Angina Mikrovaskular
Disusun Oleh:
Natasya Gita Putri
H1AP19012
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tinjauan pustaka ini.
Tinjauan pustaka ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen
penilaian Kepaniteraan Klinik di Bagian Jantung RSUD Dr. M. Yunus, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Ismir Fahri, Sp.JP(K), FIHA. Sebagai pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu dan telah memberikan masukan-masukan, petunjuk serta
bantuan dalam penyusunan tugas ini.
2. Teman-teman yang telah memberikan bantuan baik material maupun spiritual
kepada penulis dalam menyusun tinjauan pustaka ini.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................6
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jantung dan sirkulasinya....................................................................7
Gambar 2.2 Arteri koronaria dari pandangan anterior ..........................................10
Gambar 2.3 Arteri koronaria dari pandangan posteroinferior...............................10
Gambar 2.4 Hubungan antara kecepatan denyut jantung dengan patofisiologi
iskemik dan angina pectoris akibat penyempitan pembuluh darah arteri
coroner...............................................................................................12
Gambar 2.5 Kriteria klinis suspek angina mikrovaskular......................................14
Gambar 2.6 Etiologi nyeri dada tanpa PJK obstruktif...........................................15
Gambar 2.7 Kriteria diagnosis angina mikrovaskular...........................................17
Gambar 2.8 Algoritma diagnosis pasien suspek angina mikrovaskular................18
Gambar 2.9 Jenis dan dosis penyekat Beta (β-blocker).........................................20
Gambar 2.10 Jenis dan dosis CCB (Calcium chanel blocker)...............................22
Gambar 2.11 Jenis dan dosis Nitrat.......................................................................23
Gambar 2.12 Tatalaksana Angina Mikrovaskular.................................................24
5
BAB I PENDAHULUAN
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui
dua vena besar, vena kava, satu mengembalikan darah dari bagian atas jantung,
dan yang lain dari bagian bawah jantung. Darah yang masuk ke atrium kanan
sudah melewati jaringan tubuh, O2 telah diambil oleh jaringan dan dan berisi CO 2.
Darah yang terdeoksigenasi parsial ini mengalir dari atrium kanan ke dalam
ventrikel kanan, kemudian dipompa keluar melalui arteri pulmonalis. Arteri ini
segera membentuk dua cabang yang masing-masing berjalan menuju ke paru-
paru. Karena itu, sisi kanan jantung menerima darah deoksigenasi dari sirkulasi
7
sistemik dan memompa darah tersebut ke sirkulasi pulmonal. 3
Arteri coronaria dextra berasal dari sinus anterior aortae dari aorta
ascendens. Arteri ini berjalan kebawah di dalam sulcus atrioventricularis dextra,
dan pada pinggir inferior jantung, kemudian pembuluh ini melanjutkan diri ke
posterior sepanjang sulcus atrioventricularis untuk beranastomosis dengan arteria
coronaria sinistra di dalam sulcus interventricularis posterior. Cabang-cabang
berikut ini dari arteria coronaria dextra mendarahi atrium dextrum dan ventriculus
dexter, sebagian atrium sinistrum dan veniriculus sinister, dan septum
atrioventriculare.3,4
8
Rami ventriculares posteriores. Biasanya ada dua, dan mendarahi
facies diaphragmatica ventdculus dexter.
9
Ramus circumflexus mempunyai ukuran yang sama dengan arteria
interventricularis anterior. Pembuluh ini melingkari pinggir kiri
jantung di dalam sulcus atrioventricularis. Ramus marginalis sinister
merupakan sebuah cabang besar yang mendarahi pinggir kiri
ventriculus sinister dan turun sampai apex cordis. Ramus
ventricularis anterior dan posterior mendarahi ventriculus sinister.
Rami atriales mendarahi atrium sinistrum.
10
2.3 Angina Pektoris
Nyeri yang berasal dari jantung disebut angina atau angina pektoris (L.
angina, nyeri yang mencekik + L. pectoris, dada). Pasien dengan angina sering
menjelaskan rasa nyeri selama 15 detik sampai 15 menit, agak berat seperti rasa
sesak dalam dada, di sebelah dalam sternum. Rasa nyeri tersebut disebabkan oleh
iskemia miokardium. Penurunan aliran darah yang terjadi pada angina
menyebabkan berkurangnya oksigen yang disampaikan ke sel otot jantung
(miosit).3
11
Gambar 2.4 Hubungan Antara Kecepatan Denyut Jantung dengan Patofisiologi
Iskemik dan Agina Pektoris akibat Penyempitan Pembuluh Darah Arteri Coroner7
Keluhan utama pasien dengan angina pektoris stabil adalah nyeri dada stabil.
Karakteristik nyeri dada pada APS dibagi atas angina tipikal, angina atipikal dan
nyeri dada non-angina. Angina tipikal didefinisikan sebagai nyeri dada yang
memenuhi ketiga karakteristik berikut:
1. Rasa tidak nyaman pada substernal dengan kualitas dan durasi tertentu
2. Diprovokasi oleh aktivitas fisik dan stres emosional
3. Hilang setelah beberapa menit istirahat dan atau dengan nitrat8,9
Angina atipikal memiliki dua dari tiga karakter di atas, nyeri dada non-anginal
hanya memiliki satu atau tidak memiliki satu pun dari ketiganya. Angina atipikal
dapat memiliki karakteristik dan lokasi yang sama dengan angina tipikal, juga
responsif terhadap nitrat, namun tidak memiliki faktor pencetus. Nyeri seringkali
dimulai saat istirahat dari intensitas rendah, meningkat secara gradual, menetap
maksimal hingga 15 menit, kemudian berkurang intensitasnya. Gejala angina
atipikal lainnya adalah nyeri dada dengan lokasi dan kualitas angina, yang
dicetuskan oleh aktivitas dan tidak berpengaruh terhadap nitrat. Gejala ini seringkali
timbul pada pasien dengan angina mikrovaskular8,9
4. Angina mikrovaskular
14
(>10-15 menit) setelah berhenti beraktivitas dibandingkan dengan episode angina pada
pasien penyakit jantung koroner. Temuan tersebut sangat sugestif ketika angina
mikrovaskular terjadi pada wanita peri atau pasca-menopause. Jenis kelamin wanita
pada umumnya lazim pada pasien dengan angina mikrovaskular. Penelitian
menunjukkan defisiensi estrogen berperan dalam patogenesis angina mikrovaskular. 9,10
Terdapat beberapa diagnosis banding penyebab nyeri dada tanpa PJK obstruktif,
yaitu angina mikrovaskular, penyakit refluks gastroesofagus, nyeri dada
muskuloskeletal, sindrom X kardiak (aliran koroner lambat), spasme koroner. Penyebab
patofisiologi dari penyakit-penyakit tersebut dapat dibagi menjadi penyebab non-
kardiak, iskemik kardiak, dan non-iskemik kardiak.13
16
Gambar 2.7
Kriteria diagnosis pasien angina mikrovaskular13
17
endotel pada mikrosirkulasi koroner dengan infus selektif asetilkolin intrakoroner.
Adanya disfungsi endotel vaskular atau keabnormalan fungsi sel otot polos
menyebabkan asetilkolin (sebagai vasodilator dependen-endotelium yang juga secara
langsung bekerja pada sel otot polos) memicu vasokontrksi arteriolar paradoksal. Pada
pasien dengan mikrovaskular angina dan disregulasi arteriolar, asetilkolin memicu
spasme mikrovaskular. Respon arteriolar terhadap asetilkolin inilah yang menyebabkan
gejala angina baik disertai perubahan EKG maupun tanpa perubahan EKG dan
penurunan Doppler flow velocity bila beriringan dengan dilakukannya pengukuran
dengan Doppler.15
18
penurunan berat badan (secara alami maupun lewat prosedur bedah), berhenti merokok. 4
2.4.5.1 Terapi Klasik Anti-angina
Rekomendasi saat ini adalah terapi antiangina klasik seperti penghambat reseptor
β-adrenergik (beta-blocker), calcium channel blocker, dan nitrogliserin short-acting.
Penggunaan nitrat long-acting, dapat menyebabkan efek buruk pada iskemia karena dapat
meningkatkan kejadian toleransi yang secara keseluruhan akan mengurangi efek
antiangina. Beta blocker dapat mengurangi kejadian episode angina, meningkatkan
ambang iskemik, bahkan meningkatkan fungsi endotelial pada pasien melalui
kemungkinan efek antioksidan yang dimilikinya, meskipun hal ini masih perlu dibahas
lagi secara lebih luas.4
Calcium channel blocker mengurangi afterload dan meningkatkan aliran darah
miokard, selain itu juga mengurangi denyut jantung serta kontraktilitas. Calcium channel
blocker mengurangi kebutuhan oksigen miokardium dengan menurunkan tekanan darah
sistemik yang menyebabkan penurunan tegangan dinding ventrikel kiri. Vasodilatasi
koroner dan sistemik dicapai melalui interaksi dengan reseptor Ca2+ tipe L. 3,5
Nitrat organik dapat mengurangi kebutuhan oksigen miokardium dan
meningkatkan aliran darah koroner, dan merupakan terapi yang sudah lama digunakan
dalam pengobatan angina pektoris. Nitrogliserin terutama akan melebarkan arteri koroner
dengan ukuran yang lebih besar. Namun memberikan efek minimal pada resistensi
pembuluh darah koroner dengan diameter <100 mikrometer. Isosorbidie-5-mononiatre
tidak dapat mengurangi gejala angina pada pasien dengan angina mikrovaskular, oleh
karena itu tidak direkomendasikan sebagai pengobatan lini pertama. 3,4
2.4.5.1.1 β-blocker
Keuntungan utama terapi penyekat beta terletak pada efeknya terhadap
reseptor beta-1 yang mengakibatkan turunnya konsumsi oksigen miokardium.
Penyekat beta dapat bekerja secara langsung ke jantung untuk menurunkan laju
jantung, kontraktilitas, konduksi atrioventrikular dan aktivitas ektopik. Pemberian
penyekat beta juga dapat meningkatkan perfusi area iskemia dengan
memperpanjang diastolik dan meningkatkan resistensi vaskular pada area non-
iskemia. Penyekat beta efektif untuk mengendalikan angina dinduksi aktivitas,
meningkatkan kapasitas latihan, dan mengurangi episode iskemia simptomatis dan
non-simptomatis. Dalam mengendalikan angina, penyekat beta dan penyekat kanal
kalsium memiliki kemiripan. Penyekat beta dapat dikombinasikan dengan
19
dihidropiridin untuk mengendalikan angina. 9,10
Kombinasi terapi penyekat beta dengan verapamil dan diltiazem harus
dihindari karena resiko bradikardi dan blok AV. Terdapat bukti-bukti yang
menyatakan bahwa penggunaan penyekat beta untuk pasien post infark miokard
atau gagal jantung bermanfaat untuk memperbaiki prognosis, dan penyekat beta
direkomendasikan sebagai terapi antiangina lini pertama pada penderita APS tanpa
kontraindikasi. Nevibolol dan bisoprolol sebagian disekresikan oleh ginjal,
sedangkan carvedilol dan metoprolol dimetabolisme oleh hepar, sehingga lebih
aman diberikan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal. Pemutusan obat yang
mendadak terbukti dapat menyebabkan memburuknya angina. Karena itu, apabila
pemberian beta bloker akan dihentikan, lebih baik dilakukan dengan cara
pengurangan dosis sedikit demi sedikit.9,10,18
B. DHP
Nifedipin kerja panjang merupakan vasodilator arteri kuat.
Nifedipine jangka panjang dinyatakan aman untuk APS dan
mengurangi kebutuhan angiografi koroner dan intervensi
kardiovaskular. Sediaan nifedipin kerja pendek tidak dianjurkan untuk
pengobatan jangka panjang hipertensi, karena menimbulkan variasi
tekanan darah yang besar dan refleks takikardia. Efek samping
vasodilatasi termasuk sakit kepala dan edema tungkai. Amlodipin
memiliki waktu paruh yang panjang dan toleransi yang baik. Sehingga
pemberian amlodipin sehari sekali sebagai anti-angina dan
antihipertensi bisa digunakan.
21
Efek sampingnya pada umumnya adalah edema tungkai. Iskemia
diinduksi aktivitas lebih efektif dengan kombinasi amlodipin dan
penyekat beta.10,18
23
kanal If pada nodus sinoatrial dan secara selektif mengurangi denyut jantung. Hal tersebut
menyebabkan penurunan kebutuhan atau konsumsi oksigen miokardium dan juga
meningkatkan aliran darah koroner dengan memperpanjang periode diastolik. 5
Nicorandil adalah obat yang memiliki efek seperti nitrat. Obat ini akan
menyebabkan dilatasi pembuluh epikarial dan memodulasi respon vasomotor pada
pembuluh darah untuk stimulasi simpatis. Trimetazidin adalah obat golongan baru yang
mengganti metabolisme selular dari asam lemak bebas menjadi oksidasi glukosa,
berpotensi kearah toleransi yang lebih baik terhadap iskemia miokardium. Ada penelitian
yang menyebutkan bahwa obat tersebut dapat menningkatkan kapasitas dan waktu latihan
pasien, namun hasil penelitian lain menyebutkan tidak ada efek klinis yang signifikan.
Oleh karena itu, potensi trimetazidin sebagai pengobatan untuk pasien dengan angina
mikrovaskular sampai saat ini masih kontroversial.5
2.4.5.2.2 Ranolazin
Ranolazine merupakan inhibitor selektif untuk aliran Natrium dengan efek
metabolik dan anti-iskemia. Dosis 500-2000mg per hari mengurangi angina dan
meningkatkan kapasitas latihan tanpa mengubah laju jantung maupun tekanan
darah. Ranolazine meningkatkan QTc dan penggunaannya pada pasien dengan QT
yang memanjang maupun kombinasi dengan obat-obatan yang memperpanjang
interval QT harus sangat berhati-hati.9
2.4.5.2.3 Trimetazidine
Trimetazidine merupakan modulator metabolik anti-iskemia dengan efikasi
anti-anginal yang mirip dengan propanolol pada dosis 20 mg 3 kali sehari. Laju
jantung dan puncak latihan tidak berubah pada kelompok uji trimetazidine,
sehingga trimetazidine dijelaskan memiliki kerja anti-iskemia non-mekanis.
Penggunaan trimetazidine 35 mg 2 kali sehari dengan kombinasi penyekat beta
(atenolol) memperbaiki iskemia miokard, namun masih dikontraindikasikan untuk
penyakit Parkinson dan gangguan motorik lain. Pada penderita diabetes,
25
trimetazidine memperbaiki HbA1C dan glikemia. 9
26
BAB III. KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Park, Jin Joo, Sung-Ji, Dong-Ju. 2015. Microvascular angina: angina that
predominantly affects women. Korean J Intern Med. Vol 30. No.2
(2015)140-147
3. Drake, R., Vogl, W. and Mitchell, A. 2018. Gray’s basic anatomy. 3 rd ed.
Philadelphia: Elsevier
4. Moore Keith. L., Dalley Arthur F, Agur Anne. 2014. Clinically Oriented
Anatomy. 7th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
28
14. Marinescu, Mark. A., et al. 2015. Coronary Microvascular Dysfunction,
Microvascular Angina, and Treatment Strategies. The American College
of Cardiology Foundation. 8(2)
15. Knuuti, Juhani., et al. 2020. 2019 ESC Guidelines for the Diagnosis and
Management of Chronic Coronary Syndrome. European Society of
Cardiology. (41) 407-477
16. Camici, Paolo G., Crea, Filippo. 2021. Microvascular Angina. AHA
Journals
17. Lanza, Gaetano Antonio, Vita, Kaski. 2018. Primary Microvascular
Angina: Clinical Characteristics, Pathogenesis and Management. ICR
Journal. 108-111
18. Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) Republik Indonesia 2015, Informatorium Obat
Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI. Beta Bloker
29