Oleh :
Kurniawan Arham Thaief (70700122001)
Pembimbing :
dr. Purnamaniswaty Yunus, M.Kes
Pembimbing Supervisor :
Dr. dr. Anna Khuzaimah, M.Kes
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua
bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan referat dengan judul “Aspek Kesehatan Hipertensi”
dalam rangka tugas kepaniteraan klinik Departemen Thibbun Nabawi Program
Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
Keberhasilan penyusunan referat ini adalah berkat bimbingan, kerja sama,
serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah diterima penulis
sehingga segala rintangan yang dihadapi selama penulisan dan penyusunan referat
ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya secara tulus
dan ikhlas kepada yang terhormat :
1. dr. Purnamaniswaty Yunus, M.Kes selaku pembimbing.
2. Dr. dr. Anna Khuzaimah, M.Kes selaku supervisor.
3. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
2
Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui
Pada Tanggal, 8 Desember 2022 Oleh:
Pembimbing Supervisor
Mengetahui,
3
D. 14
E. 15
F. 16
G. 16
H. Penatalaksanaan 12
BAB IV KESIMPULAN 29
DAFTAR PUSTAKA 30 DAFTAR GAMBAR
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab
utama kematian di dunia. Organisasi kesehatan dunia, WHO (World Health
Organization) tahun 2019 memprediksikan prevalensi hipertensi secara global
sebesar 22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut, hanya
kurang dari seperlima yang melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan
darah yang dimiliki. Asia tenggara berada di posisi ke-3 tertinggi dengan
prevalensi 25 % terhadap total penduduk (1).
1. Anatomi
7
2) Katup Mitral atau Bikuspidalis, merupakan katup yang terletak di
antara atrium kiri dan ventrikel kiri, serta mempunyai 2 buah katup.
Selain itu katup atrioventrikuler berfungsi untuk memungkinkan darah
mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel pada fase diastole
ventrikel, dan mencegah aliran balik pada saat sistole ventrikel
(kontraksi).
3) Katup Semilunar.
4) Katup pulmonal, merupakan katup yang terletak pada arteri
pulmonalis, memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan.
5) Katup aorta, merupakan katup yang terletak antara ventrikel kiri dan
aorta. Kedua katup semilunar ini mempunyai bentuk yang sama, yakni
terdiri dari 3 daun katup yang simetris disertai penonjolan menyerupai
corong yang dikaitkan dengan sebuah cincin serabut. Adapun katup
semilunar memungkinkan darah mengalir dari masingmasing ventrikel
ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistole ventrikel, dan mencegah
aliran balik waktu diastole ventrikel. 2. Histologi
9
Sistole adalah periode kontraksi dari ventrikel, dimana darah dikeluarkan dari
jantung. Diastole adalah periode relaksasi dari ventrikel dan kontraksi atrium,
dimana terjadi pengisian darah dari atrium ke ventrikel (5).
1) Periode sistole (periode kontriksi)
Periode sistole adalah suatu keadaan jantung dimana bagian ventrikel
dalam keadaan menguncup. Katup bikuspidalis dan trikuspidalis dalam
keadaan tertutup, dan valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris
arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel kanan mengalir ke
arteri pulmonalis, dan masuk kedalam paru-paru kiri dan kanan. Darah
dari ventrikel kiri mengalir ke aorta dan selanjutnya beredar keseluruh
tubuh.
2) Periode diastole (periode dilatasi)
Periode diastole adalah suatu keadaan dimana jantung mengembang.
Katup bikuspidalis dan trikuspidalis dalam keadaan terbuka sehingga
darah dari atrium kiri masuk ke ventrikel kiri, dan darah dari atrium kanan
masuk ke ventrikel kanan. Selanjutnya darah yang datang dari paru-paru
kiri kanan melalua vena pulmonal kemudian masuk ke atrium kiri. Darah
dari seluruh tubuh melalui vena cava superior dan inferior masuk ke
atrium kanan.
3) Periode istirahat
Periode dimana waktu antara periode diastole dengan periode sistole dimana
jantung berhenti kira-kira sepersepuluh detik.
b. Sistem peredaran darah
10
Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dalam setiap organ ataupun jaringan
maupun sel tubuh melalui sistem peredaran darah. Sistem aliran darah tubuh,
secara garis besar terdiri dari tiga sistem, yaitu : c. Sistem peredaran darah kecil.
Dimulai dari ventrikel kanan, darah mengalir ke paru-paru melalui arteri
pulmonal untuk mengambil oksigen dan melepaskan karbon dioksida kemudian
masuk ke atrium kiri. Sistem peredaran darah kecil ini berfungsi untuk
membersihkan darah yang setelah beredar ke seluruh tubuh memasuki atrium
kanan dengan kadar oksigen yang rendah antara 60-70% serta kadar karbon
dioksida tinggi antara 40-45%. Setelah beredar melalui kedua paru-paru, kadar zat
oksigen meningkat menjadi sekitar 96% dan sebaliknya kadar zat karbondioksida
menurun. Proses pembersihan gas dalam jaringan paru-paru berlangsung di
alveoli, dimana gas oksigen disadap oleh komponen Hb. Sebaliknya gas karbon
dioksida dikeluarkan sebagian melalui udara pernafasan (5).
d. Sistem peredaran darah besar.
Darah yang kaya oksigen dari atrium kiri memasuki ventrikel kiri melalui
katup mitral/ atau bikuspidal, untuk kemudian dipompakan ke seluruh tubuh
melalui katup aorta, dimana darah tersebut membawakan zat oksigen serta nutrisi
yang diperlukan oleh tubuh melewati pembuluh darah besar/ atau arteri, yang
kemudian di supplai ke seluruh tubuh (5).
e. Sistem peredaran darah koroner.
Sistem peredaran darah koroner berbeda dengan sistem peredaran darah kecil
maupun besar. Artinya khusus untuk menyuplai darah ke otot jantung, yaitu
melalui pembuluh koroner dan kembali melalui pembuluh balik yang kemudian
menyatu serta bermuara langsung ke dalam ventrikel kanan. Melalui sistem
peredaran darah koroner ini, jantung mendapatkan oksigen, nutrisi, serta zat-zat
lain agar dapat menggerakkan jantung sesuai dengan fungsinya (5).
B. Definisi
Menurut American Heart Association (AHA), Hipertensi merupakan silent
killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir
sama dengan gejala penyakit lainnya. Hipertensi merupakan manifestasi gangguan
keseimbangan hemoodinamik sistem kardiovaskular, yang mana patofisiologinya
11
adalah multi faktor, sehingga tidak bisa diterangkan dengan hanya satu
mekanisme tunggal (6).
a. Tekanan darah normal, yaitu bila tekanan darah siastolik < 120 mmHg dan
tekanan darah diastolik 80 mmHg
b. Pra-hipertensi, yaitu bila tekanan darah siastolik 120-139 mmHg dan tekanan
darah diastolik 80-89 mmHg
c. Hipertensi tingkat 1, yaitu bila tekanan darah siastolik 140-159 mmHg dan
tekanan darah diastolik 90-99 mmHg
d. Hipertensi tingkat 2, yaitu bila tekanan darah siastolik
12
D. Patomekanisme
Pada dasarnya, tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan
perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer
akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor
genetik, stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan
perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium kanan,
tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh. Dalam tubuh terdapat sistem yang
berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan
oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan
tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah
sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem yang bereaksi dengan
cepat misalnya reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflek
13
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium,
arteri pulmonalis otot polos (8).
Dari sistem pengendalian yang bereaksi sangat cepat diikuti oleh sistem
pengendalian yang bereaksi kurang cepat, misalnya perpindahan cairan antara
sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol hormon angiotensin dan
vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang poten dan berlangsung dalam
jangka panjang misalnya kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang
dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang
melibatkan berbagai organ. Peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer
dipengaruhi oleh beberapa faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada
ginjal dan membran sel, aktivitas saraf simpatis dan renin, angiotensin yang
mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme
natrium dalam ginjal serta obesitas dan faktor endotel (8).
Akibat yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain penyempitan
arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena
jaringan otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya
pembuluh darah otak dan akan mengakibatkan kematian pada bagian otak
yang kemudian dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit
ketika berjalan kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang
dapat mengakibatkan kebutaan, sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit
bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah,
penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil
terutama di malam hari telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa berputar
(8)
E. Faktor Resiko
Seperti penyakit tidak menular lainnya hipertensi juga memiliki faktor risiko
atau faktor pencetus yang berkontribusi terhadap kejadian penyakit. Upaya
pengendalian faktor risiko dapat mencegah hipertensi dan menurunkan tingkat
fatalitas Faktor risiko hipertensi terdiri dari faktor yang dapat dimodifikasi dan
faktor yang tidak dapat dimodifikasi (9).
14
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras, etnik umur jenis
kelamin, riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, riwayat melahirkan
bayi>4.000 gram, riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR
atau < 2.500 gram)
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu berat badan lebih, obesitas
abdominal/sentral, kurangnya aktifitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet
tidak sehat dan tidak seimbang (tinggi natrium), kondisi prehipertensi yang
ditandai dengan tekanan darah (>140 mmHg) dan merokok
F. Gejala Klinis
Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan atas:
1) Tidak Bergejala:
Tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanandarah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa dan
didapatkan hasil >140/ >90, jika kelainan arteri tidak diukur, maka hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa (10).
2) Gejala yang lazim:
Gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri kepala, kelelahan.
Namun hal ini menjadi gejala yang terlazim pula pada kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhlaeni, manifestasi klinis
pasien hipertensi diantaranya: mengeluh sakit kepala, pusing, lemas,
kelelahan, gelisah, mual dan muntah, epistaksis, kesadaran menurun. Gejala
lainnya yang sering ditemukan: marah, telinga berdengung, rasa berat di
tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang (10).
G. Kriteria Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, sebagian besar pasien hipertensi bersifat
asimptomatik. Beberapa pasien mengalami keluhan berupa sakit kepala, rasa
seperti berputar, atau penglihatan kabur. Hal yang dapat menunjang
kecurigaan ke arah hipertensi sekunder antara lain penggunaan obat-obatan
seperti kontrasepsi hormonal, kortikosteroid, dekongestan maupun NSAID,
sakit kepala paroksismal, berkeringat atau takikardi serta adanya riwayat
penyakit ginjal sebelumnya. Pada anamnesis dapat pula digali mengenai faktor
15
resiko kardiovaskular seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik yang kurang,
dislipidemia, diabetes milletus, mikroalbuminuria, penurunan laju GFR, dan
riwayat keluarga (11).
Berdasarkan pemeriksaan fisik, nilai tekanan darah
pasien diambil rerata dua kali pengukuran pada setiap
kali kunjungan ke dokter. Apabila tekanan darah ≥ 140/90
mmHg pada dua atau lebih kunjungan maka hipertensi
dapat ditegakkan. Pemeriksaaan tekanan darah harus
dilakukan dengan alat yang baik, ukuran dan posisi
manset yang tepat (setingkat dengan jantung) serta
teknik yang benar (11).
H. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi selain ditujukan pada tekanan darah juga
pada komplikasi- komplikasi yang terjadi yaitu dengan (12):
16
1. Menurunkan tekanan darah menjadi normal.
2. Mengobati payah jantung karena hipertensi.
3. Mengurangikejadian kardiovaskuler.
4. Menurunkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler semaksimal mungkin
17
Bendroflumethiazide, chlorthizlidone, hydrochlorothiazide, dan
indapamide (12)
b. ACE-Inhibitor Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat
angiotensin II (zat yang dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping
yang sering timbul adalah batuk kering, pusing sakit kepala dan lemas.
Contoh obat yang tergolong jenis ini adalah Catopril, enalapril, dan
lisinopril (12).
c. Calsium channel blocker Golongan obat ini berkerja menurunkan
menurunkan daya pompa jantung dengan menghambat kontraksi otot
jantung (kontraktilitas). Contoh obat yang tergolong jenis obat ini adalah
amlodipine, diltiazem dan nitrendipine (12).
d. ARB Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya
pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk golongan ini adalah
eprosartan, candesartan, dan losartan (12).
e. Beta blocker Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan
daya pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang
telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronchial.
Contoh obat yang tergolong ke dalam beta blocker adalah atenolol,
bisoprolol, dan beta metoprolol (12).
BAB III ASPEK KESEHATAN TRADISIONAL
A. Akupuntur
18
Tusukan jarum pada titik akupunktur akan merangsang nada saraf
parasimpatis dan menekan nada saraf simpatik. Parasimpatis yang dominan
akan menghasilkan asetilkolin, di mana ikatan asetilkolin dalam sel endotel
akan menginduksi pembentukan Nitrit Oksida lokal dan di endotelium, yang
kemudian berdifusi menjadi otot polos pembuluh darah dan kemudian
mengubah aliran darah dan sirkulasi lokal, di mana relaksasi otot pembuluh
darah halus (13).
Akupuntur pada hipertensi ditusuk pada titik meridian yaitu Hegu (LI4),
Sanyinjiao (SP6) dan Zunsalin (ST36) berhubungan dengan peredaran darah
pada titik Jing, sehingga Qi dapat beredar, sirkulasi darah lancar, dan tidak ada
darah stasis. Untuk kombinasi titik dengan Zunsalin (ST36), Quchi (LI11) dan
Sanyinjiao (SP6) dapat menurunkan plasma fibrinogen sehingga mengurangi
pem-bekuaan darah dan meningkatkan sirkulasi darah. Titik Taichong (LR3)
dan Zunsalin (ST36) dapat digunakan untuk mengaktifkan atau menonaktifkan
area otak yang berkaitan dengan gerakan, emosi, dan analgesia untuk
mengurangi depresi pada pasien hipertensi. Kombinasi dari berbadai titik
akupuntur tersebut dapat meregulasi yin dan 73 yang, menutrisi yin, dan
mengaktifkan darah tanpa merusak antipatogeniknya dalam mengatur tekanan
darah, meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi tekanan darah (13).
19
Gambar 3. 3 Hegu (LI4)
B. Akupresur
20
pemijatan titik akupunktur pada tubuh manusia tanpa menggunakan jarum suntik.
Teknik ini sangat efisien dan relatif aman karena tidak invasif atau melukai kulit
tubuh. Titik-titik yang digunakan sama dengan yang digunakan dalam terapi
akupunktur. Titik dominan yang digunakan adalah titik Lr3 (Taichong) yang
terletak di proksimal pertemuan tulang metatarsal I dan II metatarsal, Sp6
(Sanyinjao) yang terletak 4 jari di atas malleolus interns, Ki3 (Taixi) yang terletak
di antara malleolus interns dan tendon achilles setinggi bagian tertinggi malleolus
internal, dan Li4 (Hegu) yang terletak di sisi tengah radial tulang metakarpal II di
dorsum manus. Stimulasi titik-titik tersebut akan menghasilkan enzim endorphin
dari otak yang menimbulkan rasa nyaman dan dapat menurunkan kadar kortisol
dalam darah melalui pengaturan aksis HPA (14).
Pemberian stimulus pada titik-titik tersebut akan merangsang saraf sensoris di
sekitar titik akupresur menuju sumsum tulang belakang. Kompleks hipofisis
ketiga hipotalamus diaktifkan untuk melepaskan endorfin yang dapat memberikan
rasa tenang dan nyaman. Kondisi relaksasi ini akan mempengaruhi perubahan
tekanan darah. Efek lain dari pengobatan akupresur adalah merangsang pelepasan
serotonin, yang berfungsi sebagai neurotransmitter yang membawa sinyal
rangsangan ke batang otak yang dapat mengaktifkan kelenjar pineal untuk
menghasilkan hormon melatonin. Melatonin juga dapat menurunkan tekanan
darah (14).
Durasi terapi akupresur yang paling banyak digunakan adalah 10-30 menit dan
dilakukan 3 kali seminggu. Terapi akupresur tidak boleh diterapkan pada klien
dengan pembengkakan pada titik pijat, lecet pada kulit dan penyakit serius seperti
gagal jantung. Seseorang tidak boleh terlalu keras dalam menekan titik-titik saat
memberikan pijatan dan tidak boleh membuat pasien kesakitan. Pijat yang tepat
harus mampu menciptakan sensasi kenyamanan. Saat Anda dipijat, tubuh
menjadi rileks dan otomatis memengaruhi saraf parasimpatis (14).
21
Gambar 3.6 Titik titik acupressure
22
C. Herbal
24
Gambar 3.10 Daun Sirih
4. Temulawak Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mauren dkk
(2016), pemberian oral fraksi kurkuminoid dari C. xanthorrhiza dan
sari kurkuminoid memberikan efek hipokolesterolemik yang
menjanjikan melalui penghambatan gen yang terkait dengan stres
oksidatif pada tikus secara in vivo. Oleh karena itu, fraksi kurkuminoid
dan sari buahnya dapat menawarkan efek kardioprotektif untuk
mencegah hiperkolesterolemia pada tikus yang diinduksi aterosklerosis
in vivo (15).
25
Gambar 3.12 Daun Salam
6. Daun Kelor : Penggunaan 28,5 mg/kg, 57,0 mg/kg dan 85,7 mg/kg dari
ekstrak air daun kelor memiliki efek hipotensi yang signifikan pada
tekanan intraokular dan tekanan darah ketika diberikan secara oral
kepada orang dewasa normotensif. Efek penurunan tekanan darah
mungkin disebabkan oleh tingginya kandungan kalium dan kalsium
dalam ekstrak air daun kelor. Daun kelor tidak berbahaya karena studi
toksikologis pemberian oral pada tikus menunjukkan tolerabilitas yang
baik tanpa efek mutagenik atau genotoksik (15).
26
Gambar 3.14 Beras Kencur
8. Mentimun : Menurut penelitian yang dilakukan oleh Negara dkk
(2018), jus timun dapat menurunkan tekanan darah pada lansia yang
menderita hipertensi. Kalium mempunyai efek dalam pompa Na-K
yaitu kalium dipompa dari cairan ekstraselular ke dalam sel, dan
natrium dipompa keluar sel. Ginjal sebagai regulator utama kalium di
dalam tubuh menjaga agar kadarnya tetap di dalam darah dengan
mengontrol eksresinya. Kadar kalium yang tinggi dapat meningkatkan
eksresi natrium, sehingga dapat menurunkan volume darah dan
tekanan darah (15).
Pasien hipertensi harus memperhatikan diet DASH agar tekanan darah dapat
terkontrol dengan baik (16).
1. Batasi konsumsi natrium, baik dalam bentuk garam maupun makanan tinggi
natrium, seperti makanan kemasan (makanan kaleng), dan makanan cepat saji
.
2. Batasi konsumsi daging dan makanan tinggi gula.
3. Kurangi konsumsi makanan tinggi kolesterol, dan mengandung lemak trans.
4. Perbanyak konsumsi sayur, buah, dan susu olahan rendah lemak .
5. Konsumsilah ikan, unggas, kacang-kacangan, dan makanan dengan bijibijian
utuh.
28
Batasan Jumlah Natrium dalam Diet DASH
E. Bekam
29
Lokasi : pada Katifain (kiri-kanan pundak), di bagian belakang abdomen dan
Ginjal (ad Dohru).
Indikasi : membuang toksin atau darah rusak yang ada disekitar organ tersebut
seperti pada daerah tengkuk (Titik Kaahil) yang dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi.
Terapi bekam yang dilakukan pada titik yang tepat, maka pada kulit (kutis),
jaringan bawah kulit (sub kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dari
must cells dan lain-lain, dan akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat
seperti serotonin, histamin, bradikinin, slow reacting substance (SRS), serta zat-
zat lain yang belum diketahui. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler
dan arteriol, serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler ini
menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah dan akan
30
timbul efek relaksasi (pelemasan) pembuluh darah, otot-otot yang kaku serta
akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil (17).
Terapi bekam pada penelitian ini, dilakukan dengan metode bekam basah.
Sebelum dilakukan penyayatan di permukaan kulit, pada bagian yang akan disayat
dilakukan masage. Tindakan pengeluaran darah kotor (blood letting) dilakukan
dengan cara menyayat dengan lanset steril pada bagian yang dibekam, kemudian
darah yang keluar dihisap dengan tabung sampai seluruh darah terhisap
seluruhnya dari permukaan kulit yang disayat. Setelah dilakukan bekam, pasien
dibantu duduk untuk selanjutnya dilakukan teknik relaksasi lebih kurang 15 menit.
Setelah pasien nyaman barulah diperbolehkan berdiri dan berjalan untuk persiapan
pulang. Selama proses pembekaman, peneliti melakukan komunikasi terapeutik
dengan tujuan terjadi relaksasi dan menghilangkan rasa takut pada pasien.
Perubahan rata-rata tekanan darah sistole maupun diastole pada responden tampak
secara nyata setelah dilakukan 2 kali pembekaman dengan jarak waktu 2 minggu.
Bahkan ada beberapa pasien yang tekanan darahnya telah kembali ke tekanan
darah normal (17).
BAB IV KESIMPULAN
2. The Eight Joint National Commitee. Evidence based guideline for the
management of high blood pressure in adults-Report from the panel members
appointed to the eight joint national committee. 2018
4. Junqueira,et.all. Histologi Dasar, Teks dan Atlas edisi 14. Jakarta: EGC 2016.
10. Nisa, Khairun. "Menentukan Diagnosa Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Hipertensi." (2020).
32
12. Asmara, I. Gede Yasa. "Tatalaksana Farmakologi Hipertensi pada ." Cermin
15. Farida, Yeni, and Tassya Laristra. "Penggunaan Obat Herbal pada Pasien
Hipertensi di Puskesmas Sibela Surakarta." Prosiding APC (Annual Pharmacy
Conference). 2022
17. Sormin, Tumiur. "Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Penderita
Hipertensi." Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik 14.2 (2019):
123-128.
33