Anda di halaman 1dari 5

MKMI

ISSN: 1412-4920
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkmi
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia DOI: 10.14710/mkmi.19.3.201-205

Gambaran Perilaku Higiene Sanitasi Makanan dan Kontaminasi E.coli


pada Pedagang Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan Genuk,
Kota Semarang

Intan Ayuning Astuti 1 *, Nurjazuli1 , Nikie Astorina Yunita Dewanti1


1
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang
*Corresponding author : intanayuay36@gmail.com

Info Artikel : Diterima 26 September 2019 ; Disetujui 10 Mei 2020 ; Publikasi 1 Juni 2020

ABSTRAK
Latar belakang: Banyak makanan jajanan sekolah yang kurang memenuhi persyaratan kesehatan yang
mengancam kesehatan anak. Sehingga diperlukan aspek penilaian higiene sanitasi makanan untuk mengendalikan
resiko pencemaran pada makanan. Bakteri yang sering dijadikan indikator pencemaran makanan adalah
Escherichia coli. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran praktik higiene sanitasi dan
kontaminasi E.coli pada pedagang makanan jajanan di lingkungan sekolah dasar wilayah Kecamatan Genuk, Kota
Semarang.
Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif
berupa observasi, wawancara dan uji laboratorium. Sampel diambil dengan metode purposive sampling, sebanyak
33 pedagang makanan jajanan di sekolah dasar wilayah Kecamatan Genuk, Kota Semarang.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan pedagang makanan jajanan sudah baik yaitu sebanyak
18 (54,5%) responden. Sikap pedagang yang baik yaitu sebanyak 17 (51,5%). Ketersedediaan fasilitas higiene
sanitasi yang kurang baik sebanyak 17 (51,5%).
Simpulan: Praktik higiene sanitasi pedagang makanan jajanan masih kurang baik yaitu sebesar 18 (54,5%) dan
terdapat makanan jajanan yang terkontaminasi bakteri E.coli yaitu sebanyak 11 (33,3%) sehingga higiene sanitasi
dari pedagang makanan jajanan perlu diperbaiki.

Kata kunci: makanan, higiene, sanitasi, Escherichia coli

ABSTRACT
Title: A Description of Food Hygiene and Sanitation and E.coli contamination in Snack Food Traders in Genuk
Sub-District Primary Schools, Semarang City

Background: Many school snacks is not health for requirements and threaten children's. Some aspects of
assessment hygiene and sanitation, control the risk of contamination of the food. Bacteria are often used as
indicators of food contamination is Escherichia coli. The main purpose of this research to know the description
of food hygiene and sanitation with E. coli contamination on traders' food snacks in elementary school Kecamatan
Genuk, Semarang City.
Method: This research is a type of descriptive research using a qualitative approach in the form of observation,
interviews and laboratory tests. Samples were taken by purposive sampling method, as many as 33 snacks traders
in elementary schools in the Genuk District, Semarang City.
Result: The results showed the level of knowledge of street food vendors was already good as many as 18 (54.5%)
respondents. A good attitude of traders is as much as 17 (51.5%). The availability of poor sanitation hygiene
facilities is 17 (51.5%).
Conclusion: The sanitation hygiene practices of street food vendors are still not good at 18 (54.5%) and some
snacks are contaminated with E. coli bacteria as many as 11 (33.3%) so that the sanitation hygiene of street food
vendors needs to be improved.

201
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 19(3), 2020

Keywords: food, hygiene, sanitation, Escherichia coli

PENDAHULUAN Dalam Keputusan Menteri Kesehatan


Makanan jajanan merupakan jenis makanan Republik Indonesia Nomor 715/Menkes/SK/V/2003
yang banyak dijual oleh pedagang kaki lima (PKL) tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi
di pinggiran jalan atau pada tempat khusus yang Makanan Jajanan terdapat beberapa aspek yang
telah disediakan (sentra PKL penjual makanan dan diatur dalam penanganan makanan jajanan, yaitu
minuman). Makanan jajanan. Makanan dan penjamah makanan, peralatan, air, bahan makanan,
minuman yang dipersiapkan dan/atau dijual oleh bahan tambahan makanan, penyajian dan sarana
pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat penjaja.7 Aspek-aspek tersebut sangat berkaitan
keramaian umum lain yang langsung dikonsumsi dengan hygiene sanitasi makanan.
atau dimakan tanpa pengolahan dan persiapan lebih Bahaya dan pelanggaran praktik dapat terjadi
lanjut. Makanan jajanan adalah makanan dan dengan mudah di setiap tahap produksi makanan
minuman yang telah diolah oleh pengolah makanan jalanan.8 Tempat persiapan, peralatan untuk
dan disajikan seba gai makanan siap santap untuk memasak dan menyajikan, bahan baku,
dijual bagi umum.1 penyalahgunaan waktu dan suhu makanan yang
Banyak makanan jajanan yang kurang dimasak serta kebersihan pribadi pedagang makanan
memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga dapat jajanan adalah sumber utama yang berkontribusi
mengancam kesehatan anak. Sebagian besar terhadap kontaminasi.9 Kebutuhan untuk
makanan jajanan anak yang ada di sekolah mengurangi kontaminasi makanan melalui
merupakan makanan jajanan yang diolah secara pendidikan dan penyediaan fasilitas sanitasi sangat
tradisional dan dijajakan oleh pedagang kaki lima.2 diperlukan, karena pedagang makanan jajanan tidak
Oleh karena itu higiene sanitasi makanan jajanan mempraktikkan kesadaran mereka.10
harus diperhatikan agar konsumen terhindar dari Penjamah makanan memiliki peranan yang
gangguan kesehatan. penting dalam pengolahan makanan karena dapat
Data World Health Organization (WHO) menyebabkan kontaminasi makanan. Salah satu
menyebutkan bahwa penyakit akibat makanan bakteri yang sering dijadikan indikator terjadinya
(foodborne disease) dan diare karena cemaran air pencemaran makanan adalah Escherichia coli atau
(waterborne disease) membunuh sekitar 2 juta orang umumnya lebih dikenal dengan E.Coli. Dalam
per tahun, termasuk diantaranya anak-anak. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Makanan tidak aman ditandai dengan adanya Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 ada beberapa
kontaminasi bakteri berbahaya, virus, parasit, atau aturan mengenai keberadaan bakteri E.Coli pada
senyawa kimia menyebabkan lebih dari 200 makanan dan minuman. Menurut peraturan
penyakit, mulai dari keracunan makanan, diare perundangan angka kuman E.Coli pada makanan
sampai dengan kanker. Sementara itu akses terhadap harus 0/gram sampel makanan dan pada miuman
makanan yang bergizi dan aman secara cukup angka E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman.7
merupakan kunci penting untuk mendukung Data dari Profil Kesehatan Kota Semarang
kehidupan dan menyokong kesehatan yang baik, Tahun 2017, diare merupakan penyakit yang
sehingga keamanan pangan, gizi, dan ketahanan termasuk dalam 10 besar penyakit Puskesmas dan
pangan mempunyai hubungan yang tak 10 besar penyakit Rumah Sakit di Kota Semarang.
terpisahkan.3 Penderita diare dari tahun 2013-2016 cenderung
Penjual makanan jajanan menawarkan manfaat mengalami penurunan, namun naik di tahun 2017
ekonomi bagi pedagang, namun sebagian besar dengan angka kejadian diare sebanyak 38.776 kasus
pedagang makanan jalanan seringkali memiliki dengan jumlah kejadian terbesar dialami oleh
pengetahuan yang buruk tentang keamanan pangan.4 kelompok umur >5 tahun. Puskesmas Genuk
Kontribusi pedagang kaki lima terhadap ekonomi merupakan salah satu dari 16 puskesmas yang
negara-negara berkembang telah sangat diremehkan Incidence Rate (IR) nya tinggi atau mencapai angka
dan diabaikan.5 Secara umum, bisnis artisanal yang 20/1000 penduduk.11
tidak mengesankan ini menyajikan makanan untuk
2,5 miliar orang setiap hari.1 MATERI DAN METODE
Masalah higiene sanitasi makanan merupakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
masalah yang kompleks. Hal ini dapat dipengaruhi Metode penelitian dengan menggunakan
oleh adanya peningkatan kebutuhan masyarakat pendekatan kualitatif dengan metode observasi,
terhadap makanan yang disediakan di luar rumah. wawancara dan uji laboratorium. Tempat penelitian
Maka, produk makanan yang disediakan di luar berada di lingkungan Sekolah Dasar wilayah
rumah oleh perusahaan atau perorangan yang Kecamatan Genuk, Kota Semarang, untuk uji
bergerak dalam penyediaan produk makanan mikrobiologi dilakukan di Laboratorium Kesehatan
haruslah terjamin kebersihan dan kesehatannya.6 Kota Semarang. Populasi dari penelitian ini adalah
seluruh pedagang makanan jajanan yang berjualan

202
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 19(3), 2020

di Sekolah Dasar. Total sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dari
berjumlah 33 sampel dilakukan dengan kriteria inklusi yang sudah ditetapkan oleh peneliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian yang dilakukan pada pedagang Variabel Frekuensi (f) Prosentase (%)
makanan jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan Kurang 17 51,5
Genuk, Kota Semarang berdasarkan kuesioner, Praktik Higiene
observasi dan hasil pengujian laboratorium. Sanitasi
Penyajian data berbentuk distribusi frekuensi Baik 15 45,5
karakterikstik responden berupa usia, jenis Kurang 18 54,5
Kontaminasi
kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja serta E.coli
variabel yang diteliti diantaranya adalah tingkat Negatif 22 66,7
pengetahuan, sikap, sarana penjaja, praktik higiene Positif 11 33,3
sanitasi dan kontaminasi E.coli.
Tabel 1. Karakteristik Responden Pengetahuan
Variabel Frekuensi (f) Prosentase (%) Tabel 2 menjelaskan bahwa dari 33 responden
Usia terdapat 54,5% responden dengan tingkat
≤ 20 tahun 4 12,1 pengetahuan yang baik, sedangkan sisanya 45,5%
21-30 tahun 14 42,4
responden masih memiliki tingkat pengetahuan
31-40 tahun 7 21,2
41-50 tahun 5 15,2 yang kurang. Pengetahuan yang baik sangat
> 50 tahun 3 9,1 diperlukan dalam kegiatan higiene dan sanitasi
Jenis Kelamin dalam proses penyelenggaraan makanan karena
Laki-laki 29 87,9 pengetahuan dari penjaja makanan mempengaruhi
Perempuan 4 12,1 kualitas makanan tersebut. Hal ini menunjukan
Tingkat bahwa sudah banyak dari penjaja makanan di
Pendidikan Sekolah Dasar wilayah Kecamatan Genuk, Kota
Tidak pernah 1 3 Semarang berpengetahuan baik. Tetapi dari
sekolah/Tidak beberapa kuesioner yang diajukan kepada responden
tamat SD
SD 7 21,2
sebanyak 75,8% responden tidak mengetahui bahwa
SMP 15 45,5 mencuci tangan sebelum mengolah makanan
SMA 10 30,3 mencegah terjadinya kontaminasi bakteri pada
Masa Kerja makanan.
1-4 tahun 20 60,6 Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa
5-9 tahun 9 27,3 kebersihan tangan sangat penting bagi setiap orang
≥ 10 tahun 4 12,1 terutama bagi penjamah makanan. Kebiasaan
mencuci tangan sangat membantu dalam mencegah
Tabel 1 menjelaskan bahwa dari 33 pedagang penularan bakteri dari tangan kepada makanan.12
makanan jajanan terdapat 42,4% responden Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
berusia 21-30 tahun dan 9,1% berusia > 50 tahun. Meikawati pada tahun 2010, dimana responden yang
Terdapat 87,9% responden yang berjenis kelamin memiliki pengetahuan baik mengenai higiene dan
laki-laki dan 12,1% responden berjenis kelamin sanitasi paling banyak 50% dan yang paling sedikit
perempuan. Tingkat pendidikan responden 10%. Hal ini menunjukan bahwa lebih banyak
terbanyak adalah tamat Sekolah Menengah responden yang sudah memiiki pengetahuan yang
Pertama (SMP) sebanyak 45,5%, tamat Sekolah baik.
Menengah Atas (SMA) sebanyak 30,3%, tamat
Sekolah Dasar (SD) sebanyak 21,2% dan tidak Sikap
pernah sekolah/tidak tamat SD sebanyak 3%. Dari 33 responden terdapat 51,5% dengan
Terdapat 60,6% responden telah bekerja sebagai sikap yang baik, sedangkan 48,5% responden
pedagang makanan jajanan selama 1-4 tahun. memiliki sikap yang kurang baik. Sikap penjaja
makanan yang baik dibutuhkan saat kegiatan higiene
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut dan sanitasi makanan. Hal ini menunjukan bahwa
Variabel sudah sebagian besar penjaja makanan di Sekolah
Variabel Frekuensi (f) Prosentase (%) Dasar wilayah Kecamatan Genuk, Kota Semarang
Pengetahuan memiliki sikap yang baik.
Baik 18 54,5 Dari hasil kuesioner sebanyak 60.6% memiliki
Kurang 15 45,5
sikap yang kurang baik mengenai kebersihan tempat
Sikap
kerja yang harus dibersihkan setiap hari. Beberapa
Baik 17 51,5
Kurang 16 48,5
pedagang makanan jajanan menganggap kebersihan
Sarana Penjaja tempat berjualan tidak perlu dibersihkan setiap hari
Baik 16 48,5 dan cukup dilakukan beberapa hari sekali. Padahal,

203
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 19(3), 2020

kebersihan tempat berjualan sangat penting untuk Beberapa hal yang menyebabkan praktik
dijaga agar makanan tidak mudah terpapar kuman higiene sanitasi makanan jajanan kurang baik adalah
atau bakteri dari tempat berjualan yang jarang sebanyak 69,7% pedagang makanan jajanan tidak
dibersihkan. mencuci tangan dengan sabun sehingga hal ini dapat
Sikap yang kurang baik pula ditunjukan mempermudah terjadinya kontaminasi silang pada
penjaja makanan mengenai pentingnya melakukan makanan. Kontaminasi silang dapat terjadi selama
pemilahan sampah kering dan sampah basah makanan berada pada tahap persiapan, pengolahan,
sebanyak 63,6%. Sebagian pedagang makanan tidak pemasakan dan penyajian.
melakukan pemilahan sampah dan hanya Hal lain yang menyebabkan praktik higiene
membuang sampah pada satu kantung plastik. sanitasi yang kurang baik adalah sebanyak 23
Bahkan beberapa pedagang makanan tidak memiliki pedagang makanan jajanan kurang menjaga
tempat sampah sementara untuk membuang sampah. kebersihan peralatannya dan tidak mencuci
peralatan dengan air yang bersih karena keterbatasan
Sarana Penjaja tempat dan lokasi yang kurang mendukung. Hal
Terdapat 51,5% pedagang makanan jajanan tersebut dapat mempercepat tumbuhnya bakteri
yang memiliki sarana penjaja kurang dan 48,5% dalam makanan.
pedagang makanan jajanan memiliki sarana penjaja Sebanyak 54,5% pedagang makanan jajanan
yang baik. Pedagang makanan jajanan harus tidak menggunakan penutup pakaian atau celemek.
dilengkapi dengan fasilitas sanitasi meliputi Kontaminasi yang dapat terjadi melalui pakaian
tersedianya air bersih, penyimpanan bahan kurang diperhatikan oleh pedagang makanan
makanan, penyimpanan makanan jadi/siap jajanan. Pedagang berpendapat bahwa pakaian yang
disajikan, penyimpanan peralatan, tempat cuci digunakan sudah bersih, mereka hanya
tangan/peralatan, tempat sampah.7 memperhatikan penampilan luar saja. Pedagang
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian merasa menggunakan enutup pakaian membuat
besar (54,5%) responden memiliki sarana penjaja tidak nyaman dan terganggu. Celemek dan penutup
yang terbuka, sehingga tidak dapat melindungi kepala sebaiknya digunakan untuk mengurangi
makanan dari debu dan pencemar. Hal tersebut risiko pencemaran fisika, kimiawi dan biologi
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Agustina terhadap makanan yang mungkin terbawa dari
pada tahun 2010 bahwa terdapat 78,3% responden penjamah makanan.13
memiliki sarana penjaja terbuka. Kontruksi sarana Hasil pengamatan juga menunjukan bahwa ada
penjaja yang tidak tertutup tersebut dapat beberapa pedagang laki-laki yang merokok pada
memungkinkan terjadinya pencemaran. saat menjajakan makanan. Kegiatan merokok
Persyaratan lain mengenai sarana penjaja dilakukan pada saat menangani makanan dan
makanan adalah konstruksi sarana penjaja adalah berdekatan dengan makanan yang dijual. Merokok
tersedia tempat untuk air bersih, penyimpanan bahan yang dilakukan pedagang mengadung banyak risiko
makanan, penyimpanan makanan jadi/siap antara lain abkteri atau kuman yang terbawa dari
disajikan, penyimpanan peralatan, tempat cuci (alat, tangan melalui mulut, sehingga tangan menjadi
tangan, bahan makanan) dan tempat sampah. kotor dan saat memegang makanan akan mengotori
Hasil pengamatan menunjukan bahwa tidak makanan.14
ada satupun sarana penjaja makanan jajanan yang
memiliki fasilitas sanitasi yang lengkap seperti Kontaminasi Escherichia coli
diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Hasil uji mikrobiologi kontaminasi
Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/2003. Escherichia coli pada makanan menunjukkan bahwa
Sarana penajaja yang dimiliki oleh pedagang makanan jajanan yang negatif kontaminasi E.coli
makanan jajanan biasanya hanya tersedia satu atau lebih banyak yaitu sebesar 66,7% sedangkan sisanya
dua ruang penyimpanan saja yang digunakan untuk sebanyak 33,3% makanan jajanan positif
menyimpan berbagai peralatan, makanan jadi dan terkontaminasi E.coli. Permenkes 1096 Tahun 2011
sebagainya yang digabung.7 menyatakan bahwa bakteri Escherichia coli
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan digunakan dalam penilaian higiene sanitasi dimana
Agustna pada tahun 2010, dimana tidak ada jumlah dalam makanan dan minuman harus nol.15
pedagang makanan jajanan tradisional yang Jajanan yang kontak langsung dengan air
memiliki fasilitas yang lengkap. maupun lingkungan yang tercemar jika ditemukan
bakteri Escherichia coli melalui uji laboratorium,
Praktik Higiene Sanitasi maka diindikasikan bahwa jajanan tersebut pernah
Dari 33 responden terdapat 54,5% pedagang terkontaminasi kotoran manusia.42 Adanya bakteri
makanan jajanan yang memiliki praktik higiene Escherichia coli dalam makanan menandakan
sanitasi kurang, sedangkan 45,5% pedagang bahwa makanan jajanan tersebut tercemar dan tidak
makanan jajanan memiliki praktik higiene sanitasi aman untuk dikonsumsi.
yang baik. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
beberapa penelitian sebelumnya yakni penelitian

204
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia 19(3), 2020

yang dilakukan oleh Pratiwi pada tahun 2014 tahun 2012 bahwa makanan jajanan di Sekolah
menunjukkan jajanan pasar yang memenuhi syarat Dasar Kecamatan Tapos depok yang terkontaminasi
sebanyak 67%. Hal yang sama juga ditemukan bakteri Escherichia coli sebanyak 44,1%.
dalam penelitian yang dilakukan oleh Sofiana pada

SIMPULAN 7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 942


Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat Tahun 2003 Tentang Pedoman Persyaratan
54,5% pedagang makanan jajanan yang memiliki Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan; 2003.
praktik higiene sanitasi yang kurang baik dan 8. Barro N, Razack BA, Yollande I. Street-vended
terdapat 66,7% makanan jajanan tidak foods improvement: contamination mechanisms
terkontaminasi bakteri Escherechia coli, dan 33,7% and application of of food safety objective
makanan jajanan yang terkontaminasi bakteri strategy:critical review. Pakistan Journal of
Escherichia coli di Sekolah Dasar wilayah Nutrition,2007;6 (1), pp. 1-10
Kecamatan Genuk, Kota Semarang. 9. Rane S. Street vended food in developing world:
Hazard analyses.Indian journal of
DAFTAR PUSTAKA Microbiology,51(1), 2011;pp.100-106.
1. FAO. Spotlight: School children,street food and 10. Ackah M, Gyamfi ET, Anim AK.
micronutrient deficiencies in Tanzania, Socioeconomic profile, knowledge of hyigene
Rome:Food and Agriculture Organization of the and food safety practices among street-food
United Nations. 2007 vendors in some part of Accra-Ghana. Internet
2. Khomsan A. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. journal of food safety,2011;13, pp.191-197.
PT Grasindo, Jakarta. 2003. 11. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang:
3. Sari MH. Pengetahuan dan Sikap Keamanan Dinas Kesehatan Kota Semarang; 2017
Pangan Dengan Perilaku Penjaja Makanan 12. Depkes RI. Kumpulan Modul Kursus
Jajanan Anak Sekolah Dasar. Jurnal of Health Penyehatan Makanan Bagi Pengusaha Makanan
Education. 2017; JHE.2(2) dan Minuman. Yayasan Pesan, Jakarta. 2001.
4. Khairuzzaman Md, Chowdhury FM, Zaman S. 13. Rahmadhani D & Suma rmi S. Gambaran
Food safety challenges towards safe, healthy, Penerapan Prinsip Higiene Sanitasi Makanan Di
and nutritious street foods in Bangladesh. PT Aerofood Indonesia, Tangerang, Banten.
International Journal of Food Science, Amerta Nutr. 2017.(291).1
2014;pp.1-9. 14. Pratiwi LR. Hubungan Anatara Personal
5. Winarno FG, Allain A. Street foods in Hygiene dan Sanitasi Makanan Dengan
developing countries:lessons from Asia.1991 Kandungan E. Coli Pada Sambal yang
6. Chusna. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Disediakan Kantin Universitas Negeri Semarang
Sarana Sanitasi di Universitas Negeri Semarang Tahun 2012. Unnes J. Public Heal.2014. 3, 17–
Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 26.
2012. 15. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia No.
1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Higiene
Sanitasi Jasaboga; 2011.

205

Anda mungkin juga menyukai