Anda di halaman 1dari 12

HIGEIA 3 (3) (2019)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Higiene dan Sanitasi Makanan di Kantin Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah

Muhammad Hakam Arifin1, Yuni Wijayanti1

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia
1

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: CFR diare di Kota Semarang mengalami kenaikan dari 0,02 pada tahun 2015 menjadi 0,06 pada
Diterima 18 Februari tahun 2016. Terjadi 80 kasus diare pada kelompok usia 5-14 tahun di wilayah kerja Puskesmas
2019 Sekaran pada Januari-September 2018. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
Disetujui 21 Juli 2019 higiene dan sanitasi makanan jajanan di kantin SD dan MI di wilayah kerja Puskesmas Sekaran.
Dipublikasikan 31 Juli Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan kuantitatif yang
2019 dilakukan pada seluruh kantin di 14 SD/MI yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sekaran
________________ menggunakan instrumen penelitian berupa checklist. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Keywords: November-Desember 2018. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 100,0% responden tidak
hygiene, sanitation, memenuhi syarat higiene penjamah, 77,8% kantin tidak memenuhi syarat sanitasi peralatan,
equipment, serving, facilities 100,0% kantin tidak memenuhi syarat sanitasi penyajian, dan 94,4% kantin tidak memenuhi syarat
____________________ sanitasi sarana penjaja. Simpulan penelitian ini adalah tidak ada kantin di SD dan Mi di wilayah
DOI: kerja Puskesmas Sekaran yang memenuhi syarat higiene sanitasi makanan jajanan.
https://doi.org/10.15294
/higeia/v3i3/28825
Abstract
____________________
___________________________________________________________________
CFR for diarrhea in Semarang increased from 0,02 (2015) to 0,06 (2016). There were 80 cases of diarrhea in
the age group of 5-14 years in the working area of Sekaran Public Health Center in January-September 2018.
The objective of this study was to describe the hygiene and sanitation of snack foods in the Elementary School
and MI canteens. This was an observational descriptive study with quantitative approach on all canteens in 14
schools on November-December 2018. The results of this study showed that 100.0% did not meet the
requirements of the food-handlers hygiene, 77.8% did not meet the requirements of the equipment sanitation,
100.0% did not meet the requirements of serving sanitation, and 94,4% did not meet the requirements of vendor
facilities sanitation. The conclusions of this study were that there was no canteen at Elementary Schools and
MIs in the working area of Sekaran Public Health Center that fulfilled the requirements for snack food hygiene
and sanitation.

© 2019 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: arifinhakam72@gmail.com

442
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)

PENDAHULUAN Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


942/MENKES/SK/VII/2003 tentang
Jumlah kejadian keracunan di Indonesia Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi
didominasi oleh kejadian keracunan akibat Makanan Jajanan. Beberapa aspek yang diatur
makanan. Menurut laporan BPOM (2016), dalam penanganan makanan jajanan meliputi
kasus keracunan akibat makanan di Indonesia penjamah makanan, peralatan, air, bahan
pada tahun 2016 di Indonesia mencapai 1.068 makanan, penyajian, sarana penjaja, dan lokasi
kasus. Pada tahun 2016 sebanyak 60 kejadian penjualan. Beberapa aspek tersebut sangat
luar biasa (KLB) keracunan pangan dilaporkan mempengaruhi kualitas makanan.
oleh 31 BB/BPOM di seluruh Indonesia. Dari Kantin atau warung sekolah merupakan
KLB tersebut sebanyak 5.673 orang terpapar, salah satu tempat jajan anak sekolah selain
3.351 orang mengalami sakit dan 7 orang penjaja makanan jajanan di luar sekolah
meninggal dunia (BPOM, 2016). Pada tahun (Nuraida, 2011). Kantin sekolah mempunyai
2016, sebanyak 20,34% dari seluruh KLB peranan yang penting dalam mewujudkan
keracunan pangan diakibatkan oleh pangan pesan-pesan kesehatan dan dapat menentukan
jajanan/siap saji (BPOM, 2016). Menurut perilaku makan siswa sehari-hari melalui
BPOM (2016), sebanyak 30% dari seluruh KLB penyediaan makanan jajanan di sekolah. Kantin
keracunan pangan terjadi di lembaga sekolah dapat menyediakan makanan sebagai
pendidikan dan dan paling banyak terjadi di pengganti makan pagi dan makan siang di
SD/MI dengan 16 kejadian. rumah serta camilan dan minuman yang sehat,
Insidence Rate (IR) kasus diare di Kota aman dan bergizi (Nuraida, 2011). Otoritas
Semarang mengalami kenaikan dari 20 per pendidikan perlu menyadari pentingnya kantin
1.000 penduduk pada tahun 2015 menjadi 21 sekolah sebagai tempat promosi kesehatan yang
per 1.000 penduduk pada tahun 2016 (DKK, potensial pada anak-anak sekolah
2016). Begitu pula dengan Case Fatality Rate (Weerasinghe, 2017).
(CFR) juga mengalami kenaikan dari 0,02 pada Syarat-syarat keamanan pangan untuk
tahun 2015 menjadi 0,06 pada tahun 2016 kantin sekolah pada prinsipnya dapat terpenuhi
(DKK, 2016). Studi pendahuluan yang bila penerapan praktik pengolahan pangan yang
dilakukan di Puskesmas Sekaran menunjukkan baik dilaksanakan di setiap tahapan proses
bahwa pada bulan Januari hingga September mulai dari pembelian bahan baku hingga
tahun 2018 untuk kelompok usia 5-14 tahun penyajian. Peran pengelola dan karyawan
dimana rentang usia anak Sekolah Dasar atau kantin sangat penting untuk penjaminan
Madrasah Ibtidaiyah berada didalamnya, keamanan dan mutu pangan yang dijual di
tercatat sebanyak 80 kasus diare dan kantin tersebut. Perilaku penjaja makanan dapat
gastroenteritis terjadi di wilayah kerja dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap penjaja
Puskesmas Sekaran. makanan tersebut (Sari, 2017). Menurut Nee
Higiene adalah upaya kesehatan dengan (2011) pengetahuan penjamah dipengaruhi oleh
cara memelihara dan melindungi kebersihan pengalaman kerja dan praktik penjamah
individu. Misalnya mencuci tangan, mencuci dipengaruhi oleh pelatihan yang diikuti oleh
piring, dan membuang bagian makanan yang penjamah.
rusak (Sabarguna, 2011). Menurut UU. RI. Praktik higiene penjamah makanan
No.18 Tahun 2012, sanitasi pangan adalah berkaitan dengan kualitas mikrobiologis pada
upaya untuk menciptakan dan mempertahankan makanan (Yuniatun, 2017). Penyajian oleh
kondisi pangan yang sehat dan higienis yang tenaga penjamah berkaitan dengan kontaminasi
bebas dari bahaya pencemaran biologis, kimia, bakteri E. coli yang terdapat pada makanan atau
dan benda lain. minuman (Kurniadi, 2013). Susanna (2015)
Pedoman persyarat higiene dan sanitasi menyatakan bahwa penjamah perlu memiliki
makanan jajanan diatur dalam Keputusan pengetahuan tentang makanan sebagai media

443
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)

penyakit agar dapat mengurangi risiko Perbedaan penelitian ini dengan


terjadinya kontaminasi Escherichia coli dalam penelitian sebelumnya adalah adanya variabel
penyiapan makanan. Penjamah terlatih sanitasi penyajian yang belum banyak diteliti
(profesional) akan menerapkan praktik higiene pada penelitian sebelumnya. Selain itu, lokasi
makanan yang lebih baik daripada penjamah dan waktu penelitian ini berbeda dengan
yang tidak terlatih (Kibret, 2012). penelitian sebelumnya yakni dilakukan di
Peralatan berarti mesin, instrumen, wilayah kerja Puskesmas Sekaran Kota
peralatan, perkakas atau alat yang digunakan Semarang pada tahun 2018. Tujuan penelitian
atau dimaksudkan untuk digunakan dalam atau ini adalah untuk mengetahui gambaran higiene
berhubungan dengan penanganan makanan dan dan sanitasi makanan jajanan di kantin SD dan
termasuk peralatan yang digunakan atau MI di wilayah kerja Puskesmas Sekaran.
dimaksudkan digunakan untuk membersihkan
tempat atau peralatan makanan (Food Standards METODE
Australia New Zealand, 2016). Pratiwi (2014)
menyatakan bahwa sanitasi peralatan memiliki Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
keterkaitan dengan kandungan E. coli pada observasional dengan pendekatan kuantitatif.
makanan. Dalam sumber lain, Firdausi (2017) Variabel dalam penelitian ini adalah higiene
juga menyatakan bahwa sanitasi peralatan penjamah, sanitasi peralatan, sanitasi penyajian,
berkaitan dengan angka kontaminasi kuman dan sanitasi sarana penjaja. Penilaian terhadap
pada makanan. gambaran higiene dan sanitasi makanan jajanan
Penyajian makanan makanan merupakan di kantin dilakukan dengan berpedoman pada
salah satu prinsip dari higiene dan sanitasi Keputusan Menteri Kesehatan Republik
makannan. Penyajian makanan yang tidak baik Indonesia No. 942/MENKES/SK/VII/2003
dan tidak etis, bukan saja dapat mengurangi tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi
selera makan seseorang tetapi dapat juga Makanan Jajanan.
menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri Higiene penjamah dinilai memenuhi
(Mundiatun, 2015). Makanan yang disajikan syarat, jika memenuhi 8 poin persyaratan
adalah makanan yang siap santap. Makanan higiene penjamah yakni meliputi penjamah
jajanan yang disajikan harus dengan te- makanan tidak menderita penyakit mudah
mpat/alat perlengkapan yang bersih, dan aman menular; menutup luka (pada luka
bagi kesehatan. Semua makanan yang disajikan terbuka/bisul atau luka lainnya); menjaga
harus dilindungi dari kontaminasi. Perhatian kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian;
lebih harus diberikan pada makanan yang tidak memakai celemek, dan tutup kepala; mencuci
dikemas, makanan siap saji, dan makanan yang tangan setiap kali hendak menangani makanan;
berpotensi berbahaya (Food Standards Australia memakai alat/perlengkapan, atau dengan alas
New Zealand, 2016). Susanna (2010) menyatakan tangan dalam menjamah makanan; tidak
bahwa kondisi penyajian makanan yang baik merokok, menggaruk anggota badan (telinga,
dapat mengurangi tingkat kontaminasi E. coli. hidung, mulut, atau bagian lainnya); dan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan perilaku batuk atau bersin di hadapan makanan
RI Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003 jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup
tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi mulut atau hidung. Sanitasi peralatan dinilai
Makanan Jajanan, sarana penjaja adalah memenuhi syarat, jika memenuhi 4 poin
fasilitas yang digunakan untuk penanganan persyaratan sanitasi peralatan yakni meliputi
makanan jajanan baik menetap maupun mencuci peralatan yang sudah dipakai dengan
berpindah-pindah. Makanan jajanan yang air bersih dan dengan sabun; mengeringkan
dijajakan dengan sarana penjaja konstruksinya peralatan yang sudah dicuci dengan alat
harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat pengering/lap yang bersih; menyimpan
melindungi makanan dari pencemaran. peralatan yang sudah bersih di tempat yang

444
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)

bebas pencemaran; dan tidak menggunakan yakni gambaran higiene penjamah makanan,
kembali peralatan yang dirancang hanya untuk sanitasi peralatan, sanitasi penyajian, dan
sekali pakai. Sanitasi penyajian dinilai sanitasi sarana penjaja yang kemudian disajikan
memenuhi syarat, jika memenuhi 6 poin dalam bentuk tabel dan grafik.
persyaratan sanitasi penyajian yakni meliputi
makanan jajanan yang dijajakan dalam keadaan HASIL DAN PEMBAHASAN
terbungkus dan tertutup; pembungkus dan/atau
tutup makanan jajanan harus dalam keadaan Penelitian ini melibatkan seluruh kantin
bersih dan tidak mencemari makanan; yang berada di 14 sekolah yang berada di
mengangkut makanan jajanan dalam keadaan wilayah kerja Puskesmas Sekaran. Responden
tertutup atau terbungkus dan dalam wadah yang dalam penelitian ini adalah seluruh penjamah
bersih; mengangkut makanan jajanan dalam makanan di kantin baik pekerja maupun pemilik
wadah yang terpisah dengan bahan mentah kantin. Distribusi responden berdasarkan
sehingga terlindungi dari pencemaran; dan jumlah kantin yang ada di SD dan MI pada
mengolah kembali makanan jajanan yang siap penelitian ini ditunjukkan dalam tabel 1.
disajikan dan telah lebih dari 6 (enam) jam dan Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat dilihat
masih dalam keadaan baik. Sanitasi sarana bahwa terdapat sebanyak 18 kantin yang diteliti
penjaja dinilai memenuhi syarat, jika memenuhi dan terdapat sebanyak 21 orang responden yang
8 poin persyaratan sanitasi sarana penjaja yakni bertindak sebagai penjamah makanan pada
meliputi konstruksi sarana penjaja mudah masing-masing kantin tersebut. Seluruh
dibersihkan; tersedia tempat untuk air bersih; responden tersebut terdiri atas pemilik kantin
tersedia tempat untuk penyimpanan bahan dan/atau pekerja kantin yang membantu
makanan; tersedia tempat untuk penyimpanan pemilik kantin melakukan pekerjaannya.
makanan jadi/siap disajikan; tersedia tempat Karakteristik respondenden dalam
untuk penyimpanan peralatan; tersedia tempat penelitian ini bervariasi. Sebagian besar
cuci (alat, tangan, bahan makanan); tersedia responden merupakan responden perempuan
tempat sampah; dan makanan yang dijajakan yakni sebesar 16 orang (76,2%) sedangkan
terlindungi dari debu dan pencemaran. sisanya adalah responden laki-laki. Responden
Penelitian ini dilakukan dilakukan di yang paling muda berumur di bawah 30 tahun
kantin-kantin pada SD dan MI di Wilayah kerja
Puskesmas Sekaran pada bulan November- Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
Desember 2018. Jumlah sampel dalam Jumlah Kantin di SD dan MI di Wilayah Kerja
penelitian ini adalah seluruh kantin yang berada Puskesmas Sekaran
di 14 SD/Mi di wilayah kerja Puskesmas No. Sekolah Kantin Responden
Sekaran yang terdiri atas 10 SD dan 4 MI. 1 SDN Sekaran 01 2 3
2 SDN Sekaran 02 1 1
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
3 MI Roudlotul 1 1
total sampling. Responden dalam penelitian ini Huda
berjumlah 21 orang dan kantin yang diteliti 4 MI Al Iman 1 1
berjumlah 18 kantin. Teknik pengambilan data 5 SDN Patemon 01 2 3
dilakukan dengan cara observasi dan 6 SDN Patemon 02 1 1
7 SDN Kalisegoro 3 3
wawancara. Sumber data primer diperoleh dari
8 SDN Ngijo 01 1 1
hasil wawancara dan observasi di kantin-kantin 9 SDN Ngijo 02 1 2
SD dan MI. Sedangkan data sekunder mengenai 10 SDN Sukorejo 01 1 1
kantin dan SD/MI diperoleh dari Puskesmas 11 SDN Sukorejo 02 1 1
Sekaran. 12 SDN Sukorejo 03 1 1
13 MILB YKTM 1 1
Analisis univariat dilakukan dalam
Budi Asih
penelitian ini untuk menghasilkan distribusi 14 MI Tinjomoyo 1 1
frekuensi dan persentase dari masing variabel Total 18 21

445
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)

sebanyak 2 orang (9,5%) dan paling tua seluruh responden tidak memenuhi syarat
berumur di atas 60 tahun sebanyak 2 orang higiene penjamah ini sedikit berbeda penelitian
(9,5%). Responden pada kelompok umur 41-50 yang dilakukan oleh George (2018) yang
tahun adalah yang terbanyak di antara mendapatkan hasil bahwa sebagian besar
kelompok umur yang lain yakni sebanyak 9 responden yakni 55,3% di antara 150 penjamah
orang (42,9%). Sebagian besar responden makanan yang bekerja di restoran-restoran di
memiliki pendidikan terakhir hingga kota Anekal, distrik Urban Bangalore di bagian
SMA/SLTA yakni sebanyak 6 orang (28,6%). Utara Negara Bagian Karnataka, India
Sebanyak 2 orang responden (9,5%) tidak melakukan praktik higiene makanan yang
sekolah dan sebanyak 4 orang (19,0%) buruk. Sedangkan penelitian Sari (2018)
responden menempuh pendidikan hingga S-1. mengenai analisis personal higiene penjamah
Berdasarkan penelitian, gambaran dan sanitasi makanan jajanan di Sekolah Dasar
mengenai higiene penjamah makanan jajanan di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu
kantin Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah juga mendapatkan hasil bahwa sebagian besar
di wilayah kerja Puskesmas Sekaran dapat (84,6%) pedagang makanan jajanan tidak
dilihat pada tabel 2. memenuhi syarat personal higiene. Perbedaan
Penelitian ini mendapatkan hasil ini dikarenakan adanya perbedaan instrumen
mengenai gambaran higiene penjamah makanan untuk penilaian ataupun pedoman peraturan
jajanan di kantin Sekolah Dasar dan Madrasah yang digunakan dalam penelitian. Praktik
Ibtidaiyah di wilayah kerja Puskesmas Sekaran higiene penjamah ini berkaitan dengan
yang menunjukkan bahwa seluruh responden keamanan makanan seperti yang diungkapkan
yang berjumlah 21 orang (100,0%) tidak oleh Riana (2018) dalam penelitiannya
memenuhi persyaratan higiene penjamah mengenai hubungan kontaminasi Coliform dan
makanan. Hasil penelitian yang menunjukkan skor perilaku higiene sanitasi pada pedagang

Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Higiene Penjamah Makanan


Kondisi
Tidak
Memenuhi Jumlah
No. Higiene Penjamah Memenuhi
Syarat
Syarat
n % n % n %
1 Tidak menderita penyakit
20 95,2 1 4,8 21 100,0
mudah menular
2 Menutup luka (pada luka
19 90,5 2 9,5 21 100,0
terbuka/ bisul atau luka lainnya)
3 Menjaga kebersihan tangan,
15 71,4 6 28,6 21 100,0
rambut, kuku, dan pakaian
4 Memakai celemek, dan tutup
3 14,3 18 85,7 21 100,0
kepala
5 Mencuci tangan setiap kali
0 0,0 21 100,0 21 100,0
hendak menangani makanan
6 Menjamah makanan harus
memakai alat/perlengkapan, 1 4,8 20 95,2 21 100,0
atau dengan alas tangan
7 Tidak sambil merokok,
menggaruk anggota badan
8 38,1 13 61,9 21 100,0
(telinga, hidung, mulut atau
bagian lainnya)
8 Tidak batuk atau bersin di
hadapan makanan jajanan yang
17 81,0 4 19,0 21 100,0
disajikan dan atau tanpa
menutup mulut atau hidung

446
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)

jajanan di kantin sekolah dan pedagang keliling responden yakni sebanyak 20 orang (95,2%)
menyatakan bahwa tindakan higiene penjamah telah memenuhi syarat untuk tidak menderita
memiliki hubungan yang signifikan dengan penyakit yang mudah menular misalnya batuk,
keamanan makanan indikator MPN Coliform (p pilek, influenza, diare, penyakit perut
value = 0,005). Selain itu, penelitian yang sejenisnya. Hal ini dapat dilihat dari sebagian
dilakukan oleh Supyansyah (2017) mengenai besar responden yang tidak sedang menderita
hubungan antara personal hygiene dan sanitasi penyakit tertentu yang mudah menular ketika
tempat dagang dengan angka kuman pada sate sedang dilakukan pengamatan dan responden
ayam di Kota Pontianak menyatakan bahwa mengaku tidak bekerja ketika sedang sakit.
terdapat hubungan antara personal hygiene Berdasarkan penelitian terdapat sebagian
penjamah makanan (p value = 0,029, PR = responden yang tidak memenuhi persyaratan
3,143) dengan angka kuman pada sate ayam. higiene penjamah seperti persyaratan untuk
Sikap dan praktik penjamah makanan dapat menutup luka yang tidak dipenuhi oleh 2 orang
dipengaruhi oleh beberapa hal. Abdullah (2015) (9,5%) penjamah; 6 orang (28,6%) tidak
menyatakan bahwa adanya hubungan positif menjaga kebersihan tangan tangan, rambut,
antara pengetahuan dan sikap penjamah kuku, dan pakaian; sebanyak 13 orang (61,9%)
makanan (p value < 0,01, r = 0,233) dan antara masih melakukan kegiatan menggaruk anggota
sikap dan praktik penjamah makanan (p value < badan saat menanani makanan dan merokok;
0,05, r = 0,217). Selain itu, Abdullah (2015) juga dan sebanyak 4 orang (19,0%) batuk atau bersin
menyatakan bahwa tingkat pendidikan secara di hadapan makanan jajanan tanpa menutup
signifikan juga mempengaruhi praktik penjamah mulut atau hidung. Temuan penelitian ini yang
makanan (p value < 0,05). menunjukkan bahwa sebagian besar responden
Penelitian ini mendapatkan temuan tidak memakai tutup kepala sejalan dengan
bahwa seluruh penjamah makanan yang penelitian yang dilakukan oleh Chukuezi (2010)
berjumlah 21 orang (100,0%) tidak mencuci mengenai keamanan makanan dan praktik
tangan setiap kali hendak menangani makanan. higiene penjual makanan jalanan di Owerri,
Berdasarkan pengamatan pada responden Nigeria yang juga mendapatkan hasil bahwa
didapatkan bahwa seluruh responden tidak sebagian besar responden (52,38%) tidak
mencuci tangan setiap hendak menangani mengenakan tutup kepala saat menangani
makanan. Para penjamah makanan tersebut makanan.
tidak melakukan praktik mencuci tangan setelah Hasil penelitian menunjukkan gambaran
melakukan aktivitas seperti membersihkan sanitasi peralatan di kantin Sekolah Dasar dan
kantin, menerima atau memegang uang, dan Madrasah Ibtidaiyah di wilayah kerja
lain-lain sebelum melakukan penanganan Puskesmas Sekaran yang dapat dilihat pada
terhadap makanan jajanan. Praktik higiene tabel 3.
penjamah yang kurang baik tersebut dapat Gambaran mengenai sanitasi peralatan di
menimbulkan dampak yang merugikan. Pratiwi kantin Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
(2014) dalam penelitiannya mengenai hubungan di wilayah kerja Puskesmas Sekaran
antara personal higiene dan sanitasi makanan berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan kandungan E. coli pada sambal yang dari 18 kantin terdapat sebanyak 14 kantin
disediakan kantin Universitas Negeri Semarang (77,8%) tidak memenuhi syarat sanitasi
menyatakan adanya hubungan yang signifikan peralatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
antara praktik mencuci tangan memakai sabun penelitian Agustina (2010) mengenai higiene
dengan kandungan E. coli pada sambal (p value = dan sanitasi pada pedagang makanan jajanan
0.008). Sebanyak 20 responden (95,2%) tidak tradisional di lingkungan Seklolah Dasar di
memakai alat/perlengkapan atau dengan alas Kelurahan Demang Lebar Daun Palembang
tangan saat menangani makanan. Hasil yang mendapatkan hasil bahwa sebagian besar
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (65,2%) memiliki sanitasi peralatan

447
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)

Tabel 3. Distribusi Kantin Berdasarkan Sanitasi Peralatan


Kondisi
Tidak
Memenuhi Jumlah
No. Sanitasi Peralatan Memenuhi
Syarat
Syarat
n % n % n %
1 Peralatan yang sudah dipakai
dicuci dengan air bersih dan 17 94,4 1 5,6 18 100,0
dengan sabun
2 Peralatan yang sudah dicuci
dikeringkan dengan alat 13 72,2 5 27,8 18 100,0
pengering/lap yang bersih
3 Peralatan yang sudah bersih
disimpan di tempat yang bebas 4 22,2 14 77,8 18 100,0
pencemaran
4 Tidak menggunakan kembali
peralatan yang dirancang hanya 18 100,0 0 0,0 18 100,0
untuk sekali pakai

yang tidak baik. Sanitasi peralatan yang tidak rapi. Hal ini didukung pula dengan tidak
baik dapat menimbulkan dampak berupa tersedianya fasilitas untuk menyimpan
meningkatnya angka kontaminasi kuman. Hal peralatan-peralatan tersebut di kantin.
ini telah dibuktikan dalam penelitian Vitria Penyimpanan peralatan yang tidak baik dapat
(2013) mengenai hubungan higiene sanitasi dan menimbulkan tingginya kontaminasi kuman
cara pengolahan mie ayam dengan angka pada peralatan tersebut. Hal ini dibuktikan oleh
kuman di Kota Padang yang menyatakan Rahmadiani (2016) dalam penelitiannya tentang
bahwa terdapat hubungan sanitasi peralatan faktor-faktor yang mempengaruhi angka kuman
dengan angka kuman pada mie ayam (p value = pada peralatan makan menyatakan bahwa
0,018). Lebih lanjut, penelitian Firdausi (2017) tempat penyimpanan peralatan makan memiliki
mengenai hubungan sanitasi dan personal hubungan dengan jumlah kuman pada peralatan
higiene pekerja dengan jumlah angka kuman makan (p value = 0,000) dimana peralatan
pada ikan asap di Bandarharjo Kota Semarang makan dengan tempat penyimpanannya yang
juga menyatakan bahwa sanitasi peralatan tidak baik mempunyai risiko 143,500 kali lebih
berkaitan dengan angka kontaminasi kuman besar angka kumannya daripada peralatan
pada ikan asap (p value = 0,0001). Selain itu, makan yang tempat penyimpanannya baik.
penelitian Kurniasih (2015) mengenai hubungan Sebanyak 17 kantin (94,4%) yang telah
higiene dan sanitasi makanan dengan memenuhi persyaratan untuk mencuci peralatan
kontaminasi bakteri Escherichia coli dalam yang sudah dipakai dengan air bersih dan
makanan di warung makan sekitar Terminal dengan sabun. Hal ini didukung oleh adanya
Borobudur, Magelang juga menyebutkan bahwa fasilitas air bersih pada masing-masing kantin.
sanitasi peralatan berhubungan secara signifikan Mencuci peralatan dengan baik dapat
dengan kontaminasi bakteri E. coli pada mengurangi total angka bakteri pada peralatan
makanan (p value = 0,001). makan. Hal ini telah dibuktikan oleh Rizqi
Berdasarkan pengamatan, sebanyak 14 (2016) dalam penelitiannya yang menyatakan
kantin (77,8%) tidak memenuhi persyaratan bahwa terdapat hubungan antara teknik
untuk menyimpan peralatan yang sudah bersih pencucian peralatan makan dengan kontaminasi
di tempat yang bebas pencemaran. Responden E. coli (p value = 0,006) dimana peralatan makan
biasa meletakkan peralatan makan dan dengan teknik pencucian yang buruk 4,9 kali
peralatan masak yang sudah bersih di tempat lebih beresiko memiliki total angka bakteri yang
terbuka yang kurang bersih dan terkesan kurang tidak memenuhi syarat. Sebanyak 13 kantin

448
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)

(72,2%) telah memenuhi syarat untuk untuk tidak menggunakan kembali peralatan
mengeringkan peralatan yang sudah dicuci yang dirancang untuk sekali pakai.
dengan alat pengering/lap yang bersih. Praktik Berdasarkan penelitian ini, maka
pengeringan peralatan yang baik perlu diperoleh gambaran sanitasi penyajian di kantin
dilakukan untuk mengurangi angka kuman pada Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di
peralatan makan. Hal ini telah dibuktikan oleh wilayah kerja Puskesmas Sekaran yang
Fadhila (2015) dalam penelitiannya mengenai disajikan dalam tabel 4.
hubungan higiene sanitasi dengan kualitas Penelitian ini telah mendapatkan hasil
bakteriologis pada alat makan pedagang di mengenai gambaran sanitasi penyajian pada
wilayah sekitar kampus UNDIP Tembalang kantin Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara di wilayah kerja Puskesmas Sekaran yang
teknik pengeringan peralatan dengan jumlah menunjukkan bahwa dari 18 kantin, seluruhnya
kuman pada peralatan makan (p value = 0,007). (100,0%) tidak memenuhi syarat sanitasi
Lebih lanjut, Reddi (2015) menyatakan dalam penyajian. Sebagian besar kantin telah
penelitiannya bahwa pengetahuan dan praktik memenuhi persyaratan sanitasi penyajian seperti
keamanan pangan spesifik yang berupa tidak meniup pada bungkus makanan telah
pengelapan peralatan dengan kain bersih setelah terpenuhi pada 17 kantin (94,4%). Persyaratan
peralatan dicuci memiliki hubungan yang untuk makanan jajanan dalam keadaan
signifikan dengan kontaminasi patogen bawaan terbungkus dan tertutup yang terpenuhi pada 14
makanan (p value = 0,001). Selain itu, hasil kantin (77,8%) dan persyaratan untuk
pengamatan juga telah menunjukkan bahwa menggunakan pembungkus yang bersih dan
seluruh kantin (100,0%) telah memenuhi syarat tidak mencemari makanan telah terpenuhi pada

Tabel 4. Distribusi Kantin Berdasarkan Sanitasi Penyajian


Kondisi
Memenuhi Tidak Memenuhi Jumlah
No. Sanitasi Penyajian
Syarat Syarat
n % n % n %
1 Makanan jajanan yang dijajakan
harus dalam keadaan 14 77,8 4 22,2 18 100,0
terbungkus dan tertutup
2 Pembungkus yang digunakan
dan/atau tutup makanan
jajanan harus dalam keadaan 14 77,8 4 22,2 18 100,0
bersih dan tidak mencemari
makanan
3 Pembungkus makanan yang
17 94,4 1 5,6 18 100,0
digunakan tidak ditiup
4 Makanan jajanan yang diangkut
harus dalam keadaan tertutup
15 83,3 3 16,7 18 100,0
atau terbungkus dan dalam
wadah yang bersih
5 Makanan jajanan yang diangkut
harus dalam wadah yang
terpisah dengan bahan mentah 14 77,8 4 22,2 18 100,0
sehingga terlindungi dari
pencemaran
6 Makanan jajanan yang siap
disajikan dan telah lebih dari 6
jam masih dalam keadaan baik, 0 0,0 18 100,0 18 100,0
harus diolah kembali sebelum
disajikan

449
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)

14 kantin (77,8%). Sebagian besar kantin telah yang menunjukkan bahwa sebanyak 9 kantin
menjual makanan dalam keadaan terbungkus (50,0%) tidak memenuhi syarat untuk sarana
dengan pembungkus khusus makanan sehingga penjaja yang mudah dibersihkan. Hal ini karena
dapat meminimalisir terjadinya kontaminasi fasilitas sarana kantin yang kurang memadahi
pada makanan jajanan. Hal ini telah dibuktikan seperti lantai kantin yang tidak rata dan
oleh Susanna (2010) dalam penelitiannya pemilihan lokasi kantin pada tempat yang
tentang kontaminasi bakteri Escherichia coli pada mudah berdebu. Bangunan yang dirancang dan
makanan pedagang kaki lima di Depok, Jawa dibangun sehingga dapat dibersihkan dan
Barat yang menyatakan bahwa menyajikan disanitasi secara efektif akan lebih mudah
makanan dalam kondisi tertutup memiliki dibersihkan dan lebih terjaga agar tetap bersih.
hubungan bermakna yaitu bersifat protektif Dengan demikian kemungkinan makanan untuk
terhadap terjadinya kontaminasi E.coli dalam terkontaminasi dapat diperkecil. Maunula
makanan (p value = 0,002 OR = 0,214). Pada 15 (2017) dalam penelitiannya menunjukkan
kantin (83,3%) telah memenuhi syarat untuk bahwa kondisi dan kebersihan dapur
pengangkutan makanan jajanan dalam keadaan berhubungan dengan keberadaan kontaminasi
terbungkus dan sebanyak 14 kantin (77,8%) Norovirus (p value < 0,05) dan Adenovirus (p value
memenuhi syarat untuk pengangkutan makanan < 0,05) pada permukaan.
dengan wadah yang terpisah dengan bahan Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa
mentah. sebanyak 15 kantin (83,3%) tidak memiliki
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tempat penyimpanan bahan makanan.
gambaran sanitasi sarana penjaja pada kantin Berdasarkan pengamatan didapatkan bahwa
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di pada sebagian besar kantin bahan makanan
wilayah kerja Puskesmas Sekaran adalah seperti tidak diletakkan di tempat khusus dan kadang-
yang ditampilkan dalam tabel 5. kadang dibiarkan dalam kondisi terbuka.
Gambaran mengenai sanitasi sarana Menurut Nuryani (2016), faktor-faktor terkait
penjaja di kantin Sekolah Dasar dan Madrasah dengan kontaminasi E. coli dalam makanan
Ibtidaiyah di wilayah kerja Puskesmas Sekaran salah satunya adalah penyimpanan bahan
berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa makanan (p value = 0,041). Dalam sumber lain,
dari 18 kantin terdapat sebanyak 17 kantin Reddi (2015) dalam penelitiannya mengenai
(94,4%) yang tidak memenuhi syarat sanitasi kualitas mikrobiologi jus buah yang dijual di
sarana penjaja. Hasil penelitian ini jalanan di Hyderabad, India dan hubungannya
mendapatkan gambaran sanitasi sarana penjaja dengan pengetahuan keamanan pangan dan

Tabel 5. Distribusi Kantin Berdasarkan Sanitasi Sarana Penjaja


Kondisi
Memenuhi Tidak Memenuhi Jumlah
No. Sanitasi Sarana Penjaja
Syarat Syarat
n % n % n %
1 Sarana penjaja mudah dibersihkan 9 50,0 9 50,0 18 100,0
2 Tersedia tempat air bersih 14 77,8 4 22,2 18 100,0
3 Tersedia tempat penyimpanan bahan
3 16,7 15 83,3 18 100,0
makanan
4 Tersedia tempat penyimpanan makanan
4 22,2 14 77,8 18 100,0
jadi/siap disajikan
5 Tersedia tempat penyimpanan peralatan 4 22,2 14 77,8 18 100,0
6 Tersedia tempat cuci (alat, tangan, dan
12 66,7 6 33,3 18 100,0
bahan makanan)
7 Tersedia tempat sampah 11 61,1 7 38,9 18 100,0
8 Makanan yang dijajakan terlindungi dari
16 88,9 2 11,1 18 100,0
debu dan pencemaran

450
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)

praktik penjual menunjukkan bahwa selanjutnya perlu untuk mengadakan


pengetahuan dan praktik keamanan pangan pemeriksaan laboratorium untuk pengukuran
spesifik yang berupa penyimpanan buah potong terhadap angka kontaminasi kuman pada
dalam wadah tertutup (p value = 0,033) dan makanan, peralatan, maupun sarana.
penyimpanan di tempat dengan tutup (p value =
0,007) memiliki hubungan yang signifikan DAFTAR PUSTAKA
dengan kontaminasi patogen bawaan makanan.
Selain itu, pada penelitian ini ditemukan Abdullah, M. F., R., Son, O., Mohhiddin, P.S., Toh,
bahwa sebanyak 2 kantin (11.1%) tidak & L.C., Chai. 2015. Food Court Hygiene
memenuhi persyaratan untuk makanan jajanan Assessment and Food Safety Knowledge,
terlindungi dari debu dan pencemaran. Hal ini Attitudes and Practices of Food Handlers in
Putrajaya. International Food Research Journal,
dikarenakan pemilihan lokasi kantin yang dekat
22(5): 1843-1854.
sumber pencemar seperti tempat pengumpulan
Agustina, F., Pambayun, R., & Febry, F. 2010.
sampah, toilet, atau tempat parkir kendaraan Higiene dan Sanitasi pada Pedagang
bermotor. Hasil ini hampir senada dengan Makanan Jajanan Tradisional di Lingkungan
penelitian Monney (2013) yang menyatakan Sekolah Dasar di Kelurahan Demang Lebar
bahwa terdapat sebagian kecil (45%) dari Daun Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan
penjual makanan di institusi pendidikan di Masyarakat, 1(1): 53-63.
Konongo, Ghana yang tidak memiliki Allam, H. K., Al-Batanony, M. A., Seif, A. S., &
perlindungan makanan dari debu yang Awad, E. T. 2016. Hand Contamination
among Food Handlers. British Microbiology
memenuhi syarat.
Research Journal,13(5): 1-8.
BPOM. 2016. Laporan Tahunan 2016. Badan
PENUTUP Pengawas Obat dan Makanan.
Chukuezi, C. O. 2010. Food Safety and Hygienic
Simpulan penelitian ini adalah bahwa Practices of Street Food Vendors in Owerri,
gambaran higiene dan sanitasi makanan jajanan Nigeria. Studies in Sociology of Science, 1(1): 50-
di kantin SD dan MI di wilayah kerja 57.
Puskesmas Sekaran menunjukkan bahwa tidak DKK. 2016. Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang
2016. Dinas Kesehatan Kota Semarang.
ada kantin yang memenuhi syarat higiene
Erfianto, R., & Koesyanto, H. 2017. Hygiene
sanitasi makanan jajanan. Higiene penjamah
Personal pada Penjual Nasi Kucing. HIGEIA
makanan jajanan di Kantin Sekolah Dasar dan (Journal of Public Health Research and
Madrasah Ibtidaiyah di wilayah kerja Development), 1(1): 48-51.
Puskesmas Sekaran seluruhnya (100,0%) tidak Fadhila, M. F., Wahyuningsih, N. E., & Darundiati,
memenuhi syarat. Sebanyak 14 kantin (77,8%) Y. H. 2015. Hubungan Higiene Sanitasi
tidak memenuhi syarat sanitasi peralatan. dengan Kualitas Bakteriologis pada Alat
Seluruh kantin (100,0%) tidak memenuhi syarat Makan Pedagang di Wilayah Sekitar Kampus
sanitasi penyajian. Selain itu, terdapat sebanyak UNDIP Tembalang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 3(3): 769-776.
17 kantin (94,4%) yang tidak memenuhi syarat
Firdausi, F., Rahardjo, M., & D, Y. 2017. Hubungan
sanitasi sarana penjaja.
Kondisi Sanitasi dan PersonaL Higiene
Pihak penjamah makanan hendaknya Pekerja dengan Jumlah Angka Kuman pada
selalu memperhatikan dan meningkatkan Ikan Asap di Bandarharjo Kota Semarang.
praktik higiene penjamah makanan yang baik Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
dan benar saat menjajakan makanan jajanan di 5(5):639-648.
kantin. Dinas Kesehatan dan Puskesmas perlu FSANZ. 2016. Safe Food Australia A Guide to the Food
mengadakan program pelatihan untuk para Safety Standards 3rd Edition. Food Standards
penjamah makanan di kantin sekolah. Selain, Australia New Zealand.
George, M., Kiran, P., T., S., & Joseph, G. 2018.
itu perlu adanya pengsawasan terhadap praktik
Knowledge and Practices Regarding Food
higiene dan sanitasi di katin sekolah. Penelitian
Hygiene and Health Profile of Food Handlers

451
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)

in Eateries in a Town in Southern Karnataka. Rahmadiani, R. A., Sulistiyani, & Dewanti, N. A.


International Journal of Community Medicine and 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Public Health, 5(5): 2123-2128. Angka Kuman pada Peralatan Makan di
Kibret, M., & Abera, B. 2012. The Sanitary Lapas Wanita Klas IIA Semarang. Jurnal
Conditions ofFood Service Estabblishments Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(1): 442-449.
and Food Safety Knowledge and Practices of Reddi, S. L., Kumar, R., Balakrishna, N., & Rao, V.
Food Handlers in Bahir Dar Town. Ethiopian 2015. Microbiological Quality of Street
Journal of Health Sciences, 22(1): 27-35. Vended Fruit Juices in Hyderabad, India and
Kurniadi, Y., Saam, Z., & Afandi, D. 2013. Faktor Their Association between Food Safety
Kontaminasi Bakteri E. coli pada Makanan Knowledge and Practices of Fruit Juice
Jajanan di Lingkungan Kantin Sekolah Dasar Vendors. International Journal of Current
Wilayah Kecamatan Bangkinang. Jurnal Ilmu Microbiology and Applied Sciences, 4(1): 970-982.
Lingkungan, 7(1): 28-37. Riana, A., & Sumarmi, S. 2018. Hubungan
Kurniasih, R., Nurjazuli, & Hanan, Y. 2015. Kontaminasi Coliform dan Skor Perilaku
Hubungan Higiene dan Sanitasi Makanan Higiene Sanitasi pada Pedagang Jajanan di
dengan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli Kantin Sekolah dan Pedagang Keliling. Media
dalam Makanan di Warung Makan Sekitar Gizi Indonesia, 13(1): 27–32.
Terminal Borobudur, Magelang. Jurnal Rizqi, S. N., Hestiningsih, R., & Saraswati, L. D.
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 3(1): 549-558. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Maunula, L., Ronnqvist, M., Aberg, R., Lunden, J., dengan Total Angka Bakteri dan Keberadaan
& Nevas, M. 2017. The Presence of Norovirus Bakteri Escherichia coli pada Alat Makan
and Adenovirus on Environmental Surfaces in (Studi pada Lapas Klas I Kedungpane Kota
Relation to the Hygienic Level in Food Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Service Operations Associated with a Journal), 4(4): 470-477.
Suspected Gastroenteritis Outbreak. Food Sabarguna, B. S., Rubaya, A. K., & Sukmaniah, S.
Environ Virol, 9(3): 334–341. 2011. Sanitasi Makanan dan Minuman Menuju
Monney, I., Agyei, D., & Owusu, W. 2013. Hygienic Peningkatan Mutu Efisiensi Rumah Sakit.
Practices among Food Vendors in Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Educational Institutions in Ghana: The Case Sari, A. K., & Halimatusa'diah. 2018. Analisis
of Konongo. MDPI Journals, 2(3): 282-294. Personal Hygiene Penjamah dan Sanitasi
Mundiatun, & Daryanto. 2015. Pengelolaan Kesehatan Makanan Jajanan di Sekolah Dasar
Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Gava Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu.
Media. Journal of Nursing and Public Health, 6(2): 1-5.
Nee, S. O., & Sani, N. 2011. Assessment of Sari, M. H. 2017. Pengetahuan dan Sikap Kemanan
Knowledge, Attitudes and Practices (KAP) Pangan dengan Perilaku Penjaja Makanan
Among Food Handlers at Residential Jajanan Anak Sekolah Dasar. Jurnal of Health
Colleges and Canteen Regarding Food Safety. Education, 2(2): 163-170.
Sains Malaysiana, 40(4): 403–410. Supyansyah, Rochmawati, & Selviana. 2017.
Nuraida et al., L. 2011. Menuju Kantin Sehat di Hubungan antara Personal Hygiene dan
Sekolah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Sanitasi Tempat Dagang dengan Angka
Kementerian Pendidikan Nasional. Kuman pada Sate Ayam di Kota Pontianak
Nuryani, D., Putra, N., & Sudana, I. 2016. Tahun 2015. Jurnal Mahasiswa dan Penelitian
Kontaminasi Escherichia coli pada Makanan Kesehatan, 4(2): 1-7.
Jajanan di Kantin Sekolah Dasar Negeri Susanna, D., Eryando, T., & Kusuma, A. 2015. The
Wilayah Denpasar Selatan. Ecotrophic, 10(1): Relationship Between Knowledge and
28-32. Behaviour of Food Handlers to Escherichia
Pratiwi, L. R. 2014. Hubungan antara Personal coli Contamination in Serving Foods in a
Hygiene dan Sanitasi Makanan dengan Campus. World Applied Sciences Journal, 33(7):
Kandungan E. coli pada Sambal yang 1125-1131.
Disediakan Kantin Universitas Negeri Susanna, D., Indrawani, Y. M., & Zakianis. 2010.
Semarang Tahun 2012. Unnes Journal of Public Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pada
Health, 3(4): 17-26. Makanan Pedagang Kaki Lima di Sepanjang

452
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)

Jalan Margonda Depok, Jawa Barat. Jurnal Study from the Western Province, Sri Lanka.
Kesehatan Masyarakat Nasional, 5(3): 110-115. Ceylon Journal of Medical Science, 54(2): 11-16.
Vitria, Elnovriza, D., & Azrimaidaliza. 2013. Yuniatun, T., Martini, Purwantisari, S., & Yuliawati,
Hubungan Hygiene Sanitasi dan Cara S. 2017. Hubungan Higiene Sanitasi dengan
Pengolahan Mie Ayam dengan Angka Kualitas Mikrobiologis pada Makanan Gado-
Kuman di Kota Padang. Jumal Kesehatan Gado di Kecamatan Tembalang Kota
Masyarakat, 7(2): 75-81. Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Weerasinghe, M., Bandara, S., & Sanoon, M. 2017. Journal), 5(4): 491-499.
Service Quality of School Canteens: A Case

453

Anda mungkin juga menyukai