ABSTRAK
Lalat merupakan vektor pembawa penyakit dan keberadaannya menjadi indikasi kebersihan yang
kurang baik di suatu tempat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun
2015, angka kesakitan diare di Provinsi Sulawesi Utara menurut jenis kelamin sebesar 45,4%, dan
untuk kota Manado kasus diare sebesar 38,4% . Berdasarkan data Profil Kesehatan Puskesmas
Ranotana Weru, kasus penyakit diare pada tahun 2015 sebesar 28%. Tujuan dari penelitian ini untuk
menganalisis Hubungan Sanitasi Dasar dengan Tingkat Kepadatan Lalat di Rumah Makan Pasar
Pinasungkulan Karombasan Kota Manado.
Penelitian ini bersifat survei analitik dengan pendekatan crosectional study, yang dilaksanakan pada
bulan Agustus - Oktober 2016 di Rumah Makan Pasar Pinasungkulan Karombasan Kota Manado.
Jumlah sampel sebanyak 30 rumah makan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah check list
yang berisi variabel penilaian tentang sanitasi dasar rumah makan, dan fly grill untuk mengukur
kepadatan lalat. Hasil penelitian untuk rumah makan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 19
(63,3%) responden sedangkan yang memenuhi syarat sebanyak 11 (36,7%) responden. Untuk tingkat
kepadatan lalat pada kategori tinggi (≥3) di tempat sampah sebanyak 20 (66,7%) responden dan pada
kategori rendah (≤2) sebanyak 10 (33,3%) responden, untuk saluran pembuangan air limbah tingkat
kepadatan lalat kategori tinggi sebanyak 7 (23,3%) responden, dan pada kategori rendah sebanyak 23
(76,7%) responden. Hasil uji chi square dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara
sanitasi dasar rumah makan dengan tingkat kepadatan lalat di tempat sampah (p < α) dan tidak
terdapat hubungan antara sanitasi dasar rumah makan dengan tingkat kepadatan lalat di saluran
pembuangan air limbah (p > α). Berdasarkan hasil tersebut, kesimpulan yang didapat yaitu sanitasi
rumah makan di Pasar Pinasungkulan Karombasan masih banyak yang belum memenuhi syarat serta
tingkat kepadatan lalat di rumah makan Pasar Pinasungkulan Karombasan sebagian besar termasuk
dalam kategori tinggi.
ABSTRACT
Flies are vectors and existence is an indication of poor hygiene somewhere. Based on data from North
Sulawesi Provincial Health Office in 2015, incidences of diarrhea in North Sulawesi Province
according to the sex of 45.4%, and for the city of Manado cases of diarrhea by 38.4%. Based on data
from the Health Profile Health Center Ranotana Weru, cases of diarrheal disease in 2015 amounted to
28%. The purpose of this study to analyze the relationship with the Basic Sanitation Density of
Restaurant Flies Pinasungkulan Karombasan Manado City Market.
This research is analytic survey crosectional study, which was conducted in August-October 2016
Eating Pinasungkulan Karombasan Manado City Market. The total sample of 30 restaurants. The
research instrument used is a check list that contains variable assessment of basic sanitation diners
and fly grill to measure the density of flies. Results of research for restaurants that do not qualify as
many as 19 (63.3%) of respondents while those eligible were 11 (36.7%) of respondents. For the
density of flies in the high category (≥3) in the trash by 20 (66.7%) of respondents and in the low
category (≤2) 10 (33.3%) of respondents, for sewerage density of flies categories high 7 (23.3%) of
respondents, and in the low category as many as 23 (76.7%) of respondents. The results of chi square
test of this study shows there is a relationship between basic sanitation restaurant with a density of
flies in the trash (p <α) and there was no correlation between basic sanitation restaurant with a
density of flies in sewerage (p> α). Based on these results, the conclusion obtained is sanitation
restaurant in Market Pinasungkulan Karombasan still many who do not qualify as well as the density
of flies in the restaurant market Pinasungkulan Karombasan mostly in the high category.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 9 menggunakan kantong plastik untuk sisa-
diatas, untuk perhitungan dengan sisa makanan, sampah yang tidak dibuang
menggunakan uji statistik chi square dalam waktu 24 jam, saluran pembuangan
diketahui terdapat nilai ekspetasi cells air limbah yang terbuka dan air limbah
kurang dari 5 sehingga untuk nilai yang tidak mengalir dengan lancar. Sejalan
probabilitinya menggunakan nilai uji dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fisher’s Exact Test dan diperoleh nilai Kurniawan (2013), yang menyatakan
probabilitas (p-value) yaitu 0,001 lebih dalam hasil penelitiannya bahwa pada
kecil dari nilai α = 0,05 (p < α). Sehingga pemukiman yang syarat sanitasinya tidak
kesimpulan yang diambil adalah terdapat memenuhi syarat terdapat tingkat
hubungan antara sanitasi dasar dengan kepadatan lalat kategori tinggi (36,8%),
tingkat kepadatan lalat pada tempat sedangkan pada sanitasi yang memenuhi
sampah yang ada di Rumah Makan Pasar syarat tidak terdapat tingkat kepadatan lalat
Pinasungkulan Karombasan Kota Manado. pada kategori tinggi.
Berdasarkan observasi langsung Selain sanitasi dasar, terdapat
kepadatan lalat di rumah makan pasar faktor lain yang mempengaruhi tingkat
Pinasungkulan dipengaruhi oleh sarana kepadatan lalat di rumah makan pasar
sanitasi yang tidak memenuhi syarat Pinasungkulan, yaitu jarak rumah makan
seperti tempat sampah yang terbuka, tidak dengan tempat sampah sementara pasar
Pinasungkulan karombasan dan WC atau penelitian yang dilakukan Prihastini (2011)
Jamban Umum yang menjadi tempat tentang Dampak Tempat Pembuangan
perindukan dan merupakan tempat yang Akhir (TPA) Sampah Winongo Terhadap
disukai lalat. Selain itu, lokasi rumah Kualitas Lingkungan Hidup, menyatakan
makan yang diteliti memiliki jarak yang bahwa jarak sumber pencemar (TPA
dekat dengan pasar yang dimana dalam Sampah) mempunyai pengaruh terhadap
pasar terdapat tempat-tempat perindukan kepadatan lalat sebesar 95,8%. Selain itu,
lalat mulai dari tempat pemotongan penelitian yang dilakukan oleh Subagyo
daging, tempat penjualan ikan serta tempat (2014), tentang Densitas dan Identifikasi
buah dan sayuran yang membusuk. Lalat serta Upaya Pengendaliannya di
Kondisi lingkungan tersebut menjadi salah Pasar Tradisional Purwokerto menyatakan
satu faktor tingginya kepadatan lalat di bahwa kepadatan lalat di TPS baik di pasar
rumah makan, hal ini dikarenakan lalat Wage maupun di pasar Manis terdapat
memiliki jarak terbang sampai 10 km kepadatan lalat tertinggi masing-masing 94
(Safar, 2009). dan 92 ekor/blok grill, sedangkan di
Pernyataan tersebut sejalan dengan warung makan 1 ekor/blok grill dan di
hasil penelitian yang dilakukan oleh pasar Manis terdapat 5 ekor/blok grill lalat
Sembiring (2013), dimana untuk angka di tempat penjualan daging. Pernyataan di
kepadatan lalat di warung makan pada atas menunjukkan bahwa keadaan sanitasi
kategori sedang (58,8%) memiliki jarak pasar yang kurang baik serta jarak yang
yang dekat dengan tempat penampungan dekat antara rumah makan dengan pasar
sampah sementara dan berada dekat menjadi salah satu faktor penyebab adanya
dengan tempat penjualan ikan di pasar lalat di rumah makan.
tradisional Horas Pematangsiantar. Seperti
Hubungan Sanitasi Dasar Rumah Makan dengan Tingkat Kepadatan Lalat di Saluran
Pembuangan Air Limbah
Tabel 2. Hubungan Sanitasi Rumah Makan dengan Tingkat Kepadatan Lalat di Saluran
Pembuanag Air Limbah