Anda di halaman 1dari 80

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

U (47 thn) DENGAN


DIAGNOSA CORONARY ARTERY DISEASE
DI RUANG KENANGA RUMAH SAKIT AL-IHSAN BANDUNG

diajukan untuk memenuhi tugas Case Based Learning II Keperawatan Medikal


Bedah
Dosen Pengampu: Ns. Nina Gartika, M.Kep

disusun oleh:
Anti Sumiati (302019082)
Kelas 2B

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
Jl. K.H.A. Dahlan No.6 Bandung
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.


Puji dan syukur tidak lupa saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwa Ta’ala
yang berkat anugerah dari-Nya saya mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Tn. U (47 Thn) Dengan Diagnosa Coronary Artery
Disease di Ruang Kenanga Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung”. Sholawat serta salam
dihaturkan kepada junjungan agung Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘alaihim
Wa sallam yang telah memberikan pedoman kepada kita jalan yang sebenar-
benarnya jalan berupa ajaran agama Islam yang begitu sempurna dan menjadi
rahmat bagi alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena mampu menyelesaikan makalah ini tepat
waktu sebagai pemenuh tugas Case Based Learning II Keperawatan Medikal
Bedah. Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Ns. Nina Gartika,
M.Kep. selaku fasilitator Case Based Learning II Keperawatan Medikal Bedah
yang telah memberikan tugas ini kepada saya, sehingga saya dapat menambah
wawasan mengenai asuhan keperawatan pada Tn. U (47 thn) dengan diagnosa
coronary artery disease di Ruang Kenanga Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung. Selain
itu, saya juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu
saya merampungkan makalah ini sampai selesai.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Saya menyadari, makalah yang saya tulis
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 05 Juli 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan Makalah ........................................................................ 2

BAB II LANDASAN TEORITIS ...................................................................... 3

A. Konsep Coronary Artery Disease .............................................................. 3

1. Definisi Coronary Artery Disease (CAD) ............................................... 3

2. Etiologi Coronary Artery Disease (CAD) ............................................... 4

3. Manifestasi Klinis Coronary Artery Disease (CAD) ............................... 5

4. Patofisiologi Coronary Artery Disease (CAD) ....................................... 6

5. Komplikasi Coronary Artery Disease (CAD) ....................................... 10

6. Pemeriksaan Penunjang Coronary Artery Disease (CAD) .................... 10

7. Penatalaksanaan Coronary Artery Disease (CAD) ................................ 12

8. Diet pada pasien Coronary Artery Disease (CAD) ............................... 14

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Coronary Artery Disease ....... 15

1. Pengkajian Keperawatan ...................................................................... 15

2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 18

2. Intervensi Keperawatan........................................................................ 18

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................. 29

A. Pengkajian............................................................................................... 30

B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 42

ii
iii

C. Intervensi Keperawatan ........................................................................... 43

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ................................................. 53

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 72

A. Kesimpulan ............................................................................................. 72

B. Saran ....................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 75


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di Indonesia, coronary artery disease merupakan penyebab utama dan pertama
dari seluruh kematian. Data Riskesdas tahun 2018 dikutip dalam (Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2019) menunjukkan prevalensi
kardiovaskuler di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, yakni berdasarkan
diagnosis dokter terdapat sebanyak 15% (15 dari 1000 orang yang menderita
penyakit jantung). Diantara masalah kardiovaskuler tersebut, Sindrom koroner akut
(SKA) merupakan masalah utama penyebab angka perawatan rumah sakit dan
angka kematian yang tinggi.
CAD merupakan kondisi dimana terjadi penumpukan plak pada arteri koroner
yang menyebabkan arteri koroner jadi menyempit. Kondisi ini biasanya disebabkan
oleh terkumpulnya kolestrol sehingga membentuk plak pada dinding arteri dalam
jangka waktu yang cukup lama. Proses tersebut disebut aterosklerosis. CAD dapat
menyebabkan otot jantung melemah, dan menimbulkan komplikasi seperti gagal
jantung dan gangguan irama jantung (Hall, J. E. and Guyton, A. dalam (Pratiwi &
Saragi, 2018)).
Selain aterosklerosis, banyak faktor yang turut berkontribusi terhadap
terjadinya CAD diantaranya CAD disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor yang dapat
diubah dan factor tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah adalah usia,
jenis kelamin dan riwayat keluarga. Sedangkan faktor yang dapat diubah yaitu
hyperlipidemia, hipertensi, diabetes mellitus, gaya hidup, merokok maupun stress
psikologis. (Anies, 2005 dalam (Maia, 2019)).
CAD terdiri dari CAD stabil tanpa gejala dan angina pektoris stabil
(APS)(Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2019)). APS
memiliki gejala nyeri dada atau rasa tidak nyaman atau rasa tertekan berat di dada
ketika melakukan aktivitas yang melebihi aktivitas sehari-hari sedangkan sindrom
koroner akut memiliki gejala keringat dingin, sesak nafas dan mual muntah.
Sehingga untuk mencegah hal tersebut perlu dideteksi secara dini dan manajemen
menggunakan konseling dan obat-obatan yang sesuai. Selain itu, CAD juga

1
2

memiliki tanda iskemia miocard, dan disaritmia.


Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan memiliki peran dalam
mendampingi, memantau, dan merawat pasien, untuk meningkatkan kualifikasi
perawat dengan menerapkan model asuhan keperawatan pada Tn. U (47 thn)
dengan diagnosa coronary artery disease di Ruang Kenanga Rumah Sakit Al-Ihsan
Bandung. Oleh karena itu saya tertarik untuk menyusun makalah ini karena
urgency asuhan keperawatan pada pasien CAD dan juga salah satu pemenuhan
tugas dari Case Base Learning I (CBLI).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas didapatkan masalah bagaimana asuhan keperawatan
pada Tn. U (47 thn) dengan diagnosa coronary artery disease di Ruang Kenanga
Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung.

C. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai dari suatu makalah. Adapun
tujuan penulisan pada makalah dalam kasus asuhan keperawatan pada Tn. U (47
thn) dengan diagnosa coronary artery disease di Ruang Kenanga Rumah Sakit Al-
Ihsan Bandung ini sebagai berikut;
Tujuan umum: untuk mengetahui tentang materi coronary arterial disease.
Tujuan khsusus:
1. untuk mengetahui apa itu definisi CAD.
2. untuk mengetahui bagaimana etiologi CAD.
3. untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis CAD.
4. untuk mengetahui bagaimana patofisiologi CAD.
5. untuk mengetahui komplikasi CAD.
6. untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang CAD.
7. untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan pada pasien CAD.
8. untuk mengetahui apa saja diet pada pasien CAD.
9. untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien CAD.
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Coronary Artery Disease


1. Definisi Coronary Artery Disease (CAD)
Coronary Artery Disease (CAD) atau lebih dikenal Penyakit Jantung
Koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi jantung yang disebabkan karena
adanya penyempitan dan tersumbatnya pembuluh darah jantung. Kondisi ini dapat
mengakibatkan perubahan pada berbagai aspek, baik fisik, psikologis, maupun
sosial yang berakibat pada penurunan kapasitas fungsional jantung dan
kenyamanan (Mutarobin, 2019).

Coronary Artery Desease (CAD) adalah penyempitan atau penyumbatan


arteri korener, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah
melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya
mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri
koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung dan kerusakan
pada otot jantung (Ederle, J., Featherstone, R. L. and Brown, M dalam (Pratiwi &
Saragi, 2018)).

CAD merupakan kondisi dimana terjadi penumpukan plak pada arteri


koroner yang menyebabkan arteri koroner jadi menyempit. Kondisi ini biasanya
disebabkan oleh terkumpulnya kolestrol sehingga membentuk plak pada dinding
arteri dalam jangka waktu yang cukup lama. Proses tersebut disebut aterosklerosis.
CAD dapat menyebabkan otot jantung melemah, dan menimbulkan komplikasi
seperti gagal jantung dan gangguan irama jantung (Hall, J. E. and Guyton, A. dalam
(Pratiwi & Saragi, 2018)).

Aterosklerosis berasal dari basa Yunani yang berarti penebalan tunika


intima arteri dan penimbunan lipid yang mencirikan lesi yang khas, penumpukan
lipid ini bisa terjadi pada aorta (menyebabkan penyakit aneurisma), arteri popliteal

3
4

& femoralis (menyebabkan penyakit pembuluh darah perifer), arteri karotis


(menyebabkan stroke), arteri renalis (menyebabkan penyakit jantung iskemik atau
infark miokardium)(Price & Lorraine M. Wilson, 2006).

Gambar 2.1 Aterosklerosis


Dapat disimpulkan bahwa Coronary Artery Desease (CAD) adalah
penyempitan arteri korener berupa plak lipid di tunika intima, arteri yang
menyalurkan darah yang berisi oksigen dan nutrisi ke otot jantung itu akan
tersumbat, sehingga jantung tidak mendapatkan suplai oksigen dan nutrisi, hal ini
menyebabkan kerja jantung menurun dan akan menimbulkan penyakit gagal
jantung.

2. Etiologi Coronary Artery Disease (CAD)


Faktor- faktor utama penyebab serangan jantung yaitu perokok berat,
hipertensi dan kolesterol. Faktor pendukung lainnya meliputi obesitas, diabetes,
kurang olahraga, genetik, stres, dan pil kontrasepsi oral. Faktor risiko seperti umur,
keturunan, jenis kelamin, anatomi pembuluh koroner dan faktor metabolisme
adalah faktor-faktor alamiah yang sudah tidak dapat diubah. Namun ada berbagai
faktor risiko yang justru dapat diubah atau diperbaiki. Sangat jarang orang
menyadari bahwa faktor risiko PJK bisa lahir dari kebiasaaan hidup sehari-hari
5

yang buruk misalnya pola komsumsi lemak yang berlebih, perilaku merokok,
kurang olaraga atau pengelolaan stress yang buruk (Anies, 2005 dalam (Maia,
2019)).

Dari faktor risiko tersebut ada yang dikenal dengan faktor risiko mayor
dan minor. Faktor risiko mayor meliputi hipertensi; hyperlipidemia (peningkatan
lipid serum, yang meliputi: Kolesterol > 200 mg/dl, Trigliserida > 200 mg/dl, LDL
> 160 mg/dl, HDL < 35 mg/dl), merokok; merokok akan melepaskan nikotin dan
karbonmonoksida ke dalam darah. Karbonmonoksida lebih besar daya ikatnya
dengan hemoglobin daripada dengan oksigen. Akibatnya suplai darah untuk
jantung berkurang karena telah didominasi oleh karbondioksida. Sedangkan nikotin
yang ada dalam darah akan merangsang pelepasan katekolamin. Katekolamin ini
menyebabkan konstriksi pembuluh darah sehingga suplai darah ke jantung
berkurang. Merokok juga dapat meningkatkan adhesi trombosit yang
mengakibatkan terbentuknya thrombus; dan obesitas. Sedangkan faktor risiko
minor meliputi DM, stress karena dapat meningkatan kadar kortisol yang
menyebabkan ateroklerosis, hipertensi, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah
dan merangsang kemotaksis; kurang olaraga, riwayat keluarga, dan usia. (Maia,
2019)

3. Manifestasi Klinis Coronary Artery Disease (CAD)


Menurut (Brunner & Suddarth, 2016), gejala dan komplikasi terjadi sesuai
dengan lokasi dan derajat penyempitan lumen arteri, pembentukan thrombus, dan
obstruksi aliran darah ke miokardium. Gejala tersebut mencakup:
a. Iskemia: kekurangan suplai darah ke jaringan atau organ tubuh karena
permasalahan pada pembuluh darah.
b. Nyeri dada: angina pektoris.
Nyeri/rasa tidak nyaman di dada, di substernal, dada kiri atau
epigastrium, menjalar ke leher, bahu kiri, dan tangan kiri, serta
punggung. Seperti tertekan, diremas-remas, terbakar atau ditusuk.
Timbul tiba-tiba dengan intensitas tinggi, berat ringan bervariasi
(Dwiputra, 2019)
6

c. Gejala atipikal berupa iskemia miokardium; (Yasuki, 2021)


- sesak napas: jika jantung tidak mampu memompakan darah
keseluruh tubuh akibat adanya gangguan pada kontraktilitas
jantung, hal ini dapat mengakibatkan penumpukan darah dijantung
sehingga terjadi aliran balik ke paru-paru hal ini menyebabkan
timbulnya penumpukan cairan di dalam paru-paru maka seseorang
akan mengalami sesak nafas.
- keringat dingin: pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan
ketekolamin yang meningkatkan stimulasi simpatis sehingga terjadi
vasokontriksi pembuluh darah perifer sehingga kulit akan menjadi
berkeringat, dingin dan lembab.
- mual, muntah: Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit
jantung adalah di dada dan di daerah perut khususnya ulu hari
tergantung bagian jantung mana yang bermasalah. Nyeri pada ulu
hati bisa merangsang pusat muntah.
- Lemas, pusing melayang, serta pingsan: dapat terjadi disebabkan
karena jantung tidak mampu memompakan darahnya keseluruh
tubuh sehingga suplai oksigen kejaringan berkurang sehingga
seseorang merasakan kelemahan..
d. Infark miokardium/ serangan jantung.
e. Distrimia/ denyut jantung dapat menjadi lebih cepat, atau tidak
beraturan, dan kematian mendadak.
Selain itu dapat ditemukan tanda klinis seperti, hipertensi dan diaphoresis
yang menunjukkan adanya respon katekolamin, edema, dan peningkatan tekanan
vena jugular yang menunjukkan adanya gagal jantung.

4. Patofisiologi Coronary Artery Disease (CAD)


CAD biasanya disebabkan oleh aterosklerosis, sumbatan pada arteri
coroner oleh plak lemak dan fibrosa. Plak atheroma (kolesterol & zat sisa
metabolisme) pembuluh darah coroner dapat pecah akibat perubahan komposisi
plak dan penipisan fibrosa yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti
oleh proses agregasi/pengumpulan trombosit dan aktivasi jalur koagulasi sehingga
7

terbentuk thrombus yang kaya trombosit (white thrombus). Thrombus ini akan
menyumbat lubang pembuluh darah coroner, baik secara total maupun parsial; atau
menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh coroner.

Berkurangnya aliran darah coroner menyebabkan iskemia miokardium.


Ketika kebutuhan oksigen miokardium lebih besar dibanding yang dapat disuplai
oleh pembuluh yang tersumbat sebagian, sel miokardium menjadi iskemik dan
berpindah ke metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob menghasilkan asam
laktat yang merangsang ujung saraf otot, menyebabkan nyeri. Selain itu,
penumpukan asam laktat mempengaruhi permeabilitas membrane sel, yang
melepaskan zat seperti histamine, bradikinin, enzim khusus yang merangsang
serabut saraf terminal diotot jantung dan mengirimkan impuls nyeri ke system saraf
pusat. Nyeri berkurang saat suplai oksigen kembali dapat memenuhi kebutuhan
miokardium.

Sementara, ketika suplai oksigen berhenti dalam waktu kuranglebih 20


menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis. Infark miokard/ serangan
jantung tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah coroner.
Sumbatan sub total yang disertai vasokonstrikasi yang dinamis juga dapat
menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard).
Selain nekrosis, iskemia juga menyebabkan gangguan kontraktilitas miokardium
(setelah iskemia hilang), serta distrimia dan remodelling 9 ventrikel (perubahan
bentuk, ukuran, dan fungsi ventrikel) (YASUKI, 2021).
8

PATHWAY CAD
Merokok Hipertensi Hiperlipidemia Aterosklerosis Diabetes mellitus

Nikotin Rangsangan saraf HDL dan LDL Penyempitan lumen Terjadi peningkatan
simpatis untuk pembuluh darah glukosa darah
mengeluarkan secara progresif
Kekentalan darah Merusak sel endotel
norepinefrin
meningkat pembuluh darah Viskositas darah
Penyumbatan arteri meningkat
Norepinefrin berikatan koroner
Aliran darah melambat dengan reseptor α Terbukanya
& merangsang pembuluh darah Melambatnya aliran
pembentukan bekuan darah
Sel otot polos Coronary Artery Disease
darah Molekul seperti (CAD)
berkontraksi
kolestrol, LDL
Menempel pada masuk kedalam
pembuluh darah Pengerasan dinding lapisanpembuluh
arteri darah Usia
Aktivasi reaksi sel
Penyempitan pembuluh Pengerasan dinding tubuh lainnya
darah arteri
Hilangnya elastisitas pembentukan radikal Perubahan fungsi
pembuluh darah arteri bebas kedalam pembuluh darah
pembuluh darah
Penyempitan Terjadi akumulasi Hilangnya elastisitas
pembuluh darah lemak pada pembuluh pembuluh darah
darah

Kekakuan pembuluh
Timbulnya plak darah arteri

Penyempitan
pembuluh darah
9

Iskemia miokardium Coronary Artery


Aliran darah kejantung Disease (CAD)
menurun

Hipoksia jaringan
jantung Jumlah darah yang ATP yang dihasilkan
Terjadi metabolisme
dipompa kembali ke sedikit
anaerob
ventrikel
Infark miokardium
Penurunan kemampuan
Peningkatan asam laktat Darah yang seharusnya tubuh untuk menyediakan
Penurunan dipompakan keseluruh energi
kontraktilitas jantung tubuh tersisa diventrikel
Reseptor nyeri terangsang kiri
Kelemahan/Fatigue

Gangguan fungsi sistolik Volume darah meningkat


Nyeri akut ventrikel kiri Intoleransi aktivitas

Penurunan cardiac output


Lemahnya miokardium Tekanan diventrikel menurun
mendorong volume
darah keluar jantung
Penurunan fraksi ejeksi Darah dari atrium tidak
dapat masuk secara
Bendungan vena menyeluruh
pulmonalis
Penurunan curah jantung

Peningkatan tekanan vena Gangguan pertukaran


pulmonalis gas
10

5. Komplikasi Coronary Artery Disease (CAD)


Penyumbatan pada arteri koroner dapat menyebabkan beberapa
komplikasi sebagai berikut ((AHA), 2016):

a. Nyeri dada (Angina Pektoris). Hal ini terjadi ketika penyempitan arteri
koroner menjadi lebih parah dan memengaruhi pasokan oksigen ke
otot-otot jantung, terutama selama dan setelah olahraga berat.

b. Serangan jantung (Infark Miokard). Hal ini terjadi ketika aliran darah
benar-benar terhalang sepenuhnya. Kekurangan darah dan oksigen akan
menyebabkan kerusakan permanen pada otot jantung.

c. Gagal jantung (Congestive Heart Failure/CHF). Jika beberapa area otot


jantung kekurangan pasokan darah atau rusak setelah terjadinya
serangan jantung, maka jantung tidak akan bisa memompa darah
melalui pembuluh darah ke bagian tubuh lainnya. Hal ini akan
memengaruhi fungsi organ lainnya pada tubuh.

d. Aritmia (irama jantung yang tidak normal). Aritmia merupakan


gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan
elektrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik
aktivitas listrik sel misalnya perangsangan simpatis akan meningkatkan
kecepatan denyut jantung.

6. Pemeriksaan Penunjang Coronary Artery Disease (CAD)


Menurut (Yasuki, 2021) pemeriksaan yang dapat dilakukan ialah
pemeriksaan tekanan darah, tes darah dan tes kadar gula/protein dalam air seni, dll.
Pemeriksaan terkait lainnya mencakup ((AHA), 2016):

a. Elektrokardiogram (EKG): Pemeriksaan EKG pada saat latihan fisik


dilakukan untuk mengkaji respon jantung terhadap peningkatan beban
kerja seperti latihan fisik. Pemeriksaan dianggap positif PJK jika
11

ditemukan iskemia miokard pada EKG yakni adanya penurunan


segmen ST, pasien mengalami nyeri dada, atau pemeriksaan
dihentikan jika terjadi keletihan berlebihan, atau gejala lain sebelum
perkiraan laju jantung maksimal dicapai,
b. Kateterisasi jantung. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan
kateter semacam selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan
langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha,
lipatanlengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter
didorong dengan tuntunan alat rontgen langsung ke muara pembuluh
koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan
kontras sehinga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah
itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada
penyumbatan.
c. Foto rontgen dada. Dari foto rontgen dada dapat menilai ukuran
jantung, ada tidaknya pembesaran (kardiomegali). Disamping itu
dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada coroner tidak dapat
dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai
apakah seorang penderita sudah berlanjut pada payah jantung.
d. Echokardiografi: dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik,
perubahan dalam fungsi/struktur katup atau penurunan kontraktilitas
ventricular.
e. MRI jantung: Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan
pergerakan dinding.
f. Pemeriksaan laboratorium

1) Perubahan enzim jantung, isoenzim, troponin T dan troponin I

a) CK-MB isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat


antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal
dalam 48-72 jam.

b) LDH meningkat dalam 14-24 jam, memuncak dalam 48-72 jam


dan kembali normal dalam 7-14 hari
12

c) Troponin-T, merupakan pertanda baru untuk infark miokard akut,


mulai meningkat 3-12 jam, puncak selama 12 jam – 2 hari,
kembali normal 5 – 14 hari.

d) Troponin-I mulai meningkat 3 - 12 jam, puncak selama 24 jam,


kembali normal 5 – 10 hari.

2) Peningkatan lipid serum meliputi : Kolesterol >200 mg/dl.


Trigliserida >200 mg/dl, LDL >160mg/dl, HDL <35.

3) Analisa gas darah dan laktat miokard, mungkin meningkat selama


serangan angina.

g. Angiografi coroner, adalah salah satu pemeriksaan invasif untuk


menggambarkan keadaan arteri koroner jantung dengan cara
memasukkan kateter pembuluh darah ke dalam tubuh dan
menginjeksikan cairan kontras untuk memberikan gambaran pembuluh
darah koroner pada pencitraan sinar-X segera setelah kontras
diinjeksikan.

7. Penatalaksanaan Coronary Artery Disease (CAD)


Pengobatan yang dapat diberikan ((AHA), 2016):
a. Pertahankan suplai oksigen, morfin sulfat untuk menurunkan
kebutuhan oksigen miokardium dengan menghilangkan nyeri dan
agitasi, obat diuretik menurunkan volume darah dan aliran balik vena
ke jantung, sehingga menurunkan volume dan ukuran ventrikel (Price
& Lorraine M. Wilson, 2006)
b. Aspirin: Obat ini bisa mengurangi viskositas darah dan memperlambat
atau mencegah penyumbatan arteri koroner.
c. Penyekat beta: Untuk memperlambat denyut jantung dan menurunkan
tekanan darah, untuk mengurangi beban kerja jantung.
d. Vasodilator: Untuk melebarkan pembuluh darah dan membantu
meringankan beban kerja jantung. Tersedia dalam berbagai bentuk,
seperti tablet sublingual, spray, dan patch.
13

e. Penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI – Angiotensin


Converting Enzyme Inhibitors): Obat-obatan ini berfungsi untuk
menurunkan tekanan darah. Digunakan untuk memperlambat
perkembangan komplikasi penyakit jantung koroner.
f. Penyekat saluran kalsium: Obat-obatan untuk menurunkan tekanan
darah yang bisa meningkatkan aliran darah di arteri koroner.
g. Bila diperlukan, dokter mungkin akan meresepkan statin (obat penurun
kolesterol) untuk pasien dengan kadar kolesterol darah yang tinggi.
h. Terapi reperfusi. Terapi reperfusi terdiri dari terapi fibrinolitik dan
intervensi koroner perkutan (PCI/ Prosedur intervensi dengan
menggunakan kateter untuk melebarkan atau membuka pembuluh
darah koroner yang menyempit dengan balon atau stent), merupakan
hal penting dalam tatalaksana CAD.

Gambar 2.2 PCI


j. Bedah pintas coroner adalah salah satu intervensi pada PJK yang
merupakan metode revaskularisasi dan umum dilakukan pada pasien
yang mengalami penyakit jantung coroner dan aterosklerosis dengan 3
atau lebih penyumbatan yang signifikan pada left main artery coroner.
k. Operasi (Purnomo & Muflihatin, 2015)
14

1) Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG). CABG melibatkan


penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada, lengan, atau kaki
untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung ke otot
jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol parallel ke jalan yang
kecil dan sempit. Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata
resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa serangan jantung
sebelumnya dan melakukan CABG sebagai prosedur elektif, resiko
dapat serendah 1 persen. Operasi biasanya dilakukan melalui sayatan
di tengah dada, ahli bedah memilih untuk melakukan prosedur
dengan jantung masih berdetak, menggunakan alat khusus yang
dapat menstabilkan porsi jantung yang dijahit.

2) Operasi Robotik. Penggunaan instrument ini sekarang membolehkan


operasi untuk dilakukan menggunakan sayatan kecil keyhole di
dinding dada. Metode ini menghasilkan pemulihan lebih cepat,
mengurangi nyeri, dan resiko infeksi luka lebih rendah. Namun, ini
sesuai untuk bypass hanya satu atau dua pembuluh darah.
3) Revaskularisasi Transmiokardia. Untuk pasien dengan pembuluh
darah yang terlalu kecil untuk melakukan CABG, prosedur disebut
Revaskularisasi Transmiokardia. Pada prodesur ini, laser digunakan
untuk membakar banyak lubang kecil pada otot jantung. Beberapa
lubang ini berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini membantu
mengurangi angina.

8. Diet pada pasien Coronary Artery Disease (CAD)


Menurut (Han & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, 2019) diet
yang sesuai pada pasien CAD diantaranya:
a. Berhenti merokok. Pasien yang berhenti merokok akan menurunkan
angka kematian dan Infark dalam 1 tahun pertama.
b. Berat badan. Untuk mencapai dan /atau mempertahankan berat badan
optimal.
15

c. Latihan melakukan aktivitas sedang selama 30-60 menlt 3-4x/minggu


(jalan, bersepeda, berenang atau aktivitas aerobic yang sesuai).
d. Diet mengkonsumsi makanan dengan kadar kolesterol rendah atau
lemak dengan saturasi rendah, seperti ikan, ayam dan daging rendah
lemak, kerang, susu & yoghurt rendah lemak, konsumsi <2 telur dalam
seminggu (hindari kuning telur), roti gandum, sayuran hijau, kacang-
kacangan, pisang, dan teh hijau.
e. Mengkonsumsi obat-obatan penurun kolesterol. Target primer
kolesterol LDL < 100mg/dl.
f. Hipertensi. Target tekanan darah <140/100.
g. Kontrol gula darah untuk mencegah hiperglikemia pada DM.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Coronary Artery Disease


1. Pengkajian Keperawatan

Menurut (Yasuki, 2021) pengkajian keperawatan pada pasien CAD yaitu:

b. Biodata Pasien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, nomor telepon, status
pernikahan, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, No. RM, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nama keluarga dekat yang bisa dihubungi, status, alamat, nomor
telepon, pendidikan, dan pekerjaan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Yang dikaji adalah riwayat penyakit yang dialami sekarang seperti
apakah ada nyeri, nyeri skala berapa, intensitas nyerinya, penyebab terjadinya
nyeri. Apakah terdapat sesak nafas, mual muntah, keringat dingin dan lemah.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Yang dikaji adalah riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat
opname dengan trauma, operasi, transfusi darah, alergi dan kebiasaan spesifik klien
lainnya. Selain itu, dikaji pula apakah sebelumnya pasien pernah menderita nyeri
dada, darah tinggi, DM, dan hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa
16

diminum oleh pasien pada masa lalu yang masih relevan. Catat adanya efek
samping yang terjadi di masa lalu. Tanyakan alergi obat dan reaksi alergi apa yang
timbul.
e. Riwayat keluarga
Kaji penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila ada anggota
keluarga yang meninggal, tanyakan penyebab kematiannya. Penyakit jantung
iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan factor risiko
utama untuk penyakit jantung pada keturunannya, apakah dikeluarga ada yang
meninggal mendadak?
f. Status kardiovaskular
Meliputi frekuensi dan irama jantung, tekanan darah arteri, tekanan
vena sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji paru (PCWP), bentuk
gelombang pada tekanan darah invasive, curah jantung dan cardiac index, serta
drainase rongga dada.
g. Status respirasi
Meliputi ukuran dan tanggal pemasangan ETT, masalah yang timbul
selama intubasi, gerakan dada, suara nafas, setting ventilator (frekuensi, volume
tidal, konsentrasi oksigen, mode, PEEP), kecepatan nafas, tekanan ventilator,
saturasi oksigen, serta analisa gas darah.
h. Status neurologi
Meliputi tingkat kesadaran, orientasi, pemberian sedasi, ukuran refleks
pupil terhadap cahaya, gerakan reflex (reflex muntah, patella, tendon), memori,
nervus cranial, serta gerakan ekstremitas.
i. Status fungsi ginjal
Meliputi haluaran urine, warna urine, osmolalitas urine, distensi
kandung kemih, serta kebutuhan cairan.
j. Status gastrointestinal
Meliputi bising usus, frekuensi bising usus, palpasi abdomen, nyeri
pada saat palpasi, mual, muntah, frekuensi BAB, konsistensi dan warna feses.
k. Status musculoskeletal
17

Meliputi kondisi kulit, gerakan ekstremitas, lokasi luka, kekuatan dan


tonus otot.
l. Nyeri
Meliputi lokasi, onset, paliatif, kualitas, medikasi, serta efek nyeri
terhadap aktivitas.
m. Pemeriksaan Diagnostik
• EKG Normal pada saat istirahat tetapi bisa depresi pada segmen ST,
gelombang T inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q
menunjukkan nekrosis.
• Echocardiogram. Untuk mengkaji fraksi ejeksi (normalnya > 55 %),
gerakan segmen dinding, volume sistolik dan diastolik ventrikel,
regurgitasi katup mitral karena disfungsi otot papiler dan untuk
mendeteksi adanya thrombus mural, vegetasi katup, atau cairan
pericardial.
• Laboratorium
a) Perubahan enzim jantung, isoenzim, troponin T dan troponin I
➢ CK-MB isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam
48-72 jam.
➢ LDH meningkat dalam 14-24 jam, memuncak dalam 48-72 jam
dan kembali normal dalam 7-14 hari
➢ Troponin-T, merupakan pertanda baru untuk infark miokard akut,
mulai meningkat 3-12 jam, puncak selama 12 jam – 2 hari, kembali
normal 5 – 14 hari.
➢ Troponin-I mulai meningkat 3 - 12 jam, puncak selama 24 jam,
kembali normal 5 – 10 hari. ▪ Peningkatan lipid serum meliputi:
Kolesterol >200 mg/dl. Trigliserida >200 mg/dl, LDL >160mg/dl,
HDL
• Peningkatan lipid serum meliputi: Kolesterol >200 mg/dl.
Trigliserida >200 mg/dl, LDL >160mg/dl, HDL
18

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (PPNI, 2017) diagnosa yang dapat ditegakkan pada CAD, yaitu
sebagai berikut:
Diagnosa Pra Operasi
a. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolarkapiler
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload,
afterload, kontraktilitas, frekuensi jantung
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (iskemia)
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
Diagnosa Intra Operasi
a. Risiko perdarahan dibuktikan dengan tindakan pembedahan jantung.
Diagnosa Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.

2. Intervensi Keperawatan
Menurut (PPNI, 2018) intervensi keperawatan pada pasien CAD, yaitu
sebagai berikut:
19

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan repirasi - untuk mengetahui
pertukaran tindakan keperawatan I.01014 frekuensi, kedalaman,
gas (D.0003) selama 1x24 jam upaya nafas, dan pola nafas
Observasi:
diharapkan pertukaran - untuk mengetahui adanya
- Monitor frekuensi,
gas meningkat, dengan tambahan bunyi napas atau
irama, kedalaman,
kriteria hasil: tidak
upaya nafas, dan
1. Dispne menurun - untuk mengetahui pulse
pola napas
Derajat dispnea: oximetry pada hipoksemia
- Auskultasi bunyi
0 normal: tidak ada - untuk menghindari
napas
sesak kesalahan pada tindakan
- Monitor saturasi
1 ringan: kesulitan selanjutnya
oksigen dan AGD
bernafas, nafas pendek, - Supaya pasien memahami
Terapeutik:
nafas melambat saat tujuan dan prosedur
berjalan - Dokumentasikan pemantauan repirasi
2 sedang: sulit hasil pemantauan - Agar pasien dan keluarga
napas, berhenti berjalan Edukasi: mengetahui hasil
untuk bernapas - Jelaskan tujuan dan pemantauan yang
3 berat: berhenti prosedur pemantauan dilakukan pada pasien
berjalan beberapa menit - Informasikan hasil
untuk bernapas pemantauan, jika
4 sangat berat: tidak perlu
dapat berjalan, sulit
bernapas saat memakai
Terapi oksigen I.01026
baju/tanpa baju
- Untuk mengetahui laju
Observasi
aliran oksigen
2. Tidak ada napas
- Monitor kecepatan - Untuk mencegah
cuping hidung
aliran oksigen ketidakpatenan jalan napas
3. SpO2 membaik
>95%
20

4. Nadi 60-100x/menit - Monitor posisi alat - Mengetahui peningkatan


& respirasi 12- terapi oksigen AGD pada pasien
20x/menit - Monitor efektifitas - Mencegah kerusakan
terapi oksigen integritas mukosa hidung
(oksimetri, analisa gas - Supaya tubuh terpasok
L.01003 Pertukaran
darah) oksigen dengan efektif
gas
- Monitor integritas - Supaya pasien dapat
mukosa hidung akibat menggunakan oksigen
pemasangan oksigen dirumah
Terapeutik - Untuk mengetahui dosis
oksigen sesuai dengan
- Pertahankan
kebutuhan klien
kepatenan jalan napas
Edukasi

- Ajarkan pasien dan


keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi

- Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
2. Penurunan Setelah dilakukan Perawatan Jantung - Untuk mengetahui
curah jantung tindakan keperawatan I.02075 tanda/gejala primer
(D.0008) selama 1x24 jam curah Penurunan curah jantung
Observasi
jantung meningkat, - Untuk mengetahui
dengan kriteria hasil: - Identifikasi tanda/gejala sekunder
1. Nadi 60-100x/menit tanda/gejala primer Penurunan curah jantung
2. Gambaran EKG Penurunan curah - Untuk memantau
aritmia menurun jantung (meliputi tekanan darah
dispenea, kelelahan, <160/100mmHg
21

Diukur dari permulaan adema ortopnea - Untuk mengetahui


gelombang P sampai paroxysmal nocturnal keluhan yang dirasakan
permulaan gelombang dyspenea, sebagai pertanda
QRS. Nilai peningkatan CPV) peningkatan/penurunan
normal berkisar 0,12- - Identifikasi tanda curah jantung
0,20 detik. Nilai /gejala sekunder - Untuk mengetahui
normal : lebar 0,04 - penurunan curah perbaikan EKG
0,12 detik jantung (meliputi - Untuk memantau
peningkatan berat kecepatan nadi dan
badan, hepatomegali mencegah aritmia
3. Lelah menurun ditensi vena jugularis, - Untuk mengetahui

L. 02008 Curah palpitasi, ronkhi perkembangan kesehatan

jantung basah, oliguria, batuk, jantung


kulit pucat) - Untuk mencegah
- Monitor tekanan terjadinya komplikasi
darah (termasuk akibat terapi yang
tekanan darah diberikan
ortostatik, jika perlu) - Untuk mengurangi sesak
- Monitor keluhan nyeri dan meningkatkan suplai
dada (mis. Intensitas, oksigen ke jaringan
lokasi, radiasi, durasi, proksimal
presivitasi yang - Untuk mencegah
mengurangi nyeri) komplikasi
- Monitor EKG 12 - Supaya tidak memacu
sadapan stress pada pasien
- Monitor aritmia - Supaya pasien selalu
(kelainan irama dan optimis atas
frekwensi) kesembuhannya
- Monitor nilai - Untuk mencegah
laboratorium jantung komplikasi
(mis. Elektrolit, enzim
22

jantung, BNP, Ntpro- - Mencegah


BNP) hipervolemia/hipovolemi
- Periksa tekanan darah a
dan frekwensi nadi - Untuk mencegah dan
sebelum pemberian mengoobati aritmia
obat (mis. - Untuk penyembuhan
Betablocker, jantung
ACEinhibitor,
calcium channel
blocker, digoksin)

Terapeutik

- Posisikan pasien
semi-fowler atau
fowler dengan kaki
kebawah atau posisi
nyaman
- Berikan diet jantung
yang sesuai (mis.
Batasi asupan kafein,
natrium, kolestrol,
dan makanan tinggi
lemak)
- Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stres, jika
perlu
- Berikan dukungan
emosional dan
spirituaL
23

Edukasi

- Anjurkan berhenti
merokok
- Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
berat badan harian
- Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output
cairan harian

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program
rehabilitasi jantung

3. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri - Untuk mengetahui


(D.0077) tindakan keperawatan I. 08238 lokasi, karakteristik,
selama 1x24 jam durasi, frekuensi,
Observasi
tingkat nyeri menurun, kualitas, intensitas nyeri
dengan kriteria hasil: - Identifikasi lokasi, - Untuk mengetahui skala
1. keluhan nyeri karakteristik, durasi, nyeri, respon nyeri
menurun. Skala nyeri 0- frekuensi, kualitas, nonverbal, dan faktor
10 intensitas nyeri yang memperberat dan
2. Gelisah dan sulit - Identifikasi skala memperingan nyeri
tidur menurun nyeri - Untuk mencegah efek
3. Mual menurun - Identifikasi respon samping yang berat pada
4. Nadi 60-100x/menit nyeri non verbal klien
& respirasi 12-
24

20x/menit, tekanan - Identifikasi faktor - Untuk mengurangi nyeri


darah 90/60 mmHg yang memperberat dengan cara terapi non
hingga 120/80 mmHg. dan memperingan farmakologi
L.08066 Tingkat nyeri nyeri - Untuk mengedukasi
- Monitor efek samping penyebab, periode, dan
penggunaan analgetik pemicu nyeri
- Untuk mengedukasi
Terapeutik
supaya klien bisa
- Berikan teknik melakukannya sendiri
nonfarmakologis - Terapi farmakologi
untuk mengurangi analgesik, mengurangi
rasa nyeri (mis. rasa nyeri
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)

Edukasi

- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
25

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
analgetik

4. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi - Membantu menentukan


aktivitas tindakan keperawatan I.05178 derajat kerusakan dan
D.0056 selama 1x24 jam kesulitan terhadap
Observasi
diharapkan toleransi keadaan yang dialami
aktivitas meningkat, - Mengidentifikasi
- Identifikasi gangguan
dengan kriteria hasil: kekuatan/kelemahan dan
fungsi tubuh yang
1. Saturasi oksigen dapat memberikan
mengakibatkan
meningkat >95% informasi mengenai
kelelahan
2. Kemudahan dalam pemulihan.
- Monitor kelelahan
melakukan kegiatan - Mengkaji perlunya
fisik dan emosional
sehari-hari meningkat mengidentifikasi
- Monitor pola dan jam
3. ROM meningkat intervensi yang tepat.
tidur
4. Keluhan lelah - Mengidentifikasi
- Monitor lokasi dan
menurun kekuatan/kelemahan dan
ketidaknyamanan
5. Dispnea saat dan dapat memberikan
selama melakukan
setelah aktivitas informasi mengenai
aktivitas
menurun pemulihan.
6. Aritmia saat dan Terapeutik - Meningkatkan
setelah aktivitas kenyamanan istirahat
- Sediakan lingkungan
menurun serta dukungan
nyaman dan rendah
7. Nadi 60-100x/menit fisiologis/psikologis.
stimulus (mis. cahaya,
& respirasi 12- - Mencegah kekakuan
suara, kunjungan)
20x/menit, tekanan sendi, kontraktur,
- Lakukan rentang
darah 90/60 mmHg kelelahan otot,
gerak pasif dan/atau
hingga 120/80 mmHg, meningkatkan
aktif
26

dan EKG iskemia - Berikan aktivitas kembalinya aktivitas


membaik distraksi yang secara dini.
Toleransi aktivitas menyenangkan - Mengoptimalkan energi
L.05047 yang belum digunakan.
Edukasi
- Meningkatkan
kenyamanan istirahat
- Anjurkan tirah baring
serta dukungan
- Anjurkan melakukan
fisiologis/psikologis.
aktivitas secara
- Meminimalkan atrofi
bertahap
otot, meningkatkan
- Anjurkan strategi
sirkulasi, mencegah
koping untuk
terjadinya kontraktur.
mengurangi kelelahan
- Mengidentifikasi
Kolaborasi kekuatan/kelemahan dan
dapat memberikan
- Kolaborasi dengan informasi mengenai
ahli gizi tentang cara pemulihan.
meningkatkan asupan
- Mempercepat proses
makanan penyembuhan
5. Risiko Setelah dilakukan Pencegahan - Perdarahan ditandai
perdarahan tindakan keperawatan perdarahan I.02067 dengan adanya
D.0012 selama 1x24 jam perdarahan pada hidung,
Observasi
diharapkan tingkat gusi berdarah, melena,
perdarahan menurun, dan hematemesis
- Monitor tanda dan
dengan kriteria hasil: (Soedarto, 2012).
gejala perdarahan
1. Perdarahan pasca - Ht normal: Pria dewasa:
- Monitor nilai
operasi menurun 40–54%. Wanita dewasa:
hematokrit/homoglo
2. Hb & Ht membaik 38–46% Hb
bin sebelum dan
3. Nadi 60-100x/menit normal: untuk pria
setelah kehilangan
& respirasi 12- dewasa: 14-18 g/dL
darah
27

20x/menit, dan suhu - Monitor tanda-tanda wanita dewasa: 12-16


tubuh 36,5-37,5ºC vital ortostatik g/dL
L. 02017 Tingkat - Monitor koagulasi - Tekanan darah normal
perdarahan (mis. Prothombin berada di atas 90/60
time (TM), partial mmHg hingga 120/80
thromboplastin time mmHg.
(PTT), fibrinogen, - Untuk mengetahui kadar
degradsi fibrin dan bahan kimia koagulasi
atau platelet) - Untuk membantu
memproduksi lebih
Terapeutik
banyak trombosit dan
mempercepat
- Pertahankan bed rest
penyembuhan (Jannah,
selama perdarahan
Puspitaningsih &
- Gunakan kasur
Kartiningrum, 2019)
pencegah dikubitus
- Untuk mempertahankan
Edukasi keutuhan integritas kulit
- Tanda dan gejala yang
- Jelaskan tanda dan dialami pasien selain
gejala perdarahan adanya petekie yaitu
- Anjurkan pusing, gemetaran,
meningkatkan
sianosis dan tampak
asupan cairan untuk
pucat (Mulyaninsih, dkk,
menghindari 2014)
konstipasi - untuk membantu
- Anjurkan
menghindari konstipasi
menghindari aspirin
untuk itu disarankan
atau antikoagulan untuk mengonsumsi
- Anjurkan pepaya. (Yati, 2019)
meningkatkan
28

asupan makan dan - Aspirin & Antikoagulan:


vitamin K obat pencegah
- Anjrkan segera penggumpalan darah.
melapor jika terjadi - Vitamin K membantu
perdarahan proses pembekuan darah
- agar keluarga paham
Kolaborasi
dengan perdarahan yang
dialami pasien.
- Kolaborasi
- Untuk mencegah
pemberian obat dan
perdarahan yang berlebih
mengontrol
- Untuk mengganti darah
perdarhan, jika perlu
yang hilang
- Kolaborasi
pemberian produk
darah, jika perlu
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

Seorang laki-laki, Tn. U, usia 47 tahun, bekerja sebagai Karyawan dibawa ke


RS Al Ihsan dengan keluhan nyeri dada sejak 2 jam setelah pulang kerja. Nyeri
dada dirasakan menjalar ke rahang dan tangan sebelah kiri, skala nyeri 9 yang
bedurasi selama 30 menit. Selain itu pasien juga mengeluh nafas terasa berat
disertai keringat dingin dan mual. Pasien mengatakan baru pertamakali merasakan
nyeri dada seperti ini. Pasien mempunyai Riwayat merokok, komunikasi baik dan
dapat orientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
Pasien menganggap ini hanya masuk angin biasa dan tidak mau di rawat.
Sebelumnya pasien tidak mempunyai Riwayat penyakit apapun, pasien baru
pertamakali dirawat di RS. Pasien selalu menannyakan kondisinya saat ini kepada
dokter dan perawat, dan selalu berkata ingin pulang.
Pengkajian fisik: TD: 150/90 mmHg Nadi: 98 x/menit, reguler, Respirasi;
25x/menit, Spo2 97%, Suhu: 36,3oC, kesadaran Compos mentis, lemas, dipsneu,
mual (+), pola nafas cepat, dinding dada simetris, CRT <2 detik, Ekstremitas
hangat, edema (-) BB 57Kg, rencana dilakukan Tindakan PPCIR.
Laboratorium Darah Rutin Hb : 13,7 g/dL, Leukosit 14000, Eritrosit 5,1
juta/ul, Ht : 40 %,Trombosit : 224.000 /uL Ureum : 28 mg/dl, Creatinin : 1,03
mg/dl, CK-MB 2,538U/L,GDS 138mg/dL. EKG dapatkan SR, Q dan ST elevasi
di II, III, aVF, ST elevasi di V2-V4 Hasil Angiografi : LM normal, LAD
Sternosis 80%, LCx : CTO di Proksimal, RCA sternosis Panjang 70-80%
diproksimal.

29
30

Gambar 3.1 Arteri koroner jantung


Pasien mendapat terapi:

 Terapi O2 3 L/menit
 ISDN 5 mg
 CPG 300 mg
 Aspilet 160 mg
 Propanolol IV
 Granisentri IV
 Atorvastatin 20 mg
 Infus RL 10gtt

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a) Identitas Klien b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. U Nama : Ny. A
No. Medrec : 1907 Umur : 45 tahun
Umur : 47 tahun Pendidikan : SMA
Pendidikan : SMA Pekerjaan : Ibu rumah
Pekerjaan : Karyawan tangga
Alamat : Bandung Alamat : Bandung
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda Suku Bangsa : Sunda
Status Marital : Menikah
31

Status Marital : Menikah Golongan Darah : O


Golongan Darah : B Hubungan dengan : Istri klien
Diagnosa Medis : Coronary Artery
Disease
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 06 Juli 2021
Tanggal Pengkajian : 06 Juli 2021
Tanggal Dilakukan Operasi : 08 Juli 2021

a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri dada sejak 2 jam setelah pulang kerja.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien tidak mengetahui faktor penyebab dari keluhan utama
ditandakan dengan klien menganggap ini hanya masuk angin biasa dan tidak mau
di rawat, klien bertanya “Apakah hal tersebut wajar? Bagaimana keadaan saya
sekarang dokter, suster?” nyeri dirasakan 2 jam setelah pulang kerja. Klien
mengatakan nyeri dada dirasakan menjalar ke rahang dan tangan sebelah kiri, skala
nyeri 9 yang bedurasi selama 30 menit. Selain itu pasien juga mengeluh nafas terasa
berat disertai keringat dingin dan mual. Pasien mengatakan baru pertama kali
merasakan nyeri dada seperti ini.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti
hipertensi atau DM dan klien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, klien
tidak memiliki penyakit menular dan tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan
ataupun makanan, tidak memiliki riwayat operasi. Klien mempunyai riwayat
merokok.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit turunan seperti DM,
kanker, jantung, asma dan hipertensi.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
- Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
32

- GCS : E4V6M5 = 15
- Tanda – Tanda Vital
TD : 150/90 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 25 x/menit
S : 36,3°C
SpO2 : 97%
BB : 57Kg

2) Pemeriksaan Fisik Persistem

a) Sistem Pernapasan
Inspeksi:
Data yang harus ditambahkan: Ada nafas cuping hidung,
kebersihan hidung, bibir sianosis, terpasang alat bantu nafas.
Spo2 97%, dipsneu, pola nafas cepat, dinding dada simetris.
Perkusi:
Pengkajian yang harus ditambahkan:
Perkusi paru, paru normal = sonor/resonan.
Palpasi :
Ada nyeri tekan di dada, skala nyeri 9 yang bedurasi selama
30 menit.
Auskultasi :
Suara paru normal = vesikuler. Irama reguler 25x/menit
b) Sistem Kardiovaskular

Inspeksi : -
Pengkajian yang harus ditambahkan:
Lihat kejelasan ictus cordis (denyut apeks jantung),
konjungtiva anemis, JVP meningkat
Perkusi : -
Pengkajian yang harus ditambahkan:
Perkusi jantung, ukur besar jantung dengan perkusi seluruh
bagian jantung.
33

Palpasi :
Pengkajian yang harus ditambahkan: tidak ada edema pada
ektermitas bawah. CRT <2 detik & nadi 98x/menit
Auskultasi : Terdengar suara S3-S4 tekanan darah
150/90mmHg.
c) Sistem Pencernaan

Inspeksi : Mukosa kering, lidah tidak tampak kotor, tidak


terdapat caries gigi atau bolong, bibir tidak tampak pucat,
Keadaan rektum tidak terdapat hemoroid, pasien mengeluh
mual.
Perkusi :
Bunyi timpani.
Palpasi : -
Pengkajian yang harus ditambahkan:
Tidak ada massa saat dipalpasi dan tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : -
Pengkajian yang harus ditambahkan: bising usus 7x/menit.
d) Sistem Persyarafan
Keadaan compos mentis GCS 15 = E4M6V5 : klien dapat
mengedip, membuka dan menutup mata secara spontan tanpa harus dirangsang oleh
suara maupun nyeri. M6 : klien dapat menggerakan mototriknya mengikuti
perintah. V5 : orientasi klien baik dan mampu berbicara.
(1) Nervus I (Olfaktorius)
Fungsi penciuman baik, terbukti klien dapat membedakan
bau-bauan seperti bau kayu putih dan kopi.
(2) Nervus II (Optikus)
Klien mampu membaca name tag dari jarak 40 cm, dapat
membedakan warna - warna dari benda yang ditunjukkan.
(3) Nervus III (Okulomotorius), IV (Trochlearis), VI
(Abdusen)
34

Klien mampu menggerakan bola mata ke segala arah, pupil


berkontraksi saat diberi cahaya (miosis) tidak diberi cahaya (midriasis), bentuk
pupil isokor, klien dapat membuka dan menutup matanya secara spontan.
(4) Nervus V (Trigeminus)
Fungsi mengunyah baik, pergerakan otot masetter dan
temporalis saat mengunyah simetris klien dapat merasakan sentuhan perawat pada
wajah, klien mnegedip dengan spontan.
(5) Nervus VII (Facialis)
Klien dapat mengerutkan dahi dan tersenyum dengan kedua
bibir simetris, klien dapat membedakan rasa manis dan asin.
(6) Nervus VIII (Auditorius)
Fungsi pendengaran tidak terganggu, terbukti klien dapat
menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan secara spontan.
(7) Nervus IX (Glossofaringeus)
Reflek menelan dapat berfungsi dengan baik.
(8) Nervus X (Vagus)
Klien dapat berbicara dengan artikulasi yang jelas.
Dibuktikan bahwa klien dapat menjawab semua pertanyaan dengan jelas.
(9) Nervus XI (Asesorius)
Klien dapat mengangkat bahu kanan dan kiri, serta dapat
melawan tekanan pada kedua bahu.
(10) Nervus XII (Hipogolosus)
Klien dapat menggerakan lidah dan menjulurkannya ke
segala arah.
e) Sistem Endokrin

Pada saat di inspeksi tidak terdapat pembesaran tiroid, tidak


terdapat moonfase, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
f) Sistem Perkemihan
Pada saat di inspeksi klien tidak terpasang kateter, kandung
kemih teraba kosong.
g) Sistem Muskuloskeletal

Inspeksi :
35

Pengkajian yang harus ditambahkan:


Tidak ada deformitas, tidak ada amputasi, tidak menggunakan
alat bantu jalan, tidak ada edema.
Palpasi : -
Pengkajian yang harus ditambahkan:
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa, ROM melemah,
terpasang infus di metakarpal sebelah kiri.
h) Sistem Integument
Penampilan pucat, mukosa kering, keringat dingin, suhu
36,3ºC.
c. Pola Aktifitas Sehari-hari
Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Setelah Sakit

1. Pola Makan & Minum


Makan
a. Jenis makanan Bebas Makanan lunak
b. Frekuensi 2x sehari 3x sehari
c. Jumlah makanan Habis 1 porsi Habis ¼ porsi
d. Bentuk makanan Padat Padat
e. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
f. Gangguan/keluhan Tidak ada keluhan Tidak nafsu makan
karena mual
Minum
a. Jenis minuman Air putih, jus Air putih, jus
b. Frekuensi 6-8 gelas sehari 5 gelas sehari
c. Jumlah minuman 1000-2000 cc sehari 1000 cc sehari
d. Gangguan/keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
2. Pola Eliminasi
BAB
a. Frekuensi 1x sehari 2x sehari
b. Warna & konsistensi Kuning khas, padat Kuning khas, padat
c. Bau Khas Khas
36

d. Gangguan/keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan


BAK
a. Frekuensi 4 – 5 x sehari 3 x sehari
b. Warna Kuning jernih Kuning pekat
c. Bau Khas Khas
d. Gangguan/keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
3. Pola Istirahat/Tidur
Siang
a. Waktu Tidak tidur siang Tidak bisa ditentukan
b. Lama Tidak tidur siang Tidak bisa ditentukan
c. Gangguan/keluhan Tidak ada keluhan Tidur terganggu karena
nyeri dada yang tiba-tiba
muncul & sesak
Malam
a. Waktu Jam 21.00 – 04.00 Tidak bisa ditentukan
b. Lama 7 jam sehari Tidak bisa ditentukan
c. Gangguan/keluhan Tidak ada keluhan Tidur terganggu karena
nyeri dada yang tiba-tiba
muncul & sesak
4. Personal Hygiene
a. Mandi 2x sehari 2x sehari
b. Gosok gigi 2 x sehari 2 x sehari
c. Ganti pakaian 2x sehari 2x sehari
d. Gunting kuku Bila panjang Bila panjang
e. Gangguan/keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
5. Pola Aktivitas/Latihan
Fisik
a. Mobilisasi/ jenis Dapat melakukan Mobilitas dibantu istri
latihan fisik aktivitas secara mandiri
b. Gangguan/ keluhan Tidak ada keluhan Pasien merasa lemas
6. Kebiasaan Lain
a. Merokok Klien merokok Klien tidak merokok
37

b. Alkohol Klien tidak Klien tidak


mengkonsumsi alkohol mengkonsumsi alkohol

e. Aspek Psikososial
1) Status emosi: klien merasa gelisah karena nafas terasa berat dan
nyeri dada yang tiba-tiba dengan skala 9, klien selalu bertanya
tentang kondisi kesehatannya dan ingin cepat pulang.
2) Konsep diri
- Gambaran diri: klien mengatakan tidak ada bagian tubuhnya
yang dibenci dan klien menyukai selauruh tubuhnya walau
dalam keadaan sakit.
- Harga diri: klien menerima keadaannya sekarang baik sehat
maupun sakit.
- Peran diri: klien mengatakan ia merupakan suami dari Ny. A dan
ia adalah kepala keluarga dari kedua anaknya.
- Identitas diri: klien merupakan seorang laki-laki berumur 47
tahun dan bekerja sebagai karyawan di suatu perusahaan di
Bandung, dan klien mempunyai seorang istri dan 2 orang anak.
- Ideal diri: harapan klien ingin cepat sembuh dan hilang sakit
dada & sesaknya, klien ingin segera pulang dan bekerja seperti
semula.
3) Pola koping
Dalam menyelesaikan malasahnya ia selalu berkomunikasi dengan
istrinya.
4) Gaya komunikasi
Klien berkomunikasi dengan baik, nada nya lambat dan pelan
tertapi masih bisa dimengerti perawat. Klien berkomunikasi
dengan bahasa sunda, juga bisa berbahasa Indonesia.
f. Data Sosial

1) Pendidikan dan pekerjaan: SMA dan bekerja sebagai karyawan.


38

2) Gaya hidup: klien mengatakan ia hidup sederhana dengan keluarga


kecilnya, klien makan masakan istri setiap harinya, dan bekerja
sehari-hari sebagai karyawan.

3) Hubungan sosial: klien mengatakan ia berhubungan baik dengan


tetangga, anak dan keluarganya. Klien juga mengatakan banyak
teman kerjanya yang peduli dengan kondisinya sekarang.

g. Data Spiritual
1) Konsep Ketuhanan
Klien mengatakan dirinya beragama Islam, mengakui adanya
Allah SWT. Klien tidak merasa marah kepada Allah SWT atas ujian yang dialami
klien sekarang.
2) Praktek Ibadah
Klien mengataan sulit berjalan ke kamar mandi untuk mengambil
wudhu akan tetapi tetap melakukan praktik ibadah.
3) Makna sehat-sakit spiritual
Klien meyakini rasa sakit ini datang dari Allah sebagai ujian yang
menimpa dirinya dan sebagai penggugur dosa untuknya.
4) Support sosial
Klien mengatakan banyak keluarga yang mendoakan dan
mensupport klien, selain ditemani oleh istri, anak-anak, keluarga, dan teman-teman
kerjanya juga ikut mensupportnya.
h. Data Penunjang
Jenis Nilai
No Hasil Satuan Keterangan
Pemeriksaan Normal
1. Hemoglobin 13,7 10-18 g/dL Normal
2. Leukosit 14.000 5.000- mm3 Abnormal
10.000
3. Trombosit 224 150-450 103/ul Normal
4. Hematokrit 40 31-55 % Normal
5. Eritrosit 5,1 4,76-6,95 103/ul Normal
39

6. Golongan B
Darah
7. Ureum 28 15-38 Mg/dl Normal
8. Creatinin 1,03 0,7-1,4 Mg/dl Normal
9. CK-MB 2,538 0-3 U/L Normal
10. GDS 138 <200 Mg/dl Normal
EKG dapatkan SR, Q dan ST elevasi di II, III, aVF, ST elevasi di V2-V4
Hasil Angiografi : LM normal, LAD Sternosis 80%, LCx : CTO di Proksimal,
RCAsternosis Panjang 70-80% diproksimal.
i. Terapi
Nama Obat Dosis Route Indikasi

Terapi O2 3L/menit Nasalis Memperbaiki kadar


oksigen dalam tubuh.
Untuk mencegah
gagal jantung dan
ISDN 5 mg Oral mengobati nyeri dada
akibat tidak cukupnya
aliran darah ke
jantung.
Mencegah
CPG 300 mg Oral pembentukan trombus
& penggumpalan
darah.
Mencegah proses
agregasi trombosit
pada pasien infark
Aspilet 160mg Oral miokard dan pasien
angina tidak stabil,
serta mencegah
serangan serebral
iskemik sesaat
Obat beta blocker
untuk mengatasi darah
Propanol IV tinggi, takikardi,
kecemasan, dan
serangan angina.
Mencegah dan
Granisentri IV mengobati mual
muntah
Mengobati kadar lipid
Atorvastatin 20mg Oral abnormal,
menurunkan LDL dan
40

trigliserida,
meningkatkan HDL
Memperbaiki kadar
Infus RL 10gtt IV cairan dan elektrolit
dalam tubuh.

j. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Merokok Nyeri Akut
- Klien mengeluh nyeri ↓
Nikotin
dada

- Nyeri dada dirasakan Kekentalan darah
menjalar ke rahang dan meningkat

tangan sebelah kiri Aliran darah melambat &
- Klien mengatakan baru merangsang pembentukan
bekuandarah
pertamakali merasakan ↓
nyeri dada seperti ini Menempel pada pembuluh
DO: darah

- Skala nyeri 9 yang ↓


Penyempitan pembuluh
bedurasi selama 30
darah
menit ↓
- Nadi 98x/menit Agen pencedra fisiologis:
Iskemia miokardium
- Tekanan darah (Aliran darah ke jantung
150/90mmHg menurun)

- Respirasi 25x/menit
Terjadi metabolisme
anaerob

Peningkatan asam laktat

Reseptor nyeri terangsang

Nyeri Akut

2. DS: Iskemia miokardium Gangguan


pertukaran
(Aliran darah ke jantung
gas
menurun)

41

- Klien mengeluh nafas Hipoksia jaringan jantung


terasa berat (dispnea) & ↓
lemas Infark miokardium
DO: ↓
Penurunan kontraktilitas
- Nadi: 98 x/menit jantung
regular ↓
Gangguan fungsi sistolik
- Respirasi ; 25x/menit ventrikel kiri
- Spo2 97% ↓
Lemahnya miokardium
- Pola nafas cepat mendorong volume darah
- Napas cuping hidung keluar jantung

Perubahan membran
alveolus-kapiler :
Bendungan vena
pulmonalis

Peningkatan tekanan vena
pulmonalis

Gangguan pertukaran
gas
3. DS: Peningkatan pembentukan Penurunan
trombus: leukosit curah
- Klien mengeluh lelah,
meningkat jantung
dispnea, mual, keringat ↓
dingin Aterosklerosis: Leukosit
meningkat & hasil
DO: angiografi
- Nadi 98x/menit ↓
Iskemia miokardium
- Tekanan darah
(Aliran darah ke jantung
150/90mmHg menurun)
- Leukosit 14000 ↓
- EKG dapatkan SR, Q Hipoksia jaringan jantung
dan ST elevasi di II, III, ↓
aVF, ST elevasi di V2- Infark miokardium

V4
Penurunan kontraktilitas
- Hasil Angiografi : LM jantung

normal, LAD Sternosis
Gangguan fungsi sistolik
42

80%, LCx : CTO di ventrikel kiri



Proksimal, RCA
Lemahnya miokardium
sternosis Panjang 70- mendorong volume darah
80% diproksimal. keluar jantung

Penurunan cardiac output:
ureum meningkat karena
kurangnya pasokan darah
dari jantung

Penurunan fraksi ejeksi

Penurunan curah
jantung

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis: iskemia
jaringan jantung dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, skala nyeri
9 yang bedurasi selama 30 menit, nadi 98x/menit, tekanan darah 150/90mmHg,
respirasi 25x/menit.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus-kapiler dibuktikan dengan klien mengeluh nafas terasa berat (dispnea) &
lemas, dibuktikan dengan takikardia: nadi 98 x/menit regular, respirasi:
25x/menit, Spo2 97%, pola nafas cepat, napas cuping hidung.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan irama
jantung, penurunan kontraktilitas, dan penurunan preload dan afterload, dibuktikan
dengan klien mengeluh lelah, dispnea, mual, keringat dingin, nadi 98x/menit,
tekanan darah 150/90mmHg, leukosit 14000, EKG dapatkan SR, Q dan ST elevasi
di II, III, aVF, ST elevasi di V2-V4, Hasil Angiografi : LM normal, LAD Sternosis
80%, LCx : CTO di Proksimal, RCA sternosis Panjang 70-80% diproksimal.
43

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri I. 08238 9. Untuk mengetahui lokasi,
tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
Observasi
selama 2x24 jam tingkat frekuensi, kualitas,
nyeri menurun, dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, intensitas nyeri
kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas, 10. Untuk mengetahui skala
- Keluhan nyeri dada intensitas nyeri nyeri, respon nyeri
berkurang 2. Identifikasi skala nyeri nonverbal, dan faktor
- Skala nyeri 9 menjadi 3. Identifikasi respon nyeri non yang memperberat dan
5 verbal (meringis, melingdungi memperingan nyeri
- Nadi 98x/menit area yang sakit) 11. Untuk mencegah efek
menjadi 80x/menit 4. Identifikasi faktor yang samping yang berat pada
- Tekanan darah memperberat dan memperingan klien
150/90mmHg menjadi nyeri (aktifitas fisik, 12. Untuk mengurangi nyeri
140/90mmHg lingkungan, kebisingan, cahaya) dengan cara terapi non
- Respirasi 25x/menit 5. Monitor efek samping farmakologi
menjadi 20x/menit penggunaan analgetik
L.08066 Tingkat nyeri
44

Terapeutik 13. Untuk mengedukasi


penyebab, periode, dan
6. Berikan teknik nonfarmakologis
pemicu nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri
14. Untuk mengedukasi
(mis. hypnosis, terapi musik,
supaya klien bisa
aroma terapi, teknik imajinasi
melakukannya sendiri
terbimbing)
15. Terapi farmakologi
Edukasi analgesik, mengurangi
rasa nyeri
7. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri (penyebab:
aterosklerosis dari kebiasaan
hidup yang kurang baik seperti
merokok)
8. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(Hipnosis
https://youtu.be/MM7UtBLppR
45

8, dan napas dalam


https://youtu.be/TPIEEQtAUjg)

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik:


ISDN 5 mg
Setelah dilakukan Pemantauan repirasi I.01014 - untuk mengetahui
tindakan keperawatan frekuensi, kedalaman,
Observasi:
selama 2x24 jam upaya nafas, dan pola
- Monitor frekuensi, irama,
diharapkan pertukaran gas nafas
kedalaman, upaya nafas, dan
meningkat, dengan - untuk mengetahui adanya
pola napas
kriteria hasil: tambahan bunyi napas
Gangguan pertukaran gas - Auskultasi bunyi napas (normal:
2. - Keluhan nafas terasa atau tidak
(D.0003) vasikuler)
berat (dispnea) & - untuk mengetahui pulse
- Monitor saturasi oksigen dan
lemas membaik oximetry pada hipoksemia
AGD (normal: >95%)
- Nadi: 98 x/menit - untuk menghindari
Terapeutik:
menjadi 80x/menit kesalahan pada tindakan
- Respirasi 25x/menit - Dokumentasikan hasil selanjutnya
menjadi 20x/menit pemantauan
46

- Spo2 97% menjadi Edukasi: - Supaya pasien memahami


98x/menit tujuan dan prosedur
- Jelaskan tujuan dan prosedur
- Pola nafas normal pemantauan repirasi
pemantauan
Napas cuping hidung - Agar pasien dan keluarga
- Informasikan hasil pemantauan,
L.01003 Pertukaran gas mengetahui hasil
jika perlu
pemantauan yang
dilakukan pada pasien
Terapi oksigen I.01026

Observasi

- Monitor kecepatan aliran oksigen


- Untuk mengetahui laju
- Monitor posisi alat terapi oksigen
aliran oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung
- Untuk mencegah
akibat pemasangan oksigen
ketidakpatenan jalan
Terapeutik
napas
- Pertahankan kepatenan jalan - Mencegah kerusakan
napas integritas mukosa hidung
Edukasi - Supaya tubuh terpasok
oksigen dengan efektif
47

- Ajarkan pasien dan keluarga cara - Supaya pasien dapat


menggunakan oksigen dirumah menggunakan oksigen
Kolaborasi dirumah
- Untuk mengetahui dosis
- Kolaborasi penentuan dosis
oksigen sesuai dengan
oksigen
kebutuhan klien
Referensi video:
https://youtu.be/IBrKeIxDkgA
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan Perawatan Jantung I.02075 - Untuk mengetahui
(D.0008) tindakan keperawatan tanda/gejala primer
Observasi
selama 2x24 jam curah Penurunan curah jantung
jantung meningkat, - Identifikasi tanda/gejala primer - Untuk mengetahui
dengan kriteria hasil: Penurunan curah jantung tanda/gejala sekunder
3. 1. Takikardia menjadi (meliputi dispenea, kelelahan, Penurunan curah jantung
normal adema ortopnea paroxysmal - Untuk memantau tekanan
2. Gambaran EKG aritmia nocturnal dyspenea, peningkatan darah <160/100mmHg
menurun CPV) - Untuk mengetahui
3. Lelah menurun - Identifikasi tanda /gejala keluhan yang dirasakan
sekunder penurunan curah sebagai pertanda
48

4. Pasien memahami jantung (meliputi peningkatan peningkatan/penurunan


kondisinya sekarang: berat badan, hepatomegali ditensi curah jantung
mengalami CAD vena jugularis, palpitasi, ronkhi - Untuk mengetahui
5. Tidak ada persepsi yang basah, oliguria, batuk, kulit perbaikan EKG
keliru: klien tidak pucat) - Untuk memantau
menganggap ini hanya - Monitor tekanan darah (termasuk kecepatan nadi dan
masuk angin biasa tekanan darah ortostatik, jika mencegah aritmia
perlu) - Untuk mengetahui
L. 02008 Curah jantung
- Monitor keluhan nyeri dada (mis. perkembangan kesehatan
Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, jantung
presivitasi yang mengurangi - Untuk mencegah
nyeri) terjadinya komplikasi
- Monitor EKG 12 sadapan akibat terapi yang
- Monitor aritmia (kelainan irama diberikan
dan frekwensi) - Untuk mengurangi sesak
- Monitor nilai laboratorium dan meningkatkan suplai
jantung (mis. Elektrolit, enzim oksigen ke jaringan
jantung, BNP, Ntpro-BNP) proksimal
49

- Periksa tekanan darah dan - Untuk mencegah


frekwensi nadi sebelum komplikasi
pemberian obat (mis. - Supaya tidak memacu
Betablocker, ACEinhibitor, stress pada pasien
calcium channel blocker, - Supaya pasien selalu
digoksin) optimis atas
kesembuhannya
Terapeutik
- Untuk mencegah
- Posisikan pasien semi-fowler komplikasi
atau fowler dengan kaki kebawah - Mencegah
atau posisi nyaman hipervolemia/hipovolemi
- Berikan diet jantung yang sesuai a
(mis. Batasi asupan kafein, - Untuk mencegah dan
natrium, kolestrol, dan makanan mengoobati aritmia
tinggi lemak) - Untuk penyembuhan
- Berikan terapi relaksasi untuk jantung
mengurangi stres, jika perlu
50

- Berikan dukungan emosional dan


spiritual

Edukasi

- Anjurkan berhenti merokok


- Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
- Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan harian

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
51

Edukasi rehabilitas jantung


I.12446 - Memberikan edukasi pada
saat kondisi pasien sudah
Obaservasi
membaik dan siap
- Identifikasi kesiapan dan menerima informasi
kemampuan menerima informasi - Materi mengenai penyakit
CAD (penyebab, tanda
Terapeutik
gejala, komplikasi, dan
- Sediakan materi dan media pencegahan penyakit
pendidikan kesehatan mengenai berulang & penanganan
rehabilitas jantung gejala yang timbul) dan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan materi mengenai program
- Berikan kesempatan untuk rehabilitasi jantung,
bertanya contoh kegiatannya:

Edukasi duduk di tempat tidur


dengan bantuan, duduk di
- Pasien dan keluarga mengikuti
kursi 15-30 menit 2-3 kali
seluruh kegiatan program
sehari, hingga melakukan
rehabilitasi jantung
aktivitas sehar-hari secara
52

- Ajarkan memonitor toleransi mandiri (Arovah, N.I


aktivitas (2010))
- Ajarkan pasien dan keluarga - Melakukan edukasi sesuai
modifikasi faktor risiko jantung kesepakatan klien
(mis. penghentian merokok: - Tujuan program
rokok diganti dengan permen, rehabilitasi jantung:
diet, dan olahraga) melatih pasien untuk
dapat mejalankan
aktivitas sehari-hari, dan
untuk menghindari efek
fisiologis dan psikologis
negatif pada bedrest
(Arovah, N.I (2010))
- Untuk mencegah
merurunnya tingkat
kesehatan klien
- Mencegah komplikasi
53

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Paraf
Hari/Tanggal Dx Waktu Implementasi Evaluasi
Perawat
Rabu, 06 Juli III 10.00 1. Mengidentifikasi tanda/gejala Diagnosa 1
2021 WIB penurunan curah jantung (meliputi S:
(Shift pagi) dispenea, kelelahan, adema - Pasien mengatakan Ners. A
ortopnea paroxysmal nocturnal nyerinya sedikit
dyspnea, peningkatan CPV, berkurang setelah
peningkatan berat badan, mengkonsumsi obat
hepatomegali ditensi vena dan pasien merasa
jugularis, palpitasi, ronkhi basah, tenang setelah
oliguria, batuk, kulit pucat) mendengarkan murotal
serta aroma terapi
R: Terdapat tanda gejala penurunan
- Pasien merasa senang
curah jantung: dispnea, kelelahan
dan optimis setelah
I 10.10 2. Menjelaskan penyebab, periode, diberikan dukungan
dan pemicu nyeri (penyebab: emosional dan spiritual
oleh perawat
O:
54

aterosklerosis dari kebiasaan hidup - Skala nyeri 8


yang kurang baik seperti merokok) - TD 150/90mmhg
- Nadi 88x/menit
R: pasien memahami penyebab nyeri
A:
dan menyadari persepsi mengenai
- Sebagian intervensi
seperti masuk angin biasa itu salah
teratasi
II 10.15 3. Memomitor bunyi nafas, pola dan P:
frekuensi nafas, serta AGD pasien - Monitor skala nyeri
- Berikan analgesik
R: tidak ada bunyi napas tambahan,
- Terapi
napas cepat 25x/menit, mengeluh sulit
nonfarmakologi
napas, dan SpO2 97%
(aroma terapi &
4. Memberikan terapi O2 3 L/menit murrotal)

R: pasien merasa sesak berkurang


Diagnosa 2
5. Posisikan pasien semi-fowler atau
III 10.30 S:
fowler dengan kaki kebawah atau
- Pasien mengatakan
posisi nyaman
rasa sesaknya mulai
55

R: pasien lebih nyaman dengan posisi berkurang setelah


semi-fowler diterapi oksigen
- Pasien mengatakan
6. Memeriksa tekanan darah dan
I 10.35 penggunaan nasal
frekuensi nadi sebelum pemberian
kanul terasa nyaman
obat
dan tidak terasa sakit di
R: TD 150/90, Nadi 98x/menit hidung
O:
7. Memberikan obat analgesik ISDN
- Tidak terdengar bunyi
5 mg, CPG 300 mg, Aspilet 160
napas tambahan
mg, Atorvastatin 20 mg dan
(ronchi/ weezing)
memonitor efek sampingnya
- RR: 22x/menit
R: pemberian obat dilakukan untuk - Tidak mengeluh sulit
menangani gejala pasien napas
III 10.45 8. Memonitor EKG 12 sadapan, - SpO2 97%

aritmia, dan nilai laboratorium A:


jantung (mis. Elektrolit, enzim - Sebagian intervensi

jantung, BNP, Ntpro-BNP) teratasi


P:
56

R: EKG didapatkan SR, Q dan ST - Lanjutkan pemasangan


elevasi di II, III, aVF, ST elevasi di V2- oksigen
V4 Hasil Angiografi : LM normal, - Monitor pola napas
LAD Sternosis 80%, LCx : CTO di dan kepatenan jalan
Proksimal, RCAsternosis Panjang 70- napas
80% diproksimal.
Diagnosa 3
9. Memberikan diet jantung yang
III 12.00 S:
sesuai (mis. Batasi asupan kafein,
- Pasien mengatakan
natrium, kolestrol, dan makanan
lebih nyaman dengan
tinggi lemak)
posisi semifowler
R: pasien menyetujui program diet - Pasien mengetahui
jantung penyebab nyeri dada,
dan diet makanan
10. Mengajarkan pasien dan keluarga
untuk pengidap CAD
mengukur berat badan harian dan
- Pasien menyetujui
intake-output cairan harian
untuk mengikuti
rehabilititasi jantung
57

R: pasien dan keluarga memahami cara - Pasien merasa senang,


mengukur BB harian dan intake-output optimis, dan
cairan harian berterimakasih karena
sudah disupport secara
11. Memberikan dukungan emosional
III 12.30 emosional dan
dan spiritual
diingatkan spiritualnya
R: pasien berterimakasih karena sudah O:
disupport secara emosional dan - TD 150/90mmhg
diingatkan spiritualnya - Nadi 88x/menit
I 12.40 - Gambaran EKG
12. Memberikan teknik
menurun
nonfarmakologis untuk mengurangi
A:
rasa nyeri (mis. hypnosis, terapi
- Sebagian intervensi
musik, aroma terapi, teknik
teratasi
imajinasi terbimbing)
P:
R: pasien menyukai aroma terapi dan - Lanjutkan diet
lebih suka mendengarkan murrotal makanan rendah
kolesterol, lemak dan
natrium
58

III 13.00 13. Menjadwalkan pendidikan - Memonitor EKG 12


kesehatan sadapan, aritmia, dan
nilai laboratorium
R: pasien menyetujui penkes
jantung
dilaksanakan pada pukul 15.30 di
- Anjurkan semifowler
ruangan pasien
jika terasa sesak dan
II 13.30 14. Memonitor kecepatan aliran sakit dada
oksigen, posisi alat, dan integritas
mukosa hidung akibat pemasangan
oksigen & mempertahankan
kepatenan jalan napas

R: alat oksigen masih terpasang dengan


paten dan tidak ada lecet di mukosa
hidung klien

Rabu, 06 Juli 14.00 15. Mengajarkan keluarga mengenai

2021 pemasangan oksigen


Ners B
(Shift sore)
59

R: keluarga jadi tahu cara pemasangan


oksigen dan bisa diaplikasikan di
rumah apabila diperlukan

16. Menganjurkan pasien dan keluarga


III 15.30
mengikuti seluruh kegiatan
program rehabilitasi jantung

R: pasien dan keluarga bersedia


mengikuti rehabilitas jantung karena
sudah mengetahui tujuannya: melatih
pasien untuk dapat mejalankan
aktivitas sehari-hari, dan untuk
menghindari efek fisiologis dan
psikologis negatif pada bedrest, dan
contoh kegiatannya: duduk di tempat
tidur dengan bantuan, duduk di kursi
15-30 menit 2-3 kali sehari, hingga
60

melakukan aktivitas sehar-hari secara


mandiri

17. Mengajarkan memonitor toleransi


aktivitas

R: jika sudah dirasa lelah, pasien akan


melakukan bedrest

18. Mengajarkan pasien dan keluarga


modifikasi faktor risiko jantung
(seperti penghentian merokok:
rokok diganti dengan permen, diet,
dan olahraga)

R: paien bersedia untuk mengikuti pola


hidup sehatnya

I 16.50 19. Memeriksa tekanan darah dan


frekuensi nadi sebelum pemberian
obat
61

R: TD 150/90, Nadi 90x/menit

20. Memberikan obat analgesik ISDN


5 mg, CPG 300 mg, Aspilet 160
mg, Atorvastatin 20 mg dan
memonitor efek sampingnya

R: pemberian obat dilakukan untuk


menangani gejala pasien
II 17.00
21. Memomitor bunyi nafas, pola dan
frekuensi nafas, serta AGD pasien

R: tidak ada bunyi napas tambahan,


napas membaik 22x/menit, tidak sulit
napas, dan SpO2 97%

22. Memberikan makanan rendah


III 18.00 natrium, rendah kolesterol, dan
rendah lemak
62

R: pasien berterimakasih sudah


mengantarkan makanan
II 20.00
23. Memonitor kecepatan aliran
oksigen, posisi alat, dan integritas
mukosa hidung akibat pemasangan
oksigen & mempertahankan
kepatenan jalan napas

R: alat oksigen masih terpasang dengan


paten dan tidak ada lecet di mukosa
hidung klien
II 21.00
24. Memomitor bunyi nafas, pola dan
frekuensi nafas, nadi, tekanan darah
serta AGD pasien

R: tidak ada bunyi napas tambahan,


napas cepat 22x/menit, tidak mengeluh
63

sulit napas, nadi 90x/menit, tekanan


darah 150/90mmHg dan SpO2 97%

Peralihan shift

Rabu, 06 Juli I 21.00 25. Memeriksa tekanan darah dan


2021 frekuensi nadi sebelum pemberian
Ners C
(Shift malam) obat

R: TD 150/90, Nadi 88x/menit

26. Memberikan obat analgesik ISDN


5 mg, CPG 300 mg, Aspilet 160
mg, Atorvastatin 20 mg dan
memonitor efek sampingnya

R: pemberian obat dilakukan untuk


menangani gejala pasien

27. Memonitor kecepatan aliran


II 21.15
oksigen, posisi alat, dan integritas
mukosa hidung akibat pemasangan
64

oksigen & mempertahankan


kepatenan jalan napas

R: alat oksigen masih terpasang dengan


paten dan tidak ada lecet di mukosa
hidung klien

III 07.00 28. Memberikan makanan yang


mengandung rendah natrium,
kolestrol, dan lemak

R: pasien berterimakasih sudah


mengantarkan makanan

I 07.05 29. Memonitor skala nyeri

R: skala nyeri 8

Kamis, 07 Juli I 10.00 1. Memeriksa tekanan darah dan Diagnosa 1


2021 frekuensi nadi sebelum pemberian S:
(Shift pagi) obat - Pasien mengatakan
Ners. A
nyerinya berkurang
65

R: TD 140/90, Nadi 85x/menit setelah mengkonsumsi


obat dan pasien merasa
2. Memberikan obat analgesik ISDN
tenang setelah
5 mg, CPG 300 mg, Aspilet 160
mendengarkan murotal
mg, Atorvastatin 20 mg dan
serta aroma terapi
memonitor efek sampingnya
- Pasien merasa senang
R: pemberian obat dilakukan untuk dan optimis setelah
menangani gejala pasien diberikan dukungan
emosional dan spiritual
3. Memonitor EKG 12 sadapan,
III 10.10 oleh perawat
aritmia, dan nilai laboratorium
O:
jantung (mis. Elektrolit, enzim
- Skala nyeri 5
jantung, BNP, Ntpro-BNP)
- TD 140/90mmhg
R: EKG didapatkan SR, Q dan ST - Nadi 80x/menit
elevasi di II, III, aVF, ST elevasi di A:
V2-V4 Hasil Angiografi : LM - Intervensi sebagian
normal, LAD Sternosis 80%, teratasi
LCx: CTO di Proksimal, RCA P:

- Monitor skala nyeri


66

sternosis Panjang 70-80% - Berikan analgesik


diproksimal. - Terapi
nonfarmakologi
4. Memomitor bunyi nafas, pola dan
II 11.00 (aroma terapi &
frekuensi nafas, serta AGD pasien
murrotal)
R: tidak ada bunyi napas tambahan,
napas cepat 21x/menit,
tidak Diagnosa 2
mengeluh sulit napas, dan SpO2 S:
97% - Pasien mengatakan
III 12.00 rasa sesaknya
5. Memberikan makanan rendah
berkurang setelah
natrium, kolestrol, dan lemak
diterapi oksigen
R: pasien mengucapkan - Pasien mengatakan
terimakasih penggunaan nasal

6. Mengukur berat badan harian dan kanul terasa nyaman

intake-output cairan harian dan tidak terasa sakit di


hidung
O:
67

R: BB pasien dalam batas normal - Tidak terdengar bunyi


dan intake-output cairan harian napas tambahan
sesuai (ronchi/ weezing)
III 13.00 - RR: 20x/menit
7. Memberikan dukungan emosional
- Tidak mengeluh sulit
dan spiritual
napas
R: pasien berterimakasih karena - SpO2 98%
sudah disupport secara emosional A:
dan diingatkan spiritualnya - Intervensi sudah
teratasi
8. Memberikan teknik
I 13.30 P:
nonfarmakologis untuk mengurangi
- Hentikan intervesi,
rasa nyeri (mis. hypnosis, terapi
pasien sudah merasa
musik, aroma terapi, teknik
bisa bernafas normal
imajinasi terbimbing)

R: pasien menyukai aroma terapi Diagnosa 3


dan lebih suka mendengarkan S:
murrotal
68

Kamis, 07 Juli II 14.00 Pergantian shift - Pasien mengatakan


Ners B
2021 lebih nyaman dengan
9. Memberikan terapi O2 3 L/menit
(Shift sore) posisi semifowler
R: pasien merasa sesak berkurang - Pasien merasa senang,
optimis, dan
10. Memonitor kecepatan aliran
berterimakasih karena
oksigen, posisi alat, dan integritas
sudah disupport secara
mukosa hidung akibat pemasangan
emosional dan
oksigen & mempertahankan
diingatkan spiritualnya
kepatenan jalan napas
O:
R: alat oksigen masih terpasang dengan - TD 140/90mmhg
paten dan tidak ada lecet di mukosa - Nadi 80x/menit
hidung klien - Gambaran EKG
III 14.20 11. Posisikan pasien semi-fowler atau menurun

fowler dengan kaki kebawah atau A:


posisi nyaman - Sebagian intervensi
teratasi
R: pasien lebih nyaman dengan posisi
P:
semi-fowler
69

I 15.00 12. Mengidentifikasi skala nyeri - Memonitor EKG 12


sadapan, aritmia, dan
R: skala nyeri menjadi 7
nilai laboratorium
13. Memeriksa tekanan darah dan jantung
frekuensi nadi sebelum pemberian - Anjurkan semifowler
obat jika terasa sesak dan
sakit dada
R: TD 140/90, Nadi 85x/menit

14. Memberikan obat analgesik ISDN


5 mg, CPG 300 mg, Aspilet 160
mg, Atorvastatin 20 mg dan
memonitor efek sampingnya

R: pemberian obat dilakukan untuk


menangani gejala pasien

15. Memomitor bunyi nafas, pola dan


II 17.50
frekuensi nafas, serta AGD pasien
70

R: tidak ada bunyi napas tambahan,


napas normal 20x/menit, tidak
mengeluh sulit napas, dan SpO2 98%

16. Memberikan makanan rendah


III 18.00
natrium, kolestrol, dan lemak

R: pasien mengucapkan terimakasih

17. Memonitor EKG 12 sadapan,


III 18.10
aritmia, dan nilai laboratorium
jantung (mis. Elektrolit, enzim
jantung, BNP, Ntpro-BNP)

R: EKG didapatkan SR, Q dan ST


elevasi di II, III, aVF, ST elevasi di V2-
V4 Hasil Angiografi : LM normal,
LAD Sternosis 80%, LCx: CTO di
Proksimal, RCAsternosis Panjang 70-
80% diproksimal
71

I 20.30 18. Memeriksa tekanan darah dan


frekuensi nadi sebelum pemberian
obat

R: TD 140/90, Nadi 80x/menit

19. Memberikan obat analgesik ISDN


5 mg, CPG 300 mg, Aspilet 160
mg, Atorvastatin 20 mg dan
memonitor efek sampingnya

R: pemberian obat dilakukan untuk


menangani gejala pasien

20. Monitor skala nyeri

R: Skala nyeri 5

21. Menganjurkan pasien untuk puasa 8


jam pra operasi yang akan
dilaksankan pada jam 9 pagi

R: pasien menyetujui anjuran perawat


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan pada Tn. U (47 thn) dengan diagnosa
coronary artery disease di Ruang Kenanga Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung
didapatkan data bahwa klien mengatakan nyeri dada sejak 2 jam setelah pulang
kerja. Nyeri dada dirasakan menjalar ke rahang dan tangan sebelah kiri, skala nyeri
9 yang bedurasi selama 30 menit. Selain itu pasien juga mengeluh nafas terasa berat
disertai keringat dingin dan mual. Pasien mengatakan baru pertamakali merasakan
nyeri dada seperti ini. Pasien mempunyai Riwayat merokok.

Sehingga didapatkan diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan


dengan agen pencedera fisiologis: iskemia jaringan jantung dibuktikan dengan
mengeluh nyeri, tampak meringis, skala nyeri 9 yang bedurasi selama 30 menit,
nadi 98x/menit, tekanan darah 150/90mmHg, respirasi 25x/menit; gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler
dibuktikan dengan klien mengeluh nafas terasa berat (dispnea) & lemas, dibuktikan
dengan takikardia: nadi 98 x/menit regular, respirasi: 25x/menit, Spo2 97%, pola
nafas cepat, napas cuping hidung; penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan irama jantung, penurunan kontraktilitas, dan penurunan preload dan
afterload, dibuktikan dengan klien mengeluh lelah, dispnea, mual, keringat dingin,
nadi 98x/menit, tekanan darah 150/90mmHg, leukosit 14000, EKG dapatkan SR,
Q dan ST elevasi di II, III, aVF, ST elevasi di V2-V4, Hasil Angiografi : LM
normal, LAD Sternosis 80%, LCx : CTO di Proksimal, RCA sternosis Panjang 70-
80% diproksimal.

Dengan adanya data dan diagnosa diatas, maka didapatkan manajemen nyeri,
pemantauan respirasi, terapi oksigen, perawatan jantung, dan edukasi rehabilitasi
jantung.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan diatas, maka didapatkan evaluasi


bahwa pasien mengatakan nyerinya berkurang setelah mengkonsumsi obat dan

72
73

pasien merasa tenang setelah mendengarkan murotal serta aroma terapi, skala nyeri
menurun menjadi 5, TD 140/90mmhg, nadi 80x/menit. Pasien mengatakan rasa
sesaknya berkurang setelah diterapi oksigen dan penggunaan nasal kanul terasa
nyaman dan tidak terasa sakit di hidung, tidak terdengar bunyi napas tambahan
(ronchi/ weezing), RR: 20x/menit, tidak mengeluh sulit napas dan SpO2 98%.
Pasien mengatakan lebih nyaman dengan posisi semifowler, pasien merasa senang,
optimis, dan berterimakasih karena sudah disupport secara emosional dan
diingatkan spiritualnya, pasien juga siap melakukan operasi Angioplasi koroner
(PCI).

B. Saran
Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. U (47 thn)
dengan diagnosa coronary artery disease atas indikasi terdapat sumbatan diarteri
koroner dengan gejala utama angina, maka penulis mengajukan beberapa saran
antaralain:

1. Bagi Pasien

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. U (47 thn), penulis
ingin menyampaikan beberapa saran untuk meningkatkan asuhan keperawatan
yang optimal, yaitu dengan menyarankan untuk selalu mendengarkan murotal Al-
Quran, melakukan monitoring nyeri, respirasi, asupan makanan dan pola hidup
sehat. Coronary artery disease pada kasus ini disebabkan oleh kebiasaan merokok
dan pola hidup yang kurang sehat, sehingga diharapkan pasien bisa meningkatkan
kesehatannya dengan mengikuti anjuran dari dokter maupun perawat.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Saran untuk nurse, untuk meningkatkan kualifikasi kesehatan dalam


bidang keperawatan medikal bedah diharapkan pada saat menentukan perencanaan
serta implementasi dalam pemberian asuhan keperawatan bisa lebih tepat dengan
cara mengkaji respon klien dan keluarga klien.

3. Bagi Institusi Pendidikan


74

Memfasilitasi dan menyediakan mahasiswa sumber-sumber yang terkini,


diharapkan supaya mempermudah mahasiswa mencari sumber referensi untuk
bahan penulisan makalah.

4. Bagi Penulis

Dalam penulisan asuhan keperawatan diharapkan penulis dapat lebih


memahami dalam pembuatan makalah yang baik dan benar
DAFTAR PUSTAKA

(AHA), A. H. A. (2016). Ejection Fraction Heart Failure Measurement.


http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HeartFailure/%0ASymptoms
DiagnosisofHeartFailure/Ejection-Fraction-Heart-
Failure%0AMeasurement_UCM_306339_Article.jsp#.WAv-NeV97IX

Brunner, & S. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. (2019). Buku


Pedoman Penyakit Tidak Menular. Kementerian Kesehatan RI, 101.
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz
09/2019/03/Buku_Pedoman_Manajemen_PTM.pdf

Dwiputra, D. B. (2019). Mengenali Tanda dan Gejala Serangan Dini Penyakit


Jantung Koroner. Kesehatan, 30.
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz
09/2018/09/Mengenali_tanda_dan_gejala_serangan_dini_penyakit_jantung_
dr_Bambang_Dwiputra_Hari_Jantung_Sedunia_2018.pdf

Han, E. S., & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019).


Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner: Fokus Sindrom
Koroner Akut. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.

Maia, B. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman
Nyaman Pada Ny. I. F. L. Dengan Diagnosa Coronary Artery Disease (Cad)
Di Ruang Iccu Rsud Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. In Online (Vol. 1, Issue
1).

Mutarobin, M. (2019). Analisis Asuhan Keperawatan Pasien Coronary Artery


Disease Pre Coronary Artery Bypass Grafting. Quality : Jurnal Kesehatan,
13(1), 9–21. https://doi.org/10.36082/qjk.v13i1.58

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator

75
76

Diagnostik. In DPP (1st ed.). https://doi.org/10.22146/bpsi.11224

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. In DPP PPNI (1st ed.).

Pratiwi, F. W., & Saragi, J. S. (2018). Pemantauan Kateterisasi Jantung pada


Tindakan PTCA terhadap Pasien CAD. Jurnal Arsip Kardiovaskular
Indonesia, 3(1), 182–186.

Price, S. A., & Lorraine M. Wilson. (2006). Patofisiologi konsep klinik proses-
proses penyakit. EGC.

Purnomo, S., & Muflihatin, S. K. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada
Pasien Coronary Artery Disease (CAD) dan Hipertensi Stage II dan Diabetes
Melitus Tipe II dengan Tindakan Inovasi “Slow Stroke Back Massage”
Terhadap Penurunan Tekanan Darah di Ruang Intensive Cardiac Care Unit
(IC. https://dspace.umkt.ac.id/handle/463.2017/1027

Yasuki, M. (2021). Laporan Akhir Profesi Ners Peminatan Kardiovaskular


“Asuhan Keperawatan Kardiovaskuler Pada Pasien Tn.A Postpercutaneous
Coronary Intervention (Pci) Dengan Diagnosa Medis Angina Pectoris Stabil
Ccs Ii Dan Coronary Artery Disease (Cad) 3vd.”

Anda mungkin juga menyukai