Higiene dan Sanitasi Makanan di Kantin Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia
1
Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: arifinhakam72@gmail.com
442
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)
443
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)
444
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)
bebas pencemaran; dan tidak menggunakan yakni gambaran higiene penjamah makanan,
kembali peralatan yang dirancang hanya untuk sanitasi peralatan, sanitasi penyajian, dan
sekali pakai. Sanitasi penyajian dinilai sanitasi sarana penjaja yang kemudian disajikan
memenuhi syarat, jika memenuhi 6 poin dalam bentuk tabel dan grafik.
persyaratan sanitasi penyajian yakni meliputi
makanan jajanan yang dijajakan dalam keadaan HASIL DAN PEMBAHASAN
terbungkus dan tertutup; pembungkus dan/atau
tutup makanan jajanan harus dalam keadaan Penelitian ini melibatkan seluruh kantin
bersih dan tidak mencemari makanan; yang berada di 14 sekolah yang berada di
mengangkut makanan jajanan dalam keadaan wilayah kerja Puskesmas Sekaran. Responden
tertutup atau terbungkus dan dalam wadah yang dalam penelitian ini adalah seluruh penjamah
bersih; mengangkut makanan jajanan dalam makanan di kantin baik pekerja maupun pemilik
wadah yang terpisah dengan bahan mentah kantin. Distribusi responden berdasarkan
sehingga terlindungi dari pencemaran; dan jumlah kantin yang ada di SD dan MI pada
mengolah kembali makanan jajanan yang siap penelitian ini ditunjukkan dalam tabel 1.
disajikan dan telah lebih dari 6 (enam) jam dan Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat dilihat
masih dalam keadaan baik. Sanitasi sarana bahwa terdapat sebanyak 18 kantin yang diteliti
penjaja dinilai memenuhi syarat, jika memenuhi dan terdapat sebanyak 21 orang responden yang
8 poin persyaratan sanitasi sarana penjaja yakni bertindak sebagai penjamah makanan pada
meliputi konstruksi sarana penjaja mudah masing-masing kantin tersebut. Seluruh
dibersihkan; tersedia tempat untuk air bersih; responden tersebut terdiri atas pemilik kantin
tersedia tempat untuk penyimpanan bahan dan/atau pekerja kantin yang membantu
makanan; tersedia tempat untuk penyimpanan pemilik kantin melakukan pekerjaannya.
makanan jadi/siap disajikan; tersedia tempat Karakteristik respondenden dalam
untuk penyimpanan peralatan; tersedia tempat penelitian ini bervariasi. Sebagian besar
cuci (alat, tangan, bahan makanan); tersedia responden merupakan responden perempuan
tempat sampah; dan makanan yang dijajakan yakni sebesar 16 orang (76,2%) sedangkan
terlindungi dari debu dan pencemaran. sisanya adalah responden laki-laki. Responden
Penelitian ini dilakukan dilakukan di yang paling muda berumur di bawah 30 tahun
kantin-kantin pada SD dan MI di Wilayah kerja
Puskesmas Sekaran pada bulan November- Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
Desember 2018. Jumlah sampel dalam Jumlah Kantin di SD dan MI di Wilayah Kerja
penelitian ini adalah seluruh kantin yang berada Puskesmas Sekaran
di 14 SD/Mi di wilayah kerja Puskesmas No. Sekolah Kantin Responden
Sekaran yang terdiri atas 10 SD dan 4 MI. 1 SDN Sekaran 01 2 3
2 SDN Sekaran 02 1 1
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
3 MI Roudlotul 1 1
total sampling. Responden dalam penelitian ini Huda
berjumlah 21 orang dan kantin yang diteliti 4 MI Al Iman 1 1
berjumlah 18 kantin. Teknik pengambilan data 5 SDN Patemon 01 2 3
dilakukan dengan cara observasi dan 6 SDN Patemon 02 1 1
7 SDN Kalisegoro 3 3
wawancara. Sumber data primer diperoleh dari
8 SDN Ngijo 01 1 1
hasil wawancara dan observasi di kantin-kantin 9 SDN Ngijo 02 1 2
SD dan MI. Sedangkan data sekunder mengenai 10 SDN Sukorejo 01 1 1
kantin dan SD/MI diperoleh dari Puskesmas 11 SDN Sukorejo 02 1 1
Sekaran. 12 SDN Sukorejo 03 1 1
13 MILB YKTM 1 1
Analisis univariat dilakukan dalam
Budi Asih
penelitian ini untuk menghasilkan distribusi 14 MI Tinjomoyo 1 1
frekuensi dan persentase dari masing variabel Total 18 21
445
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)
sebanyak 2 orang (9,5%) dan paling tua seluruh responden tidak memenuhi syarat
berumur di atas 60 tahun sebanyak 2 orang higiene penjamah ini sedikit berbeda penelitian
(9,5%). Responden pada kelompok umur 41-50 yang dilakukan oleh George (2018) yang
tahun adalah yang terbanyak di antara mendapatkan hasil bahwa sebagian besar
kelompok umur yang lain yakni sebanyak 9 responden yakni 55,3% di antara 150 penjamah
orang (42,9%). Sebagian besar responden makanan yang bekerja di restoran-restoran di
memiliki pendidikan terakhir hingga kota Anekal, distrik Urban Bangalore di bagian
SMA/SLTA yakni sebanyak 6 orang (28,6%). Utara Negara Bagian Karnataka, India
Sebanyak 2 orang responden (9,5%) tidak melakukan praktik higiene makanan yang
sekolah dan sebanyak 4 orang (19,0%) buruk. Sedangkan penelitian Sari (2018)
responden menempuh pendidikan hingga S-1. mengenai analisis personal higiene penjamah
Berdasarkan penelitian, gambaran dan sanitasi makanan jajanan di Sekolah Dasar
mengenai higiene penjamah makanan jajanan di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu
kantin Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah juga mendapatkan hasil bahwa sebagian besar
di wilayah kerja Puskesmas Sekaran dapat (84,6%) pedagang makanan jajanan tidak
dilihat pada tabel 2. memenuhi syarat personal higiene. Perbedaan
Penelitian ini mendapatkan hasil ini dikarenakan adanya perbedaan instrumen
mengenai gambaran higiene penjamah makanan untuk penilaian ataupun pedoman peraturan
jajanan di kantin Sekolah Dasar dan Madrasah yang digunakan dalam penelitian. Praktik
Ibtidaiyah di wilayah kerja Puskesmas Sekaran higiene penjamah ini berkaitan dengan
yang menunjukkan bahwa seluruh responden keamanan makanan seperti yang diungkapkan
yang berjumlah 21 orang (100,0%) tidak oleh Riana (2018) dalam penelitiannya
memenuhi persyaratan higiene penjamah mengenai hubungan kontaminasi Coliform dan
makanan. Hasil penelitian yang menunjukkan skor perilaku higiene sanitasi pada pedagang
446
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)
jajanan di kantin sekolah dan pedagang keliling responden yakni sebanyak 20 orang (95,2%)
menyatakan bahwa tindakan higiene penjamah telah memenuhi syarat untuk tidak menderita
memiliki hubungan yang signifikan dengan penyakit yang mudah menular misalnya batuk,
keamanan makanan indikator MPN Coliform (p pilek, influenza, diare, penyakit perut
value = 0,005). Selain itu, penelitian yang sejenisnya. Hal ini dapat dilihat dari sebagian
dilakukan oleh Supyansyah (2017) mengenai besar responden yang tidak sedang menderita
hubungan antara personal hygiene dan sanitasi penyakit tertentu yang mudah menular ketika
tempat dagang dengan angka kuman pada sate sedang dilakukan pengamatan dan responden
ayam di Kota Pontianak menyatakan bahwa mengaku tidak bekerja ketika sedang sakit.
terdapat hubungan antara personal hygiene Berdasarkan penelitian terdapat sebagian
penjamah makanan (p value = 0,029, PR = responden yang tidak memenuhi persyaratan
3,143) dengan angka kuman pada sate ayam. higiene penjamah seperti persyaratan untuk
Sikap dan praktik penjamah makanan dapat menutup luka yang tidak dipenuhi oleh 2 orang
dipengaruhi oleh beberapa hal. Abdullah (2015) (9,5%) penjamah; 6 orang (28,6%) tidak
menyatakan bahwa adanya hubungan positif menjaga kebersihan tangan tangan, rambut,
antara pengetahuan dan sikap penjamah kuku, dan pakaian; sebanyak 13 orang (61,9%)
makanan (p value < 0,01, r = 0,233) dan antara masih melakukan kegiatan menggaruk anggota
sikap dan praktik penjamah makanan (p value < badan saat menanani makanan dan merokok;
0,05, r = 0,217). Selain itu, Abdullah (2015) juga dan sebanyak 4 orang (19,0%) batuk atau bersin
menyatakan bahwa tingkat pendidikan secara di hadapan makanan jajanan tanpa menutup
signifikan juga mempengaruhi praktik penjamah mulut atau hidung. Temuan penelitian ini yang
makanan (p value < 0,05). menunjukkan bahwa sebagian besar responden
Penelitian ini mendapatkan temuan tidak memakai tutup kepala sejalan dengan
bahwa seluruh penjamah makanan yang penelitian yang dilakukan oleh Chukuezi (2010)
berjumlah 21 orang (100,0%) tidak mencuci mengenai keamanan makanan dan praktik
tangan setiap kali hendak menangani makanan. higiene penjual makanan jalanan di Owerri,
Berdasarkan pengamatan pada responden Nigeria yang juga mendapatkan hasil bahwa
didapatkan bahwa seluruh responden tidak sebagian besar responden (52,38%) tidak
mencuci tangan setiap hendak menangani mengenakan tutup kepala saat menangani
makanan. Para penjamah makanan tersebut makanan.
tidak melakukan praktik mencuci tangan setelah Hasil penelitian menunjukkan gambaran
melakukan aktivitas seperti membersihkan sanitasi peralatan di kantin Sekolah Dasar dan
kantin, menerima atau memegang uang, dan Madrasah Ibtidaiyah di wilayah kerja
lain-lain sebelum melakukan penanganan Puskesmas Sekaran yang dapat dilihat pada
terhadap makanan jajanan. Praktik higiene tabel 3.
penjamah yang kurang baik tersebut dapat Gambaran mengenai sanitasi peralatan di
menimbulkan dampak yang merugikan. Pratiwi kantin Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
(2014) dalam penelitiannya mengenai hubungan di wilayah kerja Puskesmas Sekaran
antara personal higiene dan sanitasi makanan berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan kandungan E. coli pada sambal yang dari 18 kantin terdapat sebanyak 14 kantin
disediakan kantin Universitas Negeri Semarang (77,8%) tidak memenuhi syarat sanitasi
menyatakan adanya hubungan yang signifikan peralatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
antara praktik mencuci tangan memakai sabun penelitian Agustina (2010) mengenai higiene
dengan kandungan E. coli pada sambal (p value = dan sanitasi pada pedagang makanan jajanan
0.008). Sebanyak 20 responden (95,2%) tidak tradisional di lingkungan Seklolah Dasar di
memakai alat/perlengkapan atau dengan alas Kelurahan Demang Lebar Daun Palembang
tangan saat menangani makanan. Hasil yang mendapatkan hasil bahwa sebagian besar
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (65,2%) memiliki sanitasi peralatan
447
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)
yang tidak baik. Sanitasi peralatan yang tidak rapi. Hal ini didukung pula dengan tidak
baik dapat menimbulkan dampak berupa tersedianya fasilitas untuk menyimpan
meningkatnya angka kontaminasi kuman. Hal peralatan-peralatan tersebut di kantin.
ini telah dibuktikan dalam penelitian Vitria Penyimpanan peralatan yang tidak baik dapat
(2013) mengenai hubungan higiene sanitasi dan menimbulkan tingginya kontaminasi kuman
cara pengolahan mie ayam dengan angka pada peralatan tersebut. Hal ini dibuktikan oleh
kuman di Kota Padang yang menyatakan Rahmadiani (2016) dalam penelitiannya tentang
bahwa terdapat hubungan sanitasi peralatan faktor-faktor yang mempengaruhi angka kuman
dengan angka kuman pada mie ayam (p value = pada peralatan makan menyatakan bahwa
0,018). Lebih lanjut, penelitian Firdausi (2017) tempat penyimpanan peralatan makan memiliki
mengenai hubungan sanitasi dan personal hubungan dengan jumlah kuman pada peralatan
higiene pekerja dengan jumlah angka kuman makan (p value = 0,000) dimana peralatan
pada ikan asap di Bandarharjo Kota Semarang makan dengan tempat penyimpanannya yang
juga menyatakan bahwa sanitasi peralatan tidak baik mempunyai risiko 143,500 kali lebih
berkaitan dengan angka kontaminasi kuman besar angka kumannya daripada peralatan
pada ikan asap (p value = 0,0001). Selain itu, makan yang tempat penyimpanannya baik.
penelitian Kurniasih (2015) mengenai hubungan Sebanyak 17 kantin (94,4%) yang telah
higiene dan sanitasi makanan dengan memenuhi persyaratan untuk mencuci peralatan
kontaminasi bakteri Escherichia coli dalam yang sudah dipakai dengan air bersih dan
makanan di warung makan sekitar Terminal dengan sabun. Hal ini didukung oleh adanya
Borobudur, Magelang juga menyebutkan bahwa fasilitas air bersih pada masing-masing kantin.
sanitasi peralatan berhubungan secara signifikan Mencuci peralatan dengan baik dapat
dengan kontaminasi bakteri E. coli pada mengurangi total angka bakteri pada peralatan
makanan (p value = 0,001). makan. Hal ini telah dibuktikan oleh Rizqi
Berdasarkan pengamatan, sebanyak 14 (2016) dalam penelitiannya yang menyatakan
kantin (77,8%) tidak memenuhi persyaratan bahwa terdapat hubungan antara teknik
untuk menyimpan peralatan yang sudah bersih pencucian peralatan makan dengan kontaminasi
di tempat yang bebas pencemaran. Responden E. coli (p value = 0,006) dimana peralatan makan
biasa meletakkan peralatan makan dan dengan teknik pencucian yang buruk 4,9 kali
peralatan masak yang sudah bersih di tempat lebih beresiko memiliki total angka bakteri yang
terbuka yang kurang bersih dan terkesan kurang tidak memenuhi syarat. Sebanyak 13 kantin
448
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)
(72,2%) telah memenuhi syarat untuk untuk tidak menggunakan kembali peralatan
mengeringkan peralatan yang sudah dicuci yang dirancang untuk sekali pakai.
dengan alat pengering/lap yang bersih. Praktik Berdasarkan penelitian ini, maka
pengeringan peralatan yang baik perlu diperoleh gambaran sanitasi penyajian di kantin
dilakukan untuk mengurangi angka kuman pada Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di
peralatan makan. Hal ini telah dibuktikan oleh wilayah kerja Puskesmas Sekaran yang
Fadhila (2015) dalam penelitiannya mengenai disajikan dalam tabel 4.
hubungan higiene sanitasi dengan kualitas Penelitian ini telah mendapatkan hasil
bakteriologis pada alat makan pedagang di mengenai gambaran sanitasi penyajian pada
wilayah sekitar kampus UNDIP Tembalang kantin Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara di wilayah kerja Puskesmas Sekaran yang
teknik pengeringan peralatan dengan jumlah menunjukkan bahwa dari 18 kantin, seluruhnya
kuman pada peralatan makan (p value = 0,007). (100,0%) tidak memenuhi syarat sanitasi
Lebih lanjut, Reddi (2015) menyatakan dalam penyajian. Sebagian besar kantin telah
penelitiannya bahwa pengetahuan dan praktik memenuhi persyaratan sanitasi penyajian seperti
keamanan pangan spesifik yang berupa tidak meniup pada bungkus makanan telah
pengelapan peralatan dengan kain bersih setelah terpenuhi pada 17 kantin (94,4%). Persyaratan
peralatan dicuci memiliki hubungan yang untuk makanan jajanan dalam keadaan
signifikan dengan kontaminasi patogen bawaan terbungkus dan tertutup yang terpenuhi pada 14
makanan (p value = 0,001). Selain itu, hasil kantin (77,8%) dan persyaratan untuk
pengamatan juga telah menunjukkan bahwa menggunakan pembungkus yang bersih dan
seluruh kantin (100,0%) telah memenuhi syarat tidak mencemari makanan telah terpenuhi pada
449
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)
14 kantin (77,8%). Sebagian besar kantin telah yang menunjukkan bahwa sebanyak 9 kantin
menjual makanan dalam keadaan terbungkus (50,0%) tidak memenuhi syarat untuk sarana
dengan pembungkus khusus makanan sehingga penjaja yang mudah dibersihkan. Hal ini karena
dapat meminimalisir terjadinya kontaminasi fasilitas sarana kantin yang kurang memadahi
pada makanan jajanan. Hal ini telah dibuktikan seperti lantai kantin yang tidak rata dan
oleh Susanna (2010) dalam penelitiannya pemilihan lokasi kantin pada tempat yang
tentang kontaminasi bakteri Escherichia coli pada mudah berdebu. Bangunan yang dirancang dan
makanan pedagang kaki lima di Depok, Jawa dibangun sehingga dapat dibersihkan dan
Barat yang menyatakan bahwa menyajikan disanitasi secara efektif akan lebih mudah
makanan dalam kondisi tertutup memiliki dibersihkan dan lebih terjaga agar tetap bersih.
hubungan bermakna yaitu bersifat protektif Dengan demikian kemungkinan makanan untuk
terhadap terjadinya kontaminasi E.coli dalam terkontaminasi dapat diperkecil. Maunula
makanan (p value = 0,002 OR = 0,214). Pada 15 (2017) dalam penelitiannya menunjukkan
kantin (83,3%) telah memenuhi syarat untuk bahwa kondisi dan kebersihan dapur
pengangkutan makanan jajanan dalam keadaan berhubungan dengan keberadaan kontaminasi
terbungkus dan sebanyak 14 kantin (77,8%) Norovirus (p value < 0,05) dan Adenovirus (p value
memenuhi syarat untuk pengangkutan makanan < 0,05) pada permukaan.
dengan wadah yang terpisah dengan bahan Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa
mentah. sebanyak 15 kantin (83,3%) tidak memiliki
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tempat penyimpanan bahan makanan.
gambaran sanitasi sarana penjaja pada kantin Berdasarkan pengamatan didapatkan bahwa
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di pada sebagian besar kantin bahan makanan
wilayah kerja Puskesmas Sekaran adalah seperti tidak diletakkan di tempat khusus dan kadang-
yang ditampilkan dalam tabel 5. kadang dibiarkan dalam kondisi terbuka.
Gambaran mengenai sanitasi sarana Menurut Nuryani (2016), faktor-faktor terkait
penjaja di kantin Sekolah Dasar dan Madrasah dengan kontaminasi E. coli dalam makanan
Ibtidaiyah di wilayah kerja Puskesmas Sekaran salah satunya adalah penyimpanan bahan
berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa makanan (p value = 0,041). Dalam sumber lain,
dari 18 kantin terdapat sebanyak 17 kantin Reddi (2015) dalam penelitiannya mengenai
(94,4%) yang tidak memenuhi syarat sanitasi kualitas mikrobiologi jus buah yang dijual di
sarana penjaja. Hasil penelitian ini jalanan di Hyderabad, India dan hubungannya
mendapatkan gambaran sanitasi sarana penjaja dengan pengetahuan keamanan pangan dan
450
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)
451
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)
452
Muhammad, H. A., Yuni, W. / Higiene dan Sanitasi / HIGEIA 3 (3) (2019)
Jalan Margonda Depok, Jawa Barat. Jurnal Study from the Western Province, Sri Lanka.
Kesehatan Masyarakat Nasional, 5(3): 110-115. Ceylon Journal of Medical Science, 54(2): 11-16.
Vitria, Elnovriza, D., & Azrimaidaliza. 2013. Yuniatun, T., Martini, Purwantisari, S., & Yuliawati,
Hubungan Hygiene Sanitasi dan Cara S. 2017. Hubungan Higiene Sanitasi dengan
Pengolahan Mie Ayam dengan Angka Kualitas Mikrobiologis pada Makanan Gado-
Kuman di Kota Padang. Jumal Kesehatan Gado di Kecamatan Tembalang Kota
Masyarakat, 7(2): 75-81. Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
Weerasinghe, M., Bandara, S., & Sanoon, M. 2017. Journal), 5(4): 491-499.
Service Quality of School Canteens: A Case
453