Anda di halaman 1dari 12

Higiene dan Sanitasi pada Pedagang Angkringan di Kawasan

Malioboro Yogyakarta
1
Dyah Suryani, 2Fardhiasih Dwi Astuti
1,2
Program Studi Kesehatan Masyarakat, FKM, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
Jalan Prof. Dr. Soepomo, SH, Janturan, Warungboto, Yogyakarta 55154
dyahsuryani.ds@gmail.com

ABSTRAK
Penyakit bawaan makanan banyak disebabkan oleh buruknya teknik penanganan makanan, dan terjadi
kontaminasi pada saat disajikan. Higiene penjamah makanan dan sanitasi merupakan kunci keberhasilan
dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat. Keadaan higiene dan sanitasi yang buruk dapat
mempengaruhi kualitas makanan. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat kesehatan konsumen yang
mengkonsumsi makanan tersebut. Jika higiene sanitasi makanannya buruk maka dapat mengakibatkan
timbulnya masalah-masalah kesehatan. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan higiene sanitasi pada pedagang angkringan di kawasan Malioboro. Jenis
penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian yaitu
pedagang angkringan di Kawasan Malioboro dengan jumlah 40 pedagang angkringan. Teknik
pengambilan sampel dengan total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan lembar
checklist. Analisis data yang digunakan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji statistik Fisher.
Hasil uji statistik penelitian kepada 40 pedagang angkringan, menunjukkan bahwa sebanyak 32
pedagang mempunyai pengetahuan tinggi (80%), 36 pedagang mempunyai sikap baik (90%), 29
pedangang mempunyai fasilitas sanitasi buruk (72.5%), 26 pedagang mempunyai higiene yang buruk
(65%). Tidak ada hubungan antara pengetahuan (p=0.222), sikap (p=1.000) dengan higiene pedagang.
Ada hubungan antara fasilitas sanitasi dengan higiene pedagang (p=0.029).

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Fasilitas Sanitasi, Higiene, Sanitasi.

ABSTRACT
Foodborne disease more of the cases caused by poor food handling techniques, and contamination
occurs when served. Food handler hygiene and sanitation are the key to be success in processing safe
and healthy foods. Poor sanitation hygiene can be affect the quality of the food. It cause consumer health
level who is consume these food. If the hygiene and sanitation of food bad it could result in health
problems. Based on this background, the study are interested in knowing the factors related to sanitation
hygiene in angkringan traders in the Malioboro area. This study was observasional analitic with cross
sectional design. The study sample was angkringan traders in Malioboro area with 40 angkringan
traders. Sampling technique with total sampling. The instruments used questionnaire and checklist
sheets. Data analysis used univariate analysis and bivariate analysis with Fisher statistical test. The
results of the study statistics test for 40 angkringan traders, showed that 32 traders had high knowledge
(80%), 36 traders had a good attitude (90%), 29 traders had poor sanitation facilities (72.5%), 26 traders
had bad hygiene (65%). There is no relationship between knowledge (p=0.222), attitude (p=1.000) with
hygiene of traders. There is a relationship between sanitation facilities and hygiene traders (p=0.029).

Keywords: Knowledge, attitude, sanitation facilities, hygiene, sanitation.

70
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 15, No. 1, Juli 2019 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883

Pendahuluan merupakan kunci keberhasilan dalam


Makanan adalah salah satu kebutuhan pengolahan makanan yang aman dan sehat4.
pokok manusia untuk dapat melangsungkan Hygiene penjamah adalah usaha penjamah
kehidupannya. Selain mengandung nilai gizi, makanan dalam menjaga kebersihan tangan,
makanan juga merupakan media bagi mikroba pakaian kerja, kebersihan rambut, dan
atau kuman untuk berkembang biak. kesehatan diri5. Sanitasi adalah usaha kesehatan
Kemungkinan lain masuknya bahan-bahan preventif yang menitikberatkan kegiatan
berbahaya seperti bahan kimia, residu pestisida kepada usaha kesehatan lingkungan hidup
serta bahan lainnya seperti debu, tanah, rambut manusia6.
manusia dapat berpengaruh buruk terhadap Higiene pada pedagang sangat
kesehatan manusia1. berpengaruh terhadap keamanan pangan, agar
Makanan merupakan kebutuhan bahan pangan tidak tercemar. Sedangkan
mendasar bagi hidup manusia, akan tetapi sanitasi tempat penjualan dilakukan untuk
makanan juga sangat mungkin menjadi pengendalian kondisi lingkungan sejak
penyebab terjadinya gangguan dalam tubuh. penanganan bahan baku sampai proses
Salah satu cara untuk memelihara kesehatan distribusi. Peran sanitasi menjadi sangat penting
adalah dengan mengkonsumsi makanan yang sebagai upaya untuk mencegah kemungkinan
aman, yaitu memastikan bahwa makanan tumbuh dan berkembangnya mikroba
tersebut tidak kontaminasi. Kontaminasi dapat pembusuk dan patogen dalam makanan,
menyebabkan makanan tersebut menjadi media minuman, peralatan, dan bangunan yang dapat
bagi suatu penyakit. Penyakit yang ditimbulkan merusak pangan dan membahayakan manusia7.
oleh makanan yang terkontaminasi disebut Keadaan higiene sanitasi yang buruk
penyakit bawaan makanan (food-borned dapat mempengaruhi kualitas makanan yang
disease)2. disajikan kepada konsumen. Hal ini jelas akan
WHO memperkirakan 1 dari 10 orang berpengaruh juga terhadap tingkat kesehatan
terkena penyakit bawaan makanan dan sebagai konsumen yang mengkonsumsi makanan
akibatnya 420.000 orang meninggal setiap tersebut. Jika higiene sanitasi makanannya
tahun. Afrika dan Asia Tenggara merupakan buruk maka dapat mengakibatkan timbulnya
wilayah dengan insiden dan tingkat kematian masalah-masalah kesehatan2.
tertinggi3. Statistik penyakit bawaan makanan Di Indonesia penyakit karena makanan
yang ada di berbagai negara industri saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
menunjukkan bahwa 60% dari kasus yang ada karena masih sering dilaporkan kejadian
disebabkan oleh buruknya teknik penanganan keracunan makanan di banyak daerah. Pada
makanan, dan terjadi kontaminasi pada saat bulan Januari hingga Maret 2016, terdapat
disajikan di Tempat Pengelolaan Makanan insiden keracunan akibat pangan sebanyak 31
(TPM). Kebersihan penjamah makanan atau insiden (30 makanan, 1 minuman). Keracunan
higienis penjamah makanan dan sanitasi akibat pangan berturut-turut disebabkan oleh

71
Dyah Suryani dan Fardhiasih Dwi Astuti. Higiene dan Sanitasi Pada Pedagang Angkringan Di Kawasan Malioboro
Yogyakarta
DOI :
pangan olahan rumah tangga sebanyak 12 makanan seperti gorengan maupun sate-satean
insiden keracunan dengan jumlah korban 792 yang berada di angkringan ini tidak ada
orang, pangan jasaboga sebanyak 9 insiden penutupnya. Karena kondisi pedagang dalam
keracunan dengan jumlah korban 354 orang menyajikan makanan masih kurang baik, maka
dengan 2 korban diantaranya meninggal, dengan kondisi tersebut dapat berisiko dengan
pangan keracunan dengan jumlah korban 190 penularan berbagai macam penyakit. Para
orang dengan 1 korban meninggal, pangan pedagang juga masih memiliki pengetahuan
olahan dalam kemasan sebanyak 3 insiden yang kurang mengenai higiene sanitasi. Tujuan
keracunan dengan korban 120 orang, dan 1 dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
insiden keracunan akibat minuman keras faktor-faktor yang berhubungan dengan higiene
oplosan dengan jumlah korban 42 orang dengan sanitasi pada pedagang angkringan di kawasan
24 korban meninggal8. Malioboro.
Kasus keracunan makanan merupakan
masalah kesehatan bagi masyarakat Yogyakarta Metode
yang dianggap sebagai fenomena suatu Jenis penelitian ini merupakan penelitian
kejadian yang luar biasa (KLB). KLB observasional analitik dengan desain penelitian
keracunan makanan di Yogyakarta tahun 2014 cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di
9
tercatat sejumlah 734 orang dari 5 kabupaten . kawasan Malioboro Yogyakarta. Sampel pada
Angkringan adalah salah satu bentuk penelitian ini yaitu pedagang angkringan di
warung makan yang ada di Yogyakarta, kawasan Malioboro Yogyakarta. Penelitian ini
angkringan biasanya bertempat di pinggir jalan menggunakan teknik totality sampling dengan
atau di atas trotoar. Makanan yang dijual di cara mengambil seluruh populasi yang ada
angkringan sangat bervariasi dan terjangkau dengan jumlah responden sebanyak 40
harganya seperti nasi kucing, aneka gorengan, pedagang angkringan. Instrumen yang
sate, atau berbagai hidangan lainnya beserta digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
10
minuman . kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan
Berdasarkan survey pada pedagang dan sikap dan lembar observasi untuk menilai
angkringan di Kawasan Malioboro, masih fasilitas sanitasi dan higiene pedagang.
ditemukan pedagang yang tidak melakukan Pengambilan penelitian dilakukan dengan
cuci tangan baik sebelum maupun setelah observasi langsung ke tempat pedagang
melayani pembeli, pedagang dalam melayani angkringan di wilayah Malioboro. Kuesioner
pembeli masih merokok, pedagang langsung pengetahuan higiene sanitasi pada pedagang
menggunakan tangan saat mengambil es batu terdiri dari 13 item pertanyaan, sedangkan
tanpa menggunakan peralatan, tempat sampah kuesioner sikap higiene sanitasi pada pedagang
yang ada di angkringan tidak diberi tutup, air terdiri dari 11 item pertanyaan menggunakan
yang digunakan pedagang dalam mencuci skala pengukuran skala Guttman. Lembar
peralatan hanya menggunakan 2 ember air dan observasi fasilitas sanitasi terdiri dari

72
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 15, No. 1, Juli 2019 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883

ketersediaan air bersih, ketersediaan tempat dengan kelompok umur lansia berjumlah 23
sampah, ketersediaan serbet, ketersediaan orang (57.5%), responden memiliki pendidikan
tempat penyimpanan peralatan. Lembar rendah berjumlah 21 orang (52.5%) dan
observasi yang digunakan dalam pengukuran mayoritas responden mempunyai lama
higiene pedagang angkringan terdiri dari 23 berjualan >5 tahun yang berjumlah 36 orang
praktik higiene dengan skala pengukuran (90%).
menggunakan skala Guttman. Hasil dari
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan,
pengisian kuesioner pengetahuan dan sikap Sikap, Fasilitas Sanitasi dan Higiene Sanitasi
serta lembar observasi fasilitas sanitasi dan Pedagang Angkringan di Kawasan Malioboro

higiene pedagang kemudian dikonversikan ke Variabel n %


Pengetahuan
dalam persentase. Dikatakan buruk apabila skor
Rendah 8 20
jawaban dibawah 70% dan dikatakan baik Tinggi 32 80
apabila skor jawaban lebih atau sama dengan Sikap
Buruk 4 10
70%. Analisis data dilakukan dengan uji Baik 36 90
univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi Fasilitas Sanitasi
dan karena syarat chi-square tidak terpenuhi Buruk 29 72.5
Baik 11 27.5
maka menggunakan uji alternative fisher exact Higiene Pedagang
test untuk mengetahui hubungan variabel Buruk 26 65
Baik 14 35
independen dengan variabel dependen (CI
95%) (p=0.05).
Tingkat pengetahuan tentang higiene
sanitasi pada pedagang angkringan mayoritas
Hasil
mempunyai pengetahuan tentang higiene
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Pedagang Angkringan di Kawasan Malioboro sanitasi yang tinggi yaitu sebanyak sebanyak 32
Karakteristik N % responden (80%). Pedagang angkringan telah
Umur mempunyai sikap tentang higiene sanitasi yang
Lansia 23 57.5
Dewasa 17 42.5 baik sebanyak 36 responden (90%). Sedangkan
Pendidikan
Rendah 21 52.5 fasilitas sanitasi pada pedagang angkringan
Tinggi 19 47.5 mempunyai kriteria buruk berjumlah 29
Lama Berjualan
>5 Tahun 36 90 responden (72.5%) dan higiene pada pedagang
< 5 Tahun 4 10
Pelatihan angkringan yang buruk berjumlah 26 responden
Belum Pernah 37 92.5 (65%).
Pernah 3 7.5

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa


mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki
yang berjumlah 35 orang (87.5%), responden

73
Dyah Suryani dan Fardhiasih Dwi Astuti. Higiene dan Sanitasi Pada Pedagang Angkringan Di Kawasan Malioboro
Yogyakarta
DOI :
Tabel 3. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Fasilitas Sanitasi dengan Higiene Pedagang Angkringan di
Kawasan Malioboro

Higiene Pedagang RP
Variabel p value
Buruk % Baik % Total % (CI 95%)
Pengetahuan
Rendah 7 87.5 1 12.5 8 100 0.222
Tinggi 19 59.4 13 40.6 22 100
Sikap
Buruk 3 75 1 25 4 100 1.000
Baik 23 63.9 13 36.1 36 100
Fasilitas Sanitasi
Buruk 22 75.9 7 24.1 29 100 2.086
0.029
Baik 4 36.4 7 63.6 11 100 (0.930-4.681)

Tabel 3 dapat dilihat bahwa proporsi hubungan antara fasilitas sanitasi dengan
higiene pedagang berdasarkan pengetahuan, higiene pada pedagang angkringan di kawasan
bahwa yang paling banyak yaitu pedagang yang Malioboro. Dan hasil statistik dengan α=0.05
mempunyai pengetahuan tinggi dengan higiene didapatkan nilai Rasio Prevalensi (RP) = 2.086
yang buruk berjumlah 19 responden (59.4%). (dengan CI 95%= 0.930-4.681), yang berarti
Hasil analisis dari uji Fisher diperoleh p value bahwa pedagang yang memiliki fasilitas
0.222 (p value > 0.05) maka dapat diketahui sanitasi buruk mepunyai peluang 2.086 kali
bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan memiliki higiene yang buruk dibandingkan
dengan higiene pada pedagang angkringan di dengan pedagang yang memiliki fasilitas
kawasan Malioboro. Sedangkan untuk proporsi sanitasi baik.
higiene pedagang berdasarkan sikap, bahwa
yang paling banyak yaitu pedagang yang Pembahasan
mempunyai sikap baik dengan higiene yang
buruk berjumlah 23 responden (63.9%). Hasil Pengetahuan higiene dan sanitasi pada
pedagang angkringan di kawasan Malioboro
analisis dari uji Fisher diperoleh p value 1.000 Hasil penelitian pada pengetahuan
(p value > 0.05) maka dapat diketahui bahwa pedagang angkringan di kawasan Malioboro ini
tidak ada hubungan antara sikap dengan higiene terdapat 8 pedagang (20%) yang memiliki
pada pedagang angkringan di kawasan pengetahuan tentang higiene sanitasi yang
Malioboro. Dan proporsi higiene pedagang rendah, dan 32 pedagang (80%) memiliki
berdasarkan fasilitas sanitasi, bahwa yang pengetahuan yang tinggi, artinya terdapat
paling banyak yaitu pedagang yang mempunyai banyak pedagang yang mempunyai
fasilitas sanitasi buruk dengan higiene yang pengetahuan tinggi daripada pengetahuan
buruk ada 22 responden (75.9%). Hasil analisis rendah. Pengetahuan pedagang angkringan di
dari uji Fisher diperoleh p value 0.029 (p value kawasan Malioboro pada penelitian ini sudah
< 0.05) maka dapat diketahui bahwa ada
74
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 15, No. 1, Juli 2019 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883

baik karena mereka bisa menjawab dengan seperti pada 37 pedagang setuju bahwa
benar mengenai beberapa pertanyaan seperti 32 pedagang harus menyediakan tempat sampah,
pedagang mengetahui manfaat menjaga 39 pedagang setuju mengenai kebersihan
kebersihan pada saat berdagang, 33 pedagang tempat berjualan harus dijaga oleh pedagang,
mengetahui akibat dari kebiasaan hidup yang 38 pedagang setuju jika mencuci piring harus
tidak bersih, dan 40 pedagang mengetahui menggunakan sabun dan air yang mengalir, dan
dampak yang ditimbulkan jika tidak menjaga 36 pedagang setuju mengenai pernyataan
kebersihan lingkungan. bahwa setiap makanan yang disajikan harus
Pedagang makanan idealnya memiliki mempunyai tempat terpisah.
pengetahuan tentang keamanan pangan dan Penelitian terdahulu menyatakan bahwa
keterampilan dalam praktik sanitasi yang baik sikap penjamah yang positif akan mengarah
dalam pengolahan dan penyajian makanan, pada tindakan praktik penjamah makanan yang
sehingga makanan yang disajikan dapat baik pula 14. Lebih banyaknya sikap yang positif
terjamin keamanannya11. Pengetahuan dapat karena dalam penelitian ini banyak pedagang
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang sudah pernah mengikuti pelatihan
pendidikan, umur, dan lingkungan kerja12. mengenai higiene sanitasi makanan. Hasil
Penelitian ini sejalan dengan penelitian pengukuran sikap dapat dipengaruhi oleh
terdahulu tentang pengetahuan pengolah pendidikan, pengalaman yang di dapat, budaya
makanan bahwa responden dengan yang biasa dilakukan serta fasilitas yang
pengetahuan baik (59.5%) lebih banyak tersedia15.
daripada responden yang berpengetahuan Pembentukan sikap dipengaruhi oleh
kurang (40.5%), pengetahuan baik lebih banyak beberapa faktor yaitu pengalaman pribadi,
daripada pengetahuan rendah karena dari orang yang dianggap penting, media massa,
banyaknya responden yang memiliki umur >35 serta lambang pendidikan dan agama16.
tahun13. Pengalaman pribadi pada penelitian ini seperti
pada lama berjualan pedagang, pedagang yang
Sikap tentang higiene sanitasi pedagang
berjualan lebih dari 5 tahun ada 36 pedagang
angkringan di Kawasan Malioboro
Hasil penelitian pada pedagang (90%) dan pedagang yang berjualan kurang dari
angkringan di Kawasan Malioboro ini, 5 tahun ada 4 pedagang (10%). Karena
pedagang yang memiliki sikap baik berjumlah seseorang yang telah lama bekerja akan
36 orang (90%) lebih banyak daripada yang memperoleh banyak pengalaman sehingga
memiliki sikap buruk yang berjumlah 4 orang sikapnya bisa menjadi baik.
(10%). Artinya, pedagang banyak yang
Fasilitas sanitasi pedagang angkringan di
bersikap baik dalam hal higiene sanitasi. Sikap
kawasan Malioboro
pada pedagang angkringan di kawasan Hasil penelitian pada pedagang
Malioboro ini sudah baik dengan angkringan di kawasan Malioboro ini, jumlah
ditunjukkannya oleh berbagai pernyataan angkringan yang memiliki fasilitas sanitasi

75
Dyah Suryani dan Fardhiasih Dwi Astuti. Higiene dan Sanitasi Pada Pedagang Angkringan Di Kawasan Malioboro
Yogyakarta
DOI :
buruk berjumlah 29 angkringan (72.5%), dan memberikan dampak bagi mereka yang
angkringan yang memiliki fasilitas sanitasi baik mengkonsumsi makanan yang kurang steril
berjumlah 11 angkringan (27.5%). Artinya, dalam penyajiannya. Terlebih lagi makanan
pada angkringan di kawasan Malioboro masih yang ada di angkringan merupakan makanan
banyak angkringan yang memiliki fasilitas yang biasa dikonsumsi oleh banyak kalangan,
sanitasi buruk. Fasilitas sanitasi yang baik dimana masih ada beberapa orang yang belum
dalam penelitian ini yaitu memiliki tempat yang terlalu memahami dengan baik akan bahaya
mudah dibersihkan, adanya air bersih, terdapat yang dapat timbul jika mengkonsumsi makanan
tempat makanan dan peralatan yang tertutup, yang tidak bersih. Buruknya fasilitas sanitasi
tersedia tempat cuci tangan, tersedia tempat juga bisa disebabkan karena pedagang selama
sampah, adanya tempat pembuangan limbah berjualan hanya ingin mendapatkan keuntungan
cair dan terdapat lap atau serbet. Namun di tanpa memikirkan fasilitas yang ada dalam
tempat penelitian masih banyak yang memiliki angkringan mereka.
fasilitas sanitasi buruk karena hanya terdapat 10
angkringan yang menyimpan makanan dalam Higiene pedagang angkringan di kawasan
Malioboro
keadaan tertutup, 23 angkringan tidak memiliki
Berdasarkan hasil penelitian pada
tempat untuk pembuangan limbah cair, dan 40
pedagang angkringan di kawasan Malioboro
angkringan tidak memiliki tempat penyimpanan
ini, jumlah pedagang yang mempunyai higiene
peralatan makan yang tertutup. dengan tidak
yang buruk yaitu 26 pedagang (65%), dan
adanya penutup pada penyimpanan makanan
pedagang yang mempunyai higiene yang baik
dan peralatan makanan dapat mengakibatkan
berjumlah 14 pedagang (35%). Artinya, masih
makanan menjadi tercemar.
banyak pedagang yang mempunyai praktik
Hasil penelitian ini sejalan dengan
higiene yang buruk. Pedagang angkringan di
penelitian terdahulu bahwa jumlah ketersediaan
kawasan Malioboro ini masih banyak yang
fasilitas sanitasi di warung pecel tumpang Kota
memiliki kategori buruk, seperti hanya ada 2
Kerdiri yang memiliki fasilitas sanitasi buruk
pedagang yang menggunakan celemek,
yaitu 10 warung dan yang mempunyai fasilitas
pedagang yang menutup kepala hanya terdapat
sanitasi baik yaitu 7 warung. Jumlah pedagang
24 orang, hanya terdapat 17 pedagang yang
yang memiliki fasilitas sanitasi buruk lebih
mencuci tangan sebelum melakukan kegiatan,
banyak karena pedagang tidak mempunyai
dan sebagainya.
fasilitas cuci tangan dengan air yang mengalir.
Seorang penjamah makanan apabila
Tempat cuci tangan yang dimiliki pedagang
tidak memperhatikan kebersihan dirinya mulai
hanya berupa air yang ditampung di ember dan
dari mencuci tangan, rambut, badan, kuku,
tidak tertutup17.
perawatan luka akan memudahkan masuknya
Kondisi angkringan yang masih banyak
bakteri ke dalam makanan sehingga makanan
mempunyai fasilitas sanitasi yang buruk harus
yang diolah dapat terkontaminasi. Begitu
diperhatikan secara serius, karena dapat

76
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 15, No. 1, Juli 2019 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883

halnya dengan pakaian kerja serta kebersihan masih terdapatnya pedagang yang mempunyai
pakaian kerja atau celemek, penjamah makanan pengetahuan baik tetapi memiliki praktik
sebaiknya menggunakan pakaian kerja atau higiene sanitasi yang kurang dikarenakan
celemek. Kebersihan pakaian kerja atau banyaknya responden yang memiliki
celemek itu perlu diperhatikan, karena bila pengalaman kerja kurang dari 5 tahun (73.8%)
penjamah pada saat pengolahan tidak sehingga pengalaman kerja tersebut dapat
menggunakan pakaian kerja atau celemek maka mempengaruhi praktik higiene sanitasi yang
sisa-sisa kotoran pengolahan akan menempel dimiliki oleh penjamah makanan19.
pada pakaian, sehingga mengakibatkan pakaian Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa
menjadi kotor dan tidak higiene serta dapat tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan
menyebabkan kotoran tersebut berpindah ke higiene pedagang dikarenakan pedagang
makanan yang diolah18. angkringan di kawasan Malioboro rata-rata
Penelitian ini sejalan dengan penelitian memiliki pengetahuan yang tinggi, pedagang
terdahulu bahwa jumlah pedagang yang sebenarnya mengetahui mengenai higiene
mempunyai praktik higiene sanitasi makanan sanitasi namun dikarenakan tempat dalam
yang buruk yaitu 42 pedagang (87.5%) lebih berjualan ini terbatas dan keterbatasannya
banyak daripada pedagang yang mempunyai fasilitas maka pedagang memiliki perilaku
praktik higiene sanitasi makanan yang baik higiene yang buruk. Jumlah pedagang yang
yaitu 6 pedagang (12.5%). Banyak pedagang mempunyai pengetahuan tinggi dengan higiene
yang memiliki praktik higiene sanitasi buruk yang buruk ada 19 orang (59.4%). Hasil
karena masih ditemukan pedagang yang tidak tersebut dapat dibuktikan dengan terdapat 31
mencuci tangan dengan sabun, berbicara saat pedagang dalam penelitian ini dapat menjawab
sedang mengolah makanan dan menyentuh benar mengenai penyebab menurunnya kualitas
makanan langsung dengan tangan14. makanan yaitu dengan cara makanan dibiarkan
dalam kondisi terbuka, meskipun pedagang
Hubungan pengetahuan dengan higiene
mengetahui bahwa membiarkan makanan yang
pedagang angkringan di kawasan Malioboro
Berdasarkan hasil uji analisis bivariat terbuka merupakan penyebab menurunnya
menggunakan uji Fisher diperoleh p value kualitas makanan, namun pedagang dalam hal
0,222 (p value > 0,05) maka dapat diketahui praktiknya masih ada yang membiarkan
bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan makanan itu terbuka tanpa diberi penutup.
dengan higiene sanitasi pada pedagang Pengetahuan pedagang tidak
angkringan di kawasan Malioboro. Hasil pada berpengaruh secara langsung dengan higiene
penelitian ini sejalan dengan penelitian pedagang, selain pengetahuan masih terdapat
terdahulu bahwa tidak ada hubungan antara faktor lain yang dapat mempengaruhi higiene
pengetahuan dengan praktik higiene sanitasi pedagang seperti pengalaman kerja19.
penjamah makanan di sepanjang Jalan Raya Pengetahuan seseorang dapat diperoleh secara
Tajem Maguwoharjo Yogyakarta, dengan internal maupun eksternal. Pengetahuan secara

77
Dyah Suryani dan Fardhiasih Dwi Astuti. Higiene dan Sanitasi Pada Pedagang Angkringan Di Kawasan Malioboro
Yogyakarta
DOI :
internal yaitu pengetahuan yang berasal dari Sikap tidak berhubungan dengan higiene
dirinya sendiri berdasarkan pengalaman hidup. pada pedagang angkringan di kawasan
Sedangkan pengetahuan secara eksternal yaitu Malioboro ini karena fasilitas yang mereka
pengetahuan yang diperoleh dari orang lain miliki untuk berdagang ini tidak lengkap, jadi
yang dianggap penting bagi dirinya20. walaupun rata-rata jumlah pedagang yang
Pengetahuan yang diperoleh secara internal memiliki sikap baik itu lebih banyak namun
maupun eksternal akan menambah pengetahuan karena fasilitas kurang sehingga mereka dalam
pedagang makanan tentang higiene sanitasi21. melaksanakan praktik higiene masih buruk.
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa Jumlah pedagang yang memiliki sikap baik
ternyata pengetahuan tidak berhubungan dengan higiene sanitasi yang buruk yaitu 23
dengan higiene karena masih banyak pedagang pedagang (63.9%). Hal ini bisa dibuktikan pada
yang mempunyai pengetahuan tinggi namun pedagang yang bersikap baik dengan menjawab
dalam hal praktik higiene nya masih buruk, hal setuju pada pertanyaan pedagang mencuci
tersebut bisa saja terjadi karena tingginya piring dengan sabun dan air mengalir sebanyak
pengetahuan pedagang dapat diperoleh dari 38 pedagang, namun pada kenyataannya
mana saja seperti pengalaman sehari-hari mereka mencuci piring menggunakan air yang
maupun dari berbagai media massa atau berada dalam ember, bukan dengan air yang
komunikasi. Walaupun sebenarnya pedagang mengalir. Hal tersebut terjadi karena fasilitas
tahu akan pentingnya higiene sanitasi, namun yang mereka miliki tidak lengkap, mereka tidak
karena keterbatasan tempat berjualan yang mempunyai kran sendiri dan hanya menampung
hanya seperti itu makanya pedagang masih air dengan ember yang digunakan untuk
susah dalam melakukan praktik higiene yang mencuci.
baik. Pengetahuan tidak berhubungan dengan
higiene pedagang, maka sikap juga menjadi
Hubungan sikap dengan higiene pada
tidak berhubungan dengan higiene pedagang.
pedagang angkringan di kawasan Malioboro
Berdasarkan hasil uji analisis bivariat Selain itu, karena kebiasaan pedagang
menggunakan uji Fisher diperoleh p value menganggap hal yang mereka lakukan itu sudah
1.000 (p value > 0.05) maka dapat diketahui menjadi kebiasaan mereka dan belum pernah
bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan terjadi apa-apa maka pedagang-pedagang
higiene pada pedagang angkringan di kawasan tersebut tidak memperbaiki perilaku higiene
Malioboro. Hasil pada penelitian ini sejalan mereka menjadi yang lebih baik.
dengan penelitian terdahulu bahwa tidak ada
Hubungan fasilitas sanitasi dengan higiene
hubungan antara sikap dengan praktik higiene
sanitasi pedagang angkringan di kawasan
makanan di wisata Pantai Glagah Kabupaten Malioboro
Berdasarkan hasil uji analisis bivariat
Kulon Progo, dengan masih banyaknya
menggunakan uji Fisher diperoleh p value
pedagang yang belum pernah mengikuti
0,029 (p value < 0,05) maka dapat diketahui
pelatihan mengenai higiene sanitasi makanan14.

78
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 15, No. 1, Juli 2019 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883

bahwa ada hubungan antara fasilitas sanitasi fasilitas lingkungan seharusnya ditingkatkan
dengan higiene sanitasi pada pedagang oleh pedagang kaki lima23. Juga masih terdapat
angkringan di kawasan Malioboro. Dan hasil angkringan yang tidak memiliki tempat untuk
statistik dengan α=0,05 didapatkan nilai Rasio pembuangan limbah cair, dengan tidak adanya
Prevalensi (RP) = 2,086 (dengan CI 95%= tempat yang digunakan untuk pembuangan
0,930-4,681), yang berarti bahwa pedagang limbah tersebut maka para pedagang hanya
yang memiliki fasilitas sanitasi buruk membuang limbah cair secara sembarangan di
mempunyai peluang 2,086 kali memiliki depan maupun di samping tempat berjualan
higiene yang buruk dibandingkan dengan mereka. Dari fasilitas sanitasi yang masih buruk
pedagang yang memiliki fasilitas sanitasi baik. dapat menyebabkan terjadinya tempat
Hasil pada penelitian ini sejalan dengan perkembangbiakan vektor penyakit yang dapat
penelitian terdahulu bahwa terdapat hubungan menularkan penyakit melalui makanan24.
antara ketersediaan fasilitas dengan praktik Penelitian terdahulu juga menyatakan bahwa
sanitasi makanan di sekitar wisata Pantai penjual makanan streetfood di India banyak
Logending Kecamatan Ayah Kabupaten yang membuang sampah di lokasi jualannya
Kebumen, penelitian ini dapat berhubungan karena tidak menyediakan tempat sampah yang
karena masih banyak pedagang yang belum tertutup, hal ini akan mendatangkan vektor
pernah melaksanakan pelatihan higiene sanitasi seperti lalat dan tikus sehingga menyebabkan
makanan. Dengan adanya pelatihan, maka kontaminasi makanan25.
dapat melatih pedagang agar pedagang dapat Pedagang yang memiliki fasilitas sanitasi
berupaya menyediakan fasilitas sanitasi yang yang buruk, bisa disebabkan karena mereka
22
baik . hanya berjualan di trotoar dimana tempat
Dalam penelitian pada pedagang berjualan sangat terbatas sehingga tidak dapat
angkringan di kawasan Malioboro ini terdapat melengkapi fasilitas sanitasi seperti di tempat-
22 angkringan yang memiliki fasilitas sanitasi tempat yang bagus. Selain itu disebabkan
buruk dengan higiene sanitasi buruk. Hal ini karena kurangnya informasi yang didapatkan,
dapat dilihat dari adanya 30 angkringan yang kurangnya informasi inilah yang menyebabkan
menyajikan makanan tanpa penutup. Hal ini pedagang memiliki fasilitas sanitasi yang
dapat dilihat dari adanya 30 angkringan yang kurang. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyajikan makanan tanpa penutup. Penelitian menyatakan bahwa media informasi merupakan
terdahulu menyatakan bahwa praktik salah satu media yang membantu meningkatkan
kebersihan lingkungan yang buruk dari pendidikan kesehatan, yang akan membantu
pedagang makanan kaki lima harus menegakkan pengetahuan yang diperoleh
dihilangkan, dan itu merupakan tugas yang sehingga pengetahuan tersebut akan lebih
tidak mudah. Pengawasan keamanan makanan tersimpan di dalam ingatan12. Latar belakang
yang rutin dari pihak pemerintah dan praktik sosial ekonomi dan budaya tertentu memiliki
keamanan pangan yang baik, kondisi serta pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

79
Dyah Suryani dan Fardhiasih Dwi Astuti. Higiene dan Sanitasi Pada Pedagang Angkringan Di Kawasan Malioboro
Yogyakarta
DOI :
pedagang kaki lima dan praktik higienisnya. Daftar Pustaka
Jenis kelamin pedagang (pria atau wanita), 1. Depkes RI. Modul Kursus Higiene Dan
Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta:
tingkat pendidikan, pendapatan, usia adalah
Dirjen PPM dan PL. 2010.
faktor penting yang mempengaruhi reaksi 2. Yulia dan Prayitno. Efektifitas Konsentrasi
Asap Cair Dari Tempurung Kelapa
pedagang terhadap keamanan pangan.
Terhadap Angka Kuman. Jurnal Vokasi
Pedagang kaki lima dengan pendidikan yang Kesehatan; 2016. Vol.2, Hal. 385-389.
3. WHO. WHO’s First Ever Global Estimates
memadai dan status ekonomi yang baik akan
of Foodborne Diseases Find Children
mempraktekkan langkah-langkah yang lebih Under 5 Account for Almost One Third of
Deaths.
baik untuk meningkatkan kebersihan makanan
http://www.who.int/mediacentre/news/rele
yang mereka sajikan26. ases/2015/foodborne-disease-
estimates/en/. 2015. Diakses pada 13 April
2018.
Kesimpulan dan Saran 4. Cahyaningsih, C.T., Kushadiwijaya, H.,
dan Tholib, A. Hubungan Higiene Sanitasi
Kesimpulan
dan Perilaku Penjamah Makanan dengan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas Kualitas Bakteriologis Peralatan Makanan
di Warung Makan. Berita Kedokteran
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
Masyarakat, 2009. 25 (4), Hal. 180-188.
antara pengetahuan dan sikap dengan higiene 5. Suherman, P.A., Ane, L.R., dan Ibrahim.
Praktik Hygiene Penjamah dan Sanitasi
pedagang. Dan terdapat hubungan antara
Peralatan Makanan Jajanan Anak Sekolah
fasilitas sanitasi dengan higiene pedagang. Dasar Pada SD di Kel. Antang Kec.
Manggala Kota Makassar. Jurnal MKMI
2013. Juni Hal 103-108.
Saran 6. Rejeki, S. Sanitasi Hygiene Dan K3.
Bandung: Rekayasa Sains. 2015.Hal. 73-
Perlu ditingkatkan mengenai inspeksi
90
kepada para pedagang angkringan dan upaya 7. Hariyadi dan Ratih. Memproduksi Pangan
yang Aman. Jakarta: Dian Rakyat. 2009.
promosi mengenai pentingnya higiene sanitasi
8. BPOM. Berita Keracunan Bulan Januari-
bagi para pedagang angkringan. Maret Tahun 2016.
http//ik.pom.go.id/2014/berita-keracunan-
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah
bulan-januari-maret-2016. Di akses
penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif tanggal 12 April 2018.
9. Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta.
dengan rancangan cross sectional, yang artinya
Profil Kesehatan Provinsi Yogyakarta
penelitian ini hanya dilakukan satu kali Tahun 2014. Dinas Kesehatan Provinsi
Yogyakarta. Yogyakarta; 2015
sehingga peneliti tidak mengamati secara
10. Tengker, V. Ngelencer ke Yogyakarta.
langsung dengan aktivitas sehari-harinya. Data Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2017. Hal.183.
praktik higiene pedagang dalam penelitian ini
11. Sukmawati., Asbar, R., Rochimiwati,
hanya dilihat menggunakan lembar observasi, S.N., dan Nurwahidah. Tingkat
Pengetahuan dan Praktik Penjamah
dimana dalam penelitian ini hanya diukur
Makanan Tentang Keamanan Pangan Pada
sebanyak satu kali sehingga peneliti tidak Usaha Katering di Kota Makassar. Jurnal
Media Gizi Pangan. 2015.Vol. XX, Edisi.
mengamati secara berkelanjutan untuk
2. Hal. 1-4.
mengetahui kebiasaan pedagang angkringan
dalam menerapkan praktik higiene.

80
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 15, No. 1, Juli 2019 ISSN : 0216 – 3942
Website : https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK e-ISSN : 2549 – 6883

12. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan status, safety practices and risk mitigating
Perilaku Kesehatan. Edisi Revisi Jakarta: strategies. Food Control;2014. Vol 41,
Rineka Cipta. 2014. Hal. 147-150. 212-218.
13. Mulyani, R. 2014. Pengetahuan, Sikap dan 24. Ningsih, R. Penyuluhan Higiene Sanitasi
Perilaku Higiene Pengolah Makanan. Makanan dan Minuman Serta Kualitas
Jurnal Keperawatan. Vol.X, No.1. Hal 6- Makanan yang Dijajakan Pedagang di
12. Lingkungan SDN kota Samarinda. Jurnal
14. Abdul-Mutalib, N. A., Abdul-Rashid, M. Kesehatan Masyarakat. 2014.Vol. 10,
F., Mustaf, S., Amin-Nordin, S., Hamat, R. No.1. Hal. 64-72.
A., Osman, M. Knowledge, attitude and 25. Singh, M.C.A.K., Dudeja, L.C.P., Kaushal,
practices regarding food hygiene and M.N., Mukherji, A.C.P., Impact of health
sanitation of food handlers in Kuala Pilah, education intervention on food safety and
Malaysia. Food Control, 2012. 27, 289- hygiene of street vendors: A pilot study.
293. Medical Journal Armed Forced India ;
15. Meikawati, W., Astuti, R., Susilawati. 2016.No. 72. Halaman 265-269.
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Petugas 26. Trafialek, J., Drosinos, E. H., Kolanowski,
Penjamah Makanan dengan Praktek W., Jakubowska-Gawlik, K.,Tzamalis
Higiene dan Sanitasi Makanan di Unit Gizi P.Leksawasdi, N.,Surawang,
RSJD Dr. Amino Gondohutomo S.,Kolanowski, W. (2017). Street food
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat vendors’ hygienic practices in some Asian
Indonesia. 2010.Vol. 6, No.1, Hal. 50-68. and EU countries - A survey. Food
16. Azwar, S. Metode Penelitian. Yogyakarta: Control; 2018. Vol 85, 350-359
Pustaka Belajar Offset; 2005.
17. Putri, G.G., Dewi, Y. Praktik Higiene
Perorangan dan Sanitasi Warung Pecel
Tumpang di Kota Kediri. Jurnal IKESMA.
2017. Vol. 13, No.2. Hal. 155-162.
18. Hasanah, V.A., Sikap Konsumen Terhadap
Kondisi Higiene Sanitasi Penjualan
Makanan Pedagang Kaki Lima Trisula
Taman Bungkul Surabaya. Jurnal Boga.
2013.Vol.2, No.1, Hal. 126-138.
19. Rahmuniyati, M.E., Maghafirah, M.,
Sukismanto. Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Dengan Praktik Higiene Sanitasi
Penjamah Makanan di Sepanjang Jalan
Raya Tajem Maguwoharjo. Jurnal Forum
Ilmiah Kesehatan Mayarakat Respati.
2018.Vol. 3, No.1, Hal. 15-22.
20. Sunaryo. Psikologi Keperawatan. Jakarta:
EGC. 2004
21. Djarismawati., Sukana, B., Sugiharti.
Pengetahuan dan Perilaku Penjamah
tentang Sanitasi Pengolahan Makanan
pada Instalasi Gizi Rumah Sakit di Jakarta.
Media Penelitian dan Pengembangan.
2004.Vol. 14, No. 03. Hal. 31-37.
22. Wati, C. Faktor yang Berhubungan dengan
Praktik Sanitasi pada Pedagang Makanan
di Sekitar Wisata Pantai Logending
Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen,
Unnes Journal of Public Health, 2013.
Vol. 2, No. 4, Hal. 1-10.
23. Liu, Z., Zhang, G., Zhang, X. Urban street
food in Shijiazhuang city, China: Current

81

Anda mungkin juga menyukai