Faktor Risiko Higiene Sanitasi Makanan Karyawan Warung Makan Burjo di Kelurahan
Warungboto Yogyakarta
The Risk Factors of Food Sanitation And Hygiene Among Burjo Food Stalls Warungboto,
Yogyakarta
Abstract
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia Abstrak
yang penting. Seiring dengan kemajuan zaman, banyak orang Food was one of the most primary needs of human. Along
yang tidak sempat menyiapkan sendiri makanan yang akan with the age development, many people had no opportunity to
dikonsumsi. Dengan demikian, mereka tergantung pada prepare their own food. Thus, they depended on food service
pelayanan jasa boga untuk memenuhi kebutuhan to meet their food. Warung burjo at first just a stall that
makanannya. Warung burjo pada awalnya hanya sebuah provides a menu of green bean porridge and sticky rice mixed
warung yang menyediakan menu makanan bubur kacang with coconut milk. Nowadays, burjo stalls are not always
hijau dan ketan hitamnya dicampur dengan santan. Namun synonymous with green bean products. there is egg rice and
saat ini, warung burjo tidaklah selalu identik dengan produk fried noodles and boiled noodles are also on sale.
kacang hijau. Ada nasi telur dan mie instan goreng atau mie Warungboto Urban District Umbulharjo there are many food
instan rebus juga di jual. Kelurahan Warungboto banyak stalls burjo because of its strategic area, many students
terdapat warung makan burjo karena wilayahnya yang around this region, therefore, it can be found very often in this
strategis, banyak pelajar atau mahasiswa disekitar wilayah ini, region. Based on the result of the survey on five food stalls in
sehingga warung makan burjo juga banyak terdapat di Warungboto district, it was indicated that the service system,
wilayah ini. Berdasarkan hasil survei pendahuluan, di especially in the food cleanness was still less. Knowledge,
Kelurahan Warungboto, terlihat bahwa sistem pelayanan education, and low salary caused the sellers paid less
khususnya tentang kebersihan makanannya masih kurang attention to the importance of keeping the hygiene of food
dijaga dengan baik. Pengetahuan, pendidikan dan gaji yang sanitation in the stalls. This study aimed at identifying the
rendah menyebabkan para pedagang kurang memperhatikan relationship between the level of knowledge, education, and
tentang pentingnya menjaga higiene sanitasi makanan di salary to the hygiene and food sanitation in the stall of green
warung bubur kacang hijau tersebut. Penelitian ini nuts porridge. This study was observational analytic using of
merupakan penelitian analitik observasional dengan cross sectional design. The respondent of this study were 37
menggunakan rancangan studi Cross Sectional. Responden employees working in the stalls. The result of bivariant
dari penelitian ini adalah 37 karyawan yang bekerja di warung analysis indicated that there was relationship between the
makan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada level of knowledge and the hygiene of people and food
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan higiene sanitation, sig = 0.004 for individual hygiene and sig = 0.016
perorangan dan sanitasi makanan. sig = 0,004 untuk higiene for food sanitation. There was no relationship between the
perorangan dan sig = 0,016 untuk sanitasi makanan. Tidak level of education with the hygiene of people and food
ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan higiene sanitation, sig = 0.591 for individual hygiene and sig 1.000 for
perorangan dan sanitasi makanan sig = 0,591 untuk higiene food sanitation. There was no relationship between the level
perorangan dan sig 1.000 untuk sanitasi makanan. Tidak ada of salary and the hygiene of people and food sanitation sig =
hubungan antara gaji karyawan dengan higiene perorangan 1.000 for individual hygiene and sig 0.327 for food sanitation.
dan sanitasi makanan sig = 1.000 untuk higiene perorangan The risk factor of knowledge was relationship with the hygiene
dan sig 0,327 untuk sanitasi makanan. Faktor risiko of people and food sanitation. The risk factor of education was
pengetahuan memiliki hubungan bermakna dengan higiene no relationship with the hygiene of people and food sanitation.
perorangan dan sanitasi makanan. Faktor risiko pendidikan The risk factor of salary was no relationship with the hygiene
tidak memiliki hubungan bermakna dengan higiene of people and food sanitation.
perorangan dan sanitasi makanan. Faktor risiko gaji karyawan Keywords : Hygiene and food sanitation, knowledge,
tidak memiliki hubungan bermakna dengan higiene education, salary, food stalls
perorangan dan sanitasi makanan.
Kata Kunci : Higiene Sanitasi Makanan, Pengetahuan,
Pendidikan, Gaji Karyawan, Warung Makan Burjo
68
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.2 Agust 2017] AFIASI
69
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.2 Agust 2017] AFIASI
motivasi karyawan dalam berprestasi serta pedagang warung makan burjo tersebut,
dalam pelayanan warung burjo yang higienis, ternyata dari ke lima warung makan burjo
tetapi dapat dikatakan bahwa gaji merupakan tersebut pedagang kurang mengetahui tentang
salah satu motivasi penting yang ikut pentingnya higiene sanitasi makanan.
mendorong karyawan untuk memberikan Pengetahuan dan pendidikan yang rendah
pelayanan terbaik bagi konsumen dalam menyebabkan para pedagang kurang
penyelenggaraan higiene sanitasi makanan memperhatikan tentang pentingnya menjaga
pada warung makan burjo. Sehingga apabila higiene sanitasi makanan di warung burjo
pengetahuan, pendidikan, dan gaji karyawan tersebut. Sedangkan pendapatan atau gaji
pada warung makan burjo rendah maka akan yang rendah sulit untuk menerapkan prinsip
sulit untuk merapkan prinsip higiene sanitasi higiene sanitasi makanan pada warung makan
makanan pada warung makan burjo.2 burjo.
Warung burjo pada awalnya hanya sebuah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
warung yang menyediakan menu makanan faktor risiko hubungan pengetahuan,
bubur kacang hijau dan ketan hitamnya pendidikan, dan gaji karyawan dengan higiene
dicampur dengan santan. Namun saat ini, sanitasi makanan pada warung makan burjo di
warung burjo tidaklah selalu identik dengan Kelurahan Warungboto, Kota Yogyakarta
produk kacang hijau. ada nasi telur dan mie tahun 2013.
instan goreng atau mie instan rebus juga di jual
warung burjo ini.8 Kelurahan Warungboto Metode
banyak terdapat warung makan burjo karena Penelitian ini merupakan penelitian analitik
wilayahnya yang strategis, banyak pelajar atau observasional dengan menggunakan rancangan
mahasiswa disekitar wilayah ini, sehingga studi Cross Sectional. Penelitian cross
warung makan burjo juga banyak terdapat di sectional adalah penelitian analitik
wilayah ini. Terdapat 37 warung burjo yang observasional yang menelaah hubungan antara
ada di wilayah Kelurahan Warungboto ini.8 variabel sebab (faktor risiko) dan akibat atau
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur
dilakukan pada beberapa warung makan burjo atau dikumpulkan secara simultan (dalam
di Kelurahan Warungboto, terlihat bahwa waktu yang bersamaan).7 Penelitian ini
sistem pelayanan khususnya tentang dilaksanakan pada bulan Maret-April 2013.
kebersihan makanannya masih kurang dijaga Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan
dengan baik. Makanan seperti gorengan, kue, warung makan burjo sebanyak 37 orang
masih dibiarkan terbuka sehingga dengan teknik pengambilan sampel totality
memudahkan berbagai macam vektor penyakit sampling. Pengumpulan data dilakukan
untuk hinggap. Selain itu, beberapa warung dengan menggunakan kuesioner dan lembar
makan burjo itu tidak dijaga kebersihannya, checklist observasi. Analisis data yang
banyak sampah yang dibiarkan berserakan. digunakan yaitu analisis univariat (deskriptif)
Pedagang burjo ketika membersihkan dan analisis bivariat.
peralatan makan seperti sendok, gelas, piring,
di dalam ember yang airnya kotor. Padahal air
tersebut dapat berbahaya sekali, karena air Hasil
yang kotor tersebut merupakan media
penularan penyakit hepatitis, maupun penyakit Deskripsi Lokasi Penelitian
bawaan makanan (PBM) lainnya. Kelurahan Warungboto merupakan bagian
Dari survei pendahuluan yang dilakukan, dari wilayah Kecamatan Umbulharjo,
peneliti memberikan pertanyaan kepada Yogyakarta. Kelurahan Warungboto memiliki
70
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.2 Agust 2017] AFIASI
2. Analisis Bivariat
Tabel 2. Hubungan Antara Faktor Risiko Karyawan Warung Makan Burjo dengan
Higiene perorangan di Kelurahan Warungboto Kota Yogyakarta
Higiene perorangan
Variabel Kurang baik Baik RP 95% CI p value
N % N %
Pengetahuan
Kurang Baik 6 75 5 17,24 7,091 1,686- 0,004
Baik 2 25 24 82,76 29,829
Pendidikan
Rendah 6 75 25 86,21 0,581 0,152-2,219 0,591
Tinggi 2 25 4 13,79
Gaji Karyawan 6 75 22 75,86 0,964 0,235-3,962 1,000
Rendah 2 25 7 24,14
Tinggi
Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa terdapat 0,004. Nilai RP 7,091 (CI = 1,686-29,829).
hubungan bermakna antara pengetahuan Hal ini berarti orang yang memiliki tingkat
dengan higiene perorangan dengan hasil dari pengetahuan rendah 7,091 kali kurang
uji fisher didapatkan bahwa nilai p value = mengetahui pelaksanaan higiene perorangan
71
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.2 Agust 2017] AFIASI
Tabel 3. Hubungan Antara Faktor Risiko Karyawan Warung Burjo dengan Sanitasi
Makanan di Kelurahan Warungboto Kota Yogyakarta
Sanitasi Makanan
Variabel Kurang baik Baik RP 95% CI p value
N % N %
Pengetahuan
Kurang Baik 5 71,43 6 20 5,909 1,344- 0,016
Baik 2 28,57 24 80 25,973
Pendidikan
Rendah 6 85,72 25 83,33 1,161 0,169-7,985 1,000
Tinggi 1 14,28 5 16,67
Gaji Karyawan
Rendah 4 57,14 24 80 0,429 0,117-1,565 0,327
Tinggi 3 42,86 6 20
72
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.2 Agust 2017] AFIASI
69
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.2 Agust 2017] AFIASI
(flu, batuk), tampak tidak memiliki luka, di warung-warung makan serta adanya
berpakaian bersih dan rapi, tidak meludah pengawasan dari pengelola atau pemilik
sembarangan pada saat bekerja, tidak warung makan burjo agar dapat
berbicara menghadap makanan, tidak memberikan pelayanan yang baik dan
membuang sampah sembarangan, serta higienis kepada konsumen menyebabkan
mencuci tangan dengan sabun sebelum penerapan sanitasi makanan di warung
menjamah makanan. makan burjo sudah baik.
Kesehatan dan kebersihan diri serta Pendidikan tentang pengelolaan warung
perilaku sudah menjadi faktor kebiasaan burjo yang higienis merupakan suatu
dan perilaku sehari-hari. Selain itu, apabila proses mengubah kepribadian, sikap, dan
karyawan warung makan burjo tersebut pengertian tentang pentingnya higiene
sakit, maka pengelola atau pemilik warung sanitasi makanan pada warung makan
makan burjo akan menyarankan karyawan burjo, sehingga tercipta pola kebudayaan
yang sakit tersebut dapat berobat, serta dalam mengelola warung burjo secara baik
dapat digantikan oleh karyawan yang dan benar tanpa ada paksaan dari pihak
sehat. Karena apabila mereka sakit maka manapun.
akan mempengaruhi kualitas pelayanan Hal ini sejalan dengan penelitian yang
kepada konsumen. Sehingga walaupun dilakukan oleh Sunarti yang menyatakan
pendidikannya rendah tetapi karyawan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
warung makan burjo sudah mengerti pendidikan pedagang dengan penggunaan
tentang pentingnya higiene perorangan. boraks pada bakso dengan nilai p = 0,251
Hal ini sejalan dengan penelitian yang > p = 0,05.13
dilakukan oleh Sunarti yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat 3. Hubungan antara gaji karyawan dengan
pendidikan pedagang dengan penggunaan higiene sanitasi makanan
boraks pada bakso dengan nilai p = 0,251
> p = 0,05.13 Hubungan antara gaji karyawan dengan
higiene perorangan
Hubungan tingkat pendidikan dengan Hasil secara statistik berbeda dengan
sanitasi makanan hasil secara teori dimana menurut teori,
Tidak adanya hubungan yang signifkan apabila gaji karyawan warung makan burjo
antara pendidikan dengan sanitasi makanan tinggi maka akan berpengaruh dalam
dapat disebabkan oleh faktor lain yaitu pelaksanaan higiene sanitasi makanan
adanya enabling factor dan reinforcing termasuk terpenuhinya sarana dan
factor. Enabling factor merupakan faktor prasarana pemeliharaan kesehatan seperti
yang mempermudah sanitasi makanan terciptanya kondisi sanitasi warung makan
misalnya ketersediaan fasilitas. Sedangkan, burjo yang baik, penyediaan makanan dan
reinforcing factor merupakan faktor yang minuman yang higienis, serta mampu
memperkuat penerapan sanitasi makanan membiayai pemeliharaan kesehatan yang
misalnya adanya peraturan-peraturan diperlukan. Tidak adanya hubungan antara
maupun pengawasan. gaji dengan higiene perorangan dapat
Ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan disebabkan oleh beberapa faktor salah
menyebabkan dapat diterapkannya sanitasi satunya yaitu gaji bukan merupakan satu-
makanan dengan baik. Adanya satunya motivasi seseorang untuk
14
pengawasan dari pemerintah misalnya dari menerapkan higiene perorangan.
BPOM untuk mengawasi sanitasi makanan
70
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.2 Agust 2017] AFIASI
Sebaliknya jika gaji karyawan warung yang berhubungan dengan masalah gaji
makan burjo rendah maka terciptanya atau insentif sangat sensitif sekali, hal ini
pelaksanaan higiene perorangan juga terbukti dari kehati-hatian responden dalam
rendah sehingga akan berpengaruh menjawab pertanyaan yang ada. Hal ini
terhadap masih rendahnya pelaksanaan sejalan dengan penelitian yang dilakukan
higiene sanitasi makanan di warung makan oleh Subowo, yang menunjukkan tidak ada
burjo tersebut, serta dapat berpengaruh hubungan secara statistik antara insentif
terhadap status kesehatan, lingkungan yang kerja dengan kinerja perawat, dapat dilihat
tidak sehat, penyakit bawaan makanan dan dari hasil uji statistik yang diperoleh
pelayanan kesehatan yang kurang dengan nilai p = 0,424 > 0,05, yang
memadai. menunjukkan tidak terdapat korelasi yang
Hal ini sejalan dengan penelitian yang bermakna antara dua variabel yang diuji.15
dilakukan oleh Subowo, yang
menunjukkan tidak ada hubungan secara Kesimpulan
statistik antara insentif kerja dengan
kinerja perawat, dapat dilihat dari hasil uji 1. Faktor risiko pengetahuan memiliki
statistik yang diperoleh dengan nilai p = hubungan bermakna dengan higiene
0,424 > 0,05, yang menunjukkan tidak perorangan dan sanitasi makanan pada
terdapat korelasi yang bermakna antara karyawan warung makan burjo di
dua variabel yang diuji.15 Kelurahan Warungboto Kota Yogyakarta
Tahun 2013.
2. Faktor risiko pendidikan tidak memiliki
Hubungan antara gaji karyawan dengan hubungan bermakna dengan higiene
sanitasi makanan perorangan dan sanitasi makanan pada
Gaji merupakan penghasilan untuk karyawan warung makan burjo di
memenuhi kebutuhan terhadap keluarga, Kelurahan Warungboto Kota Yogyakarta
walaupun gaji bukan merupakan satu- Tahun 2013.
satunya motivasi karyawan dalam 3. Faktor risiki gaji karyawan tidak memiliki
berprestasi serta dalam pelayanan warung hubungan bermakna dengan higiene
burjo yang higienis, tetapi dapat dikatakan perorangan dan sanitasi makanan pada
bahwa gaji merupakan salah satu motivasi karyawan warung makan burjo di
penting yang ikut mendorong karyawan Kelurahan Warungboto Kota Yogyakarta
untuk memberikan pelayanan terbaik bagi Tahun 2013.
konsumen dalam penyelenggaraan higiene
sanitasi makanan pada warung makan Saran
burjo.14 Sehingga tinggi rendahnya gaji
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta
yang diberikan akan mempengaruhi
Dinas kesehatan kota yogyakarta perlu
produktivitas maupun kualitas pelayanan
melakukan penyuluhan serta pelatihan
higiene sanitasi makanan oleh karyawan
kesehatan dalam upaya meningkatkan
yang diberikannya terhadap konsumen.
pengetahuan khususnya bagi karyawan
Hasil penelitian yang menggambarkan
warung makan burjo tentang higiene
tidak adanya hubungan yang signifikan
sanitasi makanan.
secara statistik antara gaji karyawan dengan
2. Paguyuban Warung Burjo Kota
sanitasi makanan menurut analisa penulis
Yogyakarta
bisa disebabkan karena Kecenderungan
Memberikan masukan dan saran serta
responden dalam menjawab pertanyaan
mengadakan pelatihan dengan
kuesioner. Pertanyaan dalam kuesioner
71
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.2, No.2 Agust 2017] AFIASI
72