DI SUSUN OLEH :
Kelompok 3
1. Devi Cahyana (17IK512)
2. Haniah (17IK522)
3. Merry Lidya (17IK527)
4. Ni Komang Tri Mega (17IK532)
5. Nor Atia (17IK536)
6. Siti Janatul Ulfa (17IK544)
7. Utari Ermawati (17IK547)
Dosen Pembimbing :
Eirene Eunike Meidiana Gaghauna S.Kep.,Ns,.MSN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga Makalah “Coroner Artery Disease ” dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Coronary Artery Disease atau penyakit jantung koroner
disebut sebagai penyakit pembunuh nomor satu didunia.
Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi apabila arteri koroner (arteri yang
memasok darah dan oksigen ke otot jantung) tersumbat oleh zat lemak yang
disebut plak atau atheroma.Plak ini menumpuk secara bertahap di dinding
bagian dalam arteri, yang akhirnya membuat arteri menjadi sempit. Proses
penyempitan ini disebut dengan aterosklerosis. Aterosklerosis bahkan sudah
dapat terjadi pada usia muda, dan menjadi bertambah hebat pada saat
seseorang mencapai usia pertengahan.
Data World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan
17,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31%
dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia. Lebih dari 3/4 kematian akibat
penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berkembang yang berpenghasilan
rendah sampai sedang.Dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler
7,4 juta (42,3%) di antaranya disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner
(PJK) dan 6,7 juta (38,3%) disebabkan oleh stroke. (Kementerian Kesehatan,
2017)
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, prevalensi tertinggi untuk
penyakit Kardiovaskuler di Indonesia adalah PJK, yakni sebesar 1,5%. Dari
prevalensi tersebut, angka tertinggi ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur
(4,4%) dan terendah di Provinsi Riau (0,3).Menurut kelompok umur, PJK
paling banyak terjadi pada kelompok umur 65-74 tahun (3,6%) diikuti
kelompok umur 75 tahun ke atas (3,2%), kelompok umur 55-64 tahun (2,1%)
dan kelompok umur 35-44 tahun (1,3%) (Kementerian Kesehatan, 2017)
Banyak upaya-upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka
Kematian dikarenakan Penyakit Jantung Kororner ini. Seperti upaya perawat
secara promotif yang merupakan upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan. Upaya preventif dengan menyarankan agar menjalani pola hidup
1
sehat : makan-makanan yang rendah lemak, kurangi merokok dan rajin
berolahraga. Upaya kuratif yaitu memberi saran pasien agar kooperatif yaitu
dengan mentaati peraturan perawatan dan terapi yang dianjurkan dokter.
Dan upaya rehabilitatif yaitu dengan menganjurkan pasien agar tetap kontrol
ke dokter secara rutin, menjaga diet jangan memakan yang tinggi kolesterol,
penyesuaian gaya hidup rajin belorah raga dan tidak melakukan aktifitas fisik
yang berat.
Berdasarkan uraian di atas, meningkatnya angka kematian setiap
tahunnya dan pentingnya peran perawat dari segi upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif sehingga penulis tertarik untuk menerapkan “Asuhan
Keperawatan Pada Klien TN.AS dengan Coronary Artery Disease di Rumah
sakit dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara
komprehensif.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan penulis memilih judul tersebut adalah penulis mendapatkan
pengalaman nyata dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien
dengan Coronary Artery Disease
2. Tujuan Khusus
Setelah menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Coronary
Artery Disease maka penulis diharapkan mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Coronary
Artery Disease
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan Coronary
Artery Disease
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Coronary
Artery Disease
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Coronary
Artery Disease
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Coronary Artery
Disease
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.
2
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta solusi/
alternatif pemecahan masalah.
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan Coronary Artery Disease
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Penyakit arteri koroner (CAD) adalah penyempitan atau penyumbatan arteri
koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah
melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini
biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih
dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung
(kerusakan pada otot jantung).( Brunner and Sudarth, 2001).
4
penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus
yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.
5
darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan
obstruksi permanen (miocard infarct). (Mozaffarian 2016)
B. ETIOLOGI
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian
paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya
bukan merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara
spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner
adalah :
1. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit
jantung koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita
serangan jantung ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat
operasi (bagi wanita).
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara
fisiologis ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit
jantung koroner apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia
lanjut).
3. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari
profil kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang
"buruk" dalam segi diet keluarga.
4. Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya
level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
5. Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit
jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding
(endotel) pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan
lemak yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.
6. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
6
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan
terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab
penyakit arteri/jantung koroner.
7. Kegemukan (obesitas).
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari
banyaknya lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang
obesitas lebih menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang
merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung koroner.
8. Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan
yang rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat
seseorang terkena penyakit jantung koroner.
9. Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi
situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan
jiwa.
C. PATOFISIOLOGI
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol, lemak tetimbun di intima
arteri. Timbunan ini akan mengakibatkan terganggunya absorbsi nutrient sel-
sel endotel yang menyusun lapisan dalam pembuluh darah dan menyumbat
aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Sel-sel
endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut.Selanjutnya lumen bertambah sempit dan aliran darah bisa
terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan
cenderung terjadinya pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan
bagaiman terjadinya koagulasi intravaskuler yang diikuti oleh penyakit
tromboemboli.
a. CAD ditandai oleh penyempitan koroner arteri akibat aterosklerosis,
spasme atau, jarang, emboli.
7
b. Perubahan aterosklerosis pada arteri koroner hasil kerusakan ke lapisan
dalam arteri koroner dengan kekakuan pembuluh darah dan respon lalai
berkurang.
c. Akumulasi deposit lemak dan lipid, bersama dengan perkembangan plak
fibrosa atas kawasan yang rusak di pembuluh darah, menyebabkan
penyempitan pembuluh darah, sehingga mengurangi ukuran lumen
pembuluh darah dan menghambat aliran darah ke jaringan miokard.
d. Penurunan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan menyebabkan
iskemia miokard transien dan nyeri.
e. Penyebab plak arteri mengeras keras, sedangkan plak lembut dapat
menyebabkan pembentukan bekuan darah
Jenis Coroner Artery Disease :
1. Stabil
- Jenis yang paling umum, dipicu oleh aktivitas fisik, stres
emosional, paparan suhu panas atau dingin, makanan berat dan
merokok
- Terjadi dalam pola yang teratur, biasanya berlangsung 5 menit
atau kurang, dan mudah hilang dengan obat-obatan
2. Labil
- Mungkin onset baru nyeri dengan pengerahan tenaga atau saat
istirahat, atau percepatan terbaru dalam keparahan nyeri
- Terjadi pada tidak ada pola teratur, biasanya berlangsung lebih
lama ( 30 menit ), umumnya tidak lega dengan istirahat atau obat-
obatan
- Kadang-kadang dikelompokkan dengan infark miokard ( MI ) di
bawah diagnosis sindrom koroner akut ( ACS )
3. Variant (prinzmetal)
- Langka , biasanya terjadi saat istirahat - tengah malam hingga dini
hari nyeri mungkin parah
- Elektrokardiogram ( EKG ) berubah karena koroner spasme arteri
8
D. PATHWAY
Aliran O2 arteri
koronaria menurun
Jantung
Kekurangan O2
Nyeri
Curah Jantung
Menurun
Kurang Pengetahuan
b.d Deficit Knowledge
9
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut Price & Lorraine (2001) seperti:
1. Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau
terbakar;dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau
rahang)
2. Sesak napas
3. Berdebar-debar
4. Denyut jantung lebih cepat
5. Pusing
6. Mual
7. Kelemahan yang luar biasa
F. KOMPLIKASI
1. Aritmia
Merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan. Aritmia yaitu
gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan
eloktrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel. Misalnya perangsangan simpatis akan
meningkatkan kecepatan denyut jantung.
10
2. Gagal Jantung Kongestif
Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokard. Disfungsi ventrikel
kiri atau gagal jantung kiri akan menimbulkan kongesti pada vena
pulmonalis sedangkan pada disfungsi ventrikel kanan akan menimbulkan
kongesti pada vena sistemik.
3. Syok kardikardiogenik
Syok kardiogenik diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah
mengalami infark yang massif. Timbulnya lingkaran setan perubahan
hemodinamik progresif hebat yang irreversible yaitu penurunan perfusi
perifer, penurunan perfusi koroner, peningkatan kongesti paru yang bisa
berakhir dengan kematian.
4. Disfungsi Otot Papillaris
Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot papilaris akan mengganggu
fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran balik dari
ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat pengurangan aliran ke aorta dan
peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis.
5. Ventrikuler Aneurisma
Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan atrium atau apek
jantung. Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada
setipa sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup.
Aneurisma ventrikel dapat menimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung
kongestif kronik, embolisasi sistemik dari thrombus mural dan aritmia
ventrikel refrakter.
6. Perikarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung
berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga merangsang
permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.
7. Emboli Paru
Emboli paru bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia atau kematian
mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada pasien payah
jantung kongestif yang parah
11
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK PENUNJANG
1. Analisa gas darah (AGD)
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. Hb, Ht
4. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram
(EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya
PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada
tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan
atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing
memberikan gambaran yang berbeda.
5. Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen dada dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya
pembesaran (Kardomegali). Di samping itu dapat juga dilihat gambaran
paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini.
Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada
pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada
payah jantung.
6. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai factor resiko
meningkat. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya
serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung
7. Treadmill
Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun
dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah
merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa
gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini
disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada
keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat
gambaran EKG tampak normal.
8. Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang
seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi
12
(arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatanlengan atau melalui pembuluh
darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alar rontgen
langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya,
kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner
yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau
malahan mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau
penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada satu
pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh
koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan
penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja,
disamping mencegah atau mengendalikan factor resiko. Atau mungkin
memerlukan intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang
menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping
dibalon dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti cincin
atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya
penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan
atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah pintas
koroner.
H. PENATALAKSANAAN
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung.
Yang paling umum diantaranya:
1. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan
gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka
dari itu mengurangi resiko serangan jantung.
2. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan
tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi
jantung.
3. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian
meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri
13
dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan
berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk
penghilang nyeri dada secara cepat.
4. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and
Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah,
dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
5. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin,
Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein
Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk
penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut
merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner.
6. Intervensi Jantung Perkutan.
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang
menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik
selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung
yang menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka
penyempitan.Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk
membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana)
atau memiliki selubung obat (berlapis obat). Metode ini seringkali
menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung akut. Untuk
penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat
meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien
dengan penyakit pembuluh darah single atau double mendapat
keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau
keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal dengan Bedah
Bypass Arteri Jantung sering merupakan alternatif yang baik atau pilihan
pengobatan yang lebih baik.
7. Operasi.
- Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada,
lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah
14
langsung ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol
parallel ke jalan yang kecil dan sempit. Ini adalah operasi yang aman,
dengan rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa serangan
jantung sebelumnya dan melakukan CABG sebagai prosedur elektif,
resiko dapat serendah 1 persen.
- Revaskularisasi Transmiokardia
Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk
melakukan CABG, prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia
juga tersedia di NHCS. Pada prodesur ini, laser digunakan untuk
membakar banyak lubang kecil pada otot jantung. Beberapa lubang
ini berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini membantu
mengurangi angina
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahahan
kontraktilitas, perubahan struktual (kelainan katup,aneurisme ventrikular).
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelalahan dan dispnue akibat
turunnya curah jantung.
3. Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium dan air
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler paru, contoh pengumpalan cairan didalam area interstial/alveoli.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema,
penurunan perfusi jaringan.
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
15
2. Frekuensi jantung meningkat
3. Status Hemodinamik stabil
4. Haluaran Urin adekuat
5. Tidak terjadi dispnu
6. Akral Hangat
Intervensi
16
8. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung, obat
diuretic dan cairan.
Rasional : Membantu dalam proses kimia dalam tubuh.
9. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan, kelelahan, perubahan tanda vital,
adanya dysritmia, dyspnea, pucat, berkeringat.
Tujuan dan kriteria hasil:
1. Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan
2. Memenuhi perawatan diri sendiri
3. Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan
oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi
1. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasodilator, diuretic
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek
obat (vasodilatasi), perpindahan cairan atau pengaruh fungsi jantung.
2. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia,
dispnea, berkeringat, pucat
Rasional : Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk
meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan
peningkatan segera frekuensi jantung.
3. Kaji penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat.
Rasional : Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (beta bloker,
traquilizer, sedative), nyeri dan program penuh stress juga memerlukan
energi dan menyebabkan kelemahan.
4. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung
daripada kelebihan aktivitas.
5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi
periode aktivitas dengan istirahat
Rasional : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa
mempengaruhi stress miokard.
6. Implementasikan program rehabilitasi jantung atau aktivitas.
17
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindarai kerja
jantung atau konsumsi oksigen berlebih. Penguatan dan perbaikan fungsi
jantung dibawah stress, : bila disfungsi jantung tidak dapat baik kembali.
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Nama : Tn.As
Umur : 42 tahun
Alamat : Jl.L
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
1. Keluhan Utama
19
dada, pasien segera dibawa kerumah sakit dan dilakukan kateterisasi
jantung dan mendapatkan hasil LHD : Total Occlusi LCX-Difuse Disease,
RCA : Stenosis 40% RPDA 80%
20
Eliminasi BAK : 4-5 x/hari BAB : 1-3 x/ hari konsistensi lembek
Mandi 2 x/hari, ganti baju Lebih banyak di tempat tidur karena pasien
Aktivitas
dan gosok gigi dilakukan bedrest
sendiri
Sebagai Ibu RT
Suhu tubuh : 37 º C
Respirasi : 28 x/menit
c. Pemeriksaan Fisik
21
1) Pemeriksaan Kepala Dan Leher
Kepala
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan tapi pasien
mengeluh pusing
Mata
Telinga
Inspeksi : Telinga luar bersih, tidak ada lesi, kedua telinga simetris
Hidung
Mulut
Inspeksi : Membran mukosa bibir kering, pucat, gusi tidak ada lesi
Leher
22
2) Pemeriksaan Integumen / Kulit dan Kuku
Kulit
Paru Perkusi : Bunyi sonor / timpani pada lapang kanan dan kiri
5) Pemeriksaan Jantung
6) Pemeriksaan Abdomen
7) Pemeriksaan Muskuloskeletal
MMT 4 4
23
4 4
Ket :
8) Pemerikasaan Neurologi
GCS : 4 – 5 – 6
4 : Bingung
6 : Mengikuti perintah
Kesadaran composmentis
11) Pelaksanaan/Terapi
– ISDN 3 X 5 mg
– Salbutamol 3x1 tb
24
– Inj. Cefoperazon 3x1 gr
– cpg 1x1tb
– aspilet 1x1tb
– simpastatin 1X1tb
– Pasien dan keluarga berharap cepat sembuh dan bisa cepat pulang
B. ANALISA DATA
Umur : 42 tahun
1Data Subyektif :
Iskemia atau Gangguan rasa
Pasien menyatakan nyeri pada dada
suplai O2 ke nyaman nyeri
sebelah kiri
jaringan jantung
Data Obyektif :
berkurang atau
– Pasien nampak kesakitan
sumbatan pada
– Pasien tampak pucat
arteri koronaria
– TD : 120/80 mmHg
– Skala nyeri 5(dari rentan 1-10)
2.Data Subyektif :
Menurunnya Penurunan cardiac
Pasien mengeluh lemah, sesak nafas,
25
sulit melakukan aktivitas yang berlebih, kontraksi jantung output
sering terbangun pada malam hari
karena sesak dan
Data Obyektif :
– TD : 120/80 mmHg
– P : 82 x/mnt
– Kulit dingin
– N : 82 x/mnt
Data Obyektif :
Pasien bedress.
Mual muntah
4.Data subjektif
Gangguan nutrisi
– pasien mengeluh tidak mau makan kurang dari
26
Data Objektif kebutuhan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
27
BAB
IV PEMBAHASAN
28
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
muat muntah
a. Diagnose yang diangkat pada kasus Tn.As sebagian sesuai teori,
ada 1 yang tidak sesuai yaitu diagnose tentang nutrisi. Hal ini
dikarenakan klien mengalami mual dan muntah.
3.Intervensi keperawatan
Seluruh intervensi keperawatan yang diberikan kepada Tn.As sesuai dengan
konsep keperawatan. Untuk planning intervensi keperawatan.
29
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Kelompok berharap makalah ini dapat digunakan oleh perawat untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan intervensi
keperawatan pada pasien CAD sehingga dapat meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan yang diberikan dan perbaikan kondisi pasien.
Kelompok juga berharap makalah ini dapat digunakan oleh
mahasiswa keperawatan untuk meningkatkan pemahaman tentang CAD dan
asuhan keperawatan pada pasien CAD sehingga dapat menjadi bekal
pengetahuan untuk meningkatkan prestasi akademik maupun ketrampilan
saat terjun ke klinik. .Apabila dalam penulisan makalah ini ada kesalahan
maupun kekurangan, maka kelompok mengharapkan kritik dan saran untuk
memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.
30
DAFTAR PUSTAKA
D, M. (2016). Heart Disease and Stroke Statistics. Update A Report From The
American Heart Association AHA, 23-25.
31