Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

CORONARY ARTERY DISEASE


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 3
1. Devi Cahyana (17IK512)
2. Haniah (17IK522)
3. Merry Lidya (17IK527)
4. Ni Komang Tri Mega (17IK532)
5. Nor Atia (17IK536)
6. Siti Janatul Ulfa (17IK544)
7. Utari Ermawati (17IK547)
Dosen Pembimbing :
Eirene Eunike Meidiana Gaghauna S.Kep.,Ns,.MSN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga Makalah “Coroner Artery Disease ” dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 20 Oktober 2018

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. TUJUAN ......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................................... 4
A. DEFINISI ........................................................................................................ 4
B. ETIOLOGI ...................................................................................................... 6
C. PATOFISIOLOGI ........................................................................................ 7
D. PATHWAY.................................................................................................. 9
E. MANIFESTASI KLINIS ................................................................................. 10
F. KOMPLIKASI ............................................................................................... 10
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK PENUNJANG .... 12
H. PENATALAKSANAAN .............................................................................. 13
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN ...................................................................... 15
J. INTERVENSI KEPERAWATAN ................................................................... 15
BAB III TINJAUAN KASUS ..................................................................................... 19
A. PENGKAJIAN .............................................................................................. 19
B. ANALISA DATA ........................................................................................... 25
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................................. 27
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 28
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 30
A. KESIMPULAN .............................................................................................. 30
B. SARAN ....................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Coronary Artery Disease atau penyakit jantung koroner
disebut sebagai penyakit pembunuh nomor satu didunia.
Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi apabila arteri koroner (arteri yang
memasok darah dan oksigen ke otot jantung) tersumbat oleh zat lemak yang
disebut plak atau atheroma.Plak ini menumpuk secara bertahap di dinding
bagian dalam arteri, yang akhirnya membuat arteri menjadi sempit. Proses
penyempitan ini disebut dengan aterosklerosis. Aterosklerosis bahkan sudah
dapat terjadi pada usia muda, dan menjadi bertambah hebat pada saat
seseorang mencapai usia pertengahan.
Data World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan
17,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31%
dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia. Lebih dari 3/4 kematian akibat
penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berkembang yang berpenghasilan
rendah sampai sedang.Dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler
7,4 juta (42,3%) di antaranya disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner
(PJK) dan 6,7 juta (38,3%) disebabkan oleh stroke. (Kementerian Kesehatan,
2017)
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, prevalensi tertinggi untuk
penyakit Kardiovaskuler di Indonesia adalah PJK, yakni sebesar 1,5%. Dari
prevalensi tersebut, angka tertinggi ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur
(4,4%) dan terendah di Provinsi Riau (0,3).Menurut kelompok umur, PJK
paling banyak terjadi pada kelompok umur 65-74 tahun (3,6%) diikuti
kelompok umur 75 tahun ke atas (3,2%), kelompok umur 55-64 tahun (2,1%)
dan kelompok umur 35-44 tahun (1,3%) (Kementerian Kesehatan, 2017)
Banyak upaya-upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka
Kematian dikarenakan Penyakit Jantung Kororner ini. Seperti upaya perawat
secara promotif yang merupakan upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan. Upaya preventif dengan menyarankan agar menjalani pola hidup

1
sehat : makan-makanan yang rendah lemak, kurangi merokok dan rajin
berolahraga. Upaya kuratif yaitu memberi saran pasien agar kooperatif yaitu
dengan mentaati peraturan perawatan dan terapi yang dianjurkan dokter.
Dan upaya rehabilitatif yaitu dengan menganjurkan pasien agar tetap kontrol
ke dokter secara rutin, menjaga diet jangan memakan yang tinggi kolesterol,
penyesuaian gaya hidup rajin belorah raga dan tidak melakukan aktifitas fisik
yang berat.
Berdasarkan uraian di atas, meningkatnya angka kematian setiap
tahunnya dan pentingnya peran perawat dari segi upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif sehingga penulis tertarik untuk menerapkan “Asuhan
Keperawatan Pada Klien TN.AS dengan Coronary Artery Disease di Rumah
sakit dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara
komprehensif.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Tujuan penulis memilih judul tersebut adalah penulis mendapatkan
pengalaman nyata dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien
dengan Coronary Artery Disease
2. Tujuan Khusus
Setelah menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Coronary
Artery Disease maka penulis diharapkan mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Coronary
Artery Disease
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan Coronary
Artery Disease
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Coronary
Artery Disease
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Coronary
Artery Disease
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Coronary Artery
Disease
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.

2
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta solusi/
alternatif pemecahan masalah.
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan Coronary Artery Disease

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI
Penyakit arteri koroner (CAD) adalah penyempitan atau penyumbatan arteri
koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah
melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini
biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih
dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung
(kerusakan pada otot jantung).( Brunner and Sudarth, 2001).

Penyakit jantung koroner / penyakit arteri koroner merupakan suatu


manifestasi khusus dan aterosklerosis pada arteri koroner. Plak terbentuk pada
percabangan arteri yang ke arah arteri kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang
pada arteri sirkumflek. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara
permanen maupun sementara yang disebabkan oleh akumulasi plak atau

4
penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus
yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.

(Joanne and Gloria. 1995)

Penyakit jantung koroner merupakan suatu manifestasi khusus dan


arterosclerosis pada arteri koroner. Unsur lemak yang disebut palque dapat
terbentuk didalam arteri, menutup dan membuat aliran darah dan oksigen yang
dibawanya menjadi kurang untuk disuplai ke otot jantung. Plaque terbentuk pada
percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang
pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara
permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau
penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus
yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi
kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat
terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak
permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard
infarct). Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan suplai oksigen yang
adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran

5
darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan
obstruksi permanen (miocard infarct). (Mozaffarian 2016)

B. ETIOLOGI
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian
paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya
bukan merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara
spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner
adalah :
1. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit
jantung koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita
serangan jantung ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat
operasi (bagi wanita).
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara
fisiologis ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit
jantung koroner apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia
lanjut).
3. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari
profil kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang
"buruk" dalam segi diet keluarga.
4. Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya
level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
5. Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit
jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding
(endotel) pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan
lemak yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.
6. Tekanan darah tinggi (hipertensi).

6
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan
terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab
penyakit arteri/jantung koroner.

7. Kegemukan (obesitas).
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari
banyaknya lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang
obesitas lebih menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang
merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung koroner.
8. Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan
yang rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat
seseorang terkena penyakit jantung koroner.
9. Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi
situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan
jiwa.

C. PATOFISIOLOGI
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol, lemak tetimbun di intima
arteri. Timbunan ini akan mengakibatkan terganggunya absorbsi nutrient sel-
sel endotel yang menyusun lapisan dalam pembuluh darah dan menyumbat
aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Sel-sel
endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut.Selanjutnya lumen bertambah sempit dan aliran darah bisa
terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan
cenderung terjadinya pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan
bagaiman terjadinya koagulasi intravaskuler yang diikuti oleh penyakit
tromboemboli.
a. CAD ditandai oleh penyempitan koroner arteri akibat aterosklerosis,
spasme atau, jarang, emboli.

7
b. Perubahan aterosklerosis pada arteri koroner hasil kerusakan ke lapisan
dalam arteri koroner dengan kekakuan pembuluh darah dan respon lalai
berkurang.
c. Akumulasi deposit lemak dan lipid, bersama dengan perkembangan plak
fibrosa atas kawasan yang rusak di pembuluh darah, menyebabkan
penyempitan pembuluh darah, sehingga mengurangi ukuran lumen
pembuluh darah dan menghambat aliran darah ke jaringan miokard.
d. Penurunan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan menyebabkan
iskemia miokard transien dan nyeri.
e. Penyebab plak arteri mengeras keras, sedangkan plak lembut dapat
menyebabkan pembentukan bekuan darah
Jenis Coroner Artery Disease :
1. Stabil
- Jenis yang paling umum, dipicu oleh aktivitas fisik, stres
emosional, paparan suhu panas atau dingin, makanan berat dan
merokok
- Terjadi dalam pola yang teratur, biasanya berlangsung 5 menit
atau kurang, dan mudah hilang dengan obat-obatan
2. Labil
- Mungkin onset baru nyeri dengan pengerahan tenaga atau saat
istirahat, atau percepatan terbaru dalam keparahan nyeri
- Terjadi pada tidak ada pola teratur, biasanya berlangsung lebih
lama ( 30 menit ), umumnya tidak lega dengan istirahat atau obat-
obatan
- Kadang-kadang dikelompokkan dengan infark miokard ( MI ) di
bawah diagnosis sindrom koroner akut ( ACS )
3. Variant (prinzmetal)
- Langka , biasanya terjadi saat istirahat - tengah malam hingga dini
hari nyeri mungkin parah
- Elektrokardiogram ( EKG ) berubah karena koroner spasme arteri

8
D. PATHWAY

-Ateroskelerosis Pajanan Stress


Terhadap Dingin
- Spasme Pembuluh Darah
Adrenalin
Vasokontriksi Meningkat

Aliran O2 arteri
koronaria menurun

Jantung
Kekurangan O2

Kontraksi Jantung Iskemia Otot Jantung


Mernurun

Nyeri

Curah Jantung
Menurun

Nyeri b.d Perlu Menghindari


iskhemia Komplikasi

Kurang Pengetahuan
b.d Deficit Knowledge

9
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut Price & Lorraine (2001) seperti:
1. Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau
terbakar;dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau
rahang)

2. Sesak napas
3. Berdebar-debar
4. Denyut jantung lebih cepat
5. Pusing
6. Mual
7. Kelemahan yang luar biasa

F. KOMPLIKASI

1. Aritmia
Merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan. Aritmia yaitu
gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan
eloktrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel. Misalnya perangsangan simpatis akan
meningkatkan kecepatan denyut jantung.

10
2. Gagal Jantung Kongestif
Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokard. Disfungsi ventrikel
kiri atau gagal jantung kiri akan menimbulkan kongesti pada vena
pulmonalis sedangkan pada disfungsi ventrikel kanan akan menimbulkan
kongesti pada vena sistemik.
3. Syok kardikardiogenik
Syok kardiogenik diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah
mengalami infark yang massif. Timbulnya lingkaran setan perubahan
hemodinamik progresif hebat yang irreversible yaitu penurunan perfusi
perifer, penurunan perfusi koroner, peningkatan kongesti paru yang bisa
berakhir dengan kematian.
4. Disfungsi Otot Papillaris
Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot papilaris akan mengganggu
fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran balik dari
ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat pengurangan aliran ke aorta dan
peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis.
5. Ventrikuler Aneurisma
Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan atrium atau apek
jantung. Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada
setipa sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup.
Aneurisma ventrikel dapat menimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung
kongestif kronik, embolisasi sistemik dari thrombus mural dan aritmia
ventrikel refrakter.
6. Perikarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung
berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga merangsang
permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.
7. Emboli Paru
Emboli paru bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia atau kematian
mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada pasien payah
jantung kongestif yang parah

11
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK PENUNJANG
1. Analisa gas darah (AGD)
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. Hb, Ht
4. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram
(EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya
PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada
tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan
atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing
memberikan gambaran yang berbeda.
5. Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen dada dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya
pembesaran (Kardomegali). Di samping itu dapat juga dilihat gambaran
paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini.
Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada
pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada
payah jantung.
6. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai factor resiko
meningkat. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya
serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung
7. Treadmill
Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun
dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah
merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa
gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini
disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada
keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat
gambaran EKG tampak normal.
8. Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang
seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi

12
(arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatanlengan atau melalui pembuluh
darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alar rontgen
langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya,
kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner
yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau
malahan mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau
penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada satu
pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh
koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan
penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja,
disamping mencegah atau mengendalikan factor resiko. Atau mungkin
memerlukan intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang
menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping
dibalon dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti cincin
atau gorng-gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya
penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan
atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah pintas
koroner.

H. PENATALAKSANAAN
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung.
Yang paling umum diantaranya:
1. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan
gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka
dari itu mengurangi resiko serangan jantung.
2. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan
tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi
jantung.
3. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian
meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri

13
dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan
berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk
penghilang nyeri dada secara cepat.
4. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and
Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah,
dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
5. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin,
Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein
Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk
penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut
merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner.
6. Intervensi Jantung Perkutan.
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang
menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik
selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung
yang menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka
penyempitan.Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk
membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana)
atau memiliki selubung obat (berlapis obat). Metode ini seringkali
menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung akut. Untuk
penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat
meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien
dengan penyakit pembuluh darah single atau double mendapat
keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau
keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal dengan Bedah
Bypass Arteri Jantung sering merupakan alternatif yang baik atau pilihan
pengobatan yang lebih baik.
7. Operasi.
- Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada,
lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah

14
langsung ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol
parallel ke jalan yang kecil dan sempit. Ini adalah operasi yang aman,
dengan rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa serangan
jantung sebelumnya dan melakukan CABG sebagai prosedur elektif,
resiko dapat serendah 1 persen.
- Revaskularisasi Transmiokardia
Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk
melakukan CABG, prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia
juga tersedia di NHCS. Pada prodesur ini, laser digunakan untuk
membakar banyak lubang kecil pada otot jantung. Beberapa lubang
ini berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini membantu
mengurangi angina

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahahan
kontraktilitas, perubahan struktual (kelainan katup,aneurisme ventrikular).
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelalahan dan dispnue akibat
turunnya curah jantung.
3. Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium dan air
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler paru, contoh pengumpalan cairan didalam area interstial/alveoli.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema,
penurunan perfusi jaringan.

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Curah jantung menurun b.d Perubahan kontraktilitas miokardial atau


perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi jantung,
perubahan struktural. (mis: kelainan katup, aneurisma ventrikel)

a. Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan, klien


menunjukkan adanya penurunan curah jantung.
b. Kriteria Hasil:

15
2. Frekuensi jantung meningkat
3. Status Hemodinamik stabil
4. Haluaran Urin adekuat
5. Tidak terjadi dispnu
6. Akral Hangat

Intervensi

1. Auskultasi nadi apical,kaji frekuensi,irama jantung.


Rasional : Biasanya terjadi tachycardia untuk mengkompensasi
penurunan kontraktilitasjantung.
2. Catatbunyijantung.
Rasional : S1 dan s2 lemah, karena menurunnya kerja pompa S3
sebagai aliran ke dalam serambi yaitu distensi. S4 menunjukkan
inkopetensi atau stenosis katup.
3. Palpasi nadi perifer.
Rasional : Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat
dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.
4. Pantau tekanan darah.
Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh
CO dan pengisisanjantung.
5. Pantau keluaran urine, catat penurunan keluaran, dan kepekatan atau
konsentrasi urine.
Rasional : Dengan menurunnya CO mempengaruhi suplai darah ke ginjal
yang juga mempengaruhi pengeluaran hormone aldosteron yang
berfungsi pada proses pengeluaran urine.
6. Kaji perubahan pada sensori contoh: letargi, bingung, disorientasi, cemas
dan depresi.
Rasional : Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder
terhadap penurunan curah jantung.
7. Berikan istirahat semi recumbent (semi-fowler) pada tempat tidur.
Rasional : Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung dan menurunkan
kebutuhan oksigen dan penurunan venous return.

16
8. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung, obat
diuretic dan cairan.
Rasional : Membantu dalam proses kimia dalam tubuh.
9. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan, kelelahan, perubahan tanda vital,
adanya dysritmia, dyspnea, pucat, berkeringat.
Tujuan dan kriteria hasil:
1. Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan
2. Memenuhi perawatan diri sendiri
3. Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan
oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi
1. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasodilator, diuretic
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek
obat (vasodilatasi), perpindahan cairan atau pengaruh fungsi jantung.
2. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia,
dispnea, berkeringat, pucat
Rasional : Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk
meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan
peningkatan segera frekuensi jantung.
3. Kaji penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat.
Rasional : Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (beta bloker,
traquilizer, sedative), nyeri dan program penuh stress juga memerlukan
energi dan menyebabkan kelemahan.
4. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung
daripada kelebihan aktivitas.
5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi
periode aktivitas dengan istirahat
Rasional : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa
mempengaruhi stress miokard.
6. Implementasikan program rehabilitasi jantung atau aktivitas.

17
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindarai kerja
jantung atau konsumsi oksigen berlebih. Penguatan dan perbaikan fungsi
jantung dibawah stress, : bila disfungsi jantung tidak dapat baik kembali.

 Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus


(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium dan air.

18
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

a. Identitas Diri Klien

Nama : Tn.As

Tanggal masuk RS : 16 Oktober 2018

Tempat/tgl lahir : 11/12/1976

Umur : 42 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl.L

Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Tanggal masuk RS : 16 Oktober 2018

Tanggal pengkajian : 16 Oktober 2018

b. Status Kesehatan Saat Ini

1. Keluhan Utama

Pasien mengeluh sesak dan nyeri dada saat beraktivitas.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Sebelumnya pasien pernah masuk rumah akit dengan keluhan yang
sama, saat pasien beraktivitas pasien merasa sesak dan nyeri pada

19
dada, pasien segera dibawa kerumah sakit dan dilakukan kateterisasi
jantung dan mendapatkan hasil LHD : Total Occlusi LCX-Difuse Disease,
RCA : Stenosis 40% RPDA 80%

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan memiliki riwayat Hipertensi

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien tidak mempunyai riwayat penyakit menular seperti


hepatitis dan HIV/AIDS serta keluarga pasien tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit jantung koroner.

5. Riwayat Psikososial Dan Spiritual

– Psikososial : Pasien dapat berhubungan baik


dengan pasien, perawat maupun anggota keluarga.

– Spiritual : Pasien beragama islam dan rutin


menjalankan sholat 5 waktu. Di rumah sakit tidak
pernah menjalankan sholat karena sedang sakit.

6. Pola Aktivitas Sehari – Hari

Pola Aktivitas Di Rumah Di RS

Lunak jantung 3x/hari. Pasien hanya


Nutrisi Makan biasa 3 x/hari
menghabiskan 2-3 sendok makan karena
dengan nasi, lauk dan
pasien mengeluh mual
sayur
Minum air putih ± 5-6 gelas/hari
Minum air putih ± 6-7
gelas/hari BAK : 4-5 x/hari

20
Eliminasi BAK : 4-5 x/hari BAB : 1-3 x/ hari konsistensi lembek

Istirahat BAB : 3 x/hari konsistensi Siang ± 2 jam/hari


keras
Malam ± 6 jam/hari
Tidur Siang ± 1 jan/hari
Hygiene Mandi 2 x/hari diseka ditempat tidur, ganti baju
Malam ± 7 jam/hari dan gosok gigi dibantu perawat / keluarga.

Mandi 2 x/hari, ganti baju Lebih banyak di tempat tidur karena pasien
Aktivitas
dan gosok gigi dilakukan bedrest
sendiri

Sebagai Ibu RT

a. Keadaan/Penampilan/Kesan Umum Pasien

Keadaan umum pasien kelihatan pucat, meringis kesakitan sambil


memegang dada tapi kesadaran baik./ CM

b. Tanda – Tanda Vital

Suhu tubuh : 37 º C

Denyut nadi : 84 x/menit

Tensi / TD : 110 / 70 mmHg

Respirasi : 28 x/menit

TB/BB : 156 cm/52 kg.

c. Pemeriksaan Fisik

(diutamakan pada sistem yang terganggu sesuai dengan penyakitnya ).

21
1) Pemeriksaan Kepala Dan Leher

Kepala

Inspeksi : kulit kepala bersih, rambut warna hitam

Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan tapi pasien
mengeluh pusing

Mata

Inspeksi : Conjungtiva merah muda, sclera putih

Telinga

Inspeksi : Telinga luar bersih, tidak ada lesi, kedua telinga simetris

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan atau massa

Hidung

Inspeksi : Lubang hidung simetris, tidak ada secret di lubang


hidung, pasien dapat mengidentifikasi bau dengan
benar

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, frontalis


dan etmoidalis

Mulut

Inspeksi : Membran mukosa bibir kering, pucat, gusi tidak ada lesi

Leher

Inspeksi : Tidak ada pembengkakan

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjaran tiroid, tidak ada nyeri


tekan

22
2) Pemeriksaan Integumen / Kulit dan Kuku

Kulit

Inspeksi : warna sawo matang, tidak ada kemerahan, kulit kering

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terjadi pitting oedem

3) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak : Tidak terkaji

4) Pemeriksaan Thorax / Dada

Inspeksi thorax : Pergerakan thoraks saat ekspirasi dan inspirasi kanan


dan kiri bersamaan, adanyeri tekan karena pasien mengeluh nyeri dada

Paru Perkusi : Bunyi sonor / timpani pada lapang kanan dan kiri

AUSKULTASI :Terdengar bunyyi wheezing,rhonki tidak ada

5) Pemeriksaan Jantung

Palpasi : tidak ada bunyi tambahan ronchi, wheezing, rales

Auskultasi : bunyi S1 dan S2 tunggal

6) Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Tidak terlihat adanya luka

Palpasi : Tidak teraba massa, turgor kulit kenyal, tidak terdapat


nyeri tekan

Perkusi : bunyi abdomen timpani

Auskultasi : Terdengar bising usus 8 x/menit.

7) Pemeriksaan Muskuloskeletal

MMT 4 4

23
4 4

Ket :

4 : Gerakan normal, mampu melawan gravitasi dan mampu menahan


beban minimal

5 : Gerakan normal penuh, dan mampu melawan gaya gravitasi dengan


tekanan penuh

8) Pemerikasaan Neurologi

Reflek patela : +/+

Reflek pupil : +/+

GCS : 4 – 5 – 6

4 : Bingung

5 : Gerakan spontan atau mampu mengikuti perintah

6 : Mengikuti perintah

9) Pemeriksaan Status Mental

Kesadaran composmentis

10) Pemeriksaan Penunjang Medis

kateterisasi jantung dan mendapatkan hasil LHD : Total Occlusi LCX-


Difuse Disease, RCA : Stenosis 40% RPDA 80%

11) Pelaksanaan/Terapi

– ISDN 3 X 5 mg

– Salbutamol 3x1 tb

24
– Inj. Cefoperazon 3x1 gr

– cpg 1x1tb

– aspilet 1x1tb

– simpastatin 1X1tb

– Inj. Lovenoc 2X1

12) Harapan Klien / Keluarga Sehubungan Dengan Penyakitnya

– Pasien dan keluarga berharap cepat sembuh dan bisa cepat pulang

B. ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. As

Umur : 42 tahun

No. Reg : 11xxxxxx

Data Etiologi Masalah

1Data Subyektif :
Iskemia atau Gangguan rasa
Pasien menyatakan nyeri pada dada
suplai O2 ke nyaman nyeri
sebelah kiri
jaringan jantung
Data Obyektif :
berkurang atau
– Pasien nampak kesakitan
sumbatan pada
– Pasien tampak pucat
arteri koronaria
– TD : 120/80 mmHg
– Skala nyeri 5(dari rentan 1-10)

2.Data Subyektif :
Menurunnya Penurunan cardiac
Pasien mengeluh lemah, sesak nafas,

25
sulit melakukan aktivitas yang berlebih, kontraksi jantung output
sering terbangun pada malam hari
karena sesak dan

sesak nafas, sulit melakukan aktivitas


yang berlebih, sering terbangun pada
malam hari karena sesak dan nyeri dada

Data Obyektif :

– TD : 120/80 mmHg

– P : 82 x/mnt

– Kulit dingin

– N : 82 x/mnt

3.Data Subyektif : Ketidakseimbangan Intoleransi aktifitas


antara suplai dan
Pasien mengeluh sesak bila bangun dari
kebutuhan oksigen
posisi tidur

Data Obyektif :

Pasien bedress.
Mual muntah
4.Data subjektif
Gangguan nutrisi
– pasien mengeluh tidak mau makan kurang dari

26
Data Objektif kebutuhan

Pasien makan hanya habis 3 sendok


tiap kali makan.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan atau


sumabtan pada arteri koronaria

2. Penurunan cardiac output berhubungan dengan menutunnya kontraksi


otot jantung

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen

4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


muat muntah

27
BAB
IV PEMBAHASAN

Berdasarkan data dari bab 1 sampai bab 3 disimpulkan seringkali pasien


Coronary Arterio Disease datang ke rumah sakit dalam keadaan lemah, ada nyeri
dada dan sesak napas. Masalah yang harus diperhatikan adalah menjaga pola
napas , mengurangi nyeri dada, kebutuhan istirahat, bedrest total dan pembatasan
pencegahan komplikasi.
Pada kasus terdapat data – data pengkajian, baik berupa identitas klien,
riwayat kesehatan, dan laboratorium yang kurang jika kita kaitkan dengan tinjauan
teori. . Secara ilmu fisiologi dan patofisiologi, proses penyakitnya dapat digambarkan
sebagai berikut :.
Diagnosa Keperawatan Menurut teori Penurunan curah jantung berhubungan
dengan perubahahan kontraktilitas, perubahan struktual (kelainan katup,aneurisme
ventrikular).
1. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelalahan dan dispnue akibat
turunnya curah jantung.
2. Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium dan air
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler
paru, contoh pengumpalan cairan didalam area interstial/alveoli.
4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema, penurunan
perfusi jaring
Diagnosa berdasar kasus Tn.As adalah :
1. Penurunan cardiac output berhubungan dengan menutunnya kontraksi
otot jantung
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
3. Intoleransi aktifitas sd ketidak seimbangan suplay dan kebutuhan
Oksigen

28
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
muat muntah
a. Diagnose yang diangkat pada kasus Tn.As sebagian sesuai teori,
ada 1 yang tidak sesuai yaitu diagnose tentang nutrisi. Hal ini
dikarenakan klien mengalami mual dan muntah.
3.Intervensi keperawatan
Seluruh intervensi keperawatan yang diberikan kepada Tn.As sesuai dengan
konsep keperawatan. Untuk planning intervensi keperawatan.

29
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ


jantung. Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang
dimiliki oleh penyakit jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga
salah satu penyakit yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya
faktor resiko yang antara lain adalah tekanan darah tinggi (hipertensi),
tingginya kolesterol, gaya hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga),
diabetes, riwayat PJK pada keluarga, merokok, konsumsi alkohol dan faktor
sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat dicegah dengan
melakukan pola hidup sehat dan menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola
makan yang sehat, menurunkan kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan
olehraga secara teratur, menghindari stress kerja.

B. SARAN
Kelompok berharap makalah ini dapat digunakan oleh perawat untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan intervensi
keperawatan pada pasien CAD sehingga dapat meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan yang diberikan dan perbaikan kondisi pasien.
Kelompok juga berharap makalah ini dapat digunakan oleh
mahasiswa keperawatan untuk meningkatkan pemahaman tentang CAD dan
asuhan keperawatan pada pasien CAD sehingga dapat menjadi bekal
pengetahuan untuk meningkatkan prestasi akademik maupun ketrampilan
saat terjun ke klinik. .Apabila dalam penulisan makalah ini ada kesalahan
maupun kekurangan, maka kelompok mengharapkan kritik dan saran untuk
memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.

30
DAFTAR PUSTAKA

D, M. (2016). Heart Disease and Stroke Statistics. Update A Report From The
American Heart Association AHA, 23-25.

Indonesia, K. K. (2017, july 29). Penyakit Jantung Penyebab Kematian Tertinggi,


Kemenkes Ingatkan CERDIK. Untuk Indonesia yang lebih sehat , p. 65.

31

Anda mungkin juga menyukai