dan tendon achilles setinggi bagian tertinggi malleolus
internal, dan Li4 (Hegu) yang terletak di sisi tengah radial tulang metakarpal II di
dorsum manus. Stimulasi titik-titik tersebut akan menghasilkan enzim endorphin
dari otak yang menimbulkan rasa nyaman dan dapat menurunkan kadar kortisol
dalam darah melalui pengaturan aksis HPA (14).
Pemberian stimulus pada titik-titik tersebut akan merangsang saraf sensoris di
sekitar titik akupresur menuju sumsum tulang belakang. Kompleks hipofisis
ketiga hipotalamus diaktifkan untuk melepaskan endorfin yang dapat memberikan
rasa tenang dan nyaman. Kondisi relaksasi ini akan mempengaruhi perubahan
tekanan darah. Efek lain dari pengobatan akupresur adalah merangsang pelepasan
serotonin, yang berfungsi sebagai neurotransmitter yang membawa sinyal
rangsangan ke batang otak yang dapat mengaktifkan kelenjar pineal untuk
menghasilkan hormon melatonin. Melatonin juga dapat menurunkan tekanan
darah (14).
Durasi terapi akupresur yang paling banyak digunakan adalah 10-30 menit dan
dilakukan 3 kali seminggu. Terapi akupresur tidak boleh diterapkan pada klien
dengan pembengkakan pada titik pijat, lecet pada kulit dan penyakit serius seperti
gagal jantung. Seseorang tidak boleh terlalu keras dalam menekan titik-titik saat
memberikan pijatan dan tidak boleh membuat pasien kesakitan. Pijat yang tepat
harus mampu menciptakan sensasi kenyamanan. Saat Anda dipijat, tubuh
menjadi rileks dan otomatis memengaruhi saraf parasimpatis (14).

21
Gambar 3.6 Titik titik acupressure

22
C. Herbal

Gambar 3.7 Tabel ramuan herbal


Zat aktif dari obat herbal yang peneliti cantumkan adalah yang bersifat
antihipertensi/antikolesterol. Zat aktif tersebut bersifat polar dan dapat tersari
di dalam air. Obat herbal dan kandungan zat aktifnya dapat dilihat pada tabel
(15).
1. Daun pepaya : Ekstrak air daun pepaya dapat melemaskan otot-otot
vaskular dari arteri kelinci, strip arteri karotid anjing yang diinduksi
dengan fenilefrin, dan cincin aorta tikus. Efek relaksasi ini
menunjukkan bahwa daun pepaya mengandung zat antihipertensi yang
terutama menunjukkan aktivitas adrenoseptor α. Daun pepaya juga
dapat memberikan efek penurun tekanan darah dengan merangsang
diuresis dan mencapai efek yang sama pada ekskresi elektrolit seperti
hidroklorotiazid (15).
23
Gambar 3.8 Daun Pepaya
2. Kunyit asam : Ekstrak air asam jawa dapat menurunkan tekanan darah,
efek penurun tekanan darah dari sediaan T. indica terjadi langsung
melalui sympatho-inhibition. Penelitian yang dilakukan menyatakan
bahwa sifat ekstrak curcuma dalam mengurangi stres oksidatif
tergantung pada kemampuannya untuk meningkatkan potensi
antioksidan pada tingkat usus besar. Penurunan ketegangan yang
menguntungkan akan menghasilkan proses inflamasi yang lebih
rendah tergantung pada dosis (15).

Gambar 3.9 Kunyit Asam


3. Daun sirih : Menurut studi jurnal yang dilakukan oleh Mans (2018),
ekstrak air daun P. betle menghambat aktivitas ACE sekitar 50% dan
menurunkan tekanan darah pada hewan laboratorium. Hal ini
menunjukkan bahwa preparat ini mengandung zat penghambat ACE
dengan aktivitas antihipertensi. Asumsi ini didukung oleh sifat
penghambatan ACE dari ekstrak hidroalkohol mentah dan fraksi daun
sirih yang ditentukan dengan mengukur pelepasan asam hippuric dari
hippuryl-l-histidyl-l-leusin (15).

24
Gambar 3.10 Daun Sirih
4. Temulawak Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mauren dkk
(2016), pemberian oral fraksi kurkuminoid dari C. xanthorrhiza dan
sari kurkuminoid memberikan efek hipokolesterolemik yang
menjanjikan melalui penghambatan gen yang terkait dengan stres
oksidatif pada tikus secara in vivo. Oleh karena itu, fraksi kurkuminoid
dan sari buahnya dapat menawarkan efek kardioprotektif untuk
mencegah hiperkolesterolemia pada tikus yang diinduksi aterosklerosis
in vivo (15).

Gambar 3.11 Temulawak


5. Daun Salam : Eugenol memiliki vasorelaksan sehingga memiliki
kemampuan untuk menurunkan tekanan darah. Kemampuan daun
salam dalam menurunkan tekanan darah melibatkan penghambatan
reseptor -adrenergik dan kolinergik melalui produksi nitrit oksid (15).

25
Gambar 3.12 Daun Salam
6. Daun Kelor : Penggunaan 28,5 mg/kg, 57,0 mg/kg dan 85,7 mg/kg dari
ekstrak air daun kelor memiliki efek hipotensi yang signifikan pada
tekanan intraokular dan tekanan darah ketika diberikan secara oral
kepada orang dewasa normotensif. Efek penurunan tekanan darah
mungkin disebabkan oleh tingginya kandungan kalium dan kalsium
dalam ekstrak air daun kelor. Daun kelor tidak berbahaya karena studi
toksikologis pemberian oral pada tikus menunjukkan tolerabilitas yang
baik tanpa efek mutagenik atau genotoksik (15).

Gambar 3.13 Daun Kelor


7. Beras Kencur : Menurut penelitian efek vasorelaksan dari etil sinamat
(komponen utama dari ekstrak kencur) dapat menurunkan tekanan
darah. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mohammad dkk ekstrak kencur menunjukkan peningkatan volume
urin yang signifikan dan juga peningkatan kadar natrium dan kalium
dalam urin yang terbukti sebagai agen diuretik yang kuat (15).

26
Gambar 3.14 Beras Kencur
8. Mentimun : Menurut penelitian yang dilakukan oleh Negara dkk
(2018), jus timun dapat menurunkan tekanan darah pada lansia yang
menderita hipertensi. Kalium mempunyai efek dalam pompa Na-K
yaitu kalium dipompa dari cairan ekstraselular ke dalam sel, dan
natrium dipompa keluar sel. Ginjal sebagai regulator utama kalium di
dalam tubuh menjaga agar kadarnya tetap di dalam darah dengan
mengontrol eksresinya. Kadar kalium yang tinggi dapat meningkatkan
eksresi natrium, sehingga dapat menurunkan volume darah dan
tekanan darah (15).

Gambar 3.15 Mentimun Adapun


pengunaan jamu pada penderita hipertensi:

Gambar 3.16 Jamu Cabe Puyang


Jamu Cabe Puyang : Bahan baku dari jamu cabe puyang adalah cabe jawa,
lempuyang, brotowali, kedawung, kapulogo, cengkeh, kayu manis dan gula
27
aren. Menurut studi yang dilakukan oleh Jadid, dkk (2018), kalium yang
terdapat di dalam cabe jawa memainkan peran penting dalam menjaga tekanan
darah. Studi ini telah menunjukkan bahwa ekstrak air cengkeh dapat
mengurangi MAP (Mean Arterial Pressure), SBP (Systolic Blood Pressure),
dan DBP (Diastolic Blood Pressure) dari WKY (Wistar Kyoto Rats) dan SHR
(Spontaneously Hypertensive).
Percobaan yang dilakukan oleh Ismail dan Wan (2017), menunjukkan
bahwa pretreatment dengan phentolamine (blocker kompetitif α1-dan α2ARs)
secara signifikan mempengaruhi vasorelaksasi yang diinduksi ekstrak air
cengkeh. Menurut studi yang dilakukan oleh Maierean (2017), polifenol yang
ditemukan dalam kayu manis dapat menurunkan konsentrasi trigliserida,
meningkatkan sintesis glikogen, menurunkan glikogenolisis, mengurangi
penyerapan glukosa oleh usus kecil, dan mengatur reseptor yang diaktifkan
proliferasi peroksisom metabolisme alfa dan gammamediated. Dengan cara
ini, penurunan penyerapan chylomicron dan kemungkinan peningkatan
penyerapan trigliserida oleh adiposit. Kemungkinan aktivasi reseptor alfa
reseptor proliferator yang diaktifkan peroksisom oleh kayu manis dapat
membantu menjelaskan pengurangan kolesterol darah (15).
D. Gizi / Nutrisi

Pasien hipertensi harus memperhatikan diet DASH agar tekanan darah dapat
terkontrol dengan baik (16).

Diet DASH juga memiliki aturan sederhana, yaitu:

1. Batasi konsumsi natrium, baik dalam bentuk garam maupun makanan tinggi
natrium, seperti makanan kemasan (makanan kaleng), dan makanan cepat saji
.
2. Batasi konsumsi daging dan makanan tinggi gula.
3. Kurangi konsumsi makanan tinggi kolesterol, dan mengandung lemak trans.
4. Perbanyak konsumsi sayur, buah, dan susu olahan rendah lemak .
5. Konsumsilah ikan, unggas, kacang-kacangan, dan makanan dengan bijibijian
utuh.

28
Batasan Jumlah Natrium dalam Diet DASH

Untuk menghindari hipertensi, setiap orang disarankan untuk mengonsumsi


kurang dari 2.300 mg sodium (setara dengan 1 sendok teh garam) per hari. DASH
umumnya membatasi konsumsi natrium hingga kurang dari 2.300 mg. Pasien
yang menderita hipertensi, pembatasan konsumsi natrium harus lebih ketat, yakni
hanya sekitar 1.500 mg natrium (setara dengan 2/3 sendok teh garam) per hari
(16).

Untuk membiasakan diri membatasi asupan natrium, Anda bisa memulainya


dengan hal berikut:

1) Jangan menambahkan terlalu banyak garam untuk memasak.


2) Hindari makanan kemasan, terutama kemasan kaleng. Pasalnya, makanan
kemasan mengandung sodium lebih tinggi dibandingkan makanan segar.
3) Batasi konsumsi daging hanya 6 ons per hari. Penyajiannya juga harus
diimbangi dengan sayuran.
4) Tambahkan porsi buah saat makan.
5) Ganti camilan yang sudah jadi dengan buah segar, yogurt , atau kacang tawar.
6) Pilih susu rendah lemak.

E. Bekam

Bekam adalah salah satu bentuk pengobatan alternatif yang cara


pengisapannya dilakukan dengan menggunakan cangkir khusus. Tujuannya adalah
membantu kelancaran aliran darah dan energi. Bekam (hijamah) merupakan
metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh
melalui permukaan kulit (17).

Titik-Titik Bekam Basah untuk Hipertensi yaitu :

1. Titik Ummu Mughits/ Kepala


Lokasi : pada 2/3 bagian kepala dari depan
Indikasi :titik bekam kepala ini akan memperbaiki sel pankreas yang rusak.
2. Titik Bekam Kahil/ pundak

29
Lokasi : pada Katifain (kiri-kanan pundak), di bagian belakang abdomen dan
Ginjal (ad Dohru).
Indikasi : membuang toksin atau darah rusak yang ada disekitar organ tersebut
seperti pada daerah tengkuk (Titik Kaahil) yang dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi.

Gambar 3. 17 Titik Bekam

Terapi bekam yang dilakukan pada titik yang tepat, maka pada kulit (kutis),
jaringan bawah kulit (sub kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dari
must cells dan lain-lain, dan akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat
seperti serotonin, histamin, bradikinin, slow reacting substance (SRS), serta zat-
zat lain yang belum diketahui. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler
dan arteriol, serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler ini
menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah dan akan

30
timbul efek relaksasi (pelemasan) pembuluh darah, otot-otot yang kaku serta
akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil (17).
Terapi bekam pada penelitian ini, dilakukan dengan metode bekam basah.
Sebelum dilakukan penyayatan di permukaan kulit, pada bagian yang akan disayat
dilakukan masage. Tindakan pengeluaran darah kotor (blood letting) dilakukan
dengan cara menyayat dengan lanset steril pada bagian yang dibekam, kemudian
darah yang keluar dihisap dengan tabung sampai seluruh darah terhisap
seluruhnya dari permukaan kulit yang disayat. Setelah dilakukan bekam, pasien
dibantu duduk untuk selanjutnya dilakukan teknik relaksasi lebih kurang 15 menit.
Setelah pasien nyaman barulah diperbolehkan berdiri dan berjalan untuk persiapan
pulang. Selama proses pembekaman, peneliti melakukan komunikasi terapeutik
dengan tujuan terjadi relaksasi dan menghilangkan rasa takut pada pasien.
Perubahan rata-rata tekanan darah sistole maupun diastole pada responden tampak
secara nyata setelah dilakukan 2 kali pembekaman dengan jarak waktu 2 minggu.
Bahkan ada beberapa pasien yang tekanan darahnya telah kembali ke tekanan
darah normal (17).

BAB IV KESIMPULAN

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan


tekanan darah diatas normal yang dapat mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas)
dan angka kematian (mortalitas). Terapi menggunakan metode tradisional sangat
umum digunakan seperti dengan akupuntur. Terapi akupuntur telah berulang kali
dikonfirmasi memiliki efek nyata pada penurunan tekanan darah. Selanjutnya terdapat
akupresur yang menerapkan tekanan lembut pada titik akupresur yang tepat dan telah
ditentukan yang disebut acupoint. Akupresur merangsang sistem saraf pusat (yaitu
otak dan sumsum tulang belakang) untuk melepaskan zat kimia yang mengeluarkan
hormon dan mempengaruhi penyembuhan alami tubuh, meningkatkan kesehatan fisik
dan emosional. Kemudian terdapat beberapa herbal yang digunakan seperti daun
papaya, daun sirih, temulawak, kunyit asam, daun salam, beras kencur dam
mentimun. Aspek gizi pada penyakit hipertensi yaitu diet natrium serta dapat
dilakukan bekam.
31
DAFTAR PUSTAKA

1. Pangribowo, Supriyono. 2019. Infodatin Pusat Data dan Informasi


Kementerian Kesehatan RI : Hipertensi Si Pembunuh Senyap; Jakarta:
Pusdatin Kemenkes RI

2. The Eight Joint National Commitee. Evidence based guideline for the
management of high blood pressure in adults-Report from the panel members
appointed to the eight joint national committee. 2018

3. Drake, Richard L., A. Wayne Vogl, and Adam WM Mitchell. "Gray


DasarDasar Anatomi" (2019).

4. Junqueira,et.all. Histologi Dasar, Teks dan Atlas edisi 14. Jakarta: EGC 2016.

5. Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta : EGC. Ed


9. 2018
6. American Heart Association. High Blood Pressure Clinical Practice Guil.
2018

7. Aryantiningsih, D. S., & Silaen, J. B. “Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat


Di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru”. Jurnal Ipteks
Terapan 12, no.1,h.64-71.2018.

8. Yanita, N. I. S. Berdamai dengan hipertensi. Bumi Medika, 2022.

9. Nurhikmawati, Nurhikmawati, et al. "Karakterisktik Faktor Risiko


Hipertensi di Makassar Tahun." Indonesian Journal of Health (2020): 53-73.

10. Nisa, Khairun. "Menentukan Diagnosa Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Hipertensi." (2020).

11. Moningka, Brigita LM, Starry H. Rampengan, and Edmond L. Jim.


"Diagnosis dan Tatalaksana Terkini Penyakit Jantung Hipertensi." eCliniC 9.1
(2021).

32
12. Asmara, I. Gede Yasa. "Tatalaksana Farmakologi Hipertensi pada ." Cermin

Dunia Kedokteran 46.7 (2019): 67-73.

13. Darmawan, Abimanyu, Khairun Nisa Berawi, and Riyan Wahyudo.


"Efektifitas terapi akupunktur terhadap penderita hipertensi." Jurnal Kesehatan
dan Agromedicin 6.2 (2019).

14. Aminuddin, Aminuddin, Yulianus Sudarman, and Moh Syakib. "Penurunan


Tekanan Darah Penderita Hipertensi Setelah Diberikan Terapi Akupresur."
Jurnal Kesehatan Manarang 6.1 (2020): 57-61.

15. Farida, Yeni, and Tassya Laristra. "Penggunaan Obat Herbal pada Pasien
Hipertensi di Puskesmas Sibela Surakarta." Prosiding APC (Annual Pharmacy
Conference). 2022

16. Taqiyah, Yusrah, Rahmawati Ramli, and Najihah Najihah. "Manajemen


Nutrisi dan Terapi Diet pada Pasien Hipertensi." Borneo Community Health
Service Journal 1.1 (2021): 11-15.

17. Sormin, Tumiur. "Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Penderita
Hipertensi." Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik 14.2 (2019):
123-128.

33

Anda mungkin juga menyukai