Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang
Indonesia
Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Latar Belakang: Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berasal dari hasil observasi awal
Diterima Januari 2017 yang menunjukan bahwa kualitas sanitasi kantin belum memenuhi persyaratan yang tercantum
Disetujui Februari 2017 dalam KepMenKes RI No.715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi
Dipublikasi April 2017 Jasaboga dan tingkat kepadatan lalat dalam populasi cukup padat yang memerlukan upaya
________________ pengendalian.
Keywords: Metode: Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
Canteen sanitation, Flies penelitian ini adalah kantin sekolah dasar di wilayah kerja puskesmas kedungmundu. Sampel
density. berjumlah 20 kantin.
____________________ Hasil: Kondisi sanitasi yang buruk yaitu kondisi tempat pencucian peralatan 55%, Tempat
penyimpanan bahan makanan 35%, Sarana pencegahan lalat 90%, Tempat penyajian makanan
40% dan kondisi tempat sampah 80%. Tingkat kepadatan lalat dalam kategori rendah 30%, sedang
50%, tinggi 20%.
Simpulan: Simpulan dari penelitian ini yaitu kondisi sanitasi yang buruk dan tingkat kepadatan
lalat dalam kategori rendah di wilayah puskesmas Kedungmundu.
Abstract
___________________________________________________________________
Background: The problem this research is the quality of sanitation in school canteen have not met the
requirements from the Ministry of Health as state in KepMenKes RI No715/Menkes/SK/2003 Persyaratan
Higiene Sanitasi Jasaboga and the density level of flies is need to be controlled.
Methods: The type of this research is quantitative descriptive with crossectional. The population are all school
canteens of elementary school in Kedungmundu primary health care working area. There are 20 samples.
Results: The sanitation condition is bad, the percentage are the following 55% is from dish washing, 35% is
from food storage, 90% is from flies anticipation, 40% is from food servering, and 80% is from rubbish
condition. The flies density low level categorized in 30% is low, 50% is medium, and 20% is high.
Conclusion: The conclusion of this research is that the sanitation condition is bad and the flies density low level
categorized in puskesmas Kedungmundu region.
99
Yulia Shinta Nur Kumala / Journal of Health Education 1 (2) (2016)
100
Yulia Shinta Nur Kumala / Journal of Health Education 1 (2) (2016)
101
Yulia Shinta Nur Kumala / Journal of Health Education 1 (2) (2016)
Tabel 2. Angka Kepadatan Lalat di Kantin Sekolah dasar wilayah kerja puskesmas kedungmundu
Angka Kepadatan Lalat Jumlah
N %
Rendah 6 30
Sedang 10 50
Tinggi 4 20
terdapat ceceran makanan, tidak terdiri dari 3 Sisa-sisa makanan yang tercecer menjadi
bak/bilik, dan bak tidak terbuat dari bahan yang sumber makanan lalat dan dijadikan sebagai
kuat. Ceceran makanan berasal dari sisa sumber protein dalam pembuatan telur (Depkes
makanan yang menempel pada peralatan RI, 2001). Sedangkan menurut Depkes RI
memasak dan wadah makanan. Sehingga sisa (1992) menyebutkan air merupakan hal yang
makanan yang masih terdapat ditempat penting dalam kehidupan lalat dewasa. Menurut
makanan akan dibuang disekitar tempat Departemen Parasitologi FKUI (2009)
pencucian peralatan. Hal tersebut dapat menyebutkan salah satu cara yang dapat
mengundang datangnya lalat karena menurut mencegah atau membatasi perkembangan
Depkes RI (1992) tempat yang disenangi lalat vektor dengan modifikasi lingkungan. Cara ini
adalah tempat yang basah, benda-benda berkaitan dengan mengubah sarana fisik,
organik, sampah basah. sebagai contohnya yaitu penimbunan tempat
Tempat pencucian peralatan masih pengaliran air yang menggenang.
terdapat genangan air. Tidak keseluruhan kantin Tabel 3 tempat penyimpanan bahan
sekolah mempunyai tempat pencucian peralatan makanan pada kategori buruk sebanyak 7 kantin
yang terdiri dari 3 bilik/bak dalam proses sekolah (35%). Kantin sekolah yang termasuk
pencucian. Bak tempat pencucian peralatan saat dalam kategori buruk dalam tempat
observasi terlihat kotor dan berlemak. Bilik/bak penyimpanan bahan makanan karena bahan
tempat pencucian peralatan tidak menggunakan makanan tidak terpisah dengan makanan jadi,
bahan yang kuat seperti ember plastik yang jarak bahan makanan dengan dinding tidak
sudah lama. Air dalam bak pencucian jarang kurang dari 15 cm. Penjual beralasan bahan
dilakukan penggantian sehingga air terlihat makanan akan segera diolah sehingga tidak
keruh. memperhatikan peletakkan bahan makanan.
Kondisi bak pencucian sama seperti hasil Bahan makanan yang baru dibeli oleh penjaga
penelitian Dwi (2002) pada Jasa Boga Golongan kantin tidak langsung dimasukkan kedalam
C di Kodya Pekanbaru Tahun 2002 tempat penyimpanan bahan makanan akan
menjelaskan bahwa terdapat 3 tempat tetapi diletakkan didekat makanan jadi.
pencucian peralatan (100%) tidak terdiri dari 3 Tterdapat kantin yang meletakkan bahan
bak pencucian. Pada sampel penelitian hanya makanan dilantai dan menempel dinding.
menggunakan 1 atau 2 bak pencucian. Kebersihan tempat penyimpanan bahan
makanan tidak dijaga dengan baik karena tidak
102
Yulia Shinta Nur Kumala / Journal of Health Education 1 (2) (2016)
Tabel 3. Kondisi Sanitasi Kantin Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu
Kondisi Sanitasi Jumlah
N %
Tempat Pencucian Peralatan
Buruk 11 55
Baik 9 45
Tempat Penyimpanan Bahan Makanan
Buruk 7 35
Baik 13 65
Sarana Pencegahan Lalat
Buruk 18 90
Baik 2 10
Tempat Penyajian Makanan
Buruk 8 40
Baik 12 60
Kondisi Tempat Sampah
Buruk 16 80
Baik 4 20
sehingga tidak memungkinkan pemasangan
dibersihkan secara teratur. Jika tidak kassa. Menurut responden tidak dipasangnya
dibersihkan secara teratur, maka bahan kawat kassa karena kantin bukan merupakan
makanan yang tercecer akan menumpuk dalam tempat yang harus tertutup. Mereka tidak
tempat penyimpanan sehingga dapat terjadi mengetahui manfaat dari pemasangan kawat
pembusukan. Menurut Depkes RI (1992) tempat kasa padahal kawat kassa berfungsi sebagai
yang disenangi lalat adalah tempat basah, pencegah masuknya lalat ke dalam kantin.
benda-benda organik, tumbuh-tumbuhan busuk. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil upaya perbaikan sesuai dengan Kepmenkes
penelitian Valentina (2015) menyatakan bahwa (2003) yang menyatakan setiap lubang pada
sebagian besar tempat penyimpanan bahan bangunan harus dipasang alat yang dapat
makanan warung makan tidak memenuhi syarat mencegah masuknya serangga. Sedangkan
kesehatan. Bahan makanan yang dibeli tetap menurut Depkes RI (2001) menjelaskan bahwa
diletakkan di keranjang belanja atau hanya penggunaan kawat kassa dan kipas angin
diletakkan di atas meja tanpa menyimpannya. elektrik pada tempat makan akan mencegah
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya- masuknya lalat. Menurut titin purwati (2010)
upaya perbaikan yaitu dengan memperhatikan menyatakan bahwa adanya hubungan antara
jarak makanan dari lantai sejauh 15 cm, dari ketersediaan peralatan pencegahan terhadap
dinding sejauh 5 cm, dan dari langit-langit lalat dengan tingkat kepadatan lalat pada
sejauh 60 cm. Tempat penyimpanan bahan warung makan. Dari jumlah sampel yang tidak
makanan selalu terpelihara dan dalam keadaan memenuhi syarat tersebut terdapat 30 (93,75%)
bersih (Arisman, 2008). Menurut Kepmenkes sampel yang setiap lubang ventilasinya tidak
(2003) tempat penyimpanan bahan makanan dipasang kawat kassa. Departemen Parasitologi
harus terlindung dari debu, bahan berbahaya, FKUI (2009) menjelaskan memasang kawat
dan serangga. kassa di jendela merupakan cara untuk
Tabel 3 variabel sarana pencegahan lalat menghindarkan hubungan (kontak) antara
pada kategori buruk sebanyak 18 kantin (90%). manusia dan vektor. Sedangkan kepmenkes
Kantin sekolah yang termasuk dalam kategori (2003) menjelaskan bahwa setiap lubang pada
buruk dalam sarana pencegahan lalat karena bangunan harus dipasang alat yang dapat
tidak memasang kawat kassa pada ventilasi. mencegah masuknya lalat (kawat kasa
Pemasangan kawat kassa tidak dilakukan berukuran 32 mata per inchi).
karena bangunan kantin bersifat terbuka Tabel 3 variabel tempat penyajian
103
Yulia Shinta Nur Kumala / Journal of Health Education 1 (2) (2016)
makanan pada kategori buruk 8 kantin sekolah plastik, tidak mempunyai tutup dan tidak
(40%). Kantin sekolah yang termasuk dalam tersedia pada tempat yang berpotensi
kategori buruk dalam tempat penyajian menimbulkan sampah. Penjual kantin beralasan
makanan karena makanan tidak diletakkan sudah terbiasa tidak membedakan antara
pada tempat bersih, meja tidak tertutup sampah basah dan sampah kering, dan
kain/plastik berwarna dan tidak menjaga menambah biaya untuk membeli tempat
kebersihan tempat sambal, saos dan sambal. sampah yang baru. Meski tempat sampah pada
Pada tempat penyajian makanan tidak dijaga kantin hanya sebagai tempat sampah sementara,
kebersihannya karena terdapat ceceran tempat sampah yang tidak mempunyai tutup
gorengan pada meja penyajian makanan. dapat memudahkan vektor seperti lalat dan
Terdapat meja penyajian makanan yang tidak serangga lainnya berkembang biak dan
dilapisi dengan plastik melainkan menggunakan menimbulkan bau yang tidak sedap. Pada
kardus. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil tempat sampat yang memiliki tutup terlihat
penelitian Valentina (2015) menyatakan bahwa adanya lalat karena adanya ceceran bungkus
penyajian makanan tidak memenuhi syarat makanan yang masih terdapat sisa makanan
kesehatan karena makanan saat disajikan tidak didalamnya yang berserakan di sekitar tempat
dalam keadaan tertutup. sampah. sisa makanan yang tersisa tergeletak di
Tempat penyajian makanan harus tanah, terutama dalam cuaca lembab, itu akan
memenuhi persyaratan (ditempat yang bersih, membusuk dan banyak kuman yang tumbuh
meja dimana makanan disajikan harus tertutup didalamnya.
kain putih atau tutup plastik berwarna menarik Tempat sampah tidak seluruhnya berada
kecuali bila meja dibuat dari formica, taplak di tempat yang berpotensi menimbulkan
tidak mutlak ada, tempat-tempat sampah. Saat observasi dilakukan terdapat
bumbu/merica, garam, cuka, saus tomat, kecap, tempat sampah terbuat dari bahan yang tidak
sambal dan lain-lain perlu dijaga kebersihannya kedap air karena jenis tempat sampah yang
terutama mulut-mulutnya (Kepmenkes RI, tersedia di kantin sekolah tersebut terbuat dari
2003). Salah satu syarat dalam penyajian keranjang sampah yang terbuat dari plastik dan
makanan yaitu tiap jenis makanan disajikan kardus. Sampah biasanya dibersihkan setelah
dalam wadah yang berbeda (Kepmenkes, 2014). selesai berjualan.
Indera penciuman lalat (serangga) terdapat pada Jenis sampah yang dihasilkan oleh kantin
antena dan palpus. Alat ini sangat peka adalah sampah basah dan sampah kering.
sehingga mampu mencium bau lemah. Zat yang Sampah basah seperti sisa sayuran yang tidak
mudah menguap pada suhu kamar (biasa) terpakai untuk membuat makanan, dan sisa
mudah dikenali oleh lalat (Dantje, 2009). makanan. Sedangkan sampah kering seperti
Dalam penyajian makanan wadah untuk plastik bungkus makanan.
setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah Terdapat kantin yang tempat sampahnya
terpisah, dan diusahakan tertutup rapat. tidak memakai kantong plastik untuk sisa
Tujuannya agar makanan tidak terkontaminasi makanan yang mudah, sehingga didalam
silang, bila satu makanan tercemar yang lain tempat sampah terlihat kotor dan berbau karena
dapat diselamatkan, serta memperpanjang masa sisa makanan yang membusuk. Sisa makanan
saji makanan. yang basah dapat menempel pada permukaan
Tabel 3 variabel kondisi tempat sampah tempat sampah yang tidak memakai kantong
pada kategori buruk sebanyak 16 kantin sekolah plastik dan apabila hal tersebut terus menurus
(80%). Kantin sekolah yang termasuk dalam terjadi maka dapat terjadi penumpukan sampah
kategori buruk dalam kondisi tempat sampah pada permukaan tempat sampah. Pengelolaan
karena terdapat kantin sekolah yang tidak sampah yang kurang baik dapat dijadikan
memisahkan antara sampah basah dan sampah sebagai tempat berkembangnya vektor penyakit
kering, tempat sampah tidak memakai kantong seperti lalat.
104
Yulia Shinta Nur Kumala / Journal of Health Education 1 (2) (2016)
Hasil penelitian ini sejalan dengan kategori buruk sebanyak 16 dan dalam kategori
penelitian yang dilakukan oleh Lady (2014) baik sebanyak 4.
menyebutkan bahwa tempat pembuangan Saran bagi penjaga kantin sekolah yaitu
sampah pada kantin SMP di Kecamatan di harapkan agar dapat meningkatkan sanitasi
Tumpaan tidak memenuhi syarat sanitasi dasar yang telah dimiliki seperti menyediakan tempat
karena masih ada beberapa hal yang tidak pencucian peralatan yang baik (terdiri 3 bak),
terpenuhi, seperti kondisi tempat sampah yang menyediakan sarana pencegahan lalat dengan
terbuka, dan tidak menggunakan kantong memasang kawat kassa, dan tempat sampah
plastik. yang baik (tertutup, kedap air, memisahkan
Hal ini sesuai dengan teori dari Depkes sampah basah dan kering, dan memakai
RI (1992) tempat yang disenangi lalat adalah kantong plastik), perlu dilakukan tindakan
tempat basah, tumbuh-tumbuhan busuk, pengamanan terhadap tempat
kotoran yang menumpuk secara kumulatif. perkembangbiakan lalat dan direncanakan
Menurut Dantje (2009) lalat berkembang biak upaya pengendalian. Bagi Dinas Kesehatan
pada habitat diluar hunian manusia yang telah Kota Semarang dan Puskesmas Kedungmundu
membusuk dan penuh dengan bakteri dan sebaiknya melakukan upaya untuk
organisme patogen lainya, seperti vegetasi yang meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya
membusuk, sampah dan sejenisnya. Sedangkan menjaga kualitas sanitasi, pengendalian lalat,
Juli Soemirat (2002) menyatakan bahwa tempat serta melakukan pengawasan dan pembinaan
sampah yang tidak tertutup , bau serta dibiarkan terhadap penjaga kantin. Bagi Pihak Sekolah
berserakan akan dihinggapi lalat maupun sebaiknya melakukan pengawasan dan
serangga lainnya yang nantinya kan membawa pembinaan kepada penjaga kantin agar kantin
kuman dan bakteri ke dalam makanan atau dapat dioperasionalkan dengan menerapkan
minuman. Sri (2015) menjelaskan sisa makanan sanitasi yang baik.
dan sayuran harus dibungkus erat dalam kertas
atau plastik sebelum dimasukkan ke dalam
tempat sampah. Ini akan mengurangi bau yang UCAPAN TERIMA KASIH
menarik serangga dan hewan untuk dihinggapi.
Ucapan terimakasih kami sampaikan
PENUTUP kepada Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan
Unnes, Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Masyarakat FIK Unnes, dosen pembimbing
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Angka skripsi, Kepala Sekolah dasar di wilayah kerja
kepadatan lalat pada kantin sekolah dasar puskesmas kedungmundu, serta seluruh
dengan kepadatan lalat rendah sebanyak 6, responden penelitian.
kepadatan lalat sedang sebanyak 10, dan
kepadatan lalat tinggi sebanyak 4, Kondisi DAFTAR PUSTAKA
tempat pencucian peralatan pada kantin sekolah
dalam kategori buruk sebanyak 11 dan kategori Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2013, LAPTAH
baik sebanyak 9, Tempat penyimpanan bahan 2013 Laporan tahunan. Jakarta.
makanan dalam kategori buruk sebanyak 7 dan Badan Pengembangan UNICEF, 2012, Ringkasan
Kajian:Air Bersih, Sanitasi & Kebersihan,
dalam kategori baik sebanyak 13. Sarana
UNICEF Indonesia.
pencegahan lalat dalam kategori buruk
Depkes RI, 1992, Petunjuk Teknis Tentang
sebanyak 18 dan dalam kategori baik sebanyak
Pemberantasan Lalat, Dirjen PPM & PL,
2. Tempat penyajian makanan dalam kategori Jakarta : Depkes RI.
buruk sebanyak 8 dan dalam kategori baik Depkes RI, 2001, Pedoman Teknis Pengendalian Lalat,
sebanyak 12. Kondisi tempat sampah dalam Dirjen PPM & PL, Jakarta : Depkes RI.
105
Yulia Shinta Nur Kumala / Journal of Health Education 1 (2) (2016)
Dantje T. Sembel, 2009, Entomologi Keokteran, Departemen Parasitologi FKUI, 2009, Buku Ajar
Yogyakarta : Andi offset. Parasitologi Kedokteran, Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2013, Profil DKK
Kota Semarang Tahun 2012, Semarang: DKK Titin Purwati, 2010, Hubungan Antara Kondisi Sanitasi
Warung Makan dengan Tingkat Kepadatan Lalat
---------------, 2014, Profil DKK Kota Semarang Tahun pada Warung-Warung Makan di Lingkungan
2013, Semarang: DKK. Kampus UNNES, Skripsi, Universitas Negeri
Semarang.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015, Profil
Kesehatan Jawa Tengah tahun 2014, Semarang: Valentina BR Tarigan, 2015, Higiene dan Sanitasi
Dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Pengelolaan Makanan dan Tingkat Kepadatan
Lalat pada Warung Makan di Pasar Tradisional
Dwi Sri Rahayu, 2002, Higiene dan Sanitasi Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo tahun
Pengelolaan Makanan Jasa Boga Golongan C di 2015, Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Kodya Pekanbaru Tahun 2002, Skripsi,
Universitas Sumatera Utara.
106