Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS FAKTOR RESIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

FLUOR ALBUS PADA SISWI DI SMPN DI WILAYAH KECAMATAN


TELUK BETUNG BARAT KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2013

Ana Mariza1, Marsal Usman2, Lolita Sary3

ABSTRAK

Sepanjang kehidupan kesehatan seorang wanita terdapat beberapa keluhan


penyakit, salah satu keluhan yang amat mengganggu itu adalah fluor albus (keputihan).
Kasus kanker leher rahim 90% ditandai dengan keputihan. Data penelitian tentang
kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti menderita
keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalaminya
sebanyak dua kali atau lebih. Hasil survey Pusat Penelitian Kesehatan (PUSLITKES)
Universitas Indonesia bekerja sama dengan Sentra Kawula Muda (SKALA) dan World
Population Foundation (WPF) Indonesia diketahui bahwa remaja putri pada tahun 2011
sebanyak 65% pernah mengalami keputihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian fluor albus pada siswi di SMPN di
Wilayah Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2013.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain cross sectional.
Populasi berjumlah 795 siswi. Dilakukan teknik proportional stratified random sampling
didapatkan sampel sejumlah 259 siswi. Pengambilan data secara langsung dengan
metode wawancara menggunakan kuisioner. Analisa bivariat menggunakan uji chi-square
dan analisis multivariate dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian pada analisa bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan
penggunaan celana dengan kejadian fluor albus (p=0,000, OR=14,960), kebersihan
organ kewanitaan dengan kejadian fluor albus (p=0,002, OR=13,490), penggunaan
sabun pembersih kewanitaan dengan kejadian fluor albus (p=0,000, OR=22,000),
penggunaan toilet umum dengan kejadian fluor albus (p=0,000, OR=18,242),
penggunaan pembalut dengan kejadian fluor albus (p=0,000, OR=15,547), penggunaan
pantyliner dengan kejadian fluor albus (p=0,000, OR=(12,364). Dari analisis multivariat
faktor yang paling berhubungan dengan kejadian fluor albus adalah penggunaan sabun
pembersih kewanitaan dengan OR= 21,044. Saran yang diberikan adalah para siswi
dianjurkan tidak menggunakan sabun pembersih kewanitaan karena akan merusak flora
normal vagina.

Kata kunci : Fluor albus, faktor yang berhubungan


Kepustakaan : 37 (2003-2013)

PENDAHULUAN mengalaminya sebanyak dua kali atau


Dalam kehidupan kesehatan lebih. Hasil survey Pusat Penelitian
seorang wanita terdapat beberapa Kesehatan (PUSLITKES) Universitas
keluhan penyakit, salah satu keluhan Indonesia bekerja sama dengan Sentra
yang amat mengganggu itu adalah fluor Kawula Muda (SKALA) dan World
albus (keputihan) (Bahari, 2012). Kasus Population Foundation (WPF) Indonesia
kanker leher rahim 90% ditandai dengan diketahui bahwa remaja putri pada
keputihan (Rozi, 2013). Data penelitian tahun 2011 sebanyak 65% pernah
tentang kesehatan reproduksi wanita mengalami keputihan (Bahari, 2012).
menunjukkan 75% wanita di dunia pasti Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota
menderita keputihan paling tidak sekali Bandar Lampung tahun 2011 jumlah
seumur hidup dan 45% diantaranya bisa

1. Program Kebidanan FK Universitas Malahayati B. Lampung


2. Program Pascasarjana Kesmas FKM Universitas Malahayati B. Lampung
3. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati B. Lampung

Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 3. Juli 2014 129


remaja yang dilayani dalam program penelitian analitik dan menggunakan
kesehatan reproduksi ada 80.592 jiwa. pendekatan cross sectional yaitu
Berdasarkan laporan ada 2 (0,09%) rancangan penelitian yang dilakukan
remaja yang menderita Penyakit Menular untuk mengetahui hubungan variable
Seksual (PMS) di wilayah Kecamatan independen dan dependen dimana
Teluk Betung Barat yang merupakan pengukurannya dilakukan pada satu saat
angka kejadian tertinggi di Kota Bandar (serentak) (Budiman, 2011)
Lampung. Jumlah remaja yang ada di Penelitian telah dilakukan pada
Wilayah Kecamatan Teluk Betung Barat tanggal 28 Oktober s/d 2 November
ada 6.639 remaja. 2013. Tempat penelitian adalah SMPN 15
Berdasarkan data pre survey yang dan SMPN 27 Bandar Lampung. Populasi
peneliti lakukan pada bulan Agustus dalam penelitian ini berjumlah 795 yaitu
2013 di SMPN Negeri 15 Bandar seluruh siswi di SMPN 15 Bandar
Lampung terdapat 399 siswi dan di Lampung tahun 2013 yang berjumlah
SMPN 27 Bandar Lampung terdapat 396 399 siswi dan di SMPN 27 Bandar
siswi. Hasil survei awal dengan Lampung berjumlah 396 siswi. Sampel
menggunakan kuisioner terhadap 20 dalam penelitian adalah 259 siswi. Cara
siswi di masing-masing SMPN tersebut yang digunakan dalam pengambilan
ternyata seluruh siswi 100% sampel ini adalah teknik proportional
pengetahuannya tentang keputihan stratified random sampling. Variabel
masih dalam kategori kurang. dalam penelitian ini yaitu penggunaan
Berdasarkan latar belakang di atas, celana, kebersihan organ kewanitaan,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penggunaan sabun pembersih
penelitian mengenai “Analisis Faktor kewanitaan, penggunaan toilet umum,
Resiko Yang Berhubungan Dengan penggunaan pembalut dan penggunaan
Kejadian Fluor Albus Pada Siswi di SMPN panty liner (pembalut tipis) sebagai
di Wilayah Kecamatan Teluk Betung variabel bebas (independent) dan
Barat Kota Bandar Lampung Tahun keputihan sebagai variabel terikat
2013” (dependent). Analisis univariat
menggunakan distribusi frekuensi,
METODE PENELITIAN analisis bivariat menggunakan chi
Penelitian ini menggunakan jenis square, dan analisis multivariate
penelitian kuantitatif dengan rancangan menggunakan regresi logistic.

HASIL & PEMBHASAN


Tabel 1
Hasil Analisis Univariat Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Fluor Albus

No Variabel N %
1 Penggunaan celana
Tidak Baik 52 20,1
Baik 207 79,9
2 Kebersihan Organ Kewanitaan
Tidak Baik 69 26,6
Baik 190 73,4
3 Penggunaan Sabun Pembersih Kewanitaan
Tidak Baik 35 13,5
Baik 224 86,5
4 Penggunaan Toilet Umum
Tidak Baik 30 11,6
Baik 229 88,4
5 Penggunaan Pembalut
Tidak Baik 28 10,8
Baik 231 89,2
6 Penggunaan Pantyliner
Tidak Baik 11 4,2
Baik 248 95,8

130 Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 3. Juli 2014


Tabel 1 menunjukkan bahwa kategori baik sebanyak 224(86,5%),
distribusi frekuensi penggunaan celana berdasarkan penggunaan toilet umum
tertinggi dalam kategori baik sebanyak tertinggi dalam kategori baik sebanyak
207(79,9%), berdasarkan kebersihan 229(88,4%), berdasarkan penggunaan
organ kewanitaan tertinggi dalam pembalut tertinggi dalam kategori baik
kategori baik sebanyak 190(73,4%), sebanyak 231(89,2%), berdasarkan
berdasarkan penggunaan sabun penggunaan pantyliner tertinggi dalam
pembersih kewanitaan tertinggi dalam kategori baik sebanyak 248(95,8%).

Tabel 2
Hasil Analisis Bivariat Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Fluor Albus

Kejadian Fluor Albus


Fluor Albus Tidak Fluor Total P-
No Variabel OR (95% CI)
Albus Value
n % N % n %
1 Penggunaan Celana
Tidak baik 32 61,5 20 38,5 52 100 0,007 14,960
Baik 20 9,7 187 90,3 207 100 (7,250-30,869)
2 Kebersihan Organ
Kewanitaan
Tidak baik 37 53,6 32 46,4 69 100 0,002 13,490
Baik 15 7,9 175 92,1 190 100 (6,642-27,396)
3 Penggunaan Sabun
Pembersih Kewanitaan
Tidak baik 26 74,3 9 25,7 35 100 0,000 22,000
Baik 26 11,6 198 88,4 224 100 (9,298-52,054)
4 Penggunaan Toilet Umum
Tidak baik 22 73,3 8 26,7 30 100 0,000 18,242
Baik 30 13,1 199 86,9 229 100 (7,449-44,671)
5 Penggunaan Pembalut
Tidak baik 20 71,4 8 28,6 28 100 0,000 15,547
Baik 32 13,9 199 86,1 231 100 (6,315-38,273)
6 Penggunaan Pantyliner
Tidak baik 8 72,7 3 27,3 11 100 0,000 12,364
Baik 44 17,7 204 82,3 248 100 (3,153-48,476)

1. Hubungan Penggunaan Celana perilaku penggunaan celana dalam


Dengan Kejadian Fluor Albus kategori baik.
Diketahui bahwa dari 52 responden Sejalan dengan teori menurut
yang penggunaan celana dalam kategori Bahari (2012) bahwa kita harus menjaga
tidak baik, ada 32(61,5%) yang dan menghindari suasana vagina lembab
mengalami keputihan dan dari 207 yang berkepanjangan dikarenakan
responden yang penggunaan celana baik pemakaian celana dalam yang basah,
dalam kategori baik, ada 20(9,7%) yang jarang diganti, tidak menyerap keringat,
mengalami keputihan. Diketahui nilai p atau memakai celana jins terlalu ketat
value=0,007 (p<0,05) yang dapat menyebabkan keputihan. Menurut
menunjukkan ada hubungan Hasyimi (2010) hindari pula jenis celana
penggunaan celana dengan kejadian yang terlalu ketat di bagian
fluor albus pada siswi di SMPN di selangkangan karena akan membuat
Wilayah Kecamatan Teluk Betung Barat suasana di sekitar organ intim menjadi
Kota Bandar Lampung tahun 2013. panas dan lembab sementara
Diperoleh nilai OR= 14,960 artinya kelembaban bisa membuat suasana
responden yang dalam kategori asam menjadi basa, selain itu
penggunaan celana kurang baik kelembaban juga bisa menjadi tempat
mempunyai resiko 14,960 kali lebih bersemayamnya jamur dan kuman.
besar untuk mengalami fluor albus Masih adanya perilaku penggunaan
dibandingkan dengan responden yang celana yang kurang baik dikarenakan
para remaja masih banyak yang belum

Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 3. Juli 2014 131


menggunakan celana dalam dari yang Menurut Saydam (2012) ada juga
berbahan katun dan sebagian remaja yang sehabis buang air, hanya
masih ada yang menggunakan celana membersihkan dengan menggunakan
ketat misalnya jins atau legging tissue saja atau hanya disiram dengan
sehingga masih ada yang mengalami air tetapi tidak membasuh kemaluannya.
keputihan dikarenakan penggunaan Selalu keringkan bagian vagina sebelum
celana yang kurang baik. Selain itu berpakaian. Gunakan celana dalam yang
menurut peneliti masih adanya kering. Seandainya basah atau lembab,
20(9,7%) responden yang penggunaan usahakan cepat mengganti dengan yang
celana dalam kategori baik tetapi bersih sebelum dipakai. masih adanya
mengalami keputihan dikarenakan pada sebagian remaja yang kurang baik
penggunaan celana sudah baik, tetapi di perilakunya dalam menjaga kebersihan
lain hal misalnya di kebersihan organ organ kewanitaannya dikarenakan masih
kewanitaan, penggunaan toilet umum, ada remaja yang setelah buang air
penggunaan pembalut ataupun hanya menyiram kemaluannya saja
pantyliner tidak baik. tanpa membasuhnya, sebagian remaja
banyak yang tidak mengeringkan
2. Hubungan Kebersihan Organ kemaluan setelah buang air, ada juga
Kewanitaan Dengan Kejadian yang tidak mencuci celana dalam yang
Fluor Albus baru dibeli sehingga zat-zat kimia yang
Diketahui bahwa dari 69 responden ada di celana bisa menyebabkan
yang kebersihan organ kewanitaan keputihan. Selain itu, masih ada remaja
dalam kategori tidak baik, ada yang tidak mencuci tangannya sebelum
37(53,6%) yang mengalami keputihan dan sesudah buang air sehingga hal
dan dari 190 responden yang kebersihan tersebut menjadi pencetus keputihan
organ kewanitaan dalam kategori baik, dilihat dari kebersihan organ
ada 15(7,9%) yang mengalami kewanitaan.
keputihan. Diketahui nilai p
value=0,002 (p<0,05) yang 3. Hubungan Penggunaan Sabun
menunjukkan ada hubungan kebersihan Pembersih Kewanitaan Dengan
organ kewanitaan dengan kejadian fluor Kejadian Fluor Albus
albus pada siswi di SMPN di Wilayah Diketahui bahwa dari 35 responden
Kecamatan Teluk Betung Barat Kota yang penggunaan sabun pembersih
Bandar Lampung tahun 2013. Diperoleh kewanitaan dalam kategori tidak baik,
nilai OR= 13,490 artinya responden ada 26(74,3%) yang mengalami
yang dalam kategori kebersihan organ keputihan dan dari 224 responden yang
kewanitaan kurang baik mempunyai penggunaan sabun pembersih
resiko 13,490 kali lebih besar untuk kewanitaan dalam kategori baik, ada
mengalami fluor albus dibandingkan 26(11,6%) yang mengalami keputihan.
dengan responden yang perilaku Diketahui nilai p value=0,000
kebersihan organ kewanitaan dalam (p<0,05) yang menunjukkan ada
kategori baik. hubungan penggunaan sabun pembersih
Sejalan dengan teori menurut kewanitaan dengan kejadian fluor albus
Soebachman (2012) agar selalu menjaga pada siswi di SMPN di Wilayah
kebersihan diri, terutama kebersihan alat Kecamatan Teluk Betung Barat Kota
kelamin. Rambut pubis yang terlampau Bandar Lampung tahun 2013. Diperoleh
tebal bisa dijadikan tempat sembunyi nilai OR= 22,000 artinya responden
kuman. Jadi, jangan lupa menggunting yang dalam kategori penggunaan sabun
atau membersihkannya. Basuhlah bagian pembersih kewanitaan kurang baik
sensitif vagina anda dengan air bersih mempunyai resiko 22,000 kali lebih
setiap kali anda buang air dan pada saat besar untuk mengalami fluor albus
mandi, biasakan membasuh vagina dibandingkan dengan responden yang
dengan cara yang baik dan benar, yaitu perilaku penggunaan sabun pembersih
dengan gerakan dari depan ke belakang kewanitaan dalam kategori baik.
bukan sebaliknya. Ini akan menghindari Sejalan dengan teori menurut Rozi
masuknya kuman dari anus ke alat (2013) bahwa pemakaian cairan
kelamin. antiseptik untuk membersihkan liang

132 Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 3. Juli 2014


senggama relatif tidak ada gunanya, karena itu, kita wajib berhati-hati ketika
cairan ini hanya akan membersihkan menggunakan air di toilet umum. Jika
vagina dari cairan keputihan, tetapi tidak terkontaminasi oleh jamur atau parasit
membunuh kuman penyebabnya. kita bisa tertular. Sebelum
Menurut Hasyimi (2010) menggunakan menggunakan toilet umum pun
cairan antiseptik untuk membersihkan dianjurkan mencuci tangan terlebih
vagina dapat mengganggu dahulu.
keseimbangan pH vagina. Sabun Sebagian besar remaja masih ada
antiseptik biasa umumnya bersifat keras. yang perilaku penggunaan toilet
Ini tidak menguntungkan bagi kesehatan umumnya kurang baik dikarenakan
vagina dalam jangka panjang. masih banyak remaja yang setelah
Sebagian besar remaja perilakunya buang air membasuh kemaluan bukan
dalam penggunaan sabun pembersih dengan air yang mengalir melainkan dari
kewanitaan dalam kategori baik air yang tergenang di bak toilet umum
dikarenakan banyaknya remaja belum atau di ember. dan masih adanya remaja
pernah mencoba menggunakan sabun yang belum tahu bahwa cara yang
pembersih kewanitaan. Remaja terbaik untuk membasuh kemaluan pada
menganggap belum memerlukan sabun saat buang air di toilet umum adalah
pembersih kewanitaan di usia mereka dengan menggunakan air kemasan agar
yang baru memasuki masa pubertas menghindari penularan jamur melalui air
sehingga sebagian besar remaja tidak yang ada di toilet umum. Untuk itu
menggunakan sabun pembersih remaja diberikan konseling mengenai
kewanitaan, tidak menggunakan bedak perilaku yang baik dalam penggunaan
pada daerah kemaluan, dan tidak pernah toilet umum.
menyemprotkan minyak wangi atau
parfum ke dalam kemaluan. 5. Hubungan Penggunaan Pembalut
Dengan Kejadian Fluor Albus
4. Hubungan Penggunaan Toilet Diketahui bahwa dari 28 responden
Umum Dengan Kejadian Fluor yang penggunaan pembalut dalam
Albus kategori tidak baik, ada 20(71,4%) yang
Diketahui bahwa dari 30 responden mengalami keputihan dan dari 231
yang penggunaan toilet umum dalam responden yang penggunaan pembalut
kategori tidak baik, ada 22(73,3%) yang dalam kategori baik, ada 32(13,9%)
mengalami keputihan dan dari 224 yang mengalami keputihan. nilai p
responden yang penggunaan toilet value=0,000 (p<0,05) yang
umum dalam kategori baik, ada menunjukkan ada hubungan
30(13,1%) yang mengalami keputihan.. penggunaan pembalut dengan kejadian
Diketahui nilai p value=0,000 (p<0,05) fluor albus pada siswi di SMPN di
yang menunjukkan ada hubungan Wilayah Kecamatan Teluk Betung Barat
penggunaan toilet umum dengan Kota Bandar Lampung tahun 2013.
kejadian fluor albus pada siswi di SMPN Diperoleh nilai OR= 15,547 artinya
di Wilayah Kecamatan Teluk Betung responden yang dalam kategori
Barat Kota Bandar Lampung tahun 2013. penggunaan pembalut kurang baik
Diperoleh nilai OR= 18,242 artinya mempunyai resiko 15,547 kali lebih
responden yang dalam kategori besar untuk mengalami fluor albus
penggunaan toilet umum kurang baik dibandingkan dengan responden yang
mempunyai resiko 18,242 kali lebih perilaku penggunaan pembalut dalam
besar untuk mengalami fluor albus kategori baik.
dibandingkan dengan responden yang Menurut Rozi (2013) salah satu
perilaku penggunaan toilet umum dalam penyebab wanita terjangkit penyakit
kategori baik. infeksi disebabkan oleh pemakaian
Menurut Rozi (2013) keputihan pembalut yang tidak berkualitas.
yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh Kebanyakan produsen pembalut wanita
organ intim itu sendiri tetapi juga menggunakan bahan-bahan kimia yang
lingkungan sekitar seperti toilet kotor berbahaya bagi penggunanya dan
yang dapat berpengaruh terhadap mengakibatkan berbagai penyakit dalam
kesehatan organ intim wanita. Oleh system reproduksi wanita. Bagi para

Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 3. Juli 2014 133


wanita yang sedang menstruasi jangan ingin menggunakan pantyliner, gantilah
malas mengganti pembalut karena sesering mungkin paling tidak setiap 4
ketika menstruasi kuman-kuman mudah jam sekali. Panty liner pun tidak
untuk masuk dan pembalut yang telah disarankan digunakan terlalu sering.
ada gumpalan darah merupak tempat Karena akan membuat vagina tambah
berkembangnya jamur dan bakteri. Dan lembab.
usahakan untuk mengganti setiap 4 jam Sebagian besar remaja perilakunya
sekali. Jangan lupa membersihkan dalam penggunaan pantyliner dalam
kemaluan dengan air mengalir sebelum kategori baik. Hal ini bisa dilihat dari
dan sesudah mengganti pembalut hasil penelitian dimana para remaja
(Soebachman,2012). tidak pernah menggunakan pantyliner
Sebagian besar remaja masih ada ataupun menggunakan pantyliner yang
yang perilaku penggunaan pembalut wangi dan beraroma. Sehingga peneliti
termasuk dalam kategori kurang baik. memberikan konseling kepada remaja
Hal ini bisa dilihat dari pengakuan cara yang terbaik adalah membawa
sebagian remaja banyak yang belum celana dalam cadangan jika merasa
mengetahui frekuensi atau waktu yang keluar cairan yang berlebihan dari
tepat untuk mengganti pembalut setiap kemaluan dibandingkan menggunakan
4 jam sekali pada saat peneliti pantyliner.
melakukan wawancara. Banyak remaja Analisa multivariate dilakukan
yang hanya 3-4 kali dalam sehari untuk melihat variable mana yang paling
mengganti pembalut. Padahal jika berhubungan dengan kejadian fluor
dibiarkan pambalut terlalu lama maka albus. Variable penggunaan sabun
dapat menyebabkan lembab dan pembersih kewanitaan merupakan
akhirnya terjadi keputihan. variable yang paling besar pengaruhnya,
6.Hubungan Penggunaan Pantyliner dikarenakan mempunyai OR yang paling
Dengan Kejadian Fluor Albus besar(OR=21,044) bila dibandingkan
Didapatkan hasil bahwa dari 52 dengan variable penggunaan celana,
responden yang mengalami keputihan kebersihan organ kewanitaan dan
berdasarkan penggunaan pantyliner, penggunaan toilet umum.
diketahui sebanyak 11 responden yang
termasuk dalam kategori tidak baik ada KESIMPULAN & SARAN
8(72,7%) yang mengalami keputihan Ada hubungan penggunaan celana,
dan sebanyak 44(17,7%) termasuk kebersihan organ kewanitaan,
dalam kategori baik yang mengalami penggunaan sabun pembersih
keputihan. Diketahui nilai p value=0,000 kewanitaan, penggunaan toilet umum,
(p<0,05) yang menunjukkan ada penggunaan pembalut dan penggunaan
hubungan penggunaan pantyliner pantyliner dengan kejadian fluor albus
dengan kejadian fluor albus pada siswi di serta variable yang paling berpengaruh
SMPN di Wilayah Kecamatan Teluk adalan penggunaan sabun pembersih
Betung Barat Kota Bandar Lampung kewanitaan dengan OR= 21,044
tahun 2013. Diperoleh nilai OR= 12,364 Adapun saran yang dapat penulis
artinya responden yang dalam kategori rekomendasikan bagi remaja putri
penggunaan pantyliner kurang baik dianjurkan tidak menggunakan sabun
mempunyai resiko 12,364 kali lebih pembersih kewanitaan, tidak
besar untuk mengalami fluor albus menggunakan bedak ataupun
dibandingkan dengan responden yang menyemprot minyak wangi ke daerah
perilaku penggunaan pantyliner dalam kewanitaan, serta tidak menggunakan
kategori baik. tissue harum saat membersihkan daerah
Menurut Nurwijaya (2010) jika kewanitaan. Para remaja putri
tidak dibutuhkan, jangan menggunakan dianjurkan menggunakan menggunakan
pantyliner (pembalut tipis untuk sehari- celana dalam berbahan katun dan tidak
hari). Para perempuan seringkali salah ketat, mengganti celana dalam minimal
kaprah. Ia merasa nyaman jika pakaian dua kali sehari, membawa celana dalam
dalamnya selalu bersih. Ini artinya ia cadangan saat bepergian, serta tidak
lebih mementingkan kebersihan pakaian bertukar celana dalam dengan orang
dalamnya daripada daerah vitalnya. Jika lain. Para remaja putri dianjurkan

134 Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 3. Juli 2014


membasuh kemaluan menggunakan air Nurwijaya, Hartati et al. 2010. Cegah
mengalir dengan gerakan dari depan ke dan Deteksi Kanker Serviks. Elex
belakang, setelah buang air selalu Media Komputindo: Jakarta hal 43
mengeringkan daerah kemaluan, Rozi. 2013. Kiat Mudah Mengatasi
mencuci celana dalam yang baru, rajin Kanker Serviks. Aulia Publishing:
mencukur rambut kemaluan, mencuci Yogyakarta hal 14
tangan dengan sabun dan air mengalir Saydam, Syafnig. 2012. Waspadai
setiap sebelum dan sesudah buang air. Penyakit Reproduksi Anda. Reka
Cipta: Bandung hal 11
DAFTAR PUSTAKA Soebachman, Agustina & Sheyla
Bahari,H. 2012. Cara Mudah Mengatasi R.Kissanti. 2012. Rahasia Pintar
Keputihan. Diva Press: Jakarta Kesehatan Wanita. In Azna Books:
hal 7 Yogyakarta hal 202
Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan.
Refika Aditama: Bandung hal 110

Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 3. Juli 2014 135

Anda mungkin juga menyukai