Anda di halaman 1dari 40

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN

KETERLAMBATAN PASIEN STROKE TIBA DI RSUD HJ


ANNA LASMANAH BANJARNEGARA JAWA TENGAH

PROPOSAL SKRIPSI

PASCA ANRINANTO HILAL


1913010032

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN
KETERLAMBATAN PASIEN STROKE TIBA DI RSUD HJ
ANNA LASMANAH BANJARNEGARA JAWA TENGAH

PROPOSAL SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Kedokteran

PASCA ANRINANTO HILAL


1913010032

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

Usulan penelitian yang diajukan oleh:

Nama : Pasca Anrinanto Hilal

NIM : 1913010032

Program Studi : Kedokteran

Fakultas : Kedokteran

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Judul : Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Keterlambatan

Pasien Stroke Tiba di RSUD HJ.Anna Lasmanah Banjarnegara Jawa Tengah.

Telah diterima dan disetujui

Purwokerto, 11 Januari 2023

Ketua Program Studi, Pembimbing

dr. Resa Budi Deskianditya, Sp.N. dr. Resa Budi Deskianditya, Sp.N.

NIK. 2161010 NIK. 2161010

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... v
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
BAB II................................................................................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 5
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu .................................................................................. 5
2.2. Landasan Teori.................................................................................................... 6
2.3. Kerangka Teori ................................................................................................. 23
2.4. Kerangka Konsep .............................................................................................. 24
2.5. Hipotesis ........................................................................................................... 24
BAB III ............................................................................................................................. 25
METODE PENELITIAN .................................................................................................. 25
3.1. Rancangan Penelitian ........................................................................................ 25
3.2. Populasi, Subjek, dan Teknik Sampling ........................................................... 25
3.3. Variabel Penelitian ............................................................................................ 26
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 27
3.5. Alur Penelitian .................................................................................................. 28
3.6. Analisis Data ..................................................................................................... 29
3.7. Jadwal penelitian ............................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 31
LAMPIRAN...................................................................................................................... 34

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2 1 Hasil Penelitian Terdahulu, Perbedaan, dan Persamaan dengan

Rencana Penelitian yang akan Dilakukan ............................................................... 5

Tabel 2 2 Jadwal Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ......................... 30

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3 1 Kerangka Teori ................................................................................... 23

Gambar 3 2 Kerangka Konsep ............................................................................... 24

Gambar 3 3 Definisi Operasional ........................................................................... 27

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stroke merupakan salah satu penyakit yang berkaitan dengan golongan

penyakit neurologis. Stroke berhubungan dengan cedera akut pada sistem saraf

pusat yang disebabkan oleh gangguan pada pembuluh darah atau vaskular, salah

satu penyebabnya adalah infark serebral sehingga menyebabkan gangguan pada

tubuh yang bisa mengakibatkan kerusakan pada otak atau bahkan dapat

menyebabkan kematian di seluruh dunia (Sacco et al., 2013). Stroke adalah

termasuk salah satu penyakit golongan neurologis yang dapat menyebabkan

terjadinya angka kematian yang terhitung banyak dan stroke dikatakan juga dapat

menyebabkan terjadinya kecacatan pada tubuh yang tetap dan sering ditemukan

pada orang dewasa di seluruh dunia (Sarikaya et al., 2015).

Secara global, stroke merupakan penyebab kematian nomor dua dan

penyebab kecacatan nomor tiga terbesar yang ada di dunia. Pada negara Indonesia

pada tahun 2018 didapatkan orang yang didiagnosis penyakit stroke yang memiliki

umur lebih dari ≥15 tahun berkisar dalam angka 10,9% yang apabila dikonversikan

dalam jumlah angka yaitu berjumlah 2.120.362 pasien yang temukan diseluruh

Indonesia. Sedangkan provinsi Jawa Tengah sendiri menduduki peringkat ke 11

dari jumlah provinsi yang didapati dari data Riset Kesehatan Dasar 2018, dengan

jumlah 11,8% yang dapat dikonversikan dalam bentuk angka yaitu berjumlah

96.794. (Riskesdas, 2018). Berdasarkan pelaksanaan studi pendahuluan,

ditemukannya data bahwa pada RSUD Hj. Anna Lasmanah Kabupaten

1
Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah, pasien stroke pada tahun 2021 telah mencapai

angka 4801 jiwa yang telah dirawat, dengan detail sejumlah 61 pasien yang dirawat

pada fasilitas IGD, kemudian 4660 pasien dirawat jalan dan pasien rawat inap

berjumlah 80 pasien.

Melihat tingkat keparahan dan efek yang didapatkan apabila penanganan

stroke tidak dilakukan secara cepat dan tanggap maka disarankan penanganan pada

jam-jam pertama atau early onset sehingga angka resiko dari kelumpuhan atau

hingga kematian pada stroke bisa berkurang hingga 30% (Perhimpunan Dokter

Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), 2011). Waktu yang direkomendasikan

dalam penanganan pasien stroke memiliki rentang waktu berkisar 3-4,5 jam atau

biasa dikenal dengan nama golden hour (Fassbender et al., 2013). Golden hour

atau early onset pasien stroke menjadi hal penting karena penanganan stroke sedini

mungkin akan mengurangi kematian dan meminimalkan kerusakan otak yang

ditimbulkan oleh stroke. Dengan ditemukannya sebuah penelitian yang dilakukan

di RSUD Kupang yang membuktikan bahwa pasien memilki rata rata sampai pada

rumah sakit mempunyai persentasi berkisar 56,7% mempunyai hasil pasien yang

mengalami stroke mengalami kerusakan neurologis berada di angka 70%

(Batubara, 2010).

Faktor yang dapat mempengaruhi keterlambatan pasien dengan stroke

yaitu usia, jarak tempat tinggal dan tingkat pendidikan. (Barahama et al., 2019).

Berdasarkan tingkat keparahan dan efek yang diterima apabila mengalami

keterlambatan dari penanganan stroke tersebut. Maka tingkat pendidikan memiliki

peran sangat penting apabila seseorang ditemukan dengan gejala stroke, sehingga

2
dapat tepat dalam menentukan suatu keputusan untuk menanggapi perawatan dan

pemeliharaan pada pasien stroke. Menurut RISKESDAS tahun 2018, ditemukan

bahwa prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan

pendidikan rendah. (Riskesdas, 2018). Telah ditemukannya data yang melaporkan

bahwa tingginya angka stroke pada pasien yang memiliki tingkat pendidikan

rendah dan sangat pentingnya penanganan stroke pada golden hours atau early

stroke, akan tetapi belum ada yang melaporkan hubungan antara tingkat

pendidikan dengan keterlambatan pasien stroke tiba di Rumah Sakit sehingga

penelitian ini penting untuk dilaksanakan.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana hubungan tingkat pendidkan dengan keterlambatan pasien

stroke tiba di RSUD Hj Anna Lasmanah Banjarnegara Jawa Tengah?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan keterlambatan stroke

tiba di RSUD Hj Anna Lasmanah Banjarnegara Jawa Tengah.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pendidikan pasien stroke di RSUD Hj Anna Lasmanah

Banjarnegara Jawa Tengah

b. Mengetahui mengenai onset pasien stroke tiba di RSUD Hj Anna

Lasmanah Banjarnegara Jawa Tengah

3
1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Klinisi

Diharapkan dengan ada penelitian ini dapat digunakan sebagai bukti ilmiah

untuk melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai hubungan tingkat

pendidikan dengan keterlambatan pasien stroke.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat menjadi kontribusi keilmuan, khususnya

mengenai tingkat pendidikan dengan keterlambatan pasien stroke.

3. Bagi Peneliti

Penelitian dapat menjadi sarana untuk memperdalam kelimuan, terutama

serta keterampilan dalam melakukan penelitian dalam bidang ilmiah.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Pada saat mencari dasar untuk mencari research gap untuk penelitian ini,

peneliti melakukan penelusuran hingga mendapatkan beberapa studi terdahulu, berikut

disajikan dalam tabel sebagai tinjauan pustaka :

Tabel 2 1 Hasil Penelitian Terdahulu, Perbedaan, dan Persamaan dengan


Rencana Penelitian yang akan Dilakukan

No. Nama Judul Metode Hasil Penelitian Perbedaan


Penulis Penelitian Penelitian Penelitian
1. (Aini et al., The Effect of Experimental Intervensi self- 1. Variabel
2022) Education on management Penelitian
Self- memungkinkan 2. Subjek Penelitian
Management pasien memiliki 3. Metode Penelitian
and Stroke kemampuan 4. Tempat Penelitian
Prevention untuk mengontrol 5. Waktu Penelitian
Behavior on perilaku dan
Recurrence respons
emosional
sehingga pasien
dapat mencegah
stroke.

2. (Barahama Faktor yang Terdapat 1.Variabel


et al., Berhubungan Observasional hubungan Penelitian
2019) dengan Analitik bermaknan 2. Subjek Penelitian
Keterlambatan antara tingkat 3.Tempat Penelitian
Pasien Stroke pendidikan 4. Waktu Penelitian
di RSUP Prof. dengna
Dr. R. D. keterlambatan
Kandou kedatangan
Manado pasien stroke di
RSUP Prof. R. D.
Kandou Manado

2. (Ryu et al., Association of Studi Pasien stroke 1. Variabel


2022) ischemic Observasional iskemik akut atau Penelitian
stroke onset TIA dengan 2. Subjek Penelitian
time with waktu onset-to- 3. Metode Penelitian
presenting arrival kurang 4. Tempat Penelitian

5
severity, acute dari 6 jam, 5. Waktu Penelitian
progression pasien stroke
and long-term onset malam
outcome : A memiliki skor
cohort study NIHSS masuk
yang lebih tinggi,
kemungkinan
lebih tinggi untuk
mengalami END

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Stroke

a. Definisi

Stroke merupakan salah satu penyakit yang berkaitan dengan

golongan penyakit neurologis yang berhubungan dengan cedera akut pada

sistem saraf pusat yang disebabkan oleh gangguan pada pembuluh darah atau

vaskular salah taunya adalah infark serebral sehingga menyebabkan gangguan

pada tubuh yang bisa mengakibatkan kerusakan pada otak atau bahkan dapat

menyebabkan kematian di seluruh dunia (Sacco et al., 2013). Kondisi stroke

bisa muncul secara spontan dan tiba-tiba yang menyebabkan terjadinya

disfungsi pada beberapa bagian tubuh karena hilangnya fungsi pada bagian

otak, retina atau sumsum tulang belakang (Hankey and Blacker, 2015).

b. Etiologi

Pada stroke sendiri memiliki dua penyebab utama yang menyebabkan

terjadinya stroke pada masyarakat yang pertama adalah terjadinya

penyumbatan dikarenakan adanya kepingan dari sel debris yang menutupi

aliran darah pada pembuluh darah sehingga menyebabkan penurunan aliran

darah menuju otak. Hal ini juga bersangkutan dengan penyakit yang

menyebabkan terjadinya penyumbatan seperti aterosklerosis, displasia

6
fibromuskular yang dapat menyebabkan terjadinya stroke iskemik.(Pierik et

al., 2020). Penyebab kedua adalah terjadi pecahnya pembuluh darah yang

menjadi salah satu penyebab utama dari stroke hemoragik. Berawal dari

hipertensi yang berlangsung lama yang menyebabkan terjadinya degenerasi

media, kemudian kerusakan pada elastic lamina dan fragmentasi pada bagian

otot polos arteri, lokasi umum perdarahan pada intraserebral yang diinduksi

oleh hipertensi adalah small penetrating artery yang berasal dari arteri basilar

atau arteri serebral anterior, maupun posterior (Kitagawa, 2022).

c. Epidemiologi

Stroke menduduki peringkat kedua sebagai penyakit yang

menyebabkan kecacatan dan kematian yang ada di seluruh dunia. Stroke juga

merupakan kendala penyakit yang terbesar bagi negara negara yang

berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2016, terdapat 13,7 juta

angka kejadian stroke yang tercatat di seluruh dunia, kurang lebih 87% dari

angka tersebut diperkirakan mengalami stroke iskemik dan 10%-20% yang

lainnya merupakan oklusi pembuluh darah besar (Saini, 2021).

Angka kejadian stroke di Asia secara keseluruhan berkisar diangka

116 sampai dengan 489/100.000 per tahunnya dengan detail angka kematian

dan beban stroke berkisar dari yang terendah di Jepang 43,3 per 100.000

orang-tahun (beban 706,6/100.000 orang) dan Singapura 47,9 per 100.000

orang-tahun (beban 804,2/100.000 orang) hingga tertinggi di Indonesia 193,3

per 100.000 orang-tahun (beban 3.382,2/100.000 orang) dan Mongolia 222,6

per 100.000 orang-tahun (beban 4.409,8/100.000 orang) (Turana et al., 2021).

7
d. Faktor Risiko

Sebagai penyakit yang menyebabkan kematian nomor dua di dunia

stroke memiliki dampak yang signifikan dalam memberikan pengaruh di

bidang kehidupan penderita maupun lingkungan masyarakat, seperti ekonomi

dan berbagai macam lainnya. Tercatat 74,2% dari faktor risiko kejadian stroke

berkaitan dengan stroke. Faktor resiko stroke yang tercatat sebagai faktor

resiko tertinggi di Asia adalah hipertensi (Turana et al., 2021). Pada tahun

2018, Indonesia tercatat mempunyai beberapa faktor resiko utama yang

menyebabkan terjadinya stroke dengan prevalensi tertinggi tercatat penyakit

dislipidemia mempunyai persentase tertinggi dengan angka 35,9% dari total

penyebab terjadinya stroke yang terjadi di Indonesia disusul dengan hipertensi

di angka 34,1% dan merokok diangka 29,3% dan yang terakhir adalah

diabetes mellitus diangka 10,9% (Setyopranoto et al., 2019).

e. Klasifikasi

1) Stroke hemorargik

Stroke hemoragik merupakan gangguan fungsi otak lokal yang bersifat

akut dan disebabkan oleh perdarahan pada substansi otak yang terbilang

spontan. Penyebab terjadinya stroke inibukan dikarenakan oleh trauma

kapitis. Stroke hemoragik disebabkan karena terjadinya pecahnya pembuluh

darah arteri, vena dan kapiler (Wahana, 2020) .

8
2) Stroke iskemik

Stroke Iskemik merupakan kondisi yang disebabkan oleh trombosis

yang ditandai dengan didapatkannya gumpalan darah pada pembuluh darah

intracranial yang menyebabkan terjadinya hipoksia pada bagian dari otak

sehingga suplai darah untuk dialirkan ke otak mengurang dan menyebabkan

terjadinya stroke iskemik (Chang, 2020).

f. Patofisiologi

Stroke merupakan penyakit yang diartikan dengan ledakan pada

bagian neurologi yang mendadak dikarenakan adanya gangguan pada bagian

perfusi yang melalui pembuluh darah ke bagian otak (Kuriakose and Xiao,

2020).

Patofisiologi stroke iskemik melibatkan mekanisme eksotoksisitas,

jalur inflamasi, kerusakan oksidatif, ketidak seimbangan ion, apopotosis,

angogenesis, dan neuroprotektif yang menyebabkan terjadinya kematian sel

neuron dan kerusakan fungsional yang permanen. Stroke iskemik sendiri

ditemukannya dua mekanisme patofisiologi yaitu berkurangnya penyaluran

oksigen serta glukosa ke otak dikarenakan adanya oklusi pada bagian vaskular

yang menyebabkan terjadinya iskemik pada otak, serta terjadinya perubahan

metabolisme seluler dikarenakan adanya gangguan pada saat proses produksi

energi bagi tubuh. Oklusi pada vaskular menyebabkan terjadinya gangguan

pada dinamika perderan darah yang menuju keotak dalam beberapa tahap,

seperti pada tahap kritikal pertama yang dimana aliran darah otak menurun

hingga diangka 70-80% menyebabkan terjadinya perubahan respon yang

9
dilakukan otak yaitu didapati gangguan sintesa protein karena ada disagregasi

ribosom. Kemudian apabila sudah mencapai tingkat kritikal yang kedua yang

dimana aliran darah ke otak berkurang hingga diangka 50% maka terjadinya

asidosis laktat dan edema sitotoksik. Apabila sudah mencapai kritikal ketiga

yang dimana aliran darah ke otak terus berkurang hingga diangka 30% akan

terjadinya defisit energi, berkurangnya tubuh dalam memproduksi ATP,

gangguan transport aktif ion, serta pelepasan neuortransmiter eksitatorik yang

berlebih. Saat aliran darah ke otak hanya mencapai 20% maka neuron pada

otak akan mengalami kehilangan gradien ion dan terjadinya depolarisasi

anoksik dari membran. Dan apabila terjadinya aliran darah kurang dari

10ml/100gr/menit maka akan terjadinya kerusakan yang bersifat ireversibel

dengan cepat dalam kurun waktu 6-8 menit (Ummah et al., 2016).

Patofisiologi stroke hemoragik dikarenakan ditemukannya darah dalam

otak bagian parenkim yang menyebabkan kerusakan pada jaringan sekitar yang

menghasilkan massa dan neurotoksisitas dari produk degradasi dan komponen

darah. Pembesaran intracerebral hemmorhage berlangsung selama 24 jam

pertama dan waktu pembesaran yang paling cepat memakan sekitar 4 jam,

volume gumpalan menjadi salah satu acuan dari banyaknya darah yang terlepas

dari lokasi perdarahan karena perdarahan dengan volume > 60 ml berkaitan

dengan 71% dari angka kematian pada hari ke-15 dan 93% dari kematian

pasien stroke hemoragik. Kondisi dari kematian dini pasien stroke hemoragik

yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intarkranial yang mendadak

berkisar 50% pada 30 hari (Dipiro, 2014).

10
g. Tatalaksana

Menurut Kemenkes (2019), tatalaksana stroke diawali pada

pencegahan primer yang dimana harus memperhatikan faktor resiko dari

stroke seperti riwayat keluarga, penyakit kardiovaskular, hipertensi dan

sebagainya, kemudian modifikasi gaya hidup dengan cara diet nutrisi,

aktivitas fisik, mengatur pola makan yang sehat, pemeriksaan kesehatan

teratur. Apabila seseorang sudah memasuki fase hiperakut maka pasien

disarankan untuk melakukan perawatan fase hiperakut yaitu penganan pra-

rumah sakit, kemudian menuju ke unit gawat darurat. Apabila sudah fase akut

maka dilakukan perawatan di unit stroke. Setelah penanganan maka

dilakukannya perencanaan pulang hingga rehabilitasi agar pasien dapat

mandiri kembali dan menjalani kehidupan yang berkualitas baik, serta

melakukan pencegahan stroke sekunder bagi pasien pasca-stroke.

1) Tata laksana di ruang gawat darurat

a) Evaluasi cepat dan diagnosis

Waktu untuk terapi stroke akut sangat pendek, maka

diperlukannya evaluasi awal serta diagnosis klinik secara cepat, dan tepat.

Beberapa hal yang dilakukukan untuk melakukan evaluasi gejala dan

mengamati manifestasi klinis stroke akut dengan cara :

(1) Anamnesis

Pada anamnesis harus mengenai gejala awal, kemudian

aktivitas atau rutinitas pasien pada ssat terjadinya serangan, apakah

ada gejala penyerta seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar,

11
kejang, cegukan (hiccup), gangguan pada visual, penurunan

kesadaran, serta faktor resiko stroke seperti hipertensi, diabetes dan

lainnya.

(2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien iskemik stroke diawali dengan

penilaian A-B-C kemudian nadi, pulse oksimetri serta suhu pada tubuh

penderita. Kemudian pemeriksaan fisik pada bagian kepala dan leher

serta pemeriksaan toraks, abdomen, kulit serta ekstremitas.

(3) Pemeriksaan neurologik dan skala stroke

Pemeriksaan neurologik perlu dilakukan terutama pemeriksaan

saraf kranialis, rangsang pada selaput otak, kamudian pemeriksaan

sistem motoric, sikap dan cara jalan, refleks dan lainnya. Untuk

penentuan skala stroke yang adalah menggunakan National Insititues

of Health Stroke Scale (NIHSS).

(4) Pemeriksaan penunjang

Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dianjurkan atau

ditawarkan pada penderita atau pasien stroke yang sedang berada di

fase ruang gawat darurat seperti pemeriksaan CT scan tanpa kontras,

elektrolit serum, tes fungsi ginjal, EKG, dan beberapa pemeriksaan

lainnya. Pada kondisi tertentu diperlukan juga pemeriksaan tes fungsi

hepar, toksikologi, kadar alkohol dan lainnya. Dalam pemeriksaan

pungsi lumbal, pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat apakah ada

dugaan perdarahan subaraknoid, sedangkan pada pemeriksaan CT

12
scan tidak ditujukan untuk melihat adanya perdarahan (Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

2) Terapi umum (suportif)

a) Stabilisasi jalan napas dan pernapasan

(1) Dilakukannya pemantauan kepada pasien stroke yang mengalami

defisit neurologik selama 72 jam untuk melihat dari status

neurologik, tekanan darah, nadi suhu tubuh serta saturai oksigen.

(2) Untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%, pemberian

oksigen disarankan agar kadar oksigen dapat stabil, akan tetapi

oksigen tidak disarankan untuk pasien yang tidak mengalami

hipoksia.

(3) Pada pasien yang datang secara tidak sadar atau tiba-tiba tidak

sadar maka dilakukannya perbaikan jalan napas dengan cara

pemasangan orofaring, apabila kondisi dari pasien mengalami

penurunan kesadaran maka berikan ventilasi udara yang cukup.

(4) Pada pasien yang mengalami syok atau hipoksia diperlukannya

bantuan endo tracheal tube (ETT) atau laryngeal mask airway

(LMA). Apabila pemasangan pipa endotrakeal lebih dari 2

minggu, maka pasien disarankan untuk melakukan trakeostomi.

(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2019)

3) Stabilisasi hemodinamik (sirkulasi)

a) Evaluasi keadaan pasien apakah mengalami hipotensi serta

hypovolemia untuk menjaga kondisi sistemik organ.

13
b) Berikan kristaloid atau kolod intravena.

c) Pemasangan central venous catheter (CVC) yang dimaksudkan

untuk melakukan pemantauan kecukupan cairan serta media untuk

memasukan cairan serta utrisi bagi pasien. Ukuran dari CVC

berkisar 5-12 mmHg.

d) Pertahankan agar tekanan darah optimal, apabila tekanan darah

sitolik mengalami penunan hingga dibawah 120 mmHg, maka

dapat dikatakan bahwa cairan sudah mencukupi dan dapat

dilanjutkan ke tahap pemberian obat vasopressor seperti dopamine

dengan dosis sedang/tinggi, norepinefrin atau epinefrin dengan

target agar tekanan darah sistolik menjadi berkisar 140 mmHg.

e) Selama perawatan maka pengamatan pada jantung pasien harus

dilakukan dalam kurun waktu 24 jam pertama setelah mengalami

serangan stroke iskemik, bila ditemukannya penyakit jantung

maka harus segera di atasi dengan cara melakukan konsultasi

kardiologi mengenai kondisi dari pasien tersebut.

f) Harus mempertahankan kondisi dari pasien agar terhindar dari

hipotensi arterial, apabila terdeteksi bahwa adanya hipotensi

arterial maka harus segera diatasi penyebabnya. Kondisi

hypovolemia harus ditangani dengan larutan salin normal (Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

14
4) Pengendalian peningkatan tekanan intrakranial (TIK)

a) Pemantauan kepada pasien yang memiliki resiko terjadinya edema

serebrak denga memperhatikan tanda neurologik dan gejala pada

hari-hari pertama setehal mengalami serangan stroke.

b) Apabila ditemukannya peningkatan intrakranial, maka dapat

memberikan manitol .

c) Tata laksana pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial

meliputi :

(1) Tinggikan kondisi kepala pasien 20-300, kemudian hindari

penekanan pada vena jugular serta hindari pemberian cairan

glukosa ataupun cairan hipotonik dan hindari terjadinya

hipertermia, jaga kondisi pasien agar aliran darah pasien tetap

normal.

(2) Osmoterapi atas indikasi:

- Manitol 0.25–0.50 gr/kgBB, selama >20 menit, diulangi

setiap 4–6 jam dengan target ≤ 310 mOsm/L. Pemeriksaan

osmolalitas sebaiknya dilakukan 2 kali dalam sehari

selama pemberian osmoterapi.

- Kalau diperlukan, berikan furosemide dengan dosis 1

mg/kgBB.

(3) Intubasi pasien untuk menjaga tidak terjadi hipoksia atau aliran

udaranya tetap normal, apabila pasien diberikan tindakan

operatif maka hiperventilasi kemungkinan akan dibutuhkan.

15
(4) Pemberian kortikosteroid tidak direkomendasikan sebagai

salah satu tatalaksana untuk mengatasi tekanan intracranial

yang meningkat dan edema otak pada stroke iskemik,tapi

apabila tidak ditemukannya kontraindikasi, maka dapat

menjadi pilihan untuk membantu.

(5) Tindakan bedah dekompresif pada keadaan iskemik serebelar

yang menimbulkan efek masa, merupakan tindakan yang dapat

menyelamatkan nyawa dan memberikan hasil yang baik

(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

5) Tata laksana umum di ruang rawat

a) Cairan

(1) Pemberian cairan isotonis disarankan untuk menjaga kondisi

pasien agar tetap stabil dengan berkisar 0,9% salin sehingga

tekanan vena ventral tetap diantara 5-12 mmHg.

(2) Kebutuhan cairan tubuh berkisar 30 ml/kgBB/hari, kemudian

hitung keseimbangan cairan dengan mengukur produksi urin

sehari di tambah dengan pengeluaran cairan yang tidak

dirasakan.

(3) Kadar elektrolit seperti natrium, kalium, kalsium serta

magnesium harus tetap dipantau dan dilakukan penggantian

apabila terjadi kekurangan.

(4) Hindari cairan hipotonik atau yang mengandung glukosa

kecuali pada pasien dengan keadaan hipoglikemia.

16
b) Nutrisi

(1) Nutrisi enteral (dengan atau tanpa NGT) sebaiknya diberikan

secepat mungkin apabila tidak ada kontraindikasi, pemberian

paling lambat sudah harus diberikan dalam 48 jam, nutrisi

enteral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan

baik. Apabila ada kontraindikasi seperti perdarahan lambung

maka pemberian makan enteral sesuai dengan aturan dari

Spesialis Penyakit Dalam.

(2) Apabila kondisi dari pasien terdapat gangguan pada saat

berusaha menelan atau mengalami penurunan kesadaran, maka

asupan makanan harus diberikan menggunakan pipa

nasogastrik.

(3) Pada pasien akut dengna kebutuhan kalori berkisar 25-30

kkal/kg/hari dengan komposisi seperti:

(a) Karbohidrat 30-40% dari total kalori 55-60% dari total

kalori dengan asupan karbohidrat minimal 100-130 gr/hari

atau minimal 2 gr/kgBB/hari dan maksimal 5-7

gr/kgBB/hari untuk pemberian parenteral total.

(b) Lemak 20-35% (pada gangguan napas dapat lebih tinggi 35-

55%).

(c) Protein 20-30% (pada keadaan stres kebutuhan protein 1,0-

2,0 gr/kgBB/hari (pada gangguan fungsi ginjal dengan

17
memperhatikan fungsi ginjal dan fungsi hati) 1,2-2,0

(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

6) Progonis

Prognosis setelah terjadinya stroke sangat bergantung dengan kondisi

usia pasien, kemudian tingkat keparahan stroke, etiologi stroke serta lokasi

infark dan komorbid terkait yang menjadi faktor resiko yang signifikan.

Sebagian besar pasien mengalami perkembangan kesehatan paling besar pada

selama 3 sampai 6 bulan pertama setelah terjadinya stroke (Puri, 2019).

2.2.2. Keterlambatan

Onset merupakan waktu permulaan dari suatu penyakit yang tercatat

sebagai pertama kalinya mengalami perubahan dalam status kesehatan yang

pada umumnya dengan adanya gejala atau tanda yang dapat dikaitkan secara

langsung dengan proses dari suatu penyakit (Gambert, 2013).

Dalam penentuan kasus stroke diperlukan sesegera mungkin agar tidak

memperparah kelumpuhan yang disebabkan oleh stroke itu sendiri, waktu

yang direkomendasikan dalam penanganan stroke memiliki waktu berkisar 3-

4,5 jam atau biasa dikenal dengan nama golden hour (Fassbender et al., 2013).

Onset sendiri terbagi menjadi dua, yaitu onset awal yang diartikan sebagai

waktu dari penanganan awal pasien stroke berada pada golden hour yaitu

berkisar 3 jam, sehingga dapat memberikan hasil yang baik kepada pasien

tanpa memandang faktor resiko yang ada. Onset lambat sendiri merupakan

penanganan pasien stroke yang berada melewati golden hour yaitu diatas 4,5

jam, sehingga memperparah kondisi dari pasien stroke tersebut.

18
Keterlambatan pasien mempunyai beberapa faktor penyebab yaitu

jarak tempat tinggal, pengetahuan pasien tingkat pendidikan sehingga sangat

berpengaruh dalam penentuan waktu sampai ke fasilitas kesehatan ataupun

dalam mementukan tindakan atau pilihan yang harus dilakukan dalam

penanganan stroke (Barahama et al., 2019)

2.2.3. Tingkat Pendidikan

a. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses teknik dan metode belajar dan

mengajar dengan mempunyai tujuan memindahkan ilmu pengetahuan kepada

orang lain yang diberikan oleh seseorang dengan menggunakan prosedur yang

tertata yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu (Mandang et al., 2017).

Tingkat pendidikan merupakan proses yang memakan waktu yang relatif

panjang dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan secara

terorganisir yang dimana mempelajari pengetahuan yang berkonsep dan

membahas berbagai teori untuk tujuan-tujuan umum (Julvia, 2016).

Pendidikan sangat berpengaruh dalam berjalannya kehidupan, karena

pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pemahaman

kepada lingkungan secara menyeluruh dan membantu perkembangan

pengetahuan seseorang serta keterampilan pikiran, watak, karakter dan

berbagai macam lainnya (Hendrayani, 2020). Jumlah murid di kabupaten

Banjarnegara sendiri menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

Banjarnegara mengalami penurunan ketika memasuki tingkat jenjang

pendidikan SMP, pada tahun 2021 sendiri jumlah murid TK mencapai 19,472

19
murid, kemudian pada saat menginjak tingkat pendidikan SD meningkat

hingga diangka 95,905 murid kemudian menurun pada saat memasuki SMP

yang menjadi 42,085 dan semakin menurun pada saat memasuki tingkat

pendidikan SMA/SMK yaitu berkisar 39,853 murid.

b. Peran Pendidikan

Pendidikan memiliki peranan dalam perkembangan kesehatan dalam

masyarakat, didapatkan tiga faktor yang berkaitan dengan pendidikan dalam

mengembangkan kesehatan, yaitu : ekonomi; sosial, psikologi dan

interpersonal; dan kesehatan perilaku (Raghupathi and Raghupathi, 2020).

1) Ekonomi

Ekonomi sendiri berkaitan dengan pendapatan serta pekerjaan

dari masing-masing masyarakat yang dimana dapat menjadi salah satu

faktor dalam mengontrol kesehatan dan penentuan akses pada saat

melakukan perawatan medis yang bersifat akut dan preventif.

(Zimmerman and Woolf, 2014).

2) Sosial, Psikologis dan Interpersonal

Sosial, psikologis dan interpersonal memberikan kemungkinan

pada masyarakat dalam tingkat pendidikan yang berbeda untuk

mendapatkan akses sumber daya dan menentukan strategi dalam

penyelesaian permasalahan, serta dalam mendapatkan dukungan sosial

dan kemampuan kognitif untuk menangani permasalahan kesehatan yang

buruk seperti stress (Raghupathi and Raghupathi, 2020).

20
3) Kesehatan Perilaku

Perilaku dalam kesehatan memberikan peluang baru bagi

individu yang berpendidikan untuk mengetahui dan mengenali dari gejala

kesehatan yang memburuk secara tepat waktu dan dalam mencari

bantuan medis yang tepat dan efisien (Raghupathi and Raghupathi,

2020).

c. Indikator Tingkat Pendidikan

Menurut Rancangan Undang-Undang Sisdiknas pada bulan Agustus

(2022), Indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan yang

terdiri dari :

1) Jenjang Pendidikan Dasar

Jenjang pendidikan dasar ini berlangsung selama sembilan tahun

yang terdiri dari kelas 1 (satu) sampai dengan kelas 9 (sembilan) dengan

bertujuan untuk mengembangkan karakter dan kemampuan dasar sebagai

landasan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah.

2) Jenjang Pendidikan Menengah

Jenjang pendidikan menengah berlangsung selama tiga tahun

yang dilaksanakan pada kelas 10 (sepuluh) sampai dengan 12 (dua belas)

yang berguna untuk mempersiapkan seseorang dalam melanjutkan ke

jenjang tingkat pendidikan tinggi dan memperdalam pemahaman ilmu

pengetahuan yang lebih variative dan spesifik guna mengembangkan

kompetensi yang relevan dengan dunia usaha, dunia industri, dan dunia

kerja.

21
3) Jenjang Pendidikan Tinggi

Jenjang pendidikan tinggi merupakan tingkat pendidikan yang

dilaksanakan melalui program sarjana, program magister, dan program

doctor yang dirancang untuk memperdalam pemahaman dan penerapan

ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kompleksitas yang tinggi yang

bertujuan untuk memajukan peradaban (Sisdiknas, 2022).

d. Hubungan tingkat pendidikan dengan keterlambatan

Faktor yang dapat mempengaruhi keterlambatan pasien dengan

stroke yaitu usia, tempat tinggal, jarak tempat tinggal dan tingkat

pendidikan, dan jarak tempat tinggal. (Barahama et al., 2019).

Berdasarkan tingkat keparahan dan efek yang diterima apabila

mengalami keterlambatan dari penanganan stroke tersebut. Tingkat

pendidikan yang rendah pada pasien stroke berhubungan dengan

keterlambatan pasien ke rumah sakit untuk dilakukannya tindakan atau

penanganan oleh tenaga kesehatan. Maka tingkat pendidikan memiliki

peran sangat penting apabila seseorang ditemukan dengan gejala stroke,

sehingga dapat tepat dalam menentukan suatu keputusan untuk

menanggapi perawatan dan pemeliharaan pada pasien stroke.

22
2.3. Kerangka Teori

Gambar 3 1 Kerangka Teori

23
2.4. Kerangka Konsep

Keterangan :
: Variabel yang akan diteliti
: Variabel independen
: Variabel dependen

Gambar 3 2 Kerangka Konsep

2.5. Hipotesis

Terdapat hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Keterlambatan

pasien stroke tiba di RSUD Hj Anna Lasmanah Banjarnegara Jawa Tengah.

24
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

1. Jenis rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

pendekatan Retrospektif . Observasional karena pada penelitian ini tidak

memberikan intervensi kepada subjek penelitian, hanya melakukan

pengamatan. Retrospektif dikarenakan faktor resikonya serta kasusnya sudah

diketahui pada masa lalu, kemudian ditelusuri dan untuk datanya

menggunakan data yang sudah lampau.

2. Tempat dan periode penelitian

Mendata rekam medis pasien stroke pada tahun 2021. Waktu penelitian

dilaksanakan mulai bulan Desember 2022 hingga Maret 2023.

3.2. Populasi, Subjek, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien stroke di RSUD Hj

Anna Lasmanah Banjarnegara yang dirawat pada tahun 2021.

2. Subjek

Subjek penelitian adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria :

a. Kriteria Inklusi

1) Pasien yang datang pertama kali terdiagnosis stroke iskemik

2) Rekam medis dengan data lengkap

25
3) Pasien rawat inap dengan diagnosis stroke iskemik

4) Pasien yang memiliki Riwayat pendidikan sesuai dengan jenjang

pendidikan yang ada di Indonesia

b. Kriteria Eksklusi

1) Stroke berulang

2) Pasien putus sekolah

3) Pasien yang tidak memiliki riwayat pendidikan

3. Teknik Sampling

Teknik sampling yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu total

sampling. Seluruh subjek pada populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan

tidak termasuk kriteria eksklusi dapat diambil datanya menjadi sampel

penelitian.

3.3. Variabel Penelitian

1. Variabel

a. Variabel Dependen : Keterlambatan

b. Variabel Independen : Tingkat Pendidikan

26
2. Definisi Operasional
Gambar 3 3 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional Ukur
Tingkat Suatu data Rekam medis Pendidikan Dasar Ordinal
Pendidikan mengenai
• SD/MI
pendidikan yang
• SMP/Mts
telah ditempuh
Pendidikan
oleh pasien yang
Menengah
terdapat pada
rekam medis. • SMA/MA
Pendidikan Tinggi

• S1/D4
Keterlambatan Waktu Rekam medis Datang sebelum Ordinal
kedatangan 4,5 jam setelah
pasien yang mengalami
datang ke RS keluhan : Cepat
dengan waktu
sebelum 4,5 jam Datang sesudah
setelah dan tepat 4,5 jam
mengalami setelah mengalami
keluhan (onset keluhan : Lambat
4,5 jam)
3.4. Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah rekam medis.

2. Jenis data

Jenis data pada penelitian ini adalah data sekunder karena data yang

diambil berasal dari rekam medis.

3. Cara pengumpulan data

Data dikumpulkan dengan cara mencatat langsung dari rekam medis

pasien stroke di RSUD Hj Anna Lasmanah.

27
3.5. Alur Penelitian

1. Peneliti menetapkan topik penelitian.

2. Peneliti melaksanakan studi literatur tentang penelitian-penelitian yang

memiliki kesamaan topik.

3. Peneliti mengajukan judul penelitian.

4. Peneliti melakukan studi literatur dengan mencari sumber pustaka dari jurnal

maupun textbook.

5. Peneliti menyusun proposal skripsi lalu melakukan konsultasi dengan dosen

pembimbing.

6. Peneliti melakukan seminar proposal dan revisi proposal skripsi.

7. Peneliti mengajukan dan mendapatkan etik penelitian.

8. Peneliti mendapatkan izin dari RSUD Hj Anna Lasmanah, Banjarnegara, Jawa

Tengah.

9. Peneliti mengumpulkan data sekunder rekam medis pasien di RSUD Hj Anna

Lasmanah, Banjarnegara, Jawa Tengah.

10. Peneliti memilah data sekunder rekam medis sesuai dengan kriteria inklusi dan

enklusi.

11. Peneliti mengolah data dan analisis data yang sudah terkumpul dengan

menggunakan perangkat lunak pengolah data statistik.

12. Peneliti menulis laporan skripsi dan memasukan hasil data yang diperoleh saat

penelitian.

13. Peneliti melakukan seminar hasil

28
3.6. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran karakteristik

data penelitian. Variabel yang akan dianalisis adalah tingkat pendidikan dan

keterlambatan.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan proses analisis terhadap dua variabel yang

memiliki hubungan atau berkorelasi. Analisis bivariat pada penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari tingkat pendidikan yang diduga

berkorelasi dengan keterlambatan. Uji normalitas yang akan digunakan pada

penelitian ini adalah uji normalitas Kolomogorov-Smirnov. Penggunaan uji

normalitas Kolmogorov-Smirnov apabila sampel yang digunakan lebih dari

100 atau menggunakan Shapiro-Wilk test apabila ditemukannya sampel yang

kurang dari 100. Apabila ditemukannya uji normalitas pada penelitian ini P >

0,5 atau data terdistribusi nomral, maka digunakannya uji parametrik Chi

Square untuk melihat adanya variabel indepnden dan dependen. Apabila pada

uji normalitasnya ini ditemukan P < 0,5 atau tidak terdistribusi normal, maka

digunakan uji non parametrik Fisher Exact Probability. Penggunaan perangkat

lunak untuk menganalisis data adalah penggunaan perangkat lunak yang ter-

komputerisasi.

3.7. Jadwal penelitian

Penyusunan proposal hingga seminar hasil skripsi berlangsung dari

bulan Desember 2022 hingga Maret 2023.

29
Tabel 2 2 Jadwal Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan Desember Januari Februari Maret


Persiapan
penelitian
Perencanaan
penelitian
Melakukan
penelitian
Pengolahan data
Penyusunan
laporan hasil
penelitian

30
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N., Mashfufa, E.W., Setyowati, L., Marta, O.F.D., 2022. The Effect of
Education on Self-Management and Stroke Prevention Behavior on Recurrence.
J. Multidisiplin Madani 2, 1477–1488.
Barahama, D. V., Tangkudung, G., Kembuan, M.A.H.N., 2019. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Keterlambatan Kedatangan Pasien Stroke di RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado. e-CliniC 7, 1–6.
Batubara, S.O,. F.T., 2010. Hubungan Antara Penanganan Awal Dan Kerusakan
Neurologis Pasien Stroke. J. Keperawatan Soedirman (The Soedirman J.
Nursing), Vol. 5, No.2, Juli 2010 5, 105–114.
Chang, J.C., 2020. Stroke Classification: Critical Role of Unusually Large von
Willebrand Factor Multimers and Tissue Factor on Clinical Phenotypes Based
on Novel “Two-Path Unifying Theory” of Hemostasis. Clin. Appl. Thromb. 26.
Dipiro, J., 2014. Stroke. In: Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach 9th
Edition. The McGraw-Hill Companies.
Fassbender, K., Balucani, C., Walter, S., Levine, S.R., Haass, A., Grotta, J., 2013.
Streamlining of prehospital stroke management: The golden hour. Lancet
Neurol. 12, 585–596.
Gambert, S., 2013. Encyclopedia of Behavioral Medicine, Springer Link. Springer,
New York, NY.
Hankey, G.J., Blacker, D.J., 2015. Is it a stroke? BMJ 350, 1–6.
Hendrayani, H., 2020. Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pengalaman Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pd. Pasar Makassar Raya Kota Makassar. J.
Econ. 8, 1–12.
Julvia, C., 2016. TERHADAP KINERJA KARYAWAN Oleh : Jurna Ilm. Manaj.
Bisnis 16, 59–72.
Kitagawa, K., 2022. Blood pressure management for secondary stroke prevention
[WWW Document]. Hypertens. Res. URL
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35437312/ (accessed 11.19.22).
Kuriakose, D., Xiao, Z., 2020. Pathophysiology and treatment of stroke: Present
status and future perspectives. Int. J. Mol. Sci. 21, 1–24.
Mandang, E.F., Lumanauw, B., Walangitan, M.D.., 2017. Pengaruh Tingkat
Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (PERSERO), Tbk Cabang Manado. J. EMBA J. Ris. Ekon.
Manajemen, Bisnis dan Akunt. 5, 4324–4334.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2019. PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN
KEDOKTERAN TATA LAKSANA STROKE. Keputusan Menteri Kesehat.

31
Republik Indones. Nomor HK.01.07/MENKES/394/2019 5–10.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), 2011. Guideline Stroke
2011. Perdossi 49–50.
Pierik, R., Algra, A., Van Dijk, E., Erasmus, M.E., Van Gelder, I.C., Koudstaal, P.J.,
Luijckx, G.J.R., Nederkoorn, P.J., Van Oostenbrugge, R.J., Ruigrok, Y.M.,
Scheeren, T.W.L., Uyttenboogaart, M., Visser, M.C., Wermer, M.J.H., Van Den
Bergh, W.M., 2020. Distribution of Cardioembolic Stroke: A Cohort Study.
Cerebrovasc. Dis. 49, 97–104.
Puri, I., 2019. Stroke-related education to emergency department staff: An acute
stroke care quality improvement initiative. Neuology India 67, 129–133.
Raghupathi, V., Raghupathi, W., 2020. The influence of education on health: An
empirical assessment of OECD countries for the period 1995-2015. Arch.
Public Heal. 78, 1–18.
Riskesdas, 2018. Laporan Provinsi Jawa Tengah Riskesdas 2018, Kementerian
Kesehatan RI.
Riskesdas, 2018. Laporan Nasional Riskesdas 2018 88–94.
Ryu, W.S., Hong, K.S., Jeong, S.W., Park, J.E., Kim, B.J., Kim, J.T., Lee, K.B.,
Park, T.H., Park, S.S., Park, J.M., Kang, K., Cho, Y.J., Park, H.K., Lee, B.C.,
Yu, K.H., Oh, M.S., Lee, S.J., Kim, J.G., Cha, J.K., Kim, D.H., Lee, Jun, Han,
M.K., Park, M.S., Choi, K.H., Lee, Juneyoung, Saver, J.L., Lo, E.H., Bae, H.J.,
Kim, D.E., 2022. Association of ischemic stroke onset time with presenting
severity, acute progression, and long-term outcome: A cohort study. PLoS Med.
19, 1–15.
Sacco, R.L., Kasner, S.E., Broderick, J.P., Caplan, L.R., Connors, J.J., Culebras, A.,
Elkind, M.S.V., George, M.G., Hamdan, A.D., Higashida, R.T., Hoh, B.L.,
Janis, L.S., Kase, C.S., Kleindorfer, D.O., Lee, J.M., Moseley, M.E., Peterson,
E.D., Turan, T.N., Valderrama, A.L., Vinters, H. V., 2013. An updated
definition of stroke for the 21st century: A statement for healthcare
professionals from the American heart association/American stroke association.
Stroke 44, 2064–2089.
Saini, V., 2021. Global Epidemiology of Stroke and Access to Acute Ischemic
Stroke Interventions [WWW Document]. AAN Publ. URL
https://n.neurology.org/content/97/20_Supplement_2/S6 (accessed 11.19.22).
Sarikaya, H., Ferro, J., Arnold, M., 2015. Stroke prevention - Medical and lifestyle
measures. Eur. Neurol. 73, 150–157.
Setyopranoto, I., Bayuangga, H.F., Panggabean, A.S., Alifaningdyah, S., Lazuardi,
L., Dewi, F.S.T., Malueka, R.G., 2019. Prevalence of stroke and associated risk
factors in sleman district of Yogyakarta Special Region, Indonesia. Stroke Res.
Treat. 2019.

32
Sisdiknas, N.R.U.U., 2022. Naskah RUU Sisdiknas bulan Agustus 2022 1–74.
Turana, Y., Tengkawan, J., Chia, Y.C., Nathaniel, M., Wang, J.G., Sukonthasarn, A.,
Chen, C.H., Minh, H. Van, Buranakitjaroen, P., Shin, J., Siddique, S., Nailes,
J.M., Park, S., Teo, B.W., Sison, J., Ann Soenarta, A., Hoshide, S., Tay, J.C.,
Prasad Sogunuru, G., Zhang, Y., Verma, N., Wang, T.D., Kario, K., 2021.
Hypertension and stroke in Asia: A comprehensive review from HOPE Asia. J.
Clin. Hypertens. 23, 513–521.
Ummah, F., Belladonna, M., Retnaningsih, R., 2016. Rasio Neutrofil Limfosit Darah
Tepi Sebagai Indikator Outcome Pada Stroke Iskemik Akut. Diponegoro Med. J.
(Jurnal Kedokt. Diponegoro) 5, 827–841.
Wahana, H., 2020. Journal of Nursing Invention. J. Nurs. Invent. 1, 41–47.
Zimmerman, E., Woolf, S.H., 2014. Understanding the Relationship Between
Education and Health. NAM Perspect. 4.

33
LAMPIRAN
Lembar pengambilan data

A. Identitas

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Tanggal Lahir :

4. Alamat :

5. Pendidikan :

6. Pekerjaan :

7. Status Perkawinan:

8. Diagnosis :

B. Anamnesis

1. Onset :

2. Keluhan Utama :

3. Gejala Lain :

C. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda-tanda Vital:

2. GCS : E..….., M..….., V…...., Pupil…....mm/..…..mm

3. Tidak Normal :

34

Anda mungkin juga menyukai