Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DAN

HIGIENE PERORANGAN (PERSONAL HYGIENE) PENJAMAH


MAKANAN PADA PENYELENGGARAAN MAKANAN
ASRAMA PUTRI
Edinda Ayu Miranti1, Annis Catur Adi2
1Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
2Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kessehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
Email: edindaayumiranti@gmail.com

ABSTRAK
Penyelenggaraan makanan pada asrama siswa sebaiknya memperhatikan prinsip higiene dan sanitasi yang telah
ditetapkan. Salah satu faktor yang mendukung prinsip higiene dan sanitasi penyelenggaraan makanan adalah
kebersihan diri penjamah makanan agar mencegah kontaminasi pada makanan. Pengetahuan dan sikap penjamah
makanan dapat memengaruhi perilaku kebersihan diri penjamah makanan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
hubungan pengetahuan dengan sikap dan higiene perorangan penjamah makanan pada penyelenggaraan makanan
asrama putri. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain cross sectional. Sampel adalah seluruh
penjamah makanan pada penyelenggaraan makanan asrama putri Al Izzah Kota Batu dan Ar Rohmah Malang yaitu 20
responden dengan metode sampling jenuh (populasi < 30). Hubungan antar variabel menggunakan uji statistik Rank
Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan (55,0%) dan sikap (65,0%) adalah baik,
sedangkan higiene perorangan masuk kategori sedang (85,0%). Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara pengetahuan dengan sikap (p>0,10), namun terdapat hubungan antara pengetahuan dengan higiene
perorangan (p<0,10). Kesimpulan pada penelitian ini adalah pengetahuan bukan merupakan satu-satunya faktor yang
dapat memengaruhi sikap, namun pengetahuan adalah salah satu faktor yang dapat memengaruhi higiene perorangan
penjamah makanan. Penyelenggara Makan Asrama Putri perlu meningkatkan pengawasan dan memberikan pelatihan
mengenai higiene dan sanitasi kepada penjamah makanan.

Kata kunci: higiene perorangan, pengetahuan, penyelenggaraan makanan, sikap

ABSTRACT
Food service provider of student dormitory have to pay attention to the principles of hygiene and sanitation. One
of factors that support the principles of hygiene and sanitation on food service establishment is personal hygiene
of food handlers, in order to prevent contamination of food. Knowledge and attitude of food handlers can affect the
personal hygiene behavior of food handlers. The purpose of this study was to analyze correlation of knowledge with
attitude and personal hygiene of food handlers in food service provider of female student dormitory. This study was
an observational study with cross sectional design. The sample of this study was all food handlers at food service
provider of female student dormitory Al Izzah Batu City and Ar Rohmah and it was twenty respondents with saturated
sampling method (population < 30). The analysis technique used in this study was Spearman’s Rank test. The results
showed that most food handlers have good knowledge (55.0%) and attitude (65.0%), meanwhile personal hygiene were
moderate (85.0%). The test results showed that there was no correlation between knowledge and attitude (p>0.10),
but there was a correlation between knowledge and personal hygiene (p>0.10). This study concluded that knowledge
is not the only factor that can influence the attitude, but knowledge is one of factors that may affect personal hygiene
of food handlers. Food organizer of female student dormitory needs to improve the supervision and give hygiene and
sanitation training for food handlers.

Keywords: personal hygiene,knowledge, food service, attitude

120
Edinda A. Miranti. dkk., Hubungan Pengetahuan dengan Sikap dan… 121

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil penelitian Budiyono,


Penyelenggaraan makanan asrama siswa dkk. (2008), sebagian besar tingkat pengetahuan
merupakan penyelenggaraan makanan yang penjamah makanan mengenai higiene dan sanitasi
diadakan oleh asrama pada suatu sekolah masuk kategori kurang. Purwaningtyas (2013) juga
tertentu. Penyelenggaraan makanan pada menyatakan praktek higiene penjamah makanan
asrama siswa sebaiknya juga memperhatikan pada penyelenggaraan makanan Pondok Pesantren
prinsip penyelenggaraan makanan yang telah sebagian besar masuk kategori buruk dan menurut
ditetapkan dan disesuaikan dengan kebutuhan gizi Meikawati, dkk. (2010), sebagian besar penjamah
penghuni asrama agar dapat menjaga status gizi, makanan bersikap tidak mendukung mengenai
meningkatkan status kesehatan dan diharapkan higiene dan sanitasi. Menurut hasil penelitian
dapat berdampak pada tingkat kehadiran siswa Erruliya (2008), terdapat hubungan antara
serta meningkatkan prestasi belajar siswa. pengetahuan dengan sikap higiene dan sanitasi
Menurut Fatmawati, dkk. (2013), salah satu penjamah makanan serta ada hubungan pula antara
prinsip dasar penyelenggaraan makanan institusi pengetahuan dengan praktek higiene penjamah
adalah penyelenggaraan makanan yang menerapkan makanan.
higiene dan sanitasi sesuai ketentuan yang berlaku. Penyelenggaraan makanan Asrama Putri Al
Salah satu faktor yang mendukung prinsip higiene Izzah dan Ar Rohmah mempunyai kesamaan, yaitu
dan sanitasi penyelenggaraan makanan adalah tidak ada kualifikasi pendidikan untuk penjamah
faktor kebersihan penjamah makanan atau higiene makanan yang bekerja. Penjamah makanan yang
perorangan. Higiene perorangan merupakan bekerja merupakan para ibu yang dapat memasak
perilaku bersih, aman dan sehat penjamah makanan dan tinggal tidak jauh dari wilayah kedua asrama
untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada tersebut. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
makanan mulai dari persiapan bahan makanan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan
sampai penyajian makanan. Beberapa prosedur sikap dan higiene perorangan penjamah makanan
penting bagi penjamah makanan, yaitu cuci tangan pada penyelenggaraan makanan asrama putri.
sebelum dan sesudah memegang bahan makanan,
memakai alat pelindung diri yang lengkap dan METODE
kebersihan serta kesehatan diri. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
Menurut Badan POM RI (2011), Kejadian observational dengan desain penelitian cross
Luar Biasa (KLB) keracunan makanan selama sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan
tahun 2011 tercatat 128 kejadian/kasus yang Maret–Mei 2016 di Penyelenggaraan Makanan
berasal dari 25 provinsi. Dilaporkan kasus KLB Asrama Putri Al Izzah Kota Batu dan Ar Rohmah
keracunan pangan sebanyak 6.901 orang sakit. Malang. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh
Pada bulan Juli-September 2015, keracunan akibat penjamah makanan penyelenggaraan makanan
makanan salah satunya disebabkan oleh makanan asrama putri Al Izzah dan Ar Rohmah dengan besar
dari jasaboga, yaitu sebanyak 9 insiden keracunan sampel adalah 22 responden. Teknik pengambilan
dengan jumlah korban 546 orang. sampel menggunakan sampling jenuh (populasi
Salah satu sumber penularan penyakit dan < 30). Namun, pada saat penelitian, responden
penyebab terjadinya keracunan makanan, yaitu yang memenuhi kriteria berjumlah 20 responden,
makanan dan minuman yang terkontaminasi sedangkan 2 responden lainnya, yaitu 1 orang
bahan berbahaya dan tidak memenuhi syarat tidak bersedia menjadi responden dan 1 orang
higiene (Cahyaningsih, dkk., 2009). Perilaku mengalami disable (tuna rungu).
higiene penjamah makanan tidak terlepas dari Pengumpulan data karakteristik (umur,
sikap dan pengetahuan mengenai higiene dan pendidikan terakhir, lama bekerja dan keikutsertaan
sanitasi makanan. Pengetahuan, sikap dan higiene pelatihan/penyuluhan), pengetahuan dan sikap
perorangan penjamah makanan sangat penting responden mengenai higiene dan sanitasi
dalam penyelenggaraan makanan agar makanan penyelenggaraan makanan diperoleh dengan
yang dihasilkan terhindar dari kontaminasi.
122 Media Gizi Indonesia, Vol. 11, No. 2 Juli–Desember 2016: hlm. 120–126

wawancara dengan kuesioner yang mengacu Keikutsertaan Pelatihan/Penyuluhan


pada Permenkes RI No.1096/MENKES/PER/ Berdasarkan Tabel 1 diperoleh sebagian
VI/2011,sedangkan data mengenai higiene besar penjamah makanan tidak pernah mengikuti
perorangan diperoleh melalui observasi selama pelatihan/penyuluhan mengenai higiene dan
melaksanakan kegiatan persiapan hingga sanitasi penyelenggaraan makanan. Hal ini
pendistribusian makanan. dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya
Data yang diperoleh dilakukan skoring pada pihak penyelenggaraan makanan untuk
kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk mengadakan pelatihan/penyuluhan. Menurut
tabel dan dianalisis deskriptif. Data mengenai Permenkes RI No.1096/ MENKES/PER/VI/2011,
uji hubungan dilakukan dengan uji statistik salah satu syarat tenaga penjamah makanan, yaitu
Rank Spearman dengan tingkat kepercayaan memiliki sertifikat kursus higiene dan sanitasi
90% (α=0,10). Penelitian ini telah mendapatkan makanan.
persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian
Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Pengetahuan, Sikap dan Higiene Perorangan
Universitas Airlangga dengan nomor 244-KEPK. (Personal Hygiene)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
HASIL DAN PEMBAHASAN besar penjamah makanan mempunyai pengetahuan
Karakteristik penjamah makanan sebagian dan sikap yang baik mengenai higiene dan sanitasi
besar masuk dalam kategori umur produktif penyelenggaraan makanan serta higiene perorangan
sebelum pralansia, pendidikan terakhir SD, lama (personal hygiene) yang masuk dalam kategori
masa kerja ≥ 3 tahun dan tidak pernah mengikuti sedang. Pengetahuan dan sikap mengenai higiene
pelatihan/penyuluhan mengenai higiene dan dan sanitasi penyelenggaraan makanan serta
sanitasi penyelenggaraan makanan. Karakteristik higiene perorangan (personal hygiene) penjamah
penjamah makanan dapat dilihat pada Tabel 1. makanan dapat dilihat pada Tabel 2.
Umur. Pada tabel 1 menunjukkan bahwa Pengetahuan. Pengetahuan pada penelitian
sebagian besar penjamah makanan masuk dalam ini merupakan pengetahuan penjamah makanan
kategori produktif sebelum pralansia (< 45 tahun). mengenai higiene dan sanitasi penyelenggaraan
Pada penelitian ini umur dikategorikan produktif makanan. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
sebelum pralansia (15–44 tahun) dan produktif sebagian besar pengetahuan penjamah makanan
pralansia (45–59 tahun). Hal tersebut berarti masuk dalam kategori baik. Hal ini disebabkan
penjamah makanan masuk dalam umur produktif karena berbagai faktor seperti pengalaman kerja,
dan belum memasuki kategori umur pralansia pekerjaan dan mendapatkan informasi dari
sehingga diharapkan mampu melaksanakan berbagai tempat dan media.
tugasnya dengan optimal. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
Pendidikan Terakhir. Pada Tabel 1 penelitian Meikawati dkk., (2010), yang
menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan menyatakan sebagian besar penjamah makanan
yang telah ditempuh penjamah makanan adalah memiliki pengetahuan yang baik mengenai higiene
SD. Hal ini dikarenakan tidak ada kualifikasi dan sanitasi makanan (50,0%).
pendidikan penjamah makanan pada kedua Begitu pula dengan hasil penelitian Triandini
penyelenggaraan makanan asrama putri tersebut. dan Handajani (2015), yang menyatakan bahwa
Lama Bekerja. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar pengetahuan penjamah makanan
didapatkan sebagian besar penjamah makanan telah mengenai higiene masuk dalam kategori baik
bekerja ≥3 tahun. Menurut Faidzin dan Winarsih sekali (73,3%).
(2008), lama masa kerja merupakan pengalaman Sikap. Sikap penjamah makanan merupakan
individu yang dapat menentukan perkembangan hasil penilaian penjamah makanan terhadap
dalam pekerjaan. perilaku higiene dan sanitasi penyelenggaraan
Edinda A. Miranti. dkk., Hubungan Pengetahuan dengan Sikap dan… 123

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Penjamah Makanan otak bandeng di Kabupaten Gresik memiliki
Jumlah (n = 20)
sikap yang baik (53,3%). Begitupula dengan
Karakteristik Penjamah Makanan hasil penelitian Meikawati dkk., (2010), yang
n %
Umur menyatakan sikap penjamah makanan mengenai
Produktif Sebelum Pralansia 13 65,0 higiene dan sanitasi makanan yang tidak bersikap
Produktif Pralansia 7 35,0 mendukung sebesar 50,0%.
Pendidikan Terakhir
SD 10 50,0
Higiene Perorangan (Personal Hygiene)
SMP 5 25,0
SMA/SMK 5 25,0 Higiene perorangan ( personal hygiene)
Sarjana/Diploma 0 0,0
penjamah makanan merupakan perilaku hidup
Lama Bekerja (Tahun)
bersih dan sehat penjamah makanan selama
<3 6 30,0
≥3 14 70,0 penyelenggaraan makanan. Pada Tabel 2
Keikutsertaan Pelatihan/ menunjukkan bahwa sebagian besar higiene
Penyuluhan perorangan penjamah makanan masuk dalam
Tidak Pernah 13 65,0 kategori sedang. Hal ini disebabkan karena
< 3 kali 7 35,0
≥ 3 kali
penjamah makanan tidak memakai alat pelindung
0 0,0
diri dengan lengkap, tidak mencuci tangan dengan
sabun sebelum dan sesudah memegang bahan
Tabel 2. Distribusi Pengetahuan, Sikap dan Higiene makanan serta tidak tersedianya fasilitas sabun
Perorangan (Personal Hygiene) Penjamah
Makanan
untuk mencuci tangan dan masker.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
Jumlah (n = 20)
Kategori penelitian Erruliya (2008), yang menyatakan
n %
Pengetahuan
bahwa sebagian besar praktek higiene dan
Baik 11 55,0 sanitasi penjamah makanan tergolong sedang
Sedang 4 20,0 (66,7%). Praktek higiene dan sanitasi makanan
Kurang 5 25,0 dapat menentukan kualitas hygiene dan sanitasi
Sikap
makanan yang didukung dengan fasilitas yang
Baik Sekali 1 5,0
Baik 13 65,0 memadai. Begitu pula dengan hasil penelitian
Cukup 6 30,0 Handayani dkk., (2015), yang menyatakan
Kurang 0 0,0 penjamah makanan masih melakukan perilaku
Higiene Perorangan berisiko saat mengolah makanan, seperti tidak
Baik 0 0,0
Sedang 17 85,0
menggunakan masker, penutup kepala, sarung
Kurang 3 15,0 tangan, banyak berbicara, menggaruk anggota
tubuh dan mengunyah makanan saat sedang
mengolah makanan. Perilaku tersebut dapat
makanan. Berdasarkan Tabel 2 diperoleh sebagian
memperbesar kemungkinan terjadinya kontaminasi
besar sikap penjamah makanan masuk dalam
pada makanan yang diproduksi. Sedangkan
kategori baik. Hal ini dapat disebabkan karena
menurut Permenkes RI No. 1096/ MENKES/PER/
faktor pengalaman.
VI/2011, penjamah makanan guna melindungi
Menurut Azwar (2010), faktor yang
pencemaran terhadap makanan harus menggunakan
memengaruhi sikap, yaitu pengalaman pribadi,
celemek, penutup rambut dan sepatu kedap air
pengalaman orang lain yang dianggap penting,
serta menjaga perilaku selama bekerja seperti
pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga
tidak banyak berbicara, selalu menutup mulut saat
pendidikan dan lembaga agama serta faktor
bersin atau batuk dan mencuci tangan sebelum
emosional. Hasil penelitian ini sejalan dengan
dan setelah bekerja serta setelah keluar dari toilet/
hasil penelitian Triandini dan Handajani (2015),
kamar mandi.
sebagian besar penjamah makanan produksi otak-
124 Media Gizi Indonesia, Vol. 11, No. 2 Juli–Desember 2016: hlm. 120–126

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap dengan pengetahuan penjamah makanan kategori


Pada hasil uji statistik menyatakan bahwa baik yang memiliki sikap kategori cukup, yaitu
tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan sebesar 9,1%. Hal ini menunjukkan terdapat
sikap penjamah makanan mengenai higiene dan kecenderungan bahwa penjamah makanan
sanitasi penyelenggaraan makanan. Hubungan dengan sikap baik mempunyai pengetahuan
antara pengetahuan dan sikap penjamah makanan mengenai higiene dan sanitasi penyelenggaraan
dapat dilihat pada Tabel 3. makanan yang baik pula, meskipun tidak cukup
Pada Tabel 3 menunjukkan pengetahuan kuat untuk menunjukkan terdapat hubungan
penjamah makanan dengan kategori baik antara pengetahuan dan sikap. Berdasarkan hasil
mempunyai sikap yang baik juga, yaitu sebesar penelitian Handayani dkk., (2015), menyatakan
81,8%. Namun, berdasarkan hasil uji statistik bahwa penjamah makanan yang memiliki sikap
didapatkan p-value sebesar 0,60 (p>0,10) dan baik cenderung memiliki pengetahuan yang baik.
r=0,126 yang berarti tidak ada hubungan antara Demikian juga menurut Mangunsong dkk.,
pengetahuan dengan sikap penjamah makanan (2015), semakin baik pengetahuan higiene dan
serta koefisien korelasi r menunjukkan bahwa sanitasi, semakin baik pula sikap siswa dalam
korelasi antara kedua variabel sangat lemah. Hal melaksanakan praktek higiene dan sanitasi pada
tersebut dapat disebabkan karena terdapat faktor praktek mengolah kue.
lain selain pengetahuan yang dapat memengaruhi
Hubungan Pengetahuan dengan Higiene
sikap penjamah makanan, seperti sosial budaya,
Perorangan (Personal Hygiene)
keyakinan dan pengalaman. Hal ini sejalan dengan
Azwar (2010), yang menyatakan sikap individu Menurut hasil uji statistik terdapat hubungan
terbentuk dari adanya interaksi sosial, berbagai antara pengetahuan dengan higiene perorangan
faktor yang dapat memengaruhi sikap individu (personal hygiene) penjamah makanan. Hubungan
adalah pengalaman pribadi dan orang lain, antara pengetahuan dengan higiene perorangan
kebudayaan serta emosi saat mengambil keputusan (personal hygiene) dapat dilihat pada Tabel 4.
dalam menentukan sikap. Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pengetahuan
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penjamah makanan yang baik memiliki perilaku
penelitian Erruliya (2008), yang menyatakan kebersihan diri atau higiene perorangan kategori
terdapat hubungan yang signifikan antara sedang, yaitu sebesar 100,0%. Berdasarkan hasil
pengetahuan dengan sikap penjamah makanan uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan
tentang higiene dan sanitasi. Begitu pula dengan yang signifikan antara pengetahuan dengan
hasil penelitian Mangunsong dkk., (2015), yang higiene perorangan (personal hygiene) penjamah
menyatakan terdapat hubungan yang positif makanan, di mana p-value sebesar 0,08 (p < 0,10)
antara pengetahuan dengan sikap siswa dalam dan r = 0,404. Korelasi antara kedua variabel
melaksanakan higiene dan sanitasi pada praktek tersebut cukup kuat. Hal tersebut menunjukkan
pengolahan kue. bahwa salah satu faktor yang dapat memengaruhi
Namun, pada hasil penelitian, penjamah perilaku higiene perorangan penjamah makanan
makanan dengan pengetahuan baik memiliki adalah pengetahuan. Hal ini sejalan dengan hasil
sikap yang baik, yaitu sebesar 81,8% dibandingkan penelitian Avrilinda dan Kristiastuti (2016), yang

Tabel 3. Distribusi Pengetahuan dan Sikap

Sikap
Total Koefisien Korelasi
Pengetahuan Baik Sekali Baik Cukup Kurang p-value
r
n % n % n % n % n %
Baik 1 9,1 9 81,8 1 9,1 0 0,0 11 100,0
Sedang 0 0,0 1 25,0 3 75,0 0 0,0 4 100,0 0,600 0,126
Kurang 0 0,0 3 60,0 2 40,0 0 0,0 5 100,0
Edinda A. Miranti. dkk., Hubungan Pengetahuan dengan Sikap dan… 125

Tabel 4. Distribusi Pengetahuan dan Higiene Perorangan (Personal Hygiene)

Higiene Perorangan (Personal Hygiene)


Total
Pengetahuan Baik Sedang Kurang p-value Koefisien korelasi r
n % n % n % n %
Baik 0 0,0 11 100,0 0 0,0 11 100,0
Sedang 0 0,0 3 75,0 1 25,0 4 100,0 0,080 0,404
Kurang 0 0,0 3 60,0 2 40,0 5 100,0

menyatakan pengetahuan berpengaruh terhadap DAFTAR PUSTAKA


perilaku higiene penjamah makanan. Avrilinda, S. M. dan Kristiastuti, D. (2016).
Demikian juga hasil penelitian Erruliya Pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap
(2008), yang menyatakan bahwa terdapat korelasi perilaku higiene penjamah makanan di kantin
yang positif antara pengetahuan dengan perilaku. SMA Muhammadiyah 2 Surabaya. e-journal
Pengetahuan penjamah makanan yang baik Boga, 5(2), 1–7. Diakses dari http://ejournal.
mendukung sikap positif agar dapat menerapkan unesa.ac.id.
prinsip higiene dan sanitasi penyelenggaraan Azwar, S. (2010). Sikap manusia: Teori dan
makanan dengan baik dan benar. Hasil penelitian pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sanlier dan Konaklioglu (2012), juga menyatakan Badan POM R.I. (2011). Laporan Tahunan 2011
Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
bahwa terdapat korelasi yang kuat antara
Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan
pengetahuan keamanan pangan dengan perilaku
RI. Diakses dari http://www.pom.go.id/ppid/rar/
penjamah makanan (r = 0,406. p < 0,01). LAPTAH_2011.pdf.
Budiyono., Junaedi, H., Isnawati., Wahyyuningsih,
KESIMPULAN DAN SARAN T. (2008). Tingkat pengetahuan dan praktik
penjamah makanan di Tembalang Kota Semarang
Kesimpulan dari penelitian ini diketahui Tahun 2008. Jurnal Promosi Kesehatan
bahwa pengetahuan tidak berhubungan dengan Indonesia, 4(1), 50-60. Diakses dari http://
sikap penjamah makanan, namun pengetahuan ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/
berhubungan dengan higiene perorangan (personal view/2411.
hygiene) penjamah makanan. Cahyaningsih, C.T., Kushadiwijaya, H., Tholib,
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai A. (2009). Hubungan higiene sanitasi dan
bahan evaluasi bagi pengelola penyelenggaraan perilaku penjamah makanan dengan kualitas
makanan untuk lebih memperhatikan higiene bakteriologis peralatan makanan di warung
dan sanitasi penyelenggaraan makanan dengan makan. Berita Kedokteran Masyarakat,
cara meningkatkan pengawasan. Cara yang dapat 25(4),180–188. Diakses dari http://berita-
kedokteran-masyarakat.org
dilakukan adalah dengan mengadakan inspeksi
Erruliya. (2008). Faktor yang mempengaruhi
mendadak seminggu sekali yang dilakukan
praktek hygiene dan sanitasi penjamah makanan
oleh pengelola penyelenggaraan makanan atau pada usaha jasaboga Dharma Wanita RSU Dr.
kepala Yayasan Islamic Boarding School dan Soedono Madiun (Skripsi tidak diterbitkan).
menambahkan fasilitas yang dapat menunjang Universitas Airlangga, Surabaya.
perilaku higiene perorangan penjamah makanan Faidzin, A., dan Winarsih., (2008). Hubungan
seperti menyediakan sabun untuk mencuci tangan tingkat pendidikan dan lama kerja perawat
dan menyediakan masker. Penyelenggaraan dengan kinerja perawat di RSU Pandan Arang
makanan asrama putri perlu memberikan pelatihan Kabupaten Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan
mengenai higiene dan sanitasi makanan kepada ISSN 2979-2697, 1(3), 137–142. Diakses
penjamah makanan agar sesuai dengan Permenkes dari http://www.infodiknas.com/wp-content/
RI No. 1096 /MENKES/PER/VI/2011. uploads/2014/11.
126 Media Gizi Indonesia, Vol. 11, No. 2 Juli–Desember 2016: hlm. 120–126

Fatmawati, S., Rosidi, A., Handasari, E. (2013). E-Journal Home Economic and Tourism, 8(1),
Perilaku higiene pengolah makanan berdasarkan 1–16. Diakses dari http://ejournal.unp.ac.id/
pengetahuan tentang higiene mengolah makanan index.php/jhet/article/view/4532/3579.
dalam penyelenggaraan makanan di Pusat Meikawati, W., Astuti., Susilawati. (2010).
Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar Jawa Hubungan pengetahuan dan sikap petugas
Tengah. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah penjamah makanan di Unit Gizi RSJD Dr.
Semarang, 2(2), 30–38. Diakses dari http:// Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal
jurnal.unimus.ac.id. Kesehatan Masyarakat Indonesia, 6(2), 50–68.
Handayani, N.M.A., Adhi, K.T., Duarsa, D.P. (2015). Diakses dari http://jurnal.unimus.ac.id./index.
Faktor yang mempengaruhi perilaku penjamah php.jkmi/article/view/154/136.
makanan dalam penerapan cara pengolahan Purwaningtyas, S. (2013). Gambaran
pangan yang baik pada industri rumah tangga penyelenggaraan makan di Pondok Pesantren Al-
di Kabupaten Karangasem. Public Health and Qodiri Kabupaten Jember (Skripsi Universitas
Preventive Medicine Archive,3(2), 194–202. Jember, Jember). Diakses dari http://repository.
Diakses dari http://ojs.unud.ac.id/index.php/ unej.ac.id.
phpma/article/download/19697/13082. Sanlier, N., and Konaklioglu, E. (2012). Food safety
Kemenkes RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan knowledge, attitude and food handling practices
RI Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang of students. British Food Journal, 114(4), 469–
higiene sanitasi jasaboga. Direktorat Gizi 480. Diakses dari http://emeraldinsight.com.
Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Triandini, F.A., dan Handajani, S. (2015).
RI. Pengetahuan, sikap penjamah makanan dan
Mangunsong, S. W. A., Yusuf, L., Syarif, W. kondisi higiene sanitasi produksi otak-otak
(2015). Hubungan pengetahuan hygiene sanitasi bandeng di Kabupaten Gresik. E-Journal Boga,
dengan sikap siswa pada praktek mengolah kue 04(2), 27–36. Diakses dari http://ejournal.unesa.
indonesia di Workshop SMKN 3 Muara Bungo. ac.id.

Anda mungkin juga menyukai