Anda di halaman 1dari 89

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DIIT

DENGAN KEPATUHAN MENJALANKAN DIIT PADA


PENDERITA DIABETES MELITUS DI UPTD MAMPU
PONED PUSKESMAS DAYAMURNI
TULANG BAWANG BARAT
TAHUN 2023

(Skripsi)

OLEH:
MARYADI
2022206203183P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2023
PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Judul skripsi:

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diit Dengan Kepatuhan


Menjalankan Diit Pada Penderita Diabetes Melitus di UPTD mampu
PONED Puskesmas Dayamurni Tulang Bawang Barat Tahun 2023

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji di hadapan TIM Penguji Skripsi.

Nama Mahasiswa : Maryadi


Nim : 2022206203183P

MENYETUJUI

PEMBIMBING 1 PEMBIMBING 2

Nur Fadhilah, M.Kes. Ph.D. Bdn. Wahyu Widayati, S.ST., M.Keb.


NBM: 927 023 NBM : 1156 368
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Tentang Diit Dengan Kepatuhan Menjalankan Diit
Pada Penderita Diabetes Melitus di UPTD mampu PONED Puskesmas
Dayamurni Tulang Bawang Barat Tahun 2023”. Skripsi ini dapat terselesaikan
berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak, pada kesempatan ini perkenankan
penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ns. Arena Lestari, M.Kep., Sp. Kep. J., Ph.D., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Pringsewu.
2. Elmi Nuryati, M.Epid., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
3. Ns. Rita Sari, M.Kep., Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu.
4. Nur Fadhilah, M.Kes., Ph.D. sebagai Pembimbing I.
5. Bdn. Wahyu Widayati, S.ST., M.Keb., selaku Pembimbing II.

Semoga kebaikan serta bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan


yang lebih baik dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Pringsewu, Januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR........................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7
D. Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 7
E. Manfaat Penelitian......................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Diabetes Melitus............................................................................. 10
B. Diit Diabetes Melitus..................................................................... 22
C. Kepatuhan....................................................................................... 33
D. Pengetahuan.................................................................................... 37
E. Kerangka Teori............................................................................... 43
F. Kerangka Konsep............................................................................ 44
G. Hipotesis Penelitian........................................................................ 44

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian........................................................................... 46
B. Variabel Penelitian........................................................................ 46
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel............. 47
D. Populasi dan Sampel..................................................................... 47
E. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 49
F. Etika Penelitian.............................................................................. 49
G. Instrumen....................................................................................... 52
H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen....................................... 53
I. Metode Pengolahan Data dan Analisis.......................................... 54
J. Jalannya Penelitian........................................................................ 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian Penelitian............................................................. 59
B. Variabel Penelitian........................................................................ 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................... 68
B. Saran.............................................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman


Tabel 3.1 Definisi Operasional...................................................................... 47
Tabel 4.1 Karakteristik Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia,
Pendidikan Dan Pekerjaan ............................................................ 59
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Diit
Diabetes Melitus di UPTD Mampu PONED Puskesmas
Dayamurni Tulang Bawang Barat Tahun 2023............................. 60
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Menjalankan Diit Pada
Penderita Diabetes Melitus di UPTD Mampu PONED
Puskesmas Dayamurni Tulang Bawang Barat Tahun 2023.......... 60
Tabel 4.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diit Dengan
Kepatuhan Menjalankan Diit Pada Penderita Diabetes
Melitus di UPTD Mampu PONED Puskesmas Dayamurni
Tulang Bawang Barat Tahun 2023................................................ 61
DAFTAR G AMBAR

Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori......................................................................... 44

Gambar 2.2 Kerangka Konsep..................................................................... 44


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed Concent

Lampiran 2 Lembar Kuesioner dan Observasi

Lampiran 3 Lembar Konsultasi


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi beban ganda epidemiologi

di dunia sejak beberapa dekade terakhir. Badan kesehatan dunia (WHO/ World

Health Organitation) memperkirakan bahwa penyakit tidak menular

menyebabkan sedikitnya 40 juta kematian di Dunia setiap tahunnya atau setara

dengan 70% kematian oleh seluruh penyebab pada tingkat global. Angka

morbiditas penyakit tidak menular baik di tingkat global maupun nasional juga

terus menujukkan kecenderungan peningkatan terlebih dalam beberapa tahun

terakhir, diantaranya seperti hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes mellitus

(DM) (Kemenkes RI, 2022).

Salah satu penyakit tidak menular yang sering diderita masyarakat adalah

Diabetes Melitus (DM). Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan

metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan

abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, yang disebabkan

oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau

keduanya. Diabetes melitus yang tidak terkontrol dapat menyebabkan

komplikasi kronis berupa komplikasi makrovaskuler (Infark Miocard, stroke,

penyakit vaskuler perifer) mikrovaskular (penyakit ginjal, mata, dan neuropati

perifer) (Nurarif & Kusuma, 2015).


2

Data International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2019

menyebutkan angka kejadian diabetes di Dunia pada usia 20-79 tahun

mencapai 463 juta jiwa atau setidaknya memiliki prevalensi sebesar 9,3% dari

total jumlah penduduk pada usia yang sama. Jumlah tersebut diproyeksikan

akan meningkat mencapai 578 juta ditahun 2030 bahkan 700 juta pada tahun

2045 (Kementerian Kesehatan RI., 2020).

Indonesia menjadi peringkat ke-7 dari 10 Negara dengan jumlah

penderita diabetes melitus terbanyak, dan nomor 1 di Asia Tenggara yaitu

sebesar 10,7 juta jiwa. Prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia

berdasarkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi

diabetes melitus mengalami peningkatan dari 1,5% menjadi 2,0% pada

Riskesdas tahun 2018 (Kementerian Kesehatan RI., 2020).

Data di Provinsi Lampung tahun 2022, menyebutkan bahwa jumlah

penderita diabetes melitus mencapai 89.981 orang, dimana 99,0% telah

mendapatkan pelayanan standar di fasilitas kesehatan (Dinas Kesehatan

Provinsi Lampung, 2023). Sedangkan prevalensi diabetes melitus di Provinsi

Lampung berdasarkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) terjadi

peningkatan. Prevalensi diabetes pada umur >15 tahun menurut diagnosis

dokter/gejala hasil dari Riskesdas tahun 2007 yaitu sebesar 0,5% dan

meningkat pada tahun 2013 menjadi 0,8%, kemudian meningkat pada tahun

2018 menjadi 1,6% (Kemenkes RI, 2019).

Data di Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2022, menyebutkan

bahwa jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 1.903 orang, sedangkan

yang mendapatkan pelayanan standar di fasilitas kesehatan sebanyak 93,1%

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3

(Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2023). Sedangkan prevalensi diabetes

melitus di Kabupaten Tulang Bawang Barat berdasarkan hasil Riset kesehatan

Dasar (Riskesdas) tahun 2018 sebesar 0,66% (Kemenkes RI, 2019).

Untuk mencegah terjadinya komplikasi diperlukan penatalaksanaan yang

tepat. Penatalaksanaan diabetes melitus dalam jangka panjang bertujuan untuk

mencegah terjadinya komplikasi diabetes baik komplikasi metabolik,

komplikasi mikrovaskuler maupun makrovaskuler. Sedangkan tujuan jangka

pendek nya untuk menghilangkan keluhan atau gejala diabetes melitus. Pilar

penatalaksanaan diabetes melitus antara lain adalah terapi diit, pemberian obat

hipoglikemik oral, latihan/ aktivitas, pemantauan kadar glukosa darah secara

mandiri, terapi (jika diperlukan) dan pendidikan (Wijaya & Putri, 2014).

Diit atau terapi nutrisi merupakan pilar penting dalam penatalaksanaan

diabetes melitus secara menyeluruh yang membutuhkan keterlibatan

multidisiplin antara petugas kesehatan dan juga pasien serta keluarga. Prinsip

penatalaksanaan diit diabetes melitus adalah menu seimbang sesuai dengan

kebutuhan kalori dan zat gizi pasien, serta perlu ditekankan mengenai

keteraturan jadwal makan, jenis makanan dan jumlah porsi makan penderita

diabetes melitus. Agar tujuan penatalaksanaan dapat tercapai dengan baik

maka diperlukan kepatuhan pasien dalam menjalankan diit dengan

memperhitungkan asupan makanan yang dianjurkan (Tanto, 2014).

Menurut Sacket dalam Niven (2014) kepatuhan merupakan sejauh mana

perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional

kesehatan. Untuk meningkatkan kepatuhan diperlukan pendidikan pada pasien

sehingga dapat mempengaruhi perilaku pasien agar mampu beradaptasi dengan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4

program pengobatannya. Pendidikan tentang diit diabetes melitus dilakukan

petugas kesehatan agar pasien dan keluarga memiliki pengetahuan yang baik

dalam penatalaksanaan diit tersebut (Niven, 2014).

Pengetahuan merupakan wilayah yang sangat penting dalam membentuk

tindakan/ aktivitas seseorang (overt behaviour). Perilaku yang didasarkan pada

pengetahuan akan bertahan lebih lama dibandingkan perilaku yang terbentuk

tidak berdasarkan pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang

baik dapat memotivasi timbulnya perubahan positif terhadap sikap, persepsi,

serta perilaku sehat individu atau masyarakat (Notoatmodjo, 2015).

Pengetahuan tentang penatalaksanaan diit amatlah penting karena semua

pasien penyandang diabetes melitus harus menguasai konsep dan keterampilan

yang diperlukan untuk penatalaksanaan jangka panjang serta untuk

menghindari kemungkinan komplikasi diabetes melitus. Dengan pengetahuan

yang baik maka pasien akan memiliki kemampuan untuk mengatur pola

makannya dan dapat mempertahankan kadar glukosa darah dalam kisaran yang

normal. Oleh karena itu, landasan pengetahuan dan pendidikan kesehatan yang

solid sangatlah mutlak diperlukan dan wajib menjadi fokus dalam asuhan

keperawatan yang berkelanjutan (Smeltzer & Bare, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Massiani et al. (2023), tentang hubungan

tingkat pengetahun dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus di

Puskesmas Kereng Bangkirai, diperoleh bahwa ada hubungan antara

pengetahuan dengan tingkat kepatuhan terapi diet pada pasien Diabetes

Mellitus (nilai p-value 0,000 < a 0,05) (Massiani et al., 2023).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


5

UPTD mampu PONED Puskesmas Dayamurni merupakan salah satu

Puskesmas dengan jumlah penderita diabetes melitus tertinggi di Kabupaten

Tulang Bawang Barat. Berdasarkan data di UPTD mampu PONED Puskesmas

Dayamurni Tulang Bawang Barat pada tahun 2020 jumlah penderita diabetes

melitus sebanyak 318 orang, meningkat pada tahun 2021 menjadi 326 orang

dan kembali meningkan pada tahun 2022 menjadi 335 orang, serta menjadi

salah satu penyakit tidak menular yang paling sering diderita oleh masyarakat

setelah hipertensi. Pelayanan penderita diabetes melitus sesuai standar di

Puskesmas hampir mencakup secara keseluruhan pasien diabetes mellitus,

namun pada pemeriksaan kadar glukosa darah rutin didapatkan sebagian besar

masih diatas nilai normal. Berdasarkan hasil presurvey yang peneliti lakukan

pada bulan September 2023 terhadap 10 orang penderita diabetes melitus,

diperoleh bahwa sebanyak 7 orang (70%) tidak patuh dalam melakukan diit

diabetes melitus, sedangkan 3 orang (30%) lainnya patuh. Selain itu jika dilihat

berdasarkan pengetahuan penderita diabetes, sebanyak 6 orang (60%) pasien

tidak mengetahui tentang keteraturan jadwal makan, jenis makanan dan jumlah

porsi makan penderita diabetes melitus, sedangkan 4 orang (40%) cukup

mengatahui hal tersebut.

Berdasarkan teori, penelitian terkait dan juga fenomena yang terjadi

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan tingkat

pengetahuan tentang diit dengan kepatuhan menjalankan diit pada penderita

diabetes melitus di UPTD mampu PONED Puskesmas Dayamurni Tulang

Bawang Barat Tahun 2023”.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


6

B. Rumusan Masalah

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang sering

diderita masyarakat yang jumlahnuya diproyeksikan akan meningkat. Data di

Dunia pada usia 20-79 tahun mencapai 463 juta jiwa, di Indonesia menjadi

peringkat ke-7 dari 10 Negara dengan jumlah penderita diabetes melitus

terbanyak, dan nomor 1 di Asia Tenggara yaitu sebesar 10,7 juta jiwa.

Sedangkan di Provinsi Lampung tahun 2022, jumlah penderita diabetes melitus

mencapai 89.981 orang dimana 99,0% telah mendapatkan pelayanan standar di

fasilitas kesehatan. Data di Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2022,

menyebutkan bahwa jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 1.903 orang.

Puskesmas dengan jumlah penderita diabetes melitus tertinggi di Kabupaten

Tulang Bawang Barat. Berdasarkan data di UPTD mampu PONED Puskesmas

Dayamurni Tulang Bawang Barat pada tahun 2020 jumlah penderita diabetes

melitus sebanyak 318 orang, meningkat pada tahun 2021 menjadi 326 orang

dan kembali meningkan pada tahun 2022 menjadi 335 orang. Diit atau terapi

nutrisi merupakan pilar penting dalam penatalaksanaan diabetes melitus, maka

diperlukan kepatuhan pasien dalam menjalankan diit dengan memperhitungkan

asupan makanan yang dianjurkan.

Bedasarkan dari data dan latar belakang yang telah di kemukakan diatas,

maka yang menjadi pemasalahannya adalah “Apakah ada hubungan tingkat

pengetahuan tentang diit dengan kepatuhan menjalankan diit pada penderita

diabetes melitus di UPTD mampu PONED Puskesmas Dayamurni Tulang

Bawang Barat Tahun 2023?”.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


7

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang diit dengan

kepatuhan menjalankan diit pada penderita diabetes melitus di UPTD

mampu PONED Puskesmas Dayamurni Tulang Bawang Barat Tahun 2023.

2. Tujuan khusus

a. DIKETAHUINYA Mengetahui distribusi frekuensi RESPONDEN

BERDASARKAN tingkat pengetahuan tentang diit diabetes melitus di

UPTD mampu PONED Puskesmas Dayamurni Tulang Bawang Barat

Tahun 2023.

b. Mengetahui distribusi frekuensi RESPONDEN BERDASARKAN

kepatuhan menjalankan diit pada penderita diabetes melitus di UPTD

mampu PONED Puskesmas Dayamurni Tulang Bawang Barat Tahun

2023.

c. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang diit dengan

kepatuhan menjalankan diit pada penderita diabetes melitus di UPTD

mampu PONED Puskesmas Dayamurni Tulang Bawang Barat Tahun

2023.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah

seluruh penderita diabetes melitus yang berkunjung ke Puskesmas. Objek

penelitian ini adalah hubungan tingkat pengetahuan tentang diit dengan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


8

kepatuhan menjalankan diit pada penderita diabetes melitus. Tempat

penelitian ini adalah di UPTD mampu PONED Puskesmas Dayamurni

Tulang Bawang Barat, dan waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan

November 2023.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pengembangan

pengetahuan khususnya berkaitan dengan hubungan tingkat pengetahuan

tentang diit dengan kepatuhan menjalankan diit pada penderita diabetes

melitus.

2. Bagi Pengguna

1. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan serta pengambilan kebijakan di Puskesmas

dan Dinas Kesehatan dalam rangka menurunkan tingkat komplikasi yang

diakibatkan oleh kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada

penderita DM. Selain itu sebagai dasar tenaga kesehatan untuk

melakukan edukasi tentang diit pada penderita diabetes melitus dalam

upaya meningkatkan pelayanan pada penderita diabetes di fasilitas

kesehatan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Pringsewu dan menjadi tambahan refrensi serta publikasi ilmiah tentang

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


9

hubungan tingkat pengetahuan tentang diit dengan kepatuhan

menjalankan diit pada penderita diabetes melitus.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi rujukan dan bahan

perbandingan bagi peneliti lain yang akan meneliti dalam konteks yang

berbeda atau yang lebih luas berkaitan dengan hubungan tingkat

pengetahuan tentang diit dengan kepatuhan menjalankan diit pada

penderita diabetes melitus.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

1. Definisi

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang diawali dengan

suatu kondisi dimana kegagalan organ pankreas dalam menghasilkan

hormon insulin atau ketika tubuh tidak bisa memanfaatkan insulin secara

efisien sehingga dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah

(hiperglikemia) (Amiruddin, 2023).

Diabetes melitus (DM) adalah suatu kumpulan kelainan metabolik

yang dimanifestasikan sebagai peningkatan kadar glukosa darah

(hiperglikemia) yang disebabkan kerusakan sekresi insulin, kerja insulin

atau keduanya (Smeltzer & Bare, 2017).

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemi yang berhubungan dengan abnomalitas metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein. Diabetes Melitus disebabkan oleh

penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya.

Diabetes Melitus menyebabkan komplikasi kronis, mikrovaskular, dan

neuropati. Berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi

determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas

DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan antara lain kelainan

sel beta, faktor-faktor lingkungan, gangguan sistem imunitas dan kelainan

insulin (Nurarif & Kusuma, 2015).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


11

2. Klasifikasi

a. Klaslfikasl Klinis:

1. DM Tipe l

Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses

autoimun (Nurarif & Kusuma, 2015).

2. Tipe II

Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan reslstensi insulin.

Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk

merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk

menghambat produksi glukosa oleh hati (Nurarif & Kusuma, 2015).

3. Diabetes Gestasional

Merupakan diabetes yang ditandai dengan intoleransi glukosa

yang muncul pada saat kehamilan., umumnya pada trimester kedua

dan ketiga. Risiko diabetes gestasional ini tinggi pada penderita

obesitas, riwayat personal pernah menderita diabetes gestasional, atau

riwayat keluarga (Smeltzer & Bare, 2017).

b. Klaslfikasi Resiko Statistik:

1. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa.

2. Berpotensi menderita kelainan glukosa (Nurarif & Kusuma, 2015).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


12

3. Etiologi

a. Diabetes tipe I

1) Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi

mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah

terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada

individu yang memiliki tipe antigen HLA (Padila, 2014).

2) Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal

dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara

bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah

sebagai jaringan asing. Yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau

Langerhans dan insulin endogen (Padila, 2014).

3) Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang

menimbulkan destruksi sel beta (Padila, 2014).

b. Diabetes Tipe II

1) Usia

Resitensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 60 tahun)

(Padila, 2014). Selain itu, individu yang mengalami penuaan atau

usianya lebih dari 40 tahun memiliki risiko penurunan fungsi organ

pankreas dalam menghasilkan hormon insulin (Amiruddin, 2023).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


13

2) Gaya Hidup Stres

Seseorang yang sedang mengalami stres akan mudah mengalami

perubahan perilaku dalam mengonsumsi makanan cepat saji. Sehingga

tubuh akan memerlukan energi lebih besar karena proses metabolisme

yang meningkat. Ketika metabolisme meningkat dapat berefek pada

kerja pankreas karena insulin akan mengalami penurunan kinerja

(Amiruddin, 2023).

3) Pola Makan yang Salah

Saat tubuh mengalami malnutrisi dapat menyebabkan terjadinya

kerusakan insulin dan kelebihan berat badan juga dapat menyebabkan

gangguan kinerja insulin atau mengakibatkan resistensi insulin.

Kemudian kebiasaan makan yang buruk serta tidak terkontrol dapat

berdampak pada kerja organ pankreas (Amiruddin, 2023).

4) Obesitas

Obesitas atau kegemukan dapat menyebabkan hipertrofi sel beta

pankreas dan hal ini dapat menyebabkan insulin yang dihasilkan

pankreas menurun. Hal ini dapat terjadi akibat meningkatnya

metabolisme glukosa karena tubuh membutuhkan energi sel dalam

jumlah banyak (Amiruddin, 2023).

5) Infeksi

Kerusakan sel-sel pada pankreas dapat disebabkan oleh rnasuknya

kuman bakteri maupun virus ke dalam pankreas hingga dapat

menurunkan fungsi dari pankreas (Amiruddin, 2023).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


14

4. Diagnosis

Diagnosa diabetes dapat diketahui dari pemeriksaan gula darah

dengan alat glukometer (alat pemeriksaan gula darah kapiler). Untuk

menegakkan diagnosa diabetes tidak bisa dilakukan dalam sekali

pemeriksaan namun diperlukan pemeriksaan berulang pada hari berikutnya.

Seseorang yang mengalami DM dapat ditandai dari berbagai macam

keluhan yang terjadi seperti poliuria, polidipsia, polifagia, badan terasa

lemas, gatal, kesemutan (Amiruddin, 2023).

Kritera diagnostik WHO untuk diabetes melitus sedikitnya 2 kali

pemeriksaan:

b. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1mmol/L)

c. Glukosa plasma puasa >140mg/dl (7,8mmol/L)

d. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkomsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200

mg/dl (Padila, 2014).

5. Patofisiologi Diabetes Militus

Diabetes tipe I merupakan manifestasi dari ketidakmampuan untuk

menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun. Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang

tidak terukur oleh hati. Di samping itu, glukosa yang berasal dari makanan

tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan

menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi

glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali

semua glukosa yang tersaring keluar; akibatnya, glukosa tersebut muncul

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


15

dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di eksresikan ke

dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang

berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari

kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan

dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga

mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan

berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia)

akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan

dan kelemahan (Wijaya & Putri, 2014).

Diabetes melitus tipe 2 memiliki beberapa persoalan utama yakni

gangguan sekresi insulin dan resistensi insulin. Ketika insulin gagal

disekresikan oleh pankreas hal tersebut akan mengakibatkan sel target tidak

mampu untuk menangkap gula dalam darah yang selanjutnya akan di olah

menjadi energi, jika hal ini beriangsung dalam waktu yang lama sel target

insulin dapat menjadi resisten terhadap insulin atau bahkan mengabaikan

sinyal yang diberikan insulin untuk mengambil gula dari darah ke dalam sel.

Gangguan resistensi insulin terjadi ketika sel dalam lemak, hati, dan otot

mulai menolak respons insulin untuk mengambil suplai gula dari aliran

darah menuju sel dan hal ini dapat berakibat pada peningkatan glukosa

dalam darah. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya obesitas, penuaan,

dan kurang aktivitas fisik hingga dalam waktu yang lama tanpa disadari sel

beta akan mengalami kerusakan (Amiruddin, 2023).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


16

6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic

defisiensl insulin antara lain:

a. Kadar glukosa puasa tidak normal

b. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieuresis

osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa

haus (polidipsia)

c. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang

d. Lelah dan mengantuk

e. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemuatan, gatal, mata kabur,

impotensi, peruritus vulva (Nurarif & Kusuma, 2015).

f. Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

g. Nyeri pada ekstremitas yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

h. Mata kabur (Tanto, 2014).

Selain itu, keluhan umum pasien DM yaitu poliuria, polidipsia,

polifagia, beberapa keluhan sering mengganggu pasien antara lain keluhan

akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada

DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga

gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan

komplikasi yang luas, keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan

penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan

otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan

pengobatan lazim (Padila, 2014).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


17

7. Komplikasi

a. Komplikasi Akut

Komplikasi akut merupakan komplikasi yang muncul dalam waktu

cepat dan bahkan bisa menyebabkan kematian. Diabetes memiliki dua

komplikasi akut, yakni hipoglikemia dan ketoasidosis.

1) Hipoglikemia

Merupakan kondisi di mana kadar gula darah penderita terlalu

rendah. Kondisi ini bisa terjadi apabila penderita melakukan aktivitas

fisik (olahraga) yang berat namun makanan yang dikonsumsi terlalu

sedikit (Setiawan, 2023).

2) Ketoasidosis diabetikum

Merupakan kondisi di mana kadar gula darah penderita justru

terlalu tinggi tetapi hormon insulin di dalam tubuh tidak cukup. Jadi

tubuh terpaksa menggunakan lemak sebagai sumber pembentukkan

energi. Hasil proses tersebut menghasilkan zat yang bernama keton.

Dalam jumlah cukup banyak, keton akan berbahaya bagi tubuh, bisa

membuat pingsan bahkan bisa berujung kepada kematian (Setiawan,

2023).

b. Komplikasi Kronis

Selain komplikasi akut, ada komplikasi kronis yang mengintai para

penderita diabetes jika tidak ditangani dengan benar. Memang, tidak

seperti komplikasi akut komplikasi kronis bisa memakan waktu

berbulan-bulan hingga tahunan untuk terlihat efeknya. Tetapi komplikasi

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


18

kronis ini justru bisa fatal akibatnya, karena bisa mengakibatkan

disabilitas kepada penderita (Setiawan, 2023). Komplikasi kronis yang

dapat terjadi antara lain:

1) Penyakit Kardiovaskuler

Merupakan penyakit yang mengakibatkan kerusakan pada organ

jantung dan pembuluh darah. Jika kadar gula dalam darah tinggi hal

tersebut dapat membuat sistem bekuan darah menjadi cepat.

Kemudian DM juga berkaitan dengan hipertensi dan kolesterol yang

dapat meningkatkan komplikasi sistem kardiovaskuler meliputi

penyakit arteri koroner, gagal jantung, stroke dan infark miokard

(Amiruddin, 2023).

2) Penyakit Ginjal Kronis

Diabetes dapat menjadi faktor penyebab gagal ginjal kronis

secara tidak langsung. Kejadian hiperglikemia dapat menstimulasi

hiperfiltrasi dan perubahan morfologi pada ginjal yang pada akhirnya

dapat menyebabkan kerusakan podosif dan hilangnya permukaan

filtrasi ginjal. Jika hal tersebut terjadi maka fungsi kerja ginjal

menjadi tidak optimal lagi (Amiruddin, 2023).

3) Penyakit Mata Diabetes

Penyakit ini terjadi ketika kadar gula darah tinggi hingga

menyebabkan kerusakan kapiler retina pada mata dan terjadinya

kebocoran serta penyumbatan kapiler mata. Jika hal tersebut

berlangsung lama dapat mengakibatkan hilangnya penglihatan dan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


19

kebutaan, penyakit mata diabetes terdiri dari glukoma, katarak, dan

penglihatan ganda (Amiruddin, 2023).

4) Kerusakan Saraf ineuropatit dan Kaki Diabetik

Kejadian hiperglikemia dapat berdampak pada kerusakan saraf.

Ketika saraf mengalami kerusakan dapat menyebabkan terjadinya

ulserasi, infeksi dan kasus amputasi. Neuropati diabetik adalah

gangguan aktivitas saraf yang dapat mengubah fungsi otonom,

sensorik, dan motorik tubuh. Neuropati perifer merupakan hal umum

yang terjadi dari neuropati diabetik, neuropati memiliki pengaruh

terhadap saraf bagian distal dan hal ini dapat mengubah fungsi

sensorisnya menyebabkan mati rasa progresif (Amiruddin, 2023).

5) Kesehatan Mulut

Ketika gula darah tidak di kontrol akan meningkatkan risiko

terjadinya penyakit radang gusi (periodontitis). Penyakit periodontitis

dapat menyebabkan kerusakan gigi dan kandidiasis. Komplikasi

tersebut mungkin disebabkan oleh imunosupresi kronis (Amiruddin,

2023).

8. Penatalaksanaan

a. Diet/ Terapi Nutrisi Medik

Terapi ini harus diberikan sesuai dengan kebutuhan dan sasaran

pasien DM yang mana terapi nutrisi medis ini akan melibatkan seluruh

anggota dalam tim meliputi dokter, ahli gizi, perawat, farmasi dan

petugas lain termasuk pasien dan keluarganya. Hal yang harus

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


20

diperhatikan dalam TNM adalah jumlah makanan, jadwal makan, jumlah

kalori dan penggunaan obat gula darah insulin dan hal terse but harus

diatur sesuai kebutuhan tiap individu (Amiruddin, 2023).

Penatalaksanaan terapi nutrisi medik pada penderita diabetes

diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini:

1) Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan

karbohidrat.

2) Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena

akan menyebabkan fluktuasi (ketidakstabilan) kadar gula darah.

3) Perbanyak makanan yang banyak mengandung serat, seperti sayuran

dan sereal.

4) Hindari minuman yang beralkohol dan kurangi konsumsi garam

(Nurarif & Kusuma, 2015).

b. Latihan

Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan berat badan yang

ideal (Nurarif & Kusuma, 2015). Latihan fisik sangat berguna untuk

menambah kebugaran tubuh serta dapat meningkatkan kepekaan insulin

untuk membantu sel dalam menyerap glukosa. Latihan fisik yang

dianjurkan yaitu bersepeda, berenang, jalan cepat dan jogging. Kegiatan

tersebut dianjurkan teratur dilakukan sekitar 3 sampai 5 kali dalam

seminggu dengan durasi waktu lebih kurang 30 menit (Amiruddin, 2023).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


21

c. Pemantauan Kadar Gula Darah

Pemeriksaan gula darah digunakan untuk meman tau kadar gula

darah. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kadar gula

darah puasa dan glukosa 2 jam setelah makan yang bertujuan untuk

mengetahui keberhasilan terapi. Selain itu pada pasien yang telah

mencapai sasaran terapi disertai dengan kadar gula yang terkontrol maka

pemeriksaan tes hemoglobin terglikosilasi (HbA1C) bisa dilakukan

minimall tahun 2 kali. Selain itu pasien DM juga dapat melakukan

pemeriksaan gula darah mandiri (PGDM) dengan menggunakan alat

yang sederhana serta mudah untuk digunakan (glukometer). Hasil

pemeriksaan gula darah menggunakan alat ini dapat dipercaya sejauh

kalibrasi dilakukan dengan baik dan teratur serta pemeriksaan

menggunakan sesuai dengan standar yang telah dianjurkan (Amiruddin,

2023).

d. Terapi

Terapi farmakologis pada pasien DM terdapat dua jenis pengobatan

yakni obat oral dan obat suntikan. Obat oral yang sering digunakan

antara lain obat pemacu pengeluaran insulin yakni obat sulfonylurea dan

glinid, dan obat untuk peningkatan sensitivitas insulin yakni metformin

dan tiazolidindion serta obat anti hiperglikemia suntik terdiri dari insulin

dan agonis atau kombinasi keduanya (Amiruddin, 2023).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


22

e. Edukasi/ Pendidikan Kesehatan

Edukasi kesehatan adalah upaya promosi kesehatan untuk

menghindari berbagai maeam komplikasi yang terjadi pada pasien DM.

Edukasi kesehatan harus diberikan seeara holistik pada pasien DM agar

mampu merawat dirinya. Adapun hal yang perlu diperhatikan saat

memberikan edukasi kesehatan meliputi kemampuan pasien menerima

informasi, keadaan psikologis, etnis dan budaya. Edukasi yang harus

diberikan meliputi konsep dasar penyakit dan penatalaksanaannya untuk

meminimalisir kejadian komplikasi, pengontrolan gula darah mandiri

untuk menghindari kejadian hiperglikemia maupun hipoglikemia

(Amiruddin, 2023).

B. Diit Diabetes Melitus

1. Definisi

Diit adalah cara atau perilaku yang dijalankan oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam memilih, mengunakan bahan makanan dalam

konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan

dan frekuensi makan berdasarkan pada faktor-faktor sosial, budaya dimana

mereka hidup (Amiruddin, 2023).

Menurut Jafar (2011) dalam Amiruddin (2023), diit merupakan

berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan

jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan

merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

Diit diabetes militus adalah cara pemilihan makanan dimana para

penderita diabetes masih bisa mengkonsumsi hampir semua jenis makanan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


23

seperti orang tanpa diabetes namun jumlah, jenis dan jadwal makannya tetap

harus dikontrol (Setiawan, 2023).

2. Tujuan Pengelolaan Diit Diabetes Melitus

Tujuan dari pengelolaan diit penderita diabetes melitus antara lain:

a. Membantu penderita diabetes untuk memperbaiki kebiasaan makan

sehingga mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik.

b. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan

menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin, obat penurun glukosa

oral dan aktivitas fisik.

c. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.

d. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat

badan normal.

e. Menghindari dan menangani komplikasi yang dapat timbul dari penyakit

dabetes melitus.

(Setiawan, 2023).

3. Prinsip Diit Diabetes Melitus

a) Jumlah

Konsumsi makanan sesuai dengan jumlah kalori yang dibutuhkan

oleh tubuh, jangan kurang dan tidak boleh lebih dengan mengurang

konsumsi karbohidrat, misalnya seperempat porsi piring untuk tiap kali

makan besar (Setiawan, 2023).

Kebutuhan kalori dilakukan dengan memperhitungkan kalori basal.

Kebutuhan kalori ini besarnya 25 kalori pada perempuan dan 30 kalori

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


24

pada laki-laki per KgBB ideal , dapat ditambah atau dikurangi tergantung

dari beberapa faktor seperti umur, tingkat aktivitas ataupun berat badan

(Tanto, 2014). Misalkan sebagai pedoman asupan kalori pada pasien

diabetes melitus adalah berat badan ideal dikalikan 25 kkal ditambah

20% dari hasil perkalian tersebut untuk beraktivitas (Amiruddin, 2023).

b) Jenis

Perhatikan jenis makanan yang dikonsumsi, hendaknya sesuai

dengan kebutuhan gizi seimbang yang diperlukan bagi penderita.

Komposisi jenis makanan terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, serat,

dan vitamin (Setiawan, 2023).

Jenis makanan yang aman dikonsumsi oleh pasien diabetes melitus

adalah bahan makanan dengan glycemic index (GI) yang rendah (≤ 55)

dan glycemic load (GL) rendah (≤ 10). Diluar angka tersebut jenis

makanan tersebut harus dibatasi atau digantikan dengan jenis bahan

makanan pengganti. Pada umumnya semua jenis sayuran dan kacag-

kacangan sangat dianjurkan bagi penderita diabetes. Hal ini terkait

dengan fungsi serat dalam sayuran yang mampu menghambat

penyerapan gula dalam darah (Amiruddin, 2023).

c) Jadwal

Makanlah secara teratur yaitu pagi, siang, malam dan bisa diselingi

dengan makanan kecil/camilan di antara jam makan besar. Dalam

menjalankan diet DM, jadwal makan yang dianjurkan adalah dalam

interval 2,5 - 3 jam sekali (Setiawan, 2023). Atau dengan kata lain,

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


25

jadwal makan pasien diabetes terdiri dari tiga kali menu utama dan tiga

kali kudapan (snac) sesuai jadwal konsumsi dengan jumlah kalori sesuai

dengan yang dibutuhkan (Amiruddin, 2023).

4. Faktor yang Mempengaruhi Pola Diit Penderita Diabetes Melitus

a. Faktor ekonomi

Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi

kosumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya

pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan

kuantitas dan kualitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan

akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas

maupun kuantitas.

b. Faktor sosio budaya

Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup

besar untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah

pangan yang akan dikonsumsi. Kebudayaan menuntun orang dalam cara

bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan dasar biologinya, termasuk

kebutuhan terhadap makanan. Peran makanan dalam kebudayaan

merupakan kegiatan ekspresif yang memperkuat kembali hubungan

hubungan dengan kehidupan sosial, sanksi-sanksi, agama, ekonomi, ilmu

pengetahuan, teknologi dengan berbagai dampaknya. Dengan kata lain,

kebiasaan makan atau pola makan tidak hanya sekadar mengatasi tubuh

manusia saja, melainkan dapat memainkan peranan penting dan

mendasar terhadap ciri-ciri dan hakikat budaya makan.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


26

c. Agama

Pantangan yang didasari agama, khususnya Islam disebut haram

dan individu yang melanggar hukumnya berdosa. Konsep halal dan

haram sangat mempengaruhi pemilihan bahan makanan yang akan

dikonsumsi.

d. Pendidikan

Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan,

akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan

kebutuhan gizi.

e. Lingkungan

Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap

pembentukan perilaku makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa

lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui media

elektronik maupun cetak dapat mempengaruhi kebiasaan makan dalam

keluarga (Amiruddin, 2023).

5. Pengaturan Diit Pada Penderita Diabetes Melitus

a. Karbohidrat

Pasien diabetes harus menghindari makanan dari sumber

karbohidrat yang cepat diserap menjadi glukosa darah yang disebut

dengan karbohidrat sederhana. Karbohidrat sederhana tersebut antara lain

seperti yang terdapat pada gula pasir, gula jawa, sirup, dodol, selai,

perme, coklat, es krim, minuman ringan dan sebagainya. Namun

sebaliknya dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat kompleks yang

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


27

mengandung lebih dari satu rantai glukosa dimana sebelum diserap

kedalam aliran darah akan diuraikan terlebih dahulu menjadi satu rantai

glukosa melalui proses pencernaan. Contoh karbohidrta kompleks adalah

zat-zat tepung dan roti gandum (Amiruddin, 2023).

Komposisi makanan yang dianjurkan dari bahan jenis karbohidrat

ini yaitu sebesar 45-60% dari total asupan energi. Komposisi makanan

dari karbohidrat berserat tinggi non olahan sangat dianjurkan. Jumlah

kalori tersebut diberikan dengan cara dibagi dalam 3 kali makan / hari

(Tanto, 2014).

Selain itu, dianjurkan bagi pasien penderita diabetes melitus agar

memilih makanan dari sumber karbohidrat dengan indeks glikemik (IG)

yang rendah dan berserat tinggi. Diet dengan indeks glikemik yang

rendah akan memperbaiki kadar glukosa darah pada penderita diabetes

tipe 1 dan 2. Umumnya, penderita diabetes dianjurkan untuk

mengonsumsi makanan yang memiliki indeks glikemik rendah. Indeks

glikemik merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa cepat makanan

dapat meningkatkan gula darah dalam tubuh. Makanan dengan indeks

glikemik rendah membutuhkan waktu yang lebih lama untuk diproses

menjadi glukosa di dalam tubuh. Dengan begitu, gula darah akan

cenderung relatif stabil.

Sumber karbohidrat yang dianjurkan bagi penderita diabetes antara lain:

1) Beras merah

2) Tortilla gandum

3) Roti gandum utuh

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


28

4) Kacang-kacangan

5) Beras coklat

6) Ubi Jalar

7) Quinoa

8) Oat

9) Sumber karbohidrat kompleks lainnya.

Sumber karbohidrat yang tidak dianjurkan bagi penderita diabetes

antara lain:

1) Roti tawar

2) Beras putih

3) Mie/pasta dari tepung terigu

4) Sumber karbohidrat sederhana lainnya (Setiawan, 2023).

b. Protein

Kebutuhan protein pasien diabetes melitus sama dengan 0,8- 1

gram per Kg berat badan, atau setara dengan 12-20% dari total energi

dalam jumlah kalori yang dibutuhkan. Kelebihan jumlah protein harus

dihindari karena berisiko terhadap kesehatan khususnya ginjal

(Amiruddin, 2023).

Terdapat banyak pilihan sumber protein untuk memenuhi

kebutuhan gizi. Namun, mengingat dampak negatif dari lemak jenuh

yang dapat mendukung terjadinya resistensi insulin dalam tubuh, maka

sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi protein yang rendah lemak. Tak

hanya protein hewani, protein nabati pun baik untuk dikonsumsi oleh

penderita kolesterol karena kaya akan lemak baik dan serat.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


29

Sumber protein yang dianjurkan bagi penderita diabetes antara lain:

1) Ayam potongan dada.

2) Kacang-kacangan.

3) Tahu, tempe.

4) Telur.

5) Biji-bijian.

6) Daging sapi rendah lemak.

7) Ikan laut seperti tuna, mackerel, dan sarden.

Sumber protein yang tidak dianjurkan bagi penderita diabetes antara lain:

1) Daging kaya lemak seperti iga.

2) Protein apapun yang digoreng.

3) Kulit ayam.

4) Bacon (Setiawan, 2023).

c. Lemak

Pemberian lemak total dianjurkan tidak lebih dari 30% dari total

energi dengan komposisi 10% berasal dari lemak tak jenuh ganda, 10%

dari lemak tak jenuh tunggal, dan 10% dari elmak jenuh. Untuk

kolesterol dianjurkan dibawah 300 mg per hari (Amiruddin, 2023).

Tujuan diet pada penyandang diabetes melitus adalah membatasi

asupan lemak jenuh dan kolesterol dari makanan. Hal ini dikarenakan

asupan lemak jenuh memberikan efek terhadap metabolisme lemak

(meningkatkan kolesterol LDL), resistensi insulin dan tekanan darah.

Asupan kolesterol sebaiknya juga dikurangi, yaitu menjadi < 300 mg per

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


30

hari bagi semua penderita diabetes dan <250 mg per hari bagi individu

yang mengalami peningkatan kolesterol LDL.

Sumber lemak yang dianjurkan bagi penderita diabetes antara lain:

1) Minyak canola, zaitun, dan biji anggur.

2) Ikan yang kaya Omega-3 seperti salmon, tuna, dan mackerel.

3) Kacang-kacangan.

4) Alpukat.

Sumber lemak yang tidak dianjurkan bagi penderita diabetes antara lain:

1) Penganan ringan (snacks).

2) Makanan yang dipanggang atau dibakar.

3) Makanan olahan yang banyak mengandung lemak trans

4) Daging.

5) Margarin.

6) Makanan laut (seafood)

7) Produk olahan susu seperti keju dan es krim (Setiawan, 2023).

d. Serat

Makanan yang mengandung 20 gram serat larut air per hari ketika

dikonsumsi bersamaan dengan karbohidrat (proporsi 50% total energi)

dapat menurunkan LDL (low density lipoprotein) secara tepat. Sehingga

sangat dianjurkan pasien diabetes untuk mengkonsumsi serat sebanyak

20-35 gram per hari (Amiruddin, 2023).

Makanan berserat akan memberikan serat pangan, vitamin dan

mineral serta substansi lain yang penting bagi kesehatan. Dengan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


31

mengonsumsi serat dalam jumlah yang cukup dapat memberikan manfaat

metabolik berupa pengendalian gula darah, hiperinsulinemia dan kadar

lipid plasma atau faktor risiko kardiovaskuler. Jumlah serat yang

dianjurkan untuk dikonsumsi bagi penderita DM sama dengan jumlah

serat yang dianjurkan pada masyarakat umum, yaitu 15-20 gram/1000

kkal setiap harinya dari berbagai bahan makanan sumber serat.

Konsumsi sayuran hijau sangat dianjurkan bagi penyandang DM

karena mengandung antioksidan lutein dan zeaxanthin yang melimpah.

Kedua antioksidan tersebut dapat membantu melindungi mata dari

degenerasi makula dan katarak yang dapat terjadi akibat komplikasi

diabetes. Sayuran tinggi serat, protein, dan nitrat sangat dianjurkan untuk

dikonsumsi penderita diabetes. Sementara itu, sayuran yang telah melalui

proses pengawetan tidak dianjurkan untuk dikonsumsi sebab dapat

mengandung natrium yang tinggi (Setiawan, 2023).

Sumber serat yang dianjurkan bagi penderita diabetes antara lain:

1) Brokoli.

2) Asparagus.

3) Tomat.

4) Seledri.

5) Pakcoy.

6) Kembang Kol.

7) Wortel.

8) Bayam.

9) Lobak.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


32

10) Selada air.

11) Sayuran berdaun hijau lainnya.

Sumber serat yang tidak dianjurkan bagi penderita diabetes antara lain:

1) Sayuran kaleng.

2) Acar sayuran (Setiawan, 2023).

e. Vitamin

Suplementasi pada Penderita Diabetes Selain zat gizi makro yang

telah disebutkan sebelumnya, zat gizi mikro juga berperan terhadap

penanganan penyakit DM. Salah satu zat gizi mikro tersebut adalah

vitamin C. Asupan Vitamin C Vitamin C memiliki fungsi sebagai

antioksidan, yaitu menurunkan resistensi insulin melalui perbaikan fungsi

endothelial dan menurunkan stress oksidatif sehingga mencegah

berkembangnya kejadian diabetes tipe 2. Upaya dalam merawat penderita

DM melalui suplementasi antioksidan atau makanan yang kaya akan

antioksidan akan memberikan manfaat dalam memperkuat enzim

pertahanan dan menurunkan peroksidasi lipid. Hasil penelitian pada

pasien diabetes ditemukan, suplementasi 500 mg vitamin C, yaitu 2 kali

sehari selama 4 bulan dapat menurunkan plasma Low Density

Lipoprotein (LDL),

Total kolesterol, trigliserida dan insulin secara signifikan. Namun,

suplemen vitamin C tidak disarankan untuk dikonsumsi dalam jangka

panjang (lebih dari 2 minggu) karena dikhawatirkan dapat menimbulkan

reaksi negatif terhadap obat diabetes. Jika hendak mengonsumsi

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


33

suplemen vitamin C, maka dapat di konsultasikan terlebih dahulu kepada

dokter (Setiawan, 2023).

C. Kepatuhan

1. Definisi

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat.

Menurut Sacket dalam Niven (2014) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku

pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.

Berdasarkan kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), patuh adalah

suka menurut (perintah dan sebagainya), taat (setia, menurut pada

perintah,aturan dan sebagainya). Badan kesehatan dunia, World Health

Organitation (WHO) menyatakan bahwa kepatuhan (adherence) secara

umum didefinisikan sebagai tingkatan prilaku seseorang yang mendapatkan

pengobatan, mengikuti diet dan melaksanakan gaya hidup sesuai dengan

rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan (Niven, 2014).

Kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu

tindakan pengobatan terhadap penyakit yang dideritanya, seperti dalam

menentukan kebiasaan hidup sehat atau ketepatan dalam menjalankan suatu

terapi pengobatan (Amiruddin, 2023).

2. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pasien antara lain:

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


34

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behaviour). Seseorang yang berpengetahuan baik

cenderung lebih patuh berobat daripada yang berpengetahuan rendah

(Notoatmodjo, 2015).

b. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan pada pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang

bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti

penggunaan buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri. Dukungan

dari profesional kesehatan merupakan faktor lain yang dapat

mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama berguna

saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut

merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi

perilaku pasien dengan cara rnenyampaikan antusias mereka terhadap

tindakan tertentu dari pasien, dan secara terus menerus memberikan

penghargaan yang positif bagi yang telah mampu beradaptasi dengan

program pengobatannya (Niven, 2014).

c. Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian

pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Sebagai contoh, pasien

yang lebih mandiri harus dapat merasakan bahwa ia dilibatkan secara

aktif dalam pengobatan, sementara pasien yang lebih mengalami ansietas

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


35

dalam menghadapi sesuatu, harus diturunkan terlebih dahulu tingkat

ansietasnya dengan cara meyakinkan dia atau teknik-teknik lain sehingga

ia termotivasi untuk mengikuti anjuran pengobatan. Feurstein et al, dalam

Niven (2014) mengatakan bahwa jika tingkat ansietas terlalu tinggi atau

terlalu rendah, maka kepatuhan pasien akan berkurang (Niven, 2014)

d. Dukungan sosial dari anggota keluarga

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan

teman-teman. Kelompok kelompok pendukung dapat dibentuk dapat

dibentuk untuk membantu kepatuhan terhadap program-program

pengobatan seperti pengurangan berat badan, berhenti merokok dan

menurunkan konsumsi alkohol. Dukungan sosial dalam bentuk dukungan

dari anggota keluarga yang lain, waktu, dan uang, merupakan faktor-

faktor penting dalam mendukung kepatuhan dalam program medis.

Keluarga dapat membantu mengurangi ansietas yang disebabkan oleh

penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidak

taatan dan mereka sering kali dapat menjadi kelompok pendukung untuk

mencapai kepatuhan (Niven, 2014).

e. Perubahan model terapi

Program-program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin,

dan pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut. Dengan

cara ini komponen-komponen sederhana dalam program pengobatan

dapat diperkuat, untuk selanjutnya dapat mematuhi komponen-komponen

yang lebih kompleks (Niven, 2014).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


36

f. Interaksi profesional kesehatan dengan pasien

Merupakan suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada

pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien

membutuhkan kejelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebabnya

dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu. Seseorang

yang menderita migren dapat menduga bahwa ia mungkin menderita

tumor otak. Suatu penjelasan tentang penyebab migren dan bagaimana

pengobatannya, dapat membantu meningkatkan kepercayaan pasien.

Untuk melakukan konsultasi selanjutnya dapat membantu meningkatkan

kepatuhan (Niven, 2014).

3. Faktor Penentu Derajat Ketidakpatuhan

Derajat ketidakpatuhan di tentukan oleh beberapa faktor :

a. Kompleksitas prosedur pengobatan

b. Derajat perubahan gaya hidup yang di butuhkan

c. Lamanya waktu di mana pasien harus mematuhi nasihat tersebut

d. Apakah penyakit tersebut benar-benar menyakitkan

e. Apakah pengobatan tersebut terlihat berpotensi menyelamatkan hidup

f. Keparahan penyakit yang di persepsikan sendiri oleh pasien dan bukan

profesional kesehatan (Niven, 2014).

4. Kategori Kepatuhan

Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan menggunakan kuesioner

dengan cara mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengukur

indikator-indikator yang telah dipilih. Indikator tersebut sangat diperlukan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


37

sebagai ukuran tidak langsung mengenai standar dan penyimpangan yang

diukur menggunakan tolak ukur atau ambang batas yang digunakan oleh

organisasi merupakan penunjuk derajat kepatuhan terhadap standar tersebut.

Kepatuhan dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan ukuran

pemusatan (mean atau median). Jika data berdistribusi (sebaran) normal

maka peneliti memilih mean untuk ukuran pemusatan, jika distribusi tidak

normal maka peneliti memilih median untuk ukuran pemusatan. Sehingga

skala pengukuran dijabarkan sebagai berikut:

a. Patuh, jika skore ≥ mean/ median.

b. Tidak patuh, jika skore < mean/ median (Dahlan, 2015).

D. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses

pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam,

seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta

keadaan sosial budaya. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang

diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan dapat diperoleh

seseorang secara alami atau diintervensi baik langsung maupun tidak

langsung. Perkembangan teori pengetahuan telah berkembang sejak lama.

Plato menyatakan pengetahuan sebagai kepercayaan sejati yang dibenarkan

(valid)/ (justifi ed true belief) (Budiman & Riyanto, 2015).

Pengetahuan merupakan suatu domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku dan tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasarkan atas pengetahuan akan lebih

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


38

langgeng daripada perilaku yang tidak didasarkan atas pengetahuan (Wawan

& Dewi, 2015).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behaviour) (Notoatmodjo, 2015).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif menurut

Notoatmodjo (2015), mempuyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami ( conprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atas materi dapat mnejelaskan, menyebutkan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


39

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek

yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan

hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau

yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2015).

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


40

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor Internal

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain yang menentukan manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupan. Pendidikan diperlukan untuk

mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Seiring dengan

perancangan paradigma sehat, pendidikan dengan tema kesehatan

dapat dilakukan secara formal dan non formal. Salah satu pendidikan

kesehatan secara non formal adalah penyuluhan kesehatan atau

promosi kesehatan.

2. Pekerjaan

Pekerjaan secara tidak langsung turut andil dalam memengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini dikarenakan pekerjaan

berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan,

sedangkan interaksi sosial dan budaya berhubungan erat dengan

proses pertukaran informasi, dan hal ini tentunya akan memengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang.

3. Umur

Umur merupakan angka yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, dari

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


41

segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya

daripada orang yang belum tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini

merupakan sebagai pengalaman dan kematangan jiwa (Wawan &

Dewi, 2015).

b. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat memengaruhi perkembangan

dan perilaku orang atau kelompok.

2. Sosial Budaya

Kebiasaan, nilai-nilai, tradisi-tradisi, sumber-sumber di dalam

masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya

disebut kebudayaan. Kebudayaan terbentuk dalam waktu lama sebagai

akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu

berubah, baik secara lambat maupun cepat, sesuai dengan peradaban

umat manusia (Wawan & Dewi, 2015).

4. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2015).

Arikunto (2010) dalam Budiman & Riyanto (2015), membuat kategori

tingkat pengetahuan jika yang diteliti adalah masyarakat awam, antara lain:

a. Tingkat pengetahuan kategori “Kurang Baik” jika nilainya ≤ 50%.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


42

b. Tingkat pengetahuan kategori “Baik” jika nilainya >50% (Budiman &

Riyanto, 2015).

5. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diit DM

Pengetahuan merupakan wilayah yang sangat penting dalam

membentuk tindakan/ aktivitas seseorang (overt behaviour). Perilaku yang

didasarkan pada pengetahuan akan bertahan lebih lama dibandingkan

perilaku yang terbentuk tidak berdasarkan pengetahuan. Pengetahuan

diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Pengetahuan yang baik dapat memotivasi timbulnya

perubahan positif terhadap sikap, persepsi, serta perilaku individu

(Notoatmodjo, 2015).

Tingkat kepatuhan dalam menjalankan suatu terapi pada penderita

diabetes melitus seperti terapi nutrisi medik merupakan salah satu faktor

utama yang dapat berkontribusi terhadap diabetes yang tidak terkontrol.

Untuk memiliki kepatuhan yang baik dalam menjalankan terapi nutrisi

medik pada penderita diabetes diperlukan suatu pengetahuan yang baik.

Pengetahuan yang baik akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan

makanan dan pemenuhan gizi serta kalori yang dibutuhkan bagi penderita

diabetes dalam upaya mengontrol kadar glukosa darah (Amiruddin, 2023).

Penelitian yang dilakukan oleh Masiani, et. al (2023), tentang

hubungan tingkat pengetahun dengan kepatuhan diet pada penderita

diabetes mellitus di Puskesmas Kereng Bangkirai, diperoleh bahwa

pengetahuan responden tertinggi pada kategori cukup baik (40,9%) dan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


43

terendah pada kategori pengetahuan kurang sebanyak (27,3%). Sedangkan

pada variabel kepatuhan diit tertinggi pada kategori patuh (69,7%) dan yang

terendah yaitu pada kategori tidak patuh (30,3%). Hasil analisis bivariat

diperoleh ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kepatuhan terapi

diet pada pasien Diabetes Mellitus (nilai p-value=0,000 < 0,05).

Penelitian yang dilakukan oleh Wardhani, (2021), tentang hubungan

pengetahuan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus di

wilayah kerja Puskesmas Astambul tahun 2020, diperoleh bahwa rata-rata

responden memiliki kepatuhan diet yang kurang patuh (57,5%). Sedangkan

rata-rata responden yang tingkat pengetahuannya kurang baik tentang

diabetes melitus yaitu (60%). Hasil analisis bivariat diperoleh ada hubungan

pengetahuan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus yang

dilakukan dengan Uji Spearman Rank, diperoleh nilai p-value = 0,000.

E. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan

untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (diamati) yang

berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk

mengembangkan kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo, 2014). Kerangka

teori dalam penelitian ini adalah :

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


44

Gambar 2.1
Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi kepatuhan

a. Pengetahuan
b. Pendidikan Kesehatan
c. Akomodasi
d. Dukungan keluarga
e. Perubahan model terapi
f. Interaksi profesional Kepatuhan
kesehatan dengan pasien

(Sumber: Niven (2014), Notoatmodjo (2015))

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal khusus (Notoatmodjo, 2014). Kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent:

Pengetahuan Kepatuhan dalam


tentang diit DM melaksanakan diit DM

G. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara peneliti, patokan duga,

atau dalil sementara, yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


45

dapat benar dan salah, dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo, 2014)..

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha: Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang diit dengan kepatuhan

menjalankan diit pada penderita diabetes melitus di UPTD mampu

PONED Puskesmas Dayamurni Tulang Bawang Barat Tahun 2023

Ho: Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan tentang diit dengan kepatuhan

menjalankan diit pada penderita diabetes melitus di UPTD mampu

PONED Puskesmas Dayamurni Tulang Bawang Barat Tahun 2023.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian ilmiah yang

sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.

Penelitian kuantitatif merupakan definisi, pengukuran data kuantitatif dan

statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang

atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang

survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka

(Notoatmodjo, 2014).

Rancangan penelitian ini adalah survey analitik yang bertujuan untuk

mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor

lain. Pendekatan waktu dalam penelitian ini secara cross sectional. yaitu

variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek

penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang

bersamaan) (Notoatmodjo, 2014).

B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu

konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2014). Variabel independen dalam

penelitian ini yaitu pengetahuan tentang diit DM. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah kepatuhan menjalankan diit DM.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


47

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
. Ukur

1. Variabel
Inependen: Kueseio Mengisi 0.Kurang Baik, jika Ordinal
Pengetahuan Hasil tahu tentang ner kueseio skor ≤ 50%.
tentang diit diit DM yang diukur ner 1.Baik, jika skor
DM melalui pengisian >50%.
kuesioner, meliputi:
1. Pengertian DM (Budiman & Riyanto,
dan Diit DM 2015)
2. Tujuan diit DM
3. Prinsip diit DM
4. Pengaturan diit
DM

Variabel
2. Dependen:
Kepatuhan 0.Tidak patuh, jika
menjalankan Perilaku ketaatan Kuesioner Mengisi skore < mean/ Ordinal
diit DM responden dalam kuesioner median
mengkonsumsi 1.Patuh, jika skore ≥
makanan yang mean/ median.
direkomendasikan
bagi pasien DM (Dahlan, 2015).
berdasarkan jumlah,
jenis dan jadwal
makan.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien

DM yang berkunjung di UPTD mampu PONED Puskesmas Dayamurni

Tulang Bawang Barat, dengan jumlah kunjungan dari bulan Januari s.d

September 2023 sebanyak 558 orang, dimana rata- rata per bulan yaitu 62

orang.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


48

2. Sampel

Sampel adalah objek penelitian yang dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2014). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh

pasien DM yang berkunjung di UPTD mampu PONED Puskesmas

Dayamurni Tulang Bawang Barat selama penelitian berlangsung, dengan

perkiraan sampel sebanyak 62 orang.

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:

a. Kriteria Inklusi:

1. Pasien dengan diagnosis DM oleh dokter yang berkunjung.

2. Bertempat tinggal di wilayah kerja di UPTD mampu PONED

Puskesmas Dayamurni Tulang Bawang Barat.

3. Pasien sadar penuh atau berorientasi baik.

4. Dapat membaca dan menulis.

5. Bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi:

1. Pasien membutuhkan perawatan intensif sehingga tidak

memungkinkan untuk dilibatkan sebagai responden.

2. Pasien menyatakan mundur saat penelitian berlangsung.

3. PASIEN DENGAN PENYAKIT KOMPLIKASI

3. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah total

sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


49

dengan populasi . Alasan mengambil total sampling karena jumlah

populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel

penelitian semuanya (Sugiyono, 2017).

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian adalah di UPTD mampu PONED Puskesmas

Dayamurni Tulang Bawang Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2023.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti

(subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2014). Masalah etika penelitian

keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian,

mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia,

maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus

diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Informed consent dalam penelitian ini, peneliti memberikan lembar

persetujuan sebelum dilakukan penelitian. Responden diberi penjelasan

tentang tujuan, prosedur dan manfaat penelitian, dan menjelaskan bahwa

responden akan dijamin kerahasiaannya mengenai data yang didapatkan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


50

pada penelitian. Selanjutnya peneliti meminta persetujuan kepada

responden untuk dijadikan bagian dari sampel penelitian, jika responden

setuju maka akan diberikan lembar informed consent untuk diisi dan

ditandatangani.

2. Anonimity (tanpa nama)

Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa dalam penelitian ini

peneliti memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode nomor responden (berupa angka)

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa tidak akan mencantumkan

nama responden, hanya inisial saja yang ditampilkan pada hasil penelitian.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Menjelaskan kepada responden bahwa peneliti memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan

oleh peneliti. Selain itu, peneliti menjelaskan kepada responden bahwa

selain menggunakan anonimity, kuesioner untuk pengumpulan data yang

diperoleh pasien juga akan segera dimusnahkan sehingga kerahasiaan

pasien terjamin.

4. Respect For Human Dignity

Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa hakhak mereka untuk

mendapatkan informasi selalu terbuka berkaitan dengan jalanya penelitian

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


51

serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas tanpa paksaan

untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. Sebelum melakukan

penelitian, peneliti terlebih dahulu memberikan informasi yang berkaitan

dengan jalannya penelitian, selain itu menjelaskan kepada responden

bahwa responden juga diperbolehkan mengundurkan diri saat penelitian

berlangsung jika merasa kurang nyaman.

5. Respect for privacy and confidentiality

Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa responden memiliki

hakhak dasar individu termasuk privacy dan kebebasan individu.

Responden memiliki hak untuk dihargai tentang apa yang mereka lakukan

dan apa yang dilakukan terhadap responden.

6. Respect for Justice and inclusiveness

Peneliti memberikan kesempatan yang sama bagi rensponden yang

memenuhi kriteria untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Selain itu,

peneliti memberikan kesempatan yang sama dengan responden untuk

mengungkapkan baik sedih maupun senang dan mengungkapkan seluruh

pengalamannya. Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa bahwa

peneliti memberikan kesempatan yang sama pada responden untuk

mengungkapkan perasaannya terkait responnya terhadap berlangsungnya

penelitian.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


52

G. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang telah diamati, secara spesifik semua

fenomena ini disebut variabel penelitian. Jumlah instrumen penelitian

tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk

diteliti (Sugiyono, 2017).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner

untuk mengukur pengetahuan sebanyak 15 soal yang dikutip dari peneliti

sebelumnya yaitu Sundari (2018) yang telah dilakukan uji validitas dan

reliabilitas instrumen oleh peneliti sebelumnya. Kuesioner pengetahuan

tentang diit DM terdiri dari 15 pertanyaan pilihan ganda dengan 3 pilihan

jawaban, dimana diberi skor 1 bila jawaban benar dan skor 0 bila jawaban

salah.

Sedangkan kepatuhan diit DM. dikutip dari peneliti sebelumnya yaitu

Pramayudi (2021), yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Kuesioner

pada penelitian ini berisi tentang kepatuhan diet DM tipe2 yang terdiri dari

18 pertanyaan yaitu untuk jumlah makanan 5 pertanyaan, jenis makanan 8

pertanyaan dan jadwal makanan 5 pertanyaan. Pemberian skor pada tiap

pertanyaan menggunakan skala likert untuk jawaban positif, jawaban

selalu diberi nilai 4, sering diberi nilai 3, jarang diberi nilai 2, tidak pernah

diberi nilai 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif, maka nilai nilai

jawaban kuesioner jawaban tidak pernah diberi nilai 4, jarang diberi nilai

3, sering diberi nilai 2, selalu diberi nilai 1.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


53

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu tahapan proses riset dimana peneliti

menerapkan cara dan teknik ilmiah tertentu dalam rangka mengumpulkan

data secara sistematis guna keperluan analisis. Data yang akan digunakan

untuk penelitian, dikumpulkan terlebih dahulu menggunakan instrumen

penelitian (Notoatmodjo, 2014). Metode pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan data primer dengan cara data diambil secara

langsung dari responden. Data yang diperoleh dikumpulkan pada hari itu

juga.

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk menunjukan tingkat keandalan atau

ketepatan suatu alat ukur. Validitas menunjukan derajat ketepatan antara

data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan

oleh peneliti. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2017). Uji validitas

instrumen menggunakan Person Product Moment (r). Dasar pengambilan

keputusan adalah valid jika r hitung > r tabel, tidak valid jika r hitung < r

tabel. Hasil uji validitas kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

mengutip dari penelitian sebelumnya dimana telah di uji validitas nya

dengan r hitung= 0,561- 0,981 > r tabel (0,4821) sehingga kuesioner

tersebut dinyatakan valid.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


54

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan

menggunakan objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji

reliabilitas dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh pernyataan

(Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini item atau pertanyaan pada

kuesioner dinyatakan reliabel jika nilai cronbach’s alpha lebih besar dari

yang dipersyaratkan. Hasil uji reliabilitas pada kuesioner menunjukkan

bahwa Cronbach alpha sebesar 0,950, berarti pertanyaan pada kuesioner

dinyatakan sangat reliabel.

I. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolah data dengan melalui 4 tahap (Notoatmodjo, 2014), yaitu:

1. Editing

Kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner. Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, kalau

memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang, tetapi apabila

tidak memungkinkan maka pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap

tersebut tidak diolah atau dimasukan dalam pengolahan “data missing”.

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data dalam bentuk

kalimat atau hurufmenjadi data angka atau bilangan. Coding pada

penelitian ini antara lain, pada variabel pengetahuan diberi kode “0”

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


55

untuk hasil ukur “kurang baik” dan “1” untuk hasil ukur “baik”,

sedangkan pada variabel kepatuhan diberi kode “0” untuk hasil ukur

“tidak patuh” dan “1” untuk hasil ukur “patuh”.

3. Processing

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan kedalam program atau

softwere komputer.

4. Cleaning

Apabila data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetuan atau koreksi.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

umumnya pada analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentase dari tiap variabel, dan untuk data numerik digunakan nilai

mean atau rata-rata, median, dan standar deviasi (Notoatmodjo, 2014).

b. Analisis Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariat hasilnya akan diketahui

karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


56

analisis bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Dalam analisis bivariat ini

dilakukan beberapa tahap antara lain:

1) Analisis proporsi atau presentase, dengan membandingkan distribusi

silang atara dua variabel yang bersangkutan.

2) Analisis dari hasil uji statistik menggunakan chi-square.

Berdasarkan hasil uji statistik ini disimpulkan adanya hubungan dua

variabel tersebut bermakna atau tidak bermakna.

3) Analisis keeratan hubungan antara dua variabel tersebut, dengan

melihat nilai Odds Ratio (OR). Besar kecilnya nilai OR

menunjukkan besar nya keeratan hubungan antara dua variabel yang

diuji (Notoatmodjo, 2014)

4) Bila nilai p-value lebih kecil dari pada α (p≤0,05), berarti hubungan

yang bermakna antara variabel independen dengan variabel

dependen. Sedangkan bila nilai p-value lebih besar dari pada α

(p>0,05), berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel

independen dengan variabel dependen (Sugiyono, 2017).

5) Analisa data di bantu dengan program computer.

J. Jalannya Penelitian

Jalannya penelitian akan dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Membuat rancangan yang berfungsi sebagai kerangka awal dalam

penelitian, supaya penelitian yang akan dilakukan terlaksana sesuai tujuan

yang dicapai. Langkah-langkah dalam tahap persiapan adalah:

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


57

a) Mengurus perizinan kepada institusi dan tempat penelitian. Dimana

peneliti mengajukan surat izin permohonan di Universitas

Muhammadiyah Pringsewu, dilanjutkan dengan permohonan izin

kepada pihak UPTD mampu PONED Puskesmas Dayamurni Tulang

Bawang Barat.

b) Melakukan survey masalah dan membuat rumusan masalah.

c) Penyusunan dan pengurusan propasal.

d) Proses bimbingan BAB I, BAB II, BAB III.

e) Penyusunan skala penilaian dengan instrument penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian yaitu proses pengambilan dan pengolahan

data. Langkah-langkah yang akan peneliti lakukan dalam tahap

pelaksanaan penelitian antara lain:

a) Minta izin dari institusi.

b) Menyerahkan surat izin dari institusi.

c) Pengambilan data ditempat penelitian. Memilih responden dengan

ketentuan yang sudah ditentukan dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Peneliti kemudian memberikan penjelasan kepada responden tentang

penelitian, antara lain tujuan penelitian, teknik yang akan digunakan

dan waktu yang digunakan. Jika responden bersedia, responden diminta

menandatangani lembar persetujuan (inform consent).

d) Responden yang bersedia kemudian dinilai pengetahuan dan kepatuhan

diit DM nya menggunakan kuesioner, dimana peneliti memberikan

waktu ± 15 menit untuk responden mengisi kuesioner tersebut.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


58

e) Pengolahan data

1) Penyuntingan data (editing)

2) Memberikan kode (coding).

3) Memasukan data (entry).

4) Memasukan data yang telah diskor (entering).

f) Melakukan analisis data dengan mmasukan koding pada SPSS dengan

komputerisasi untuk diolah datanya.

g) Penyusunan hasil penelitian.

h) Proses bimbingan.

i) Sidang hasil.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


59

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Respoden

Tabel 4.1
Karakteristik Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia,
Pendidikan Dan Pekerjaan
n= 62
Karakteristik Responden Jumlah Presentase(%)
Jenis Kelamin:
Laki- laki 31 50
Perempuan 31 50
Umur:
20-45 36 58,1
45-60 18 29,0
>60 8 12,9
Pendidikan:
SD 6 9,7
SMP 29 46,8
SMA 24 38,7
PerguruanTinggi 3 4,8
Pekerjaan
Buruh 9 14,5
Karyawan Swasta 4 6,5
Petani 13 21
Tidak Bekerja 18 29
Wiraswasta 18 29

Berdasarkan tabel 4.1 MENGINFORMASIKAN BAHWA JENIS

KELAMI LAKI LAKI DAN PEREMPUAN MEMPUNYAI JUMLAH

YANG SAMA, YAITU 31, LEBIH DARI SEBAGIAN BESAR

BERADA PADA RENTANG USIA 20 – 45 TAHU, YAITU 58,1%,

SEBAGIAN BESAR DENGAN TINGKAT PENDIDKAN SMP,

YAITU 46,8%, DAN HANYA 6,5% BEKERJA SEBAGAI

KARYAWAN SWASTA.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


60

KEMUDIAN Berdasarkan umur, sebagian besar responden memiliki

umur 20-45 tahun, yaitu sebanyak 36 orang (58,1%). Berdasarkan

pendidikan, diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan

SMP, yaitu sebanyak 29 orang (46,8%). Selain itu berdasarkan pekerjaan,

diketahui bahwa sebagian besar responden tidak bekerja dan wiraswasta,

yaitu masing-masing sebanyak 18 orang (29%).

b. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Diit Diabetes


Melitus di UPTD Mampu PONED Puskesmas Dayamurni Tulang
Bawang Barat Tahun 2023
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Diit Diabetes
Melitus di UPTD Mampu PONED Puskesmas Dayamurni
Tulang Bawang Barat Tahun 2023

Tingkat Pengetahuan Jumlah Presentase(%)


Kurang Baik 34 54,8
Baik 28 45,2
Total 62 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memiliki pengetahuan kurang baik tentang diit diabetes

melitus, yaitu sebanyak 34 orang (54,8%).

c. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Menjalankan Diit Pada Penderita


Diabetes Melitus di UPTD Mampu PONED Puskesmas Dayamurni
Tulang Bawang Barat Tahun 2023
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kepatuhan Menjalankan Diit Pada Penderita
Diabetes Melitus di UPTD Mampu PONED Puskesmas Dayamurni
Tulang Bawang Barat Tahun 2023

Kepatuhan Menjalankan
Jumlah Presentase(%)
Diit DM
Tidak Patuh 33 53,2
Patuh 29 46,8
Total 62 100

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


61

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden tidak patuh dalam menjalankan diit diabetes melitus, yaitu

sebanyak 33 orang (53,2%).

2. AnalisisBivariat
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diit Dengan Kepatuhan
Menjalankan Diit Pada Penderita Diabetes Melitus di UPTD Mampu
PONED Puskesmas Dayamurni Tulang Bawang Barat Tahun 2023

Tabel 4.4
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diit Dengan Kepatuhan
Menjalankan Diit Pada Penderita Diabetes Melitus
di UPTD Mampu PONED Puskesmas Dayamurni
Tulang Bawang Barat Tahun 2023

Kepatuhan
Menjalankan Diit
Pengetahuan
DM P- OR
Tentang Diit Total
Tidak Valu (95%
DM Patuh
Patuh e CI)
n % n % n %
70, 10
Kurang Baik 24 10 29,4 34
6 0
5,067
32, 10 0,00
Baik 9 19 67,9 28 (1,7-
1 0 6
14,9)
53, 10
Jumlah 33 29 46,8 62
2 0

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa dari 34 responden

yang memiliki pengetahuan kuramg baik, sebanyak 24 orang (70,6%)

tidak patuh dalam menjalankan diit diabetes melitus, sedangkan sebanyak

10 orang (29,4%) lainnya patuh dalam menjalankan diit diabetes melitus.

Selain itu dari 28 responden yang memiliki pengetahuan baik, sebanyak

19 orang (67,9%) patuh dalam menjalankan diit diabetes melitus,

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


62

sedangkan sebanyak 9 orang (32,1%) lainnya tidak patuh dalam

menjalankan diit diabetes melitus.

Hasil analisis menggunakan chi-square, didapatkan p-value =

0,006, sehingga p-value < α (0,006 < 0,05) maka Ha diterima. Jadi dapat

disimpulkan ada hubungan tingkat pengetahuan tentang diit dengan

kepatuhan menjalankan diit pada penderita diabetes melitus di UPTD

Mampu PONED Puskesmas Dayamurni Tulang Bawang Barat Tahun

2023. Kemudian, berdasarkan analisis data juga didapatkan nilai Odds

Ratio (OR) = 5,067. Maka dapat disimpulkan bahwa penderita diabetes

melitus yang memiliki pengetahuan kurang baik memiliki risiko 5,067

kali tidak patuh dalam menjalankan diit diabetes melitus dibandingkan

dengan yang pengetahuannya baik.

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Diit Diabetes


Melitus di UPTD Mampu PONED Puskesmas Dayamurni Tulang
Bawang Barat Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar

responden memiliki pengetahuan kurang baik tentang diit diabetes

melitus, yaitu sebanyak 34 orang (54,8%).

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo,

(2015), bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


63

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut

Wawan & Dewi (2015), faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah

satunya adalah pendidikan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat

informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup. Kemudian pengetahuan juga dipengaruhi

oleh faktor lingkungan, dimana lingkungan merupakan seluruh kondisi

yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat memengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Selain itu,

pengetahuan juga erat kaitannya dengan pekerjaan. Pekerjaan secara

tidak langsung turut andil dalam memengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang. Hal ini dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor

interaksi sosial dan kebudayaan, sedangkan interaksi sosial dan budaya

berhubungan erat dengan proses pertukaran informasi, dan hal ini

tentunya akan memengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wardhani, (2021), tentang hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet

pada penderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Astambul

tahun 2020, diperoleh bahwa rata-rata responden yang tingkat

pengetahuannya kurang baik tentang diabetes melitus yaitu 60%.

Menurut peneliti, sebagian besar responden memiliki pengetahuan

kurang baik tentang diit diabetes melitus disebabkan karena kurangnya

informasi yang didapatkan responden terkait diit diabetes melitus, hal ini

dapat terkait dari lingkungan dan jenis pekerjaan dari responden. Selain

itu, sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah,

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


64

dimana tingkat pendidikan cenderung berbanding lurus dengan

pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Semakin rendah tingkat

pendidikan maka semakin sulit bagi seseorang dalam menyerap

informasi dan menjadikannya sebagai pengetahuan. Rendahnya

pendidikan juga mendukung terbatasnya informasi yang diperoleh

seseorang. Berdasarkan hasil jawaban dari kuesioner diperoleh bahwa

sebagian besar responden kurang mengetahui informasi tentang berapa

nilai kadar gula normal pada saat gula darah puasa.

b. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Menjalankan Diit Pada Penderita


Diabetes Melitus di UPTD Mampu PONED Puskesmas Dayamurni
Tulang Bawang Barat Tahun 2023

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar

responden tidak patuh dalam menjalankan diit diabetes melitus, yaitu

sebanyak 33 orang (53,2%).

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Niven (2014),

kepatuhan merupakan sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan

ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Kepatuhan secara

umum merupakan tingkatan prilaku seseorang yang mendapatkan

pengobatan, mengikuti diet dan melaksanakan gaya hidup sesuai dengan

rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan. Menurut Amiruddin (2023).

kepatuhan merupakan tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu

tindakan pengobatan terhadap penyakit yang dideritanya, seperti dalam

menentukan kebiasaan hidup sehat atau ketepatan dalam menjalankan

suatu terapi pengobatan. Menurut Notoatmodjo (2015), faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan pasien salah satunya adalah

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


65

pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Seseorang yang berpengetahuan baik cenderung lebih patuh berobat

daripada yang berpengetahua rendah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wardhani, (2021), tentang hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet

pada penderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Astambul

tahun 2020, diperoleh bahwa rata-rata responden memiliki kepatuhan diet

yang kurang patuh (57,5%).

Menurut peneliti, sebagian besar responden tidak patuh dalam

menjalankan diit diabetes melitus disebabkan karena berbagai faktor.

Salah satu faktor yang dapat dinilai dalam hubungannya dengan

kepatuhan menjalankan diit diabetes melitus adalah pengetahuan. Dapat

dilihat dahwa sebagian besar responden memiliki pengatahuan yang

kurang baik tentang diit diabetes melitus. Hal ini dapat mempengaruhi

kepatuhannya dalam menjalankan diit diabetes melitus. Berdasarkan

hasil jawaban dari kuesioner diperoleh bahwa sebagian besar responden

tidak patuh dalam menjalankan diit diabetes melitus terkait dengan

kurang rutinnya responden dalam mengontrol kadar gula darah

kepuskesmas/ pelayanan kesehatan yang lain untuk menentukan

kebutuhan diet diabetesnya.

2. AnalisisBivariat
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diit Dengan Kepatuhan
Menjalankan Diit Pada Penderita Diabetes Melitus di UPTD Mampu
PONED Puskesmas Dayamurni Tulang Bawang Barat Tahun 2023

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


66

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan tingkat

pengetahuan tentang diit dengan kepatuhan menjalankan diit pada penderita

diabetes melitus di UPTD Mampu PONED Puskesmas Dayamurni Tulang

Bawang Barat Tahun 2023 (p-value = 0,006, OR = 5,067).

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo,

(2015), bahwa pengetahuan merupakan wilayah yang sangat penting dalam

membentuk tindakan/ aktivitas seseorang (overt behaviour). Perilaku yang

didasarkan pada pengetahuan akan bertahan lebih lama dibandingkan

perilaku yang terbentuk tidak berdasarkan pengetahuan. Pengetahuan

diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Pengetahuan yang baik dapat memotivasi timbulnya

perubahan positif terhadap sikap, persepsi, serta perilaku individu.

Menurut Amiruddin (2023), tingkat kepatuhan dalam menjalankan

suatu terapi pada penderita diabetes melitus seperti terapi nutrisi medik

merupakan salah satu faktor utama yang dapat berkontribusi terhadap

diabetes yang tidak terkontrol. Untuk memiliki kepatuhan yang baik dalam

menjalankan terapi nutrisi medik pada penderita diabetes diperlukan suatu

pengetahuan yang baik. Pengetahuan yang baik akan berpengaruh terhadap

pemilihan bahan makanan dan pemenuhan gizi serta kalori yang dibutuhkan

bagi penderita diabetes dalam upaya mengontrol kadar glukosa darah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Masiani, et. al (2023), tentang hubungan tingkat pengetahun dengan

kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus di Puskesmas Kereng

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


67

Bangkirai, dimana diperoleh bahwa hasil analisis bivariat menunjukan

adanya hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kepatuhan terapi diet

pada pasien Diabetes Mellitus (nilai p-value=0,000 < 0,05).

Menurut peneliti, adanya hubungan antara tingkat pengetahuan

tentang diit dengan kepatuhan menjalankan diit pada penderita diabetes

melitus disebabkan karena pengetahuan tentang diit merupakan salah satu

faktor yang secara signifikan berhubungan dengan kepatuhan menjalankan

diit pada penderita diabetes melitus. Semakin tinggi tingkat pengetahuan

responden tentang diit diabetes melitus maka samakin baik dalam

mengambil tindakan untuk menerapkan kepatuhan dalam menjalankan diit

diabetes melitus. Selain itu, pengetahuan yang baik juga akan mendukung

responden dalam mengambil keputusan tentang bagaimana memelihara

kesehatan agar terhindar dari komplikasi diabetes melitus. Responden yang

baik pengetahuannya akan lebih mudah dalam menerima masukan atau

saran dari petugas kesehatan serta akan dapat menentukan sikap yang positif

dan tindakan yang tepat yaitu dengan patuh dalam menjalankan diit

diabetes melitus. Untuk itu, perlunya promosi kesehatan secara terus

menerus, kunjungan rumah, atau himbauan tentang diit diabetes melitus

agar penderita diabetes melitus memiliki pengetahuan dan memperoleh

informasi yang baik tentang diit diabetes melitus sehingga memiliki dasar

yang baik untuk berperilaku patuh dalam menjalankan diit diabes melitus.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebagian responden yang

memiliki pengetahuan kuramg baik namun patuh dalam menjalankan diit

diabetes melitus (29,4%). Selain itu terdapat juga responden yang memiliki

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


68

pengetahuan baik namun tidak patuh dalam menjalankan diit diabetes

melitus (32,1%). Hal tersebut dapat disebabkan karena kepatuhan dalam

menjalankan diit disebabkan oleh faktor lain selain pengetahuan, misalnya

pendidikan kesehatan, dukungan keluarga ataupun interaksi pasien dengan

profesional kesehatan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang baik tentang diit

diabetes melitus, yaitu sebanyak 34 orang (54,8%).

2. Sebagian besar responden tidak patuh dalam menjalankan diit diabetes

melitus, yaitu sebanyak 33 orang (53,2%).

3. Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang diit dengan kepatuhan

menjalankan diit pada penderita diabetes melitus di UPTD Mampu

PONED Puskesmas Dayamurni Tulang Bawang Barat Tahun 2023 (p-

value = 0,006, OR = 5,067).

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat memberikan saran sebagai

berikut:

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


69

1. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas dapat meningkatkan

pengetahuan diit bagi penderita diabetes melitus dengan cara melakukan

promosi kesehatan secara rutin dengan metode yang menarik dalam rangka

meningkatkan kepatuhan diit pendserita diabetes melitus sehingga dapat

menurunkan tingkat komplikasi yang diakibatkan oleh kadar glukosa darah

yang tidak terkontrol pada penderita DM.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan Institusi Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Pringsewu dapat menambah refrensi tentang diit diabetes melitus dan

kepatuhan menjalankan diit diabetes melitus.

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan bagi peneliti lain yang akan meneliti tentang kepatuhan

menjalankan diit diabetes melitus dapat melakukan penelitian dalam

konteks yang berbeda dengan mencari faktor lain yang berhubungan

dengan kepatuhan menjalankan diit diabetes melitus misalnya pendidikan

kesehatan, dukungan keluarga ataupun interaksi pasien dengan profesional

kesehatan.

4. Bagi Masyarakat

Diharapkan bagi masyarakat khususnya bagi penderita diabetes

melitus untuk dapat menambah pengetahuan tentang diit diabetes melitus

dengan cara rutin mengikuti kegiatan penyuluhan atau lainnya sehingga

akan menambah informasi dan pengetahuan tentang diit diabetes melitus.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


70

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, R. (2023). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Trans Info Media.


Budiman, & Riyanto, A. (2015). Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan
Sikap. Dalam Penelitian Kesehatan. Salemba Medika.
Dahlan, S. (2015). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Epidemiologi
Indonesia.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (2023). Profil Kesehatan Provinsi Lampung
Tahun 2022.
Kemenkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Lampung
Tahun 2018.
Kemenkes RI. (2022). Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2021.
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Infodatin Tetap Produktif, Cegah, dan Atasi
Diabetes Melitus 2020. In Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI (pp. 1–10).
Massiani, Lestari, R. M., & Prasida, D. W. (2023). Hubungan Tingkat
Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes Mellitus Di
Puskesmas Kereng Bangkirai. 2017.
Niven, N. (2014). Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat Dan Profesi
Kesehatan Lain. EGC.
Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2015). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA. Media Action.
Padila. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika.
Pramayudi, N. (2021). Gambaran kepatuhan diet pasien Diabetes Melitus Tipe 2
di Puskesmas Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2020. Skripsi
Prodi Keperawatan Universitas Andalas, 1(1), 1–61.
Setiawan, K. W. (2023). Ultimate Guide Diet Diabetes. Mymeal.
Smeltzer, & Bare. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (12th ed.). EGC.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. PT.
Alfabet.
Sundari, M. P. (2018). Hubungan antara tingkat pengetahuan dan self
management diabetes dengan tingkat stres menjalani diet penderita diabetes
mellitus di Surabaya. Skripsi Fakultas Keperawatan Unair, 1(1), 1–99.
Tanto, C. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Media Ausculapius.
Wardhani, A. (2021). Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Diet Pada
Penderita Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Astambul tahun
2020. Jurnal Ilmu Kesehatan Insan Sehat, 9(1), 10–14.
Wawan, A., & Dewi, M. (2015). Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan
Perilaku Manusia : Dilengkapi Contoh Kuesioner. Nuha Medika.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah 2
(Keperawatan Dewasa). Nuha Medika.
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) UNTUK IKUT SERTA

DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya telah membaca atau memperoleh penjelasan, sepenuhnya menyadari,

mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat, dan risiko yang mungkin

timbul dalam penelitian, serta telah diberi kesempatan untuk bertanya dan telah

dijawab dengan memuaskan, juga sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari


*)
keikut sertaannya, maka saya setuju/ tidak setuju ikut dalam penelitian ini,

yang berjudul: Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diit Dengan

Kepatuhan Menjalankan Diit Pada Penderita Diabetes Melitus di UPTD

mampu PONED Puskesmas Dayamurni Tulang Bawang Barat Tahun 2023.

Saya dengan sukarela memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa

tekanan/paksaan siapapun. Saya akan diberikan salinan lembar penjelasan dan

formulir persetujuan yang telah saya tandatangani untuk arsip saya. Saya setuju:

Ya/Tidak *).

Tanggal: Tanda tangan (bila tidak


bisa dapat digunakan
cap jempol)
Nama Peserta:

Usia:

Pendidikan

Pekerjaan

Alamat:

Nama Peneliti:

Nama Saksi:
LEMBAR KUESIONER PENGETAHUAN

Petunjuk : Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan cara melingkari atau memberi

tanda X pilihan yang Bapak/ Ibu anggap sebagai jawaban yang benar.

2. Apa yang dimaksud dengan penyakit Diabetes Mellitus?

a. Penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah

b. Penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam urin

c. Penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah dan urin

3. Berapa kali frekuensi makan (meliputi makanan lengkap dan makanan selingan

atau snack) dalam sehari yang dianjurkan bagi penderita Diabetes Mellitus?

a. 4 kali (3 kali makan lengkap dan 1 kali makan snack)

b. 5 kali (3 kali makan lengkap dan 2 kali makan snack)

c. 6 kali (3 kali makan lengkap dan 3 kali makan snack)

3. Berapa jarak antara makan utama (makanan lengkap) dengan makanan

selingan (snack) untuk penderita Diabetes mellitus?

a. Jarak 2 jam setelah makan

b. Jarak 3 jam setelah makan

c. Jarak 4 jam setelah makan

4. Prinsip diet atau pola makan pada penderita Diabetes Mellitus adalah…..

a. Banyak, beragam, dan mengenyangkan

b. Tepat jadwal, jenis, dan jumlah konsumsi gizinya

c. Tergantung pada keinginan dan tanpa batasan


5. Gejala umum pada penderita Diabetes Mellitus adalah…….

a. Lemah, pusing, dan muntah

b. Sering tidur, dan sering pingsan

c. Sering makan, sering minum, dan sering buang air kecil

6. Diet diabetes adalah:

a. Makanan tinggi kalori

b. Makanan diet sehat dengan sayur dan buah

c. Makanan tinggi karbohidrat

7. Berapa ukuran porsi nasi dalam sepiring yang dianjurkan untuk pasien

Diabetes mellitus tiap kali makan?

a. 1 porsi piring penuh nasi

b. Setengah porsi piring untuk tiap kali makan besar

c. Seperempat porsi piring untuk tiap kali makan besar

8. Selain nasi, makanan apa yang dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan

zat gizi pasien Diabetes mellitus?

a. Sayuran dan buah

b. Cukup ubi saja

c. Roti, mie, kentang, dan lain-lain

9. Berapa kadar gula normal pada saat sewaktu atau pada saat gula darah acak?

a. Kurang dari 200 mg/dl

b. Lebih dari 200 mg/dl

c. Kurang dari 126 mg/dl


10. Berapa kadar gula normal pada saat gula darah puasa?

a. Kurang dari 126 mg/dl

b. Lebih dari 126 mg/dl

c. Kurang dari 200 mg/dl

11. Upaya yang dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi Diabetes

mellitus?

a. Menstabilkan berat badan yang kegemukan

b. Tidak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat

c. Merencanakan pola makan dan aktivitas yang sehat

12. Apa efek yang terjadi setelah minum juz buah tanpa tambahan gula pada

kadar gula darah?

a. Lebih rendah

b. Lebih meningkat

c. Tidak berefek apapun

13. Makan makanan yang rendah lemak menurunkan risiko terkena penyakit?

a. Penyakit saraf

b. Penyakit ginjal

c. Penyakit jantung

14. Apa fungsi pengaturan pola makan pada Diabetes mellitus?

a. Menurunkan atau mengendalikan berat badan

b. Mengendalikan kadar gula darah atau kolesterol


c. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mencegah terjadinya komplikasi

akut maupun kronis

15. Kapan seharusnya anda menerapkan pengaturan pola makan yang baik?

a. Saat kadar gula darah tidak normal maupun normal

b. Saat kadar gula darah tidak normal

c. Tergantung kondisi tubuh

(Sumber: Sundari, 2018)


KUNCI JAWABAN

1. C
2. C
3. B
4. B
5. C
6. B
7. C
8. A
9. A
10. A
11. C
12. B
13. C
14. C
15. A
LEMBAR KUESIONER KEPATUHAN MENJALANKAN DIIT DM

Petunjuk: Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan cara memberi tanda (√)
Keterangan: SL : Selalu SR : Sering JR : Jarang TP : Tidak Pernah
No Pernyataan SL SR JR TP
Jumlah
1 Setiap hari saya makan lebih dari tiga kali.
2 Saya secara rutin mengontrol kadar gula darah
kepuskesmas/pelayanan kesehatan yang lain untuk
menentukan kebutuhan diet saya.
3 Saya tidak mau mentaati aturan makan penderita DM
karena menyusahkan.
4 Saya makan makanan sesuai dengan anjuran dokter,
perawat dan petugas kesehatan lain
5 Saya setiap hari selalu makan sayur dan buah sesuai
dengan anjuran dokter.
Jenis
6 Saya setiap hari mengkonsumsi makanan dan
minuman yang terasa manis/banyak mengandung
gula.
7 Saya setiap hari mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung minyak/tinggi lemak seperti
makan siap saji (fast food), gorengan, usus dan hati.
8 Saya setiap hari mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung vitamin dan mineral.
9 Saya setiap hari mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung protein seperti telur dan daging.
10 Saya selalu melakukan variasi makanan pada jadwal
diet makan saya agar tidak terjadi kebosanan.
11 Saya memakai gula pengganti seperti gula jagung
pada saat ingin mengkonsumsi minuman/makanan
yang manis.
12 Saya suka makan makanan yang asin- asin.
13 Saya selalu makan makanan kecil/ngemil.
Jadwal
14 Saya makan tepat waktu sesuai jadwal makan yang
sudah dikonsultaskan ke dokter, perawat atau petugas
kesehatan lain
15 Saya terlalu sibuk dengan urusan saya sehingga saya
makan tidak tepat waktu.
16 Jadwal aturan makan/diet yang dianjurkan terasa
berat bagi saya.
17 Saya tidak mencatat menu makanan setiap hari.
18 Setiap bulan saya secara rutin menimbang berat
badan.
(Sumber: Pramayudi, 2021).
KARTU BIMBINGAN

Nama : MARYADI

NPM : 2022206203183P

Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diit Dengan Kepatuhan


Menjalankan Diit Pada Penderita Diabetes Melitus di UPTD mampu
PONED Puskesmas Dayamurni Tulang Bawang Barat Tahun 2023

NO HARI/TANGGAL CATATAN PEMBIMBING PARAF

Pringsewu, Januari 2024

Pembimbing I

(Nur Fadhilah, M.Kes., Ph.D.)


KARTU BIMBINGAN

Nama : MARYADI

NPM : 2022206203183P

Judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Diit Dengan Kepatuhan


Menjalankan Diit Pada Penderita Diabetes Melitus di UPTD mampu
PONED Puskesmas Dayamurni Tulang Bawang Barat Tahun 2023

NO HARI/TANGGAL CATATAN PEMBIMBING PARAF

Pringsewu, Januari 2024

Pembimbing II

(Bdn. Wahyu Widayati, S.ST., M.Keb.)

Anda mungkin juga menyukai