DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1. ALISYE SOPACUA 201981024061
2. BRIAN C.I SAHUSILAWANE 2020081024003
3. BRITHNEY SERMUMES 2020081024140
4. GRACIA .A.NATALIE 2020081024185
5. MARTHA KEDEIKOTO 2020081024162
6. MERSI TETELEPTA 2020081024008
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih dan Karunia-
Nya,kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “ASKEP dengan
Gangguan Kardiovaskuler, Coronary Artery Diases (CAD) dan persiapan untuk PTCA dan
CABG” selesai tepat pada waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah adalah untuk
memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Medikal Bedah I .Selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi kita semua.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Titi I Afelya, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.M.B
dan Ibu Hotnida Erlin Situmorang, S.Kep.,Ns.,M.Ng selaku dosen matakuliah Keperawatan
Medikal Bedah I yang telah memberikan tugas ini untuk menambah pengetahuan dan
wawasan bagi kami.
Kami selaku penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini .Oleh
karena itu kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapakan demi kesempurnaan
makalah yang sudah kami buat. Semoga makalah ini dapat membawa pemahaman dan
pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar .........................................................................................................................................2
Daftar Isi ..................................................................................................................................................3
Bab I : Pendahuluan .................................................................................................................................4
A. Latar Belakang .............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................4
C. Tujuan ..........................................................................................................................................4
Bab II : Tinjauan Materi ..........................................................................................................................5
A. Coronary Artery Disease (CAD) .................................................................................................5
a. Definisi Coronary Artery Disease (CAD) ...............................................................................5
b. Etiologi Coronary Artery Disease (CAD) ...............................................................................6
c. Patofisiologi Coronary Artery Disease (CAD) ........................................................................6
d. Manifestasi Klinik Coronary Artery Disease (CAD) ..............................................................7
e. Pemeriksaan Penunjang Coronary Artery Disease (CAD) ......................................................8
f. Pathways Coronary Artery Disease (CAD) .............................................................................9
B. Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA) / Percutaneous Coronary
Intervention (PCI) ..............................................................................................................................11
a. Definisi PTCA atau PCI .......................................................................................................11
b. Indikasi PTCA atau PCI .......................................................................................................11
c. Persiapan Sebelum Tindakan PTCA atau PCI......................................................................12
d. Prosedur PTCA atau PCI ......................................................................................................12
e. Komplikasi Tindakan PTCA atau PCI .................................................................................13
f. Perawatan Pasien Pasca PTCA atau PCI ..............................................................................14
C. Coronary Artery Bypass Graffting (CABG) ..............................................................................15
a. Definisi Coronary Artery Bypass Graf ..................................................................................15
b. Indikasi Coronary Artery Bypass Graffting (CABG) ............................................................15
c. Prosedur Coronary Artery Bypass Graffting (CABG) ..........................................................16
d. Penatalaksanaan Coronary Artery Bypass Graffting (CABG) ..............................................16
Bab III : Tinjauan Kasus ........................................................................................................................17
A. Pengkajian Keperawatan ...........................................................................................................17
B. Diagnosa Keperawatan ..............................................................................................................18
C. Rencana Intervensi Keperawatan...............................................................................................18
BAB IV: Penutup ..................................................................................................................................25
Kesimpulan ........................................................................................................................................25
Daftar Pustaka ........................................................................................................................................26
Rubrik Penilaian ....................................................................................................................................27
Bab I : Pendahuluan
A. Latar Belakang
Menurut data WHO penyakit jantung masih menjadi penyebab utama kematian di negara-
negara Asia. Untuk wilayah Asia Tenggara ditemukan 3,5 juta kematian penyakit kardiovaskuler,
52% diantaranya disebabkan oleh penyakit infark miokard. Kejadian Penyakit Jantung dinegara
berkembang seperti Indonesia tingkat kejadian terus meningkat setiap tahun. Hasil survei dari Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala adalah sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar
2.650.340 orang. Angka penyakit jantung koroner di wilayah Sumatera Barat mendekati prevalensi
Nasional yaitu mencapai 1,2%. (Pratiwi & Saragi, 2018)
Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu gangguan fungsi jantung yang disebabkan
karena otot miokard kekurangan suplai darah akibat adanya penyempitan arteri koroner dan
tersumbatnya pembuluh darah jantung Setiap tahunnya tujuh belas juta orang tutup usia karena
penyakit jantung dan pembuluh darah. Sebanyak 7,3 juta diantaranya terjadi akibat penyakit jantung
coroner. (Mutarobin, 2019)
Coronary Artery Desease (CAD) adalah penyempitan atau penyumbatan arteri korener, arteri
yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak mendapat cukup
oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau
lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung dan kerusakan
pada otot jantung
Spadaccio & Benedetto (2018) menyatakan penatalaksanaan optimal terhadap Penyakit
jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) masih kontroversial. Hal
ini dikarenakan ketidakpastian tetap tentang efek PCI pada kelangsungan hidup jangka panjang di
antara pasien dengan penyakit jantung iskemik yang stabil. Suatu hasil meta-analisis dari berbagai
penelitian menyimpulkan bahwa pemilihan terapi revaskularisasi akan bermanfaat sesuai kondisi
pasien, dimana baik dari segi jangka pendek maupun jangka panjang, CABG lebih memiliki manfaat
ditinjau dari kelangsungan hidup, tingkat kejadian kardiovaskular utama yang lebih rendah
(khususnya infark atau stroke miokard) dan revaskularisasi ulang dibandingkan dengan intervensi
koroner perkutan (PCI). Kemudian, komplikasi umum sering terjadi setelah tindakan PCI adalah
komplikasi terkait akses vaskular, meliputi perdarahan, pembentukan hematoma, perdarahan
retroperitoneal.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui Teori dan Asuhan Keperawatan
dengan Gangguan Kardiovaskuler, Coronary Artery Disease (CAD) dan persiapan untuk
PTCA dan CABG, serta melengkapi tugas Keperawatan Medikal Bedah 1.
Bab II : Tinjauan Materi
PTCA (Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty) atau dikenal juga dengan sebutan
PCI (Percutaneous Coronary Intervention) adalah tindakan minimal invasif dengan melakukan
pelebaran dari pembuluh darah koroner yang menyempit dengan balon dan dilanjutkan dengan
pemasangan stent (gorong-gorong) agar pembuluh darah tersebut tetap terbuka. Tindakan dilakukan
dengan hanya insisi kulit (Percutaneous) yang kecil, kemudian dimasukkan kateter ke dalam
pembuluh darah (Transluminal) sampai ke pembuluh koroner, dan dilakukan tindakan intervensi
dengan inflasi balon dan pemasangan stent (Coronary Angioplasty) agar melebarkan pembuluh darah
koroner Kembali. (Pratiwi & Saragi, 2018)
Waktu dan pemberian terapi reperfusi yang tepat sangat penting. Idealnya waktu yang
dibutuhkan dari pasien masuk ruang gawat darurat sampai mulainya tindakan PCI adalah 90 menit
(Sungkar, 2017). Seperti tindakan kateterisasi, prosedur PTCA (Percutaneous Transluminal Coronary
Angioplasty) juga hanya menggunakan pembiusan/anastesi lokal di kulit. Akses pembuluh darah bisa
di pergelangan tangan ataupun di pangkal paha. Setelah dipasang selongsong (sheath) di pembuluh
darah kaki atau tangan, maka kateter akan dimasukan sampai pada pembuluh darah koroner jantung.
Kateter yang digunakan mempunyai diameter lumen yang lebih besar dibandingkan dengan kateter
yang digunakan untuk kateterisasi jantung. Untuk masuk ke pembuluh darah koroner yang
menyempit, harus dipandu dengan menggunakan guide wire dengan ukuran sangat kecil, yaitu 0,014
inchi. Setelah guide wire ini melewati daerah penyempitan, baru dilakukan pengembangan (inflasi)
balon pada daerah yang menyempit. Setelah pembuluh darah terbuka, biasanya akan dilanjutkan
dengan pemasangan stent dengan tujuan untuk mempertahankan pembuluh darah tersebut tetap
terbuka. Stent yang telah terpasang ini akan tertinggal di pembuluh darah koroner dan lama-kelamaan
akan bersatu dengan pembuluh darah koroner tersebut.
ada dua jenis stent yang ada di pasaran, yaitu stent tanpa salut obat (bare metal stent atau BMS) dan
stent dengan salut obat (drug eluting stent atau DES).
Bare Metal Stent (BMS)
Stent yang pertama diciptakan bertujuan untuk dikombinasikan dengan terapi angioplasti.
Stent ini terbuat dari baja tahan karat (stainless steel) yang didesain untuk dapat menahan kolaps
radial dan memiliki kemampuan mempertahankan diameter yang diinginkan setelah angioplasti.
Meskipun tidak ditemukan stenosis setelah pemasangan BMS dalam jangka waktu pendek, setelah
ditunggu lama diamati terjadinya penyempitan lumen disertai trombosis parsial. Stent yang telah
dilepaskan diamati dan didapati bahwa stent sudah dilapisi lapisan fibrin yang menandakan proses re-
endotelialisasi.
Drug Eluting Stent (DES)
Stenosis sering terjadi pada pemasangan BMS yang disebabkan oleh proses penyembuhan lokal di
area stent. Solusi yang logis adalah menggunakan obat yang dapat menghambat proses penyembuhan
hanya di area yang diperlukan tanpa menimbulkan komplikasi sistemik. DES memiliki tiga
komponen, yaitu:
1) Bahan dasar logam
2) Bagian penyimpanan obat dimana dapat terjadi difusi obat ke jaringan vaskuler secara
terkontrol (coating material, biasanya matriks polimer)
3) Agen terapetik yang efektif mengurangi pertumbuhan neointimal yang dicetuskan oleh
pemasangan stent
Biasanya tindakan ini hanya diperlukan masa perawatan selama 3 hari. Sehingga biasanya
pasien sudah diperbolehkan pulang pada hari ketiga.
Berikut beberapa peran perawat pasca tindakan PTCA atau PCI:
a) Kaji keluhan setelah tindakan
b) Mengobservasi tanda:tanda adanya perdarahan dan hematoma pada area penusukan
c) Mengobservasi dan mengukur tanda tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh
dan saturasi O2)
d) Pemantauan perubahan EKG 12 lead
e) Mengobservasi hasil laboratorium (peningkatan kreatinin mengindikasikan gangguan ginjal
karena zat kontras, sedangkan peningkatan CKMB menandakan cedera otot jantung)
f) Mengobservasi efek alergi zat kontras (seperti menggigil, kemerahan, gatal, pusing, mual,
muntah, urine tidak keluar dsb)
g) Mengobservasi gangguan sirkulasi perifer (cek pulsasi arteri dorsalis pedis, tibialis, radialis)
h) Mengobservasi adanya tanda-tanda hipovolemi
i) Memberikan hidrasi sesuai kebutuhan
j) Memonitor adanya tanda-tanda infeksi
k) Pantau area penusukan terhadap adanya perdarahan, hematoma, infeksi dan eccymosis
Pemantauan ketat Area penusukan di arteri Femoralis:
a) 4 jam post tindakan PCI sheath boleh dicabut/aff oleh dokter jika nilai ACT normal
(Activating Clohting Time, nilai normal < 100 detik)
b) Dengan menggunakan sarung tangan steril dan prosedur steril, sheath diaff dan dilakukan
penekanan selama kurang lebih 10- 15 menit sampaidengan perdarahan berhenti
c) Beritahu kepada klien bahwa prosedur pencabutan sheath akan dilakukan dan ajarkan teknik
relaksasi napas dalam untuk mencegah terjadinya reflek vagal
d) Observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,saturasi oksigen), pulsasi
arteri perifer, dan keluhan klien selama aff sheath
e) Bila darah sudah tidak keluar, luka pungsi ditutup dengan kasa steril dan verban elastis lalu
diberi bantal steril
f) 6 jam post aff sheath klien baru diperbolehkan mobilisasi g. Observasi daerah distal
ekstremitas dan keadaan umum klien post aff sheath (tekanan darah, nadi, irama
EKG/perubahan gelombang EKG,saturasi O2, pernapasan, nilai ureum dan kreatinin) dari
adanya komplikasi.
Pemantauan ketat Area puncture di arteri radialis:
a) Pelepasan dilakukan 4-6 jam setelah tindakan PCI
b) Bila klien mengeluh kebas atau baal, kempiskan 2-3 cc udara dengan spuit khusus TR band
sampai keluhan baal berkurang, dan observasi perdarahan
c) Bila masih terdapat perdarahan kembangkan lagi ballon TR band dan observasi 1 jam
kemudian. Bila tidak terjadi perdarahan kempiskan ballon dan buka TR band dan tutup
dengan kassa steril diatas luka insisi dan tekan dengan kuat
d) Observasi tanda tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, saturasi oksigen), pulsasi
arteri perifer, dan keluhan klien selama aff sheath)
e) Bila darah sudah tidak keluar, luka pungsi ditutup dengan kasa steril dan verban elastis lalu
diberi bantal steril
f) 6 jam post aff sheath klien baru diperbolehkan mobilisasi g. Observasi daerah distal
ekstremitas dan keadaan umum klien post aff sheath (tekanan darah, nadi, irama
ekg/perubahan gelombang EKG,saturasi O2, pernapasan, nilai ureum dan kreatinin) dari
adanya komplikasi berupa perdarahan/hematoma, thrombosis, Fistula
arteriovenosus.(Rofifah, 2020)
Coronary Artery Bypass Graffting (CABG) merupakan salah satu penanganan intervensi dari
penyakit Coronary Artery Disease (CAD), dengan cara membuat saluran baru melewati bagian Artery
Coronaria yang mengalami penyempitan atau penyumbatan.(Belakang et al., n.d.)
Coronary Artery Bypass Grafting adalah operasi pintas koroner yang dilakukan untuk
membuat saluran baru melewati bagian arteri koroner yang mengalami penyempitan atau
penyumbatan. Coronary Artery Bypass Grafting atau Operasi CABG adalah teknik yang
menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk memintas (melakukan bypass) arteri
yang menghalangi pemasokan darah ke jantung. (SARASTI, 2015)
a) Pemasangan CVP pada vena jugularis dekstra atau vena subklavia dekstra, arteri line dan
saturasi oksigen.
b) Pasien dipindah dari ruang premedikasi ke kamar operasi.
c) Pasang kateter dan kabel monitor suhu, diselipkan dibawah femur kiri pasien dan diplester.
d) Pasang plate diatermi di daerah pantat / pangkal femur bawah .
e) Posisi pasien terlentang, kedua tangan disamping kiri dan kanan badan dan diikat dengan
duek kecil, dibawah punggung tepat di scapula diganjal guling kecil.
f) Bagian lutut kaki diganjal guling, untuk memudahkan pengambilan graft vena.
g) Menyuntikkan agen induksi untuk membuat pasien tidak sadar.
h) Petugas anestesi memasang ETT memulai ventilasi mekanik.
i) Melakukan desinfeksi dengan betadin 10 % mulai dari batas dagu dibawah bibir kesamping
leher melewati mid aksila samping kanan kiri, kedua kaki sampai batas malleolus ke pangkal
paha (kedua kaki diangkat) kemudian daerah pubis dan kemaluan didesinfeksi terakhir
selnjutnya didesinfeksi dengan larutan hibitan 1% seperti urutan tersebut diatas dan
dikeringkan dengan kasa steril.
j) Dada dibuka melalui jalur median sternotomi dan operator mulai memeriksa jantung.
k) Pembuluh darah yang sering digunakan untuk bypass grafting ini antara lain ; arteri thoracic
internal, arteri radial, dan vena saphena.
l) Saat dilakukan pemotongan arteri tersebut, klien diberi heparin untuk mencegah pembekuan
darah.
m) Pada operasi “off pump”, operator menggunakan alat untuk menstabilkan jantung.
(SARASTI, 2015)
Bab III : Tinjauan Kasus
A. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata Pasien Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, nomor telepon, status
pernikahan, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, No. RM, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, sumber informasi, nama keluarga dekat yang bisa dihubungi, status,
alamat, nomor telepon, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Riwayat penyakit sekarang Yang dikaji adalah riwayat penyakit yang dialami
sekarang seperti apakah ada nyeri, nyeri skala berapa, intensitas nyerinya, penyebab
terjadinya nyeri. Apakah terdapat sesak nafas, mual muntah, keringat dingin dan lemah.
c. Riwayat kesehatan masa lalu Yang dikaji adalah riwayat penyakit yang pernah
diderita, riwayat opname dengan trauma, operasi, transfusi darah, alergi dan kebiasaan
spesifik klein lainnya. Selain itu, dikaji pula apakah sebelumnya pasien pernah menderita
nyeri dada, darah 23 tinggi, DM, dan hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa
diminum oleh pasien pada masa lalu yang masih relevan.Catat adanya efek samping yang
terjadi di masa lalu. Tanyakan alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul
d. Riwayat keluarga Kaji penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila ada
anggota keluarga yang meninggal, tanyakan penyebab kematiannya. Penyakit jantung
iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan factor risiko utama untuk
penyakit jantung pada keturunannya.
e. Status kardiovaskular Meliputi frekuensi dan irama jantung, tekanan darah arteri,
tekanan vena sentral (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji paru (PCWP), bentuk
gelombang pada tekanan darah invasive, curah jantung dan cardiac index, serta drainase
rongga dada.
f. Status respirasi Meliputi ukuran dan tanggal pemasangan ETT, masalah yang
timbul selama intubasi, gerakan dada, suara nafas, setting ventilator (frekuensi, volume tidal,
konsentrasi oksigen, mode, PEEP), kecepatan nafas, tekanan ventilator, saturasi oksigen,
serta analisa gas darah.
g. Status neurologi Meliputi tingkat kesadaran, orientasi,pemberian sedasi, ukuran
refleks pupil terhadap cahaya, gerakan reflex (reflex muntah, patella, tendon), memori,
nervus cranial, serta gerakan ekstremitas.
h. Status fungsi ginjal Meliputi haluaran urine, warna urine, osmolalitas urine, distensi
kandung kemih, serta kebutuhan cairan. 24
i. Status gastrointestinal Meliputi bising usus, frekuensi bising usus, palpasi abdomen,
nyeri pada saat palpasi, mual, muntah, frekuensi BAB, konsistensi dan warna feses,
j. Status musculoskeletal Meliputi kondisi kulit, gerakan ekstremitas, lokasi luka,
kekuatan dan tonus otot.
k. Nyeri Meliputi lokasi, onset, paliatif, kualitas, medikasi, serta efek nyeri terhadap
aktivitas.
l. Pemeriksaan Diagnostik (tidak jelas)
• EKG Normal pada saat istirahat tetapi bisa depresi pada segmen ST, gelombang T
inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q menunjukkan nekrosis.
Kesimpulan
Menurut data WHO penyakit jantung masih menjadi penyebab utama kematian di
negara-negara Asia. Angka penyakit jantung koroner di wilayah Sumatera Barat
mendekati prevalensi Nasional yaitu mencapai 1,2%. Penyakit Arteri Koroner (CAD)
merupakan suatu gangguan fungsi jantung yang disebabkan karena otot miokard
kekurangan suplai darah penyakit akibat adanya arteri koroner dan penyumbatannya
pembuluh darah setiap tahunnya karena tujuh belas tahun dan pembuluh darah. Coronary
Artery Desease (CAD) adalah atau merupakan salah satu arteri korener, arteri yang
mengalirkan darah ke otot jantung. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang
disebut angina. Hal ini dikarenakan ketidakpastian tetap tentang efek PCI pada kehidupan
jangka panjang antara pasien dengan penyakit jantung iskemik yang stabil.
Daftar Pustaka
Belakang, L., Artery, C., Disease, C. A., Coronaria, A., Disease, C. A., Artery, C., Graffting, B.,
Coronaria, A., Coronaia, A., Radialis, A., Mammaria, A., Saphenanous, V., & Cabg, A. (n.d.).
BAB I PENDAHULUAN. 1–3.
Maulani, W. (2020). Asuhan Gizi Pada Pasien CAD Disertai CHF, dan Bronkopneumonia. Poltekkes
Kemenkes Riau, 53(9), 1689–1699.
Mutarobin, M. (2019). Analisis Asuhan Keperawatan Pasien Coronary Artery Disease Pre Coronary
Artery Bypass Grafting. Quality : Jurnal Kesehatan, 13(1), 9–21.
https://doi.org/10.36082/qjk.v13i1.58
Pratiwi, F. W., & Saragi, J. S. (2018). Pemantauan Kateterisasi Jantung pada Tindakan PTCA
terhadap Pasien CAD. Jurnal Arsip Kardiovaskular Indonesia, 3(1), 182–186.
Rofifah, D. (2020). 済無No Title No Title No Title. Paper Knowledge . Toward a Media History of
Documents, 12–26.
SARASTI, C. A. (2015). No TitleÉ?________ __ __ __________ ___ _ __ __ _______ _____ ___ _
__ ____ _. Ekp, 13(3), 1576–1580.
Rubrik Penilaian
Kelompok : II (Dua)
Topik/ Judul Makalah : “ASKEP dengan Gangguan Kardiovaskuler, Coronary Artery
Disease (CAD) dan persiapan untuk PTCA dan CABG”
2. 2020081024003 Brian.C.I
Sahusilawane
3. 2020081024140 Brithney
Sermumes