Anda di halaman 1dari 32

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI

PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI INSTALASI

RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

RADEN MATTAHER JAMBI

Proposal Ini Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Metode Penelitian Sebagai Syarat Ujian Akhir Semester Ganjil

OLEH :

DELFINA PEBRIANTI

NIM. 2048201048

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb
Segala puji hanya milik allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya, penulis mampu
menyelesaikan proposal ini yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Obat
Antihipertensi pada Pasien Stroke Iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi”. Proposal ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk ujian akhir semester ganjil mata kuliah metode
penelitian Sarjana Farmasi.
Dalam penyusunan proposal ini tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan dan penyusunan
proposal ini tidak lain berkat Allah SWT sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi dapat teratasi. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak
Deny Sutrisno, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah metode penelitian.
Semoga proposal ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para Mahasiswa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi. Penulis sadar bahwa proposal
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kepada dosen
mata kuliah meminta masukan demi perbaikan pembuatan proposal penulis dimasa
yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Jambi, Januari 2022

Delfina Pebrianti
NIM. 2048201048

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. v

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

E. Ruang lingkup Penelitian ........................................................................ 6

BAB II ................................................................................................................ 7

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 7

A. Stroke .................................................................................................... 7

B. Klasifikasi Stroke Iskemik .................................................................... 10

C. Faktor Resiko Stroke Iskemik ............................................................... 11

D. Terapi Stroke ....................................................................................... 14

E. Efektivitas Terapi ................................................................................. 17

BAB III ............................................................................................................. 19

METODE PENELITIAN ............................................................................. 19

A. Kerangka konseptual ............................................................................ 19

B. Desain Penelitian.................................................................................. 20

C. Variabel dan Definisi Operasional ........................................................ 20

ii
D. Hipotesi Penelitian ............................................................................... 21

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 22

F. Populasi dan sampel ............................................................................. 22

G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 23

H. Instrumen Penelitian............................................................................. 24

I. Pengolahan dan Analisa Data................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 26

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ...................................................................... 19

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional...……………………………….…………..……21

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke menjadi salah satu kasus yang memiliki tingkat kematian kedua di

dunia dan ketiga di Amerika Serikat, setelah penyakit Kardiovaskular dan

Kanker (Ivanov et al,. 2015 dalam Erna Nurul, 2021). Proporsi stroke di

Indonesia pada penduduk berusia di atas 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter

tahun 2018 yaitu 10,9% dan diprediksi ada 2.120.362 jiwa mengalami stroke

(Jandri D. Mona dkk, 2022). Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2018

dalam Yosi Oktarina dkk (2020) prevalensi stroke tertinggi berada di Provinsi

Sulawesi Utara (14,2%) dan terendah berada di Provinsi Papua (4,1%).

Sementara itu di Provinsi Jambi prevalensi stroke sebesar (6,8%).

Stroke merupakan penyakit akibat gangguan peredaran darah otak yang

dipengaruhi oleh banyak faktor risiko terdiri dari yang tidak dapat diubah berupa

usia dan jenis kelamin dan yang dapat diubah seperti hipertensi, peningkatan

kadar gula darah, dislipidemia, dan pekerjaan (Cintya dkk, 2013). Stroke dapat

dikatakan gejal klinis yang timbul secara tiba-tiba, progresi cepat, deficit

neurologis fokal dan global, hal ini dapat berlangsung selama 24 jam sehingga

akan menyebabkan kematian dan adanya pendarahan pada otak. Stroke dapat

dibedakan menjadi 2 jenis seperti iskemik atau hemoragik (pendarahan).

Menurut laporan American Heart Associaton (AHA) dalam Erna Nurul (2021)

menyatakan apabila tingkat kejadian penderita stroke ikemik 87% lebih tinggi

dari pada stroke hemorogik hanya sekitar 13%.

1
2

Adapun faktor-faktor dari stroke seringkali berhubungan dengan penyakit

kronis yang menyebabkan masalah penyakit vascular. Berbagai kelainan dan

penyakit diantaranya dikenal sebagai faktor resiko stroke pada saat serangan,

salah satunya hipertensi. Penderita stroke iskemik dan stroke hemoragik

mempunyai latar belakang hipertensi. Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu

lama akan merusak endotel arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi

dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak,

dan pembuluh darah besar. Pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan

resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer,

dan gagal jantung. Penanganan tekanan darah adalah salah satu strategi untuk

mencegah stroke dan mengurangi resiko kekambuhan pada stroke iskemik dan

stroke hemoragik (Fagan 2008 dalam Fifit Wulandari, 2017).

Salah satu faktor risiko utama pada stroke yang dapat dimodifikasi salah

satunya adalah hipertensi. Hipertensi mengakibatkan disfungsi pada endotel

yaitu meningkatkan penebalan lapisan endotel, meningkatnya perlekatan

leukosit, monosit dan trombosit dengan disertai penumpukkan pada lipid

sehingga membentuk aterosklerosis. Akibatnya darah yang mengangkut O2

terhalang menuju otak karena adanya aterosklerosis. Dalam aterosklerosis

karotid, plakdapat pecah sehingga dapat mengakibatkan paparan kolagen,

agregasi platelet serta yang membentuk clot mengakibatkan adanya emboli dan

membentuk trombus. Thrombus ini menyumbat aliran darah pada otak sehingga

menurun. Penyebab stroke iskemik ialah oklusi pada arteri trombotik, emboli

atau kombinasi keduanya (Gorgui et al., 2014 dalam Erna Nurul, 2021).
3

Penanganan tekanan darah adalah salah satu strategi untuk mencegah

stroke dan mengurangi risiko kekambuhan pada stroke iskemik dan perdarahan.

Penanganan hipertensi dapat mengurangi kerusakan disekitar daerah iskemik

hingga kondisi klinis pasien stabil (Fagan dan Hess, 2005 dalam Intan Mustika

Sari, 2009). Penelitian meta analisis mengenai pengobatan antihipertensi

melaporkan bahwa pengurangan tekanan darah 5-6mmHg menghasilkan

pengurangan serangan stroke sebanyak 42% dan penelitian dari SHEP

menunjukkan pengurangan serangan stroke sebanyak 37% pada pasien yang

mengalami stroke iskemik dan diterapi dengan antihipertensi (Kirshner, 2003

dalam Intan Mustika Sari, 2009).

Terapi sekunder yang sesuai direkomendasikan untuk preventif stroke

iskemik, stroke hemoragik berulang adalah obat antihipertensi. Obat tersebut

memiliki efektifitas dapat menurunkan edema otak dan sebagai pencegahan

kerusakan vaskular yang lebih parah. Dengan demikian, pada stroke iskemik

treatment pada penderita hipertensi dapat memperkecil resiko terjadinya stroke.

Pengobatan yang biasanya diresepkan untuk mengendalikan tekanan darah

adalah golongan angiotensin converting enzyme (ACE-Inhibitor), angiotensin-

receptor blocker (ARB), dan calcium channel blocker (CCB) (Muir, 2013 dalam

Erna Nurul, 2021).

Dalam menurunkan tekanan darah pada stroke harus diturunkan secara

bertahap dengan memperhatikan kondisi yang dialami pasien. Pada pasien stroke

iskemik penggunaan antihipertensi yang perlu diperhatikan, kombinasi obat

antihipertensi dengan diuretik diperlukan untuk meningkatkan efektivitas.

Tekanan darah arteri akan terjadi penurunan mendadak sehingga menyebabkan


4

penurunan perfusi lokal yang berbahaya, aliran darah di otak yang menurun

dapat memperburuk edema serebral bahkan memperpanjang stroke iskemik.

Selain itu, pemberian antihipertensi pada golongan ACEI bersama aspirin akan

dapat menurunkan efektivitas dari antihipertensi golongan ACEI. Sehingga

dengan demikian, perlu adanya monitoring terhadap penggunaan obat

antihipertensi pada pasien stroke iskemik dengan tujuan untuk pengendalian

pada tekanan darah pasien stroke iskemik dapat dilakukan dengan baik.

Woro Endah Tyashapsari (2005) ‘‘penggunaan obat pada pasien hipertensi

di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Kariadi Semarang’’ menunjukkan bahwa obat

antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah kaptopril (73%). Evaluasi

penggunaan obat antihipertensi menunjukkan 98% tepat indikasi, 81% tepat

obat, 62% tepat pasien dan 95% tepat dosis. Pasien yang berhasil mencapai

tekanan darah target saat keluar dari rumah sakit adalah 50 pasien (50%).

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, sehingga penulis tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul sebagai berikut: “Efektivitas

Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Stroke Iskemik di Instalasi

Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi”.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengangkat rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran pasien stroke iskemik yang menjalani rawat inap di

RSUD Raden Mattaher Jambi?

2. Bagaimana gambaran penggunaan obat antihipertensi yang diberikan pada

pasien stroke iskemik di instalasi rawat inap di RSUD Raden Mattaher Jambi?

3. Bagaimana efektivitas penggunaan obat antihipertensi pada pasien stroke

iskemik yang menjalani rawat inap di RSUD Raden Mattaher Jambi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat

dirumuskan masalah penelitian yaitu untuk mengetahui:

1. Gambaran pasien stroke iskemik yang menjalani rawat inap di RSUD Raden

Mattaher Jambi.

2. Gambaran penggunaan obat antihipertensi yang diberikan pada pasien stroke

iskemik di instalasi rawat inap di RSUD Raden Mattaher Jambi.

3. Efektivitas penggunaan obat antihipertensi pada pasien stroke iskemik yang

menjalani rawat inap di RSUD Raden Mattaher Jambi.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi Rumah Sakit


6

Untuk para tenaga medis khususnya farmasi dapat meningkatkan mutu

pelayanan yang lebih efektif, lebih optimal dan maksimal sesuai formularium

Rumah Sakit.

2. Bagi Peneliti

Menambah dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan, memberikan

informasi serta menjadikan masukan bagi peneliti lainnya mengenai efektivitas

antihipertensi terhadap pasien stroke iskemik.

3. Bagi Perguruan Tinggi Farmasi

Dapat untuk memberikan pengetahuan atau informasi tambahan bagi

Instansi Pendidikan atau mahasiswa lain yang akan melakukan penelititian yang

lebih lanjut.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas

penggunaan obat antihipertensi pada pasien stroke iskemik di instalasi rawat

inap RSUD Raden Mattaher Jambi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stroke

1. Definisi Stroke

Menurut World Health Organization (WHO) stroke merupakan gejala

yang didefinisikan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara

mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang

berlangsung 24 jam atau lebih (Nasution, 2013 dalam Nia Permatasari, 2020).

Stroke adalah suatu penyakit cerebrovascular dimana terjadinya gangguan

fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai

darah ke otak (Putra Agina dkk, 2019). Stroke adalah suatu penyakit defisit

neurologis yang disebabkan oleh perdarahan ataupun sumbatan dengan gejala

dan tanda yang sesuai pada bagian otak yang terkena, yang dapat menimbulkan

cacat atau kematian (Putri Ayundari, 2021). Stroke adalah kondisi yang terjadi

ketika sebagian sel-sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah

karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak ( Redaksi Agromedia.

2009:2).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa stroke

merupakan suatu gejala yang terjadi terhadap gangguan pada fungsi otak yang

disebabkan oleh pendarahan atau sumbatan sehingga menimbulkan cacat dan

kematian.

7
8

2. Patofisiologi

Aliran darah serebral normal rata-rata 50 ml/100 g per menit, dan ini

dipertahankan melalui tekanan darah (rata-rata tekanan arteri dari 50 sampai 150

mmHg) oleh proses yang disebut autoregulasi cerebral. Pembuluh darah otak

melebar dan menyempit sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah,

tetapi proses ini dapat terganggu oleh aterosklerosis, hipertensi kronis, dan

cedera akut seperti stroke. Hipertensi kronis dan tidak terkendali akan memicu

kekakuan dinding pembuluh darah kecil yaitu mikroangiopati. Hipertensi juga

akan memicu munculnya timbunan plak pada pembuluh darah besar. Timbunan

plak akan menyempitkan lumen pembuluh darah. Kemudian, ketika terjadi stres

dapat mengakibatkan pecahnya plak, paparan kolagen, agregasi platelet, dan

pembentukan bekuan. Bekuan menyebabkan oklusi lokal kemudian terjadi

emboli sampai menuju pembuluh darah dalam otak. Hasil akhir dari trombus dan

emboli adalah oklusi arteri, penurunan aliran darah otak dan menyebabkan

iskemik.

Ketika aliran darah lokal otak menurun dibawah 20 mL/100 g per menit,

iskemia dapat terjadi dan ketika pengurangan lebih lanjut dibawah 12 mL/ 100

g per menit bertahan, kerusakan permanen otak terjadi yang disebut infark.

Penurunan dalam penyediaan nutrisi ke sel iskemik menyebabkan berkurangnya

fosfat seperti Adenosine Triphosphate (ATP) yang diperlukan untuk menjaga

ketahanan membran. Selanjutnya, kalsium ekstraseluler terakumulasi dan pada

saat yang bersamaan, natrium dan air tertahan menyebabkan sel

mengembang dan lisis. Ketidakseimbangan elektrolit juga menyebabkan

depolarisasi sel dan masuknya kalsium ke dalam sel. Peningkatan kalsium


9

intraseluler mengakibatkan aktivasi lipase, protease, dan endonukleat dan

pelepasan asam lemak bebas dari membran fosfolipid. Depolarisasi neuron

mengakibatkan pengeluaran asam amino seperti glutamate dan aspartat yang

menyebabkan kerusakan saraf ketika dikeluarkan secara berlebihan. Akumulasi

dari asam lemak bebas, termasuk asam arachidonat menyebabkan pembentukan

prostaglandin, leukotrin dan radikal bebas. Meningkatnya produksi radikal bebas

menyebabkan terjadinya asidosis intraseluler. Peristiwa ini terjadi dalam waktu

2 sampai 3 jam dari onset iskemi dan berkontribusi pada kematian sel. Target

untuk intervensi dalam proses patofisiologis setelah iskemia serebral termasuk

masuknya sel-sel inflamasi aktif dan inisiasi apoptosis atau sel mati dapat

mengganggu pemulihan dan perbaikan jaringan otak (Dwi Novidiantoko,

2021:121).

3. Manifetasi Klinik

Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma), kesulitan

menelan, kesulitan menulis atau membaca, sakit kepala yang terjadi ketika

berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara

tiba-tiba, kehilangan koordinasi, keseimbangan, perubahan gerakan, biasanya

pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan salah satu bagian tubuh,

atau penurunan keterampilan motoric, mual dan muntah, kejang, kelemahan

pada salah satu bagian tubuh (Lidya, 2012 dalam Puti Nadhirah, 2020).

4. Diagnosis

Cara membedakan jenis patologi stroke dapat dilakukan pemeriksaan

neuroimaging (CT Scan kepala atau MRI). Stroke dengan lesi yang luas,
10

misalnya di daerah kortikal atau ganglia basalis, gambaran abnormal CT scan

kepala baru akan muncul setelah 1-3 jam. Pemeriksaan CT Scan kepala

dilakukan dalam 24 jam pertama sejak admisi pasien ke rumah sakit. Diagnosis

stroke akut dapat ditegakkan dengan lebih cepat dan akurat dengan

menggunakan MRI terkini (resolusinya lebih tinggi, munculnya gambaran

abnormal lebih cepat, dan dapat menilai lesi di batang otak). Jika penampakan

tidak khas atau tidak menunjukkan stroke, maka seorang klinisi harus tetap

menganggap itu adalah stroke dan dilanjutkan dengan penentuan apakah pasien

adalah calon untuk mendapatkan terapi akut.

Ada 4 komponen untuk merawat pasien-pasien stroke iskemik akut:

a. Terapi akut dan optimalisasi status neurologis.

b. Penentuan etiologi untuk melakukan pencegahan sekunder.

c. Pencegahan kerusakan neurologis atau komplikasi-komplikasi medis.

d. Pemulihan dan rehabilitasi.

Penggunaan neuroimaging sebagai alat diagnosis standar untuk stroke

sangat tergantung dari ketersediaan alat tersebut dan ada tidaknya dokter ahli

yang kompeten untuk menginterprestasikan hasil pemeriksaan (Diah

Mutiarasari, 2019).

B. Klasifikasi Stroke Iskemik

1. Stroke Infark Trombotik

Stroke yang disebabkan oleh karena adanya oklusi pembuluh darah yang

disebabkan adanya trombus. Oklusi dapat terjadi di satu atau lebih pembuluh

darah. Oklusi terjadi karena adanya aterosklerosis dan pertumbuhan yang

berlebihan pada jaringan fibrous di muscular, serta adanya timbunan lemak yang
11

membentuk plak di pembuluh darah yang mengakibatkan menyempitnya atau

bahkan tertutupnya pembuluh darah (Caplan, 2005 dalam Erna Nurul, 2021).

2. Stroke Infark Emboli

Iskemia otak yang disebabkan oleh emboli. Emboli dapat berasal dari

jantung ataupun selain jantung. Penyebab emboli:

a. Berasal dari jantung: Aritmia dan gangguan irama jantung lainnya, infark

jantung disertai dengan mural thrombus, endokarditis bakterial akut

maupun sub akut, kelainan jantung lainnya, komplikasi pembedahan

jantung, katub jantung protese, vegetasi endokardial nonbakterial, prolaps

katub mitral, myxoma dan emboli paradoksikal.

b. Berasal dari selain jantung: Atherosklerosis aorta atau arteri lainnya.

Diseksi karotis atau vertebra basiler, thrombus vena pulmonalis, lemak,

tumor, udara, komplikasi pembedahan rongga thoraks atau leher,thrombosis

vena pelvis atau ekstremitas inferior atau shunting jantungkanan ke kiri

(Margono, 2011 dalam Erna Nurul, 2021).

C. Faktor Resiko Stroke Iskemik

1. Faktor Resiko yang dapat Dimodifikasi

a. Merokok

Tingkat kematian penyakit stroke karena merokok di Amerika Serikat

pertahunnya diperkirakan sekitar 21.400 (tanpa ada penyesuaian untuk faktor

resiko) dan 17.800 (setelah ada penyesuaian), ini menunjukkan bahwa rokok

memberikan kontribusi terjadinya stroke yang berakhir dengan kematian sekitar

12% sampai 14% (Dienni, 2015 dalam Erna Nurul, 2021).


12

b. Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis di mana tekanan

darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat. Penyakit ini

seringkali disebut silent killer karena tidak adanya gejala dan penyebab

kematian, kesakitan yang tinggi. Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi

pada penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan

ginjal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan angka

morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan prevalensinya hampir sama besar di

negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit ini menyebabkan

tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya angka kunjungan ke

dokter, perawatan di rumah sakit dan penggunaan obat jangka panjang (Depkes

2006 dalam Fifit Wulandari, 2017).

c. Penyakit Jantung

Atrial fibrilasi (AF) merupakan gangguan irama yang banyak menyerang

pria dewasa, AF ditemukan pada 1–1,5% populasi dinegara–negara barat dan

merupakan salah satu faktor risiko independen stroke. AF dapat menyebabkan

risiko stroke atau emboli menjadi 5 kali lipat daripada pasien tanpa AF. Kejadian

stroke yang didasari oleh AF sering diikuti dengan peningkatan morbiditas,

mortalitas, dan penurunan kemampuan fungsi daripada stroke karena penyebab

yang lain. Risiko stroke karena AF meningkat jika disertai dengan beberapa

faktor lain, yaitu jika disertai usia >65 tahun, hipertensi, diabetes melitus, gagal

jantung, atau riwayat stroke sebelumnya (Gage et al.,2004 dalam Erna Nurul,

2021).
13

d. Diabetes Mellitus

Orang dengan diabetes mellitus lebih rentan terhadap aterosklerosis dan

peningkatan prevalensi proaterogenik, terutama hipertensi dan lipid darah yang

abnormal. Pada tahun 2007 sekitar 17,9 juta atau 5,9% orang Amerika menderita

diabetes. Berdasarkan studi case control pada pasien stroke dan studi

epidemiologi prospektif telah menginformasikan bahwa diabetes dapat

meningkatkan risiko stroke iskemik dengan risiko relatif mulai dari 1,8 kali lipat

menjadi hampir 6 kali lipat. Berdasarkan data dari Center for DiseaseControl

and Prevention 1997-2003 menunjukkan bahwa prevalensi stroke berdasarkan

usia sekitar 9% stroke terjadi pada pasien dengan penyakit diabetes pada usia

lebih dari 35 tahun (Goldstein et al., 2011).

2. Faktor Resiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi

a. Usia

Stroke merupakan penyakit yang dapat menyerang segala usia, diketahui

bahwa mereka yang berusia lanjut lebih beresiko terserang penyakit yang

berpotensi mematikan dan menimbulkan kecacatan menetap. Setelah mencapai

usia 45 tahun, resiko stroke dua kali lipat setiap pertambahan usia 10 tahun. Dua

pertiga kasus stroke diderita oleh mereka yang berusia 65 tahun. Angka kematian

stroke yang lebih tinggi banyak dijumpai pada golongan usia lanjut (Asrianti,

2018).

b. Jenis Kelamin

Epidemiologi stroke iskemik sering terjadi pada laki-laki daripada wanita

tanpa memandang etnik, dan asal negara. (Sudlow and Warlow, 1997 dalam
14

Erna Nurul, 2021). Wanita biasanya mendapat serangan yang lebih rendah pada

masa dewasa daripada laki-laki. Pola serangan ini berhubngan dengan

perlindungan oleh hormon seksual wanita. Perbandingan serangan stroke antara

laki-laki dan wanita akan terstimasi dengan baik ketika pada masa menupouse

wanita.

c. Riwayat Keluarga

Faktor genetik didalam keluarga juga merupakan faktor resiko stroke.

Beberapa penyakit yaitu hipertensi, diabetes dan cacat pembuluh darah menjadi

faktor genetik yang berperan. Cadasil, yaitu suatu cacat pada pembuluh darah

dimungkinkan merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh. Selain itu,

gaya hidup dan pola makanan dalam keluarga yang sudah menjadi kebiasaan

yang sangat sulit diubah dan juga meningkatkan resiko stroke (Wiwit, 2010

dalam Erna Nurul, 2021).

D. Terapi Stroke

Pemeliharaan target tekanan darah pada pasien yang mengalami stroke

adalah modal utama untuk mengurangi risiko terjadi stroke yang kedua (Saseen

dan Carter, 2005). Sekitar 5% pasien yang dirawat dengan stroke iskemik

mengalami serangan stroke kedua dalam 30 hari pertama (Mansjoer et al, 2007).

Berbagai penelitian menemukan bahwa penurunan tekanan darah dapat

mengurangi serangan stroke yang kedua (Kirshner, 2003 dalam Intan Mustika

Sari, 2009).
15

1. Diuritek

Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga

menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan

curah jantung dan tekanan darah. Selain itu beberapa diuretik juga menurunkan

resistensi perifer sehingga menambah efek hipotensinya. Efek ini diduga akibat

penurunan natrium di ruang intertisial dan di dalam sel otot polos pembuluh

darah yang selanjutnya menghambat influks kalsium.

Diuretik terutama golongan tiazid adalah obat lini pertama untuk

kebanyakan pasien dengan hipertensi. Bila terapi kombinasi diperlukan untuk

mengontrol tekanan darah, diuretik salah satu obat yang direkomendasikan

(Anonim, 2006). Berbagai penelitian besar membuktikan bahwa diuretik

terbukti paling efektif dalam menurunkan risiko kardiovaskular (Nafrialdi et al.,

2007 dalam Intan Mustika Sari, 2009).

2. ACE Inhibitor

ACE inhibitor menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin

II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Selain itu,

degradasi bradikinin juga dihambat sehingga kadar bradikinin dalam darah

meningkat dan berperan dalam efek vasodilatasi ACE-Inhibitor. Vasodilatasi

secara langsung akan menurunkan tekanan darah, sedangkan berkurangnya

aldosteron akan menyebabkan ekskresi air dan natrium dan retensi kalium.

Dalam JNC VII, ACE-Inhibitor diindikasikan untuk hipertensi dengan penyakit

ginjal kronik (Nafrialdi et al., 2007 dalam Intan Mustika Sari, 2009).

ACE inhibitor dianggap sebagai terapi lini kedua setelah diuretik pada

kebanyakan pasien dengan hipertensi. Studi ALLHAT menunjukkan kejadian


16

gagal jantung dan stroke lebih sedikit dengan klortalidon dibanding dengan

lisinopril. Pada studi dengan lansia, ACE inhibitor sama efektifnya dengan

diuretik dan penyekat beta dan pada studi yang lain ACE inhibitor menunjukkan

lebih efektif. Data dari PROGRESS menunjukkan berkurangnya risiko stroke

yang kedua kali dengan kombinasi ACE inhibitor dan diuretik tiazid (Anonim,

2006 dalam Intan Mustika Sari, 2009).

3. Angiotensin Reseptor Blocker

Dengan mencegah efek angiotensin II, senyawa-senyawa ini merelaksasi

otot polos sehingga mendorong vasodilatasi, meningkatkan ekskresi garam dan

air di ginjal, menurunkan volume plasma, dan mengurangi hipertrofi sel.

Antagonis reseptor angiotensin II secara teoritis juga mengatasi beberapa

kelemahan ACE inhibitor (Oates and Brown, 2007 dalam Intan Mustika Sari,

2009).

Angiotensin Reseptor Blocker sangat efektif menurunkan tekanan darah

pada pasien hipertensi dengan kadar renin yang tinggi seperti hipertensi

renovaskular dan hipertensi genetik, tapi kurang efektif pada hipertensi dengan

aktivitas renin yang rendah. Pemberian Angiotensin Reseptor Blocker

menurunkan tekanan darah tanpa mempengaruhi frekuensi denyut jantung.

Pemberian jangka panjang tidak mempengaruhi lipid dan glukosa darah

(Nafrialdi et al., 2007 dalam Intan Mustika Sari, 2009).

4. Calcium Channel Blocker

Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot pembuluh

darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama


17

menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan

resistensi perifer ini sering diikuti oleh refleks takikardia dan vasokonstriksi,

terutama bila menggunakan golongan dihidropiridin kerja pendek (nifedipin).

Sedangkan diltiazem dan verapamil tidak menimbulkan takikardia karena efek

kronotopik negatif langsung pada jantung (Nafrialdi et al., 2007 dalam Intan

Mustika Sari, 2009).

Calcium Channel Blocker bukanlah agen lini pertama tetapi merupakan

obat antihipertensi yang efektif, terutama pada ras kulit hitam. Calcium Channel

Blocker mempunyai indikasi khusus untuk yang beresiko tinggi penyakit

koroner dan diabetes, tetapi sebagai obat tambahan atau pengganti. Penelitian

NORDIL menemukan diltiazem ekuivalen dengan diuretik dan penyekat beta

dalam menurunkan kejadian kardiovaskular (Anonim, 2006 dalam Intan

Mustika Sari, 2009).

E. Efektivitas Terapi

Efektivitas merupakan pencapaian target tekanan darah dengan obat yang

sesuai. Efektivitas dimaksud disini yang berkaitan dengan efek terapi.Terapi

farmakologis stroke diawali dengan pemakaian obat tunggal karena monoterapi

mampu menurunkan tekanan darah sistolik sekitar 7-13 mmHg dan diastolik

sekitar 4-8 mmHg (Putri, 2019 dalam Erna Nurul, 2021). Terapi farmakologis

stroke pemakaian obat kombinasi target terapi yaitu tekanan darah <140/90

mmHg (JNC 8).

Penelitan mengenai Efektivitas Penggunaan Obat Antihipertensi pada

Pasien Stroke Iskemik di Instalasi Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi

diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efektivitas penggunaan obat


18

antihipertensi yang diberikan pada pasien stroke iskemik rawat inap di RSUD

Raden Mattaher Jambi.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep pada penelitian ini berdasarkan tinjauan pustaka, maka

kerangka konsep penelitian ini tentang efektivitas penggunaan obat

antihipertensi pada pasien stroke iskemik di instalasi rawat inap RSUD Raden

Mattaher Jambi.

Pasien Dengan Diagnosa Penyakit Stroke Iskemik

Terapi Antikoagulan Terapi Antihipertensi Terapi Antiplatelet

Tunggal Kombinasi

ACEI B-bloker Diuretik CCB+ARB CCB+ACE ACEi+B-bloker Diuretik+B-bloker


CCB ARB
i

Efektivitas:
Tekanan Darah Pada Pasien Stroke
Lama Rawat Inap

Analisis Data

Keterangan:
= Diteliti

= Tidak Diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

19
20

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan sekumpulan langkah-langkah logis yang

dipilih peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian (Brink, 2009 dalam Ade

Heryana, 2020). Sehingga desain penelitian merupakan penjabaran dari hipotesis

penelitian atau tujuan penelitian atau pertanyaan penelitian. Penelitian ini

termasuk dalam jenis penelitian non-eksperimental observasional. Penelitian

tidak melakukan kegiatan intervensi terhadap subjek penelitian. Pengambilan

data yang dilakukan secara retrospektif yaitu dengan melihat hasil catatan rekam

medis pasien stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap RSUD Raden Mattaher

Jambi.

Penelitian non-eksperimen merupakan penelitian yang observasinya

dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel) subjek penelitian menurut keadaan

apa adanya, tanpa ada manipulasi (intervensi) peneliti (Ade Heryana, 2020).

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah obat antihipertensi yang

digunakan untuk terapi pasien stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap RSUD

Raden Mattaher Jambi.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah efektivitas obat antihipertensi

tunggal dan kombinasi yang digunakan untuk terapi pasien stroke iskemik di

Instalasi Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi.


21

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Jenis Data


1. Antihipertensi
merupakan senyawa Memilih pasien
yang menghambat renin yang memenuhi
Golongan dalam tubuh yang kriteria inklusi
- Nominal
Antihipertensi memiliki efek yang
vasodilatasipembuluh menggunakan
darah sehingga tekanan antihipertensi
darah dapat turun
2. Membandingkan
golongan obat
antiipertensi
Efektifitas antihipertensi
dengan target
adalah pemberian
penurunn tekanan
antihipertensi kepada
Efektivitas darah sistolik 7-
pasien stroke iskemik - Numerik
Antihipertensi 13mmHg,diastol
yang dilihat dari catatan
k4-8mmHg dan
rekam medis mengenai
lama rawat inap
penurunan tekanan darah
pasien (rata-rata
7 hari) (Putri,
2019)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan dibuktikan kebenarannya dalam penelitian ini adalah

hipotesa alternatif (Ha) sebagai berikut:

1. Ada hubungan usia dengan efektivitas dari penggunaan obat antihipertensi

tunggal dan kombinasi pada pasien stroke iskemik di Rawat Inap RSUD

Raden Mattaher Jambi.

2. Adanya hubungan jenis kelamin dengan dengan efektivitas dari penggunaan

obat antihipertensi tunggal dan kombinasi pada pasien stroke iskemik di

Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi.

3. Adanya hubungan tekanan darah awal dan tekanan darah akhir dengan

efektivitas dari penggunaan obat antihipertensi tunggal dan kombinasi pada


22

pasien stroke iskemik di Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi.

4. Adanya hubungan golongan obat antihipertensi dengan efektivitas dari

penggunaan obat antihipertensi tunggal dan kombinasi pada pasien stroke

iskemik di Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di RSUD Raden Mattaher Jambi.

Jl. Letjen Suprapto No. 31, Telanaipura, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi,

Jambi.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian pada pasien stroke iskemik dilakukan di RSUD Raden

Mattaher Jambi dengan lama penelitian dari bulan Januari-Febuari 2022.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu data rekam medis pasien yang

menderita diagnose stroke iskemik dan menggunakan obat antihipertensi yang

telah menjalani Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi.

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah data rekam medis pasien stroke iskemik dan

menggunakan obat antihipertensi serta menjalani Rawat Inap RSUD Raden

Mattaher Jambi dengan kriteria inklusi dan eksklusi.


23

a. Kriteria Inklusi

1) Pasien stroke iskemik dengan tekanan darah ≥140/90 mmHg.

2) Pasien menerima pengobatan antihipertensi tunggal maupun

kombinasi.

b. Kriteria Eksklusi

1) Catatan medis sulit terbaca atau tidak lengkap.

2) Pasien yang memaksa pulang dari rumah sakit.

3) Pasien meninggal dunia.

G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun Teknik yang dilakukan dalam memperoleh data pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Perizinan

Surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh Program Studi Farmasi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi beserta proposal penelitian

diajukan kepada pimpinan RSUD Raden Mattaher Jambi.

2. Observasi

Dalam observasi ini, maka dilakukan pengamatan dibagian rekam medis

RSUD Raden Mattaher Jambi. Dengan tujuan untuk mengetahui jumlah pasien

yang menderita diagnose penyakit stroke iskemik.


24

3. Pengambilan data

Pada tahapan ini dilakukan pengambilan data dari rekam medis pasien

stroke iskemik di RSUD Raden Mattaher Jambi. Adapun data rekam medis

pasien yang diambil yaitu sesuai dengan kriteria inklusi.

H. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini sebagai instrument yang digunakan yaitu kumpulan

data yang berkaitan dengan rekam medis pasien stroke iskemik seperti usia, jenis

kelamin, tekanan darah awal, tekanan darah akhir dan golongan obat

antihipertensi yang terdapat di Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi.

I. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan

Pengambilan data penderita stroke berdasarkan purposive sampling yang

memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi. Purposive sampling merupakan

sebuah metode sampling non random sampling dimana periset memastikan

pengutipan ilustrasi melalui metode menentukan identitas spesial yang cocok

dengan tujuan riset sehingga diharapkan bisa menanggapi kasus riset (Ika

Lenaini, 2021). Data yang diperoleh yaitu jumlah pasien stroke iskemik di

RSUD Raden Mattaher Jambi. Jumlah pasien yang diambil dapat dihitung

menggunakan rumus Slovin (Maulana, 2017 dalam Erna Nurul, 2021) adalah

sebagai berikut:
N
n=
1 + 𝑁 . (𝑒)2
25

Dimana:

n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi

e² : Presesi (ditetapkan 10% dengan minat kepercayaan 90%)

2. Analisis Data

Dalam penelitian ini Analisa data yang diambil dari ruang rekam medis di

analisis secara deskriptif analitik untuk mengetahui efektivitas dari penggunaan

obat antihipertensi tunggal dan kombinasi pada pasien stroke iskemik. Data yang

diambil berupa prosentase dari distribusi pada pasien berdasarkan usia, jenis

kelamin, jenis golongan antihipertensi, serta ketercapaian efektivitas terapi

(sistolik 7-13 mmHg, diastolik 4-8 mmHg) dan lama rawat inap antara

penggunaan masing-masing jenis obat antihipertensi. Perhitungan persentase

untuk melihat distribusi pasien berdasarkan usia, jenis kelamin, serta pengunaan

golongan obat pada pasien :

𝑛
% Persentase : x 100%
∑𝑛
Keterangan:

n : Jumlah Bagian

∑𝑛 : Jumlah Total
DAFTAR PUSTAKA

Agromedia, Redaksi. 2009. Solusi Sehat Mengatasi Stroke. Jakarta: Agromedia


Pustaka.

Ayundari, Putri. 2021. “Diagnosis dan Tatalaksana Stroke Hemoragik”. Jurnal


Medika Hutama. Vol. 3, No. 1, Hal. 60.

Cintya. 2013. “Gambaran Faktor Risiko dan Tipe Stroke pada Pasien Rawat Inap
di Bagian Penyakit dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan Periode 1 Januari
2010 - 31 Juni 2012”. Jurnal FK Unand. Vol. 3, No. 1, Hal. 2.

Heryana, Ade. 2020. “Desain Penelitian Non Eksperimental”. Jurnal Metode


Penelitian. Vol. 2, No. 3, Hal. 1.

Mutiarasari, Diah. 2019. “Ischemic Stroke: Symtoms, Risk factors, and Prevention”.
Jurnal Ilmiah Kedokteran. Vol. 6, No. 1, Hal. 61-62.

Mona, Jondri D dkk. 2022. “Proporsi Obesitas Sentral dan Stroke Menurut Provinsi
di Indonesia Tahun 2018”. Jurnal Kesmas. Vol. 11, No. 2, Hal. 152.

Nadrirah, Puti. 2020. ”Hubungan Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke”. Jurnal


Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. Vol. 12, No. 2, Hal. 25.

Nurul, Erna. 2021. Efektivitas Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Stroke
Iskemik di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Soeroto Ngawi. Skripsi. STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun. Madiun.

Novidiantoko, Dwi. 2021. Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus dan Asuhan


Keperawatan Stroke. Yogyakarta: CV. Budi Utama.

Oktarina, Yosi dkk. 2020. “Edukasi Kesehatan Penyakit Stroke pada Lansia”.
Jurnal Edukasi Kesehatan. Vol. 3, No. 2, Hal. 107.

Permatasari, Nia. 2020. “Perbandingan Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan


Motorik Pasien Memiliki Faktor Resiko Diabetes Melitus dan Hipertensi”.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. Vol. 11, No. 1, Hal. 99.

Sari, Intan Mustika. 2009. Rasionalitas Penggunaan Obat Antihipertensi pada


Penderita Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M.
Ashari Pemalang Tahun 2008. Skripsi. Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Surakarta.

Wulandari, Fifit. 2017. Rasionalitas Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien


Hipertensi Disertai Stroke Hemoragik Rawat Inap di RSUD A. W Sjahranie
Samarinda Tahun 2015-2016. Skripsi. Universitas Setia Budi. Surakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai