2018
Ardini, Sisca
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5850
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
GAMBARAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
(APD) PADA PETUGAS INSTALASI SANITASI DAN K3 DI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2018
SKRIPSI
OLEH:
SISCA ARDINI
NIM. 141000605
OLEH:
SISCA ARDINI
NIM. 141000605
HAJI MEDAN TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil
karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
Sisca Ardini
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap
keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
pendamping pasien, maupun pengunjung. Instalasi sanitasi dan K3 merupakan
bagian yang mengelola kebersihan rumah sakit, sampah rumah sakit (sampah
medis dan sampah non medis), serta penanganan limbah rumah sakit yang
tentunya mempunyai risiko untuk terpajan bahan biologi berbahaya (biohazard)
yang membutuhkan alat pelindung diri (APD) pada saat bekerja untuk
mengurangi risiko tertular penyakit.
Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran perilaku terhadap penggunaan alat pelindung diri dalam bertugas
sebagai petugas instalasi sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan Tahun 2018.
Populasi adalah seluruh petugas instalasi sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan
yang bertugas membersihkan ruangan rumah sakit. Pengambilan sampel
dilakukan secara total sampling dan diperoleh jumlah sampel sebanyak 42 orang
responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan petugas instalasi
sanitasi dan K3 terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam bekerja termasuk
dalam kategori baik (71,4%), untuk sikap termasuk dalam kategori positif (62%),
sedangkan untuk tindakan termasuk dalam kategori tidak lengkap memakai alat
pelindung diri (57%).
Pihak rumah sakit disarankan untuk meningkatkan pengawasan dan
pembinaan dalam penggunaan alat pelindung diri, memberikan informasi tentang
manfaat alat pelindung diri guna menjaga keselamatan selama bekerja,
menyediakan tempat khusus untuk penyimpanan alat pelindung diri agar dapat
terjaga dengan baik, memberikan sanksi tegas bagi petugas yang tidak patuh
dalam menggunakan alat pelindung diri serta peghargaan bagi petugas yang patuh
dalam menggunakan alat pelindung diri. Petugas instalasi sanitasi dan K3
hendaknya memakai alat pelindung diri secara lengkap sesuai dengan alat
pelindung diri yang telah disediakan pihak rumah sakit berupa sarung tangan,
masker, dan sepatu serta petugas instalasi sanitasi dan K3 diharapkan dapat saling
mengingatkan rekan kerjanya apabila tidak menggunakan pelindung diri saat
bekerja.
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
The hospital is a workplace that has a high risk to the safety and health of
hospital human resources, patients, companion patients, as well as visitors.
Sanitation and safety departement are the parts that manage hospital cleanliness,
hospital waste (medical and non-medical waste), and hospital waste management
which certainly has a risk for exposure to biological substances (biohazard) that
require personal protective equipment (PPE) on while working to reduce the risk
of contracting the disease.
The aims of this descriptive study is to describe the knowledge, attitudes
and actions against the use of personal protective equipment in work as a
sanitation and safety officers at the RSU Haji Medan in 2018. The population of
this study was all sanitation and safety officers in RSU Haji Medan that clean the
hospital room. The sampling was done by total sampling and obtained a total
sample of 42 respondents.
The result showed that officers knowledge on the use of personal
protective equipment of sanitation and safety departement was in a good
category(71,4%), the category of positive attitude (62%), while for the actions
included in the category of incomplete wear personal protective equipment (57%).
The hospital advised to improve supervision and guidance in the use of
personal protective equipment, provide information on the benefits of personal
protective equipment to maintain safety during work, provide a place for the
storage of personal protective equipment in order to be properly maintained, to
give strict sanctions for non- in the use of personal protective equipment as well
as an appreciation for compliance officers in the use of personal protective
equipment. Sanitation and safety personnel should wear complete personal
protective equipment in accordance with personal protective equipment provided
by the hospital in the form of gloves, masks, and shoes and sanitation and safety
officers are expected to remind each other colleagues if they do not use personal
protective equipment while working .
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas
berkat, karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
pada Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 di Rumah Sakit Umum Haji Medan
Tahun 2018” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana
Dalam penulisan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) FKM USU sekaligus selaku dosen penguji II yang telah
Penguji skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Ir. Kalsum, M.Kes, selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan
6. Dr. dr., Taufik Ashar, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan nasehat dan masukan kepada penulis selama kuliah
di FKM USU.
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis
mengikuti pendidikan.
8. Dr. Yulinda Elvi Nasution, M.Kes selaku Kepala Bidang Pendidikan dan
Penelitian RSU Haji Medan dan Khairun Akbar, SP selaku Kepala Pelaksana
Harian Instalasi Sanitasi dan K3 RSU Haji Medan yang telah memberikan izin
Netti Irawati yang tiada hentinya mendukung baik secara moril maupun
10. Saudara tercinta, Kakanda Edward Buryman, ST., Jerry Buryman, ST.,
Yulianti Irawati, ST., dan Adik penulis Andre Buryman, yang selalu
11. Sahabat-sahabat saya dari awal perkulihan serta semua pihak yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan semangat
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
membangun agas penulis dapat memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
Penulis
Sisca Ardini
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................. iii
ABSTRACT .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... xv
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.2.1 Lokasi .............................................................................................. 36
3.2.2 Waktu Penelitian............................................................................. 36
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................. 36
3.3.1 Populasi ........................................................................................... 36
3.3.2 Sampel ............................................................................................. 36
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 37
3.4.1 Data Primer ...................................................................................... 37
3.4.1.1 Validitas .............................................................................. 37
3.4.1.2 Reliabilitas .......................................................................... 38
3.4.2 Data Sekunder.................................................................................. 38
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ............................................................ 38
3.6 Metode Pengukuran ................................................................................. 39
3.6.1 Pengetahuan .................................................................................... 39
3.6.2 Sikap ................................................................................................ 40
3.6.3 Tindakan .......................................................................................... 40
3.7 Pelaksanaan Perolehan Data .................................................................... 41
3.8 Metode Analisis Data ............................................................................... 33
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.2 Pengetahuan Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 terhadap Penggunaan
Alat Pelindung Diri di RSU Haji Medan ................................................. 66
5.3 Sikap Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 dalam Penggunaan Alat
Pelindung Diri di RSU Haji Medan .......................................................... 69
5.4 Tindakan Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 dalam Penggunaan Alat
Pelindung Diri di RSU Haji Medan .......................................................... 72
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 77
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 77
6.2 Saran.......................................................................................................... 78
LAMPIRAN
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Pelaksanaan Kegiatan Perolehan Data ......................................... 41
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISTILAH
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Sisca Ardini, dilahirkan di Kota Duri - Riau pada tanggal 8 April 1996.
Anak keempat dari 5 bersaudara pasangan Yulisman Boer dan Netti Irawati.
Peneliti menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 047 Duri - Riau pada
Swasta Cendana Mandau, Duri - Riau tahun 2008 dan tamat pada tahun 2011.
Mandau, Duri - Riau pada tahun 2011 dan tamat pada tahun 2014. Pada tahun
xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu upaya mencegah dan
mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali
hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja (UU No.
Kerja (K3) yang dominan adalah masih tingginya kasus penyakit akibat kerja dan
pencemaran udara di lingkungan kerja. Data kecelakaan kerja secara global lebih
lengkap tersedia dibanding data penyakit akibat kerja bedasarkan laporan yang
diterima dari tiap negara. Keadaan ini termasuk di Indonesia disebabkan masih
sehingga kasus penyakit akibat kerja tidak tercatat dan terpantau (Silaban, 2012).
Menurut Takala yang dikutip oleh Silaban (2012), ILO melaporkan bahwa
tahun 1998 terjadi 270 juta kasus kecelakaan kerja dan 160 juta kasus penyakit
akibat kerja. Diperkirakan sebanyak 1,1 juta orang meninggal akibat penyakit
akibat kerja, 335.000 orang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan kerugian
sebesar 4% dari total gross national product (GNP) dunia atau sebesar US$ 1.250
milyar.
Suma’mur, keselamatan kerja merupakan suatu keadaan terhindar dari bahaya saat
dengan mesin, pesawat pengangkat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
keselamatan kerja dapat diartikan sebagai kondisi yang bebas dari risiko
kecelakaan atau kerusakan atau dengan kata lain risiko yang relatif sangat kecil
dan memelihara derajat kesehatan fisik, mental, dan sosial yang setinggi-tingginya
pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam
pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan dan penempatan
serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan
kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. Program
usaha yang aman, nyaman dan sehat bagi seluruh pekerja, dan pengunjung.
(2007), rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis profesional yang
serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Sementara itu, menurut
Wolper dan Pena yang dikutip oleh Adisasmito (2007), rumah sakit adalah tempat
di mana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat di
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Rumah sakit sebagai salah satu
fasilitas pelaynaan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang
RI, 2009). Rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi
terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
kerja di rumah sakit agar terciptanya kondisi rumah sakit yang sehat, selamat, dan
aman (Permenkes, 2016). Bahaya potensial di rumah sakit yang disebabkan oleh
faktor biologi (virus, bakteri, jamur, parasit); faktor kimia (antiseptic, reagen, gas
anestesi); faktor ergonomi (lingkungan kerja, cara kerja, dan posisi kerja yang
salah); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi); faktor
terpapar darah dan cairan tubuh yang terinfeksi (bloodborne pathogen) yang dapat
melalui luka tusuk jarum atau yang dikenal dengan istilah Needle Stick Injury atau
NSI. Dari survei yang diperoleh CDC sebanyak 77% kecelakaan kerja di rumah
sakit adalah tertusuk jarum suntik. Diperkirakan setiap tahun terjadi 385.000
kejadian luka akibat benda tajam yang terkontaminasi darah pada tenaga
menderita dermatitis kontak iritan kronik tangan pada tahun 2004. Penelitian dari
dr. Joseph tahun 2005-2007 mencatat bahwa angka kecelakaan kerja NSI
mencapai 38-73% dari total petugas kesehatan (Melandari dan Afifah, 2014).
bahaya potensial yang cukup beragam dalam proses kerjanya. Bahaya potensial
tersebut, apabila tidak dikendalikan dengan sebaik mungkin akan berpotensi untuk
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK). Oleh sebab itu,
salah satunya melalui upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (Harlan dan
Paskarini, 2014).
mengingat pertimbangan teknologi dan biaya, maka cara lain yang dapat
Bila hal ini tidak dapat dilakukan, maka alternatif pengendalian terakhir adalah
dengan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD). Dengan kata lain bahwa Alat
Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang
sebagian atau seluruh tubuh dari bahaya di tempat kerja. Pengusaha wajib
Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku dan wajib diberikan
pekerja yang tidak menggunakan APD saat bekerja didasari oleh beberapa faktor,
pekerja itu sendiri. Sebuah survei menunjukkan bahwa alasan para pekerja enggan
menggunakan APD adalah karena perasaan tidak nyaman saat digunakan. Alasan
kedua adalah bahwa pekerja merasa tidak membutuhkan APD tersebut saat
kecelakaan kerja. Alasan ketiga adalah APD yang digunakan terlihat tidak
menarik dan tidak fit saat digunakan. Alasan lainnya adalah mereka tidak
mempunyai cukup waktu untuk menggunakan APD atau mereka tidak mengetahui
cukup berjumlah 59 orang (57,3%) dan sikap baik berjumlah 32 orang (31,1%).
Petugas pengumpul sampah yang sikapnya tentang alat pelindung diri kurang
baik berjumlah 24 orang (23,3%). Tindakannya tentang alat pelindung diri kurang
petugas cleaning service Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
termasuk dalam kategori baik (63,6%), untuk sikap termasuk dalam kategori
positif (63,6%), sedangkan untuk tindakan termasuk dalam kategori tidak lengkap
APD yang baik. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin muda
usia, semakin sedikit masa kerja, semakin lengkap APD yang tersedia, maka
Rumah Sakit Umum Haji Medan didirikan dengan landasan hasrat untuk
diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia tanggal 4 Juni 1992, Rumah Sakit
Haji Medan saat ini telah mempunyai 250 tempat tidur untuk rawat inap, hampir
dua kali lipat sewaktu diresmikan (Profil RSU Haji Medan, 2016).
Proses kerja yang terjadi di RSU Haji Medan juga tidak jauh dari risiko
berbahaya, radiasi, virus, bakteri, dan lainnya. Untuk itu RSU Haji Medan
untuk mendapatkan mutu dan kualitas hasil pelayanan yang baik, sehingga
Instalasi sanitasi dan K3 merupakan bagian dari RSU Haji Medan yang
mengelola kebersihan rumah sakit, sampah rumah sakit (sampah medis maupun
sampah non medis), serta penanganan limbah rumah sakit yang tentunya
Melakukan kontak langsung dengan alat medis sekali pakai seperti jarum suntik
bekas maupun selang infus bekas, membersihkan seluruh ruangan di rumah sakit,
serta mengelola limbah rumah sakit yang dapat meningkatkan risiko untuk terkena
penyakit infeksi.
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) meliputi nilai pengetahuan, persepsi, sikap,
pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja yang kurang baik dapat
lingkungan dalam rumah sakit berjumlah 42 orang yang terbagi kedalam ruangan
diantaranya ruangan IGD, ruangan ICU, ruangan OK, ruangan rawat inap Hijir
Ismail, ruangan rawat inap Al-Ikhsan, ruangan rawat inap An-Nisa, ruangan rawat
inap Safa, ruangan rawat inap Marwa, ruang tunggu, ruang rawat inap Jabal Nur,
ruang rawat inap Ar-Rijal, dan ruang poli klinik. Pendidikan rata-rata petugas ini
adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Setiap harinya petugas sanitasi dan K3
memulai pekerjaannya pada pukul 07:00-14:30 WIB untuk shift pagi, dan pukul
13:00-20:30 WIB untuk shift sore. Karena begitu besarnya risiko yang dihadapi
oleh petugas instalasi sanitasi dan K3 ini, maka perlu perlindungan bagi tenaga
kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3) agar tidak terjadi risiko
pakaian panjang (coverall), apron untuk industri, pelindung kaki/sepatu boot, dan
Medan telah menyediakan alat pelindung diri bagi petugas sanitasi dan K3 yaitu
APD yang dianjurkan adalah dipakai secara lengkap seluruh APD tersebut guna
akibat tertular dari zat-zat buangan rumah sakit, pasien, ataupun dari lingkungan
kerja.
Dari hasil observasi awal, terlihat bahwa petugas sanitasi dan K3 yang
maupun sampah non medis) jarang menggunakan alat pelindung diri lengkap
berupa masker, dan sarung tangan pada saat bekerja. Petugas cenderung
Dari hasil wawancara singkat dengan beberapa petugas, salah satu petugas
jarum suntik bekas, dan terkena tumpahan cairan buangan. Hal ini terjadi
juga menuturkan bahwa pihak manajemen rumah sakit setiap harinya telah
melakukan briefing tentang APD yang wajib mereka gunakan ketika bekerja,
kegunaan dari APD tersebut, dan cara pakai APD. Briefing ini dilakukan sesaat
sebelum mereka melakukan pekerjaan setiap harinya. Baik untuk petugas shift
pagi, dan shift sore. Namun dalam penerapannya masih sering mereka melakukan
pelanggaran dengan tidak memakai APD yang telah di wajibkan tersebut. Seorang
APD berupa masker, hal ini dikarenakan ia merasa sesak nafas dan tidak nyaman
kebersihan, dan sanitasi ia menuturkan bahwa tidak ada sanksi tegas untuk
penggunaan alat pelindung diri pada instalasi sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan
tahun 2018.
instalasi sanitasi dan K3 di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2018.
1.3.1 TujuanUmum
pada instalasi sanitasi dan K3 di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2018.
masa kerja petugas instalasi sanitasi dan K3 di Rumah Sakit Umum Haji
1. Sebagai masukan bagi pihak RSU Haji Medan tentang gambaran perilaku
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
pengertian perilaku ditafsirkan secara berbeda antara satu orang dengan yang
lainnya. Perilaku juga sering diartikan sebagai tindakan atau kegiatan yang
Perilaku, pada hakekatnya adalah aktifitas atau kegiatan nyata yang ditampilkan
seseorang yang dapat teramati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku
Dilihat dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas
semua makluk hidup mulai dari tumbuhan, hewan, dan manusia berperilaku,
atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak
dapat diamati langsung. Maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2012).
Menurut Kholid (2012) yang mengutip pendapat Robert Kwick, perilaku adalah
12
tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan
dipelajari.
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Menurut Lewit yang dikutip oleh Maulana (2014), perilaku merupakan hasil
antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku dapat berubah jika
yang terdapat dalam diri individu di dalam masyarakat yang terwujud dalam
motivasi.
2.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
(Notoatmodjo, 2012).
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
1. Tahu (know), tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
menyatakanya.
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
mengelompokkan.
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
Menurut Azwar (2000), yang dikutip oleh Rahmah (2012), faktor yang
a. Umur,
b. Jenis kelamin,
c. Pendidikan,
d. Lama kerja.
Menurut Erfandi yang dikutip oleh Siburian (2012), ada beberapa faktor yang
a. Pendidikan
semakin mudah orang tersebut untum menerima informasi maka semakin luas
pula pengetahuannya.
b. Media massa/informasi
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lainnya yang dapat mempengaruhi
dilakukan baik atau buruk. Dengan adanya kebiasaan dan tradisi seseorang akan
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk
pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
tersebut. Hal ini dapat terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak
e. Pengalaman
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu
f. Usia
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
2.1.2 Sikap
terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan
kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan
pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaan terhadap
objek tersebut.
Menurut Allport yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), sikap terdiri dari 3
objek.
(tindakan).
yang utuh (total attitude). Dalam membentuk sikap yang utuh ini, pengetahuan,
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah. Adalah
positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang
merespon.
keyakinanya, maka dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain
2.1.3 Tindakan
faktor pendukung atau suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Empat tingkatan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan.
atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,
saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
Wiratmaja, 2014).
Alat Pelindung Diri atau (APD) dapat didefinisikan sebagai alat yang
fungsinya mengisolasi pekerja dari bahaya tempat kerja. Alat Pelindung Diri
pengaman, atau perangkat sejenis yang bila dipakai dengan benar akan
mengurangi risiko cedera atau sakit diakibatkan oleh bahaya. Alat pelindung diri
Alat Pelindung Diri (APD) yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai
oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat.
Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika Alat Pelindung Diri (APD)
yang disediakan tidak memenuhi syarat (Anizar, 2012). Maka faktor-faktor yang
pekerja.
bahaya.
terjangkau.
Kerja:
a. Bab VIII, Pasal 12, ayat b: Tenaga kerja berkewajiban untuk memakai alat
pelindung diri.
b. Bab VIII, pasal 12, ayat c: Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan
c. Bab IX, Pasal 13: Barang siapa yang akan memasuki suatu tempat kerja,
cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja di
a. Pasal 2:
2. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar
b. Pasal 4:
bersuhu rendah.
udara.
dalam perairan.
perairan.
atau rendah.
atau terpelanting.
lubang.
gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
atau mekanik.
d. Pasal 6:
dan risiko.
e. Pasal 7:
di tempat kerja.
kebutuhan/kenyamanan pekerja/buruh.
c. Pelatihan.
f. Pembinaan.
g. Inspeksi, dan
2011):
1. Alat pelindung diri mempunyai keterbatasan yang umum yaitu tidak dapat
2. Apabila alat pelindung diri tidak berfungsi dan kelemahannya tidak diketahui
3. Saat digunakan, alat pelindung diri harus sudah dipilih dengan tepat dan harus
selalu dimonitor.
2.2.4 Jenis Alat Pelindung Diri (APD) bagi Petugas Isntalasi Sanitasi dan K3
1. Topi/helm
suatu alat yang dipakai untuk memberikan perlindungan untuk kepala, atau
2. Masker
pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan dari risiko paparan gas, uap,
debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat
pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya
atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Hal-hal yang perlu diketahui
antara lain:
a. Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu, atau
dan kulit.
yang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan dan mencegah percikan yang
3. Pelindung mata
Menurut Tarwaka yang dikutip oleh Veronica (2015), alat pelindung mata
digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif, debu dan
partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat
matahari, pukulan atau benturan benda keras dan lain-lain. Jenis alat pelindung
a. Kaca mata biasa (Spectacle Goggles), alat ini berfungsi untuk melindungi
elektromagnetik.
b. Goggles, alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan
seluruh tubuh pekerja, mulai dari pergelangan tangan sampai pergelangan kaki.
Apron ataupun pakaian pelindung yang terbuat dari bahan timbal yang
6. Pelindung kaki
Menurut Tarwaka yang dikutip oleh Veronica (2015), alat pelindung kaki
digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-benda keras,
benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan arus listrik.
a. Sepatu kulit, yaitu sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada
b. Sepatu boot, yaitu sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan
berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu
panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan
kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan
Menurut Tarwaka yang dikutip oleh Veronica (2015), sarung tangan rumah
tangga (gloves), sarung tangan jenis ini bergantung pada bahan-bahan yang
digunakan diantaranya:
a. Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk melindungi
b. Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi tangan dari
c. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang dilapisi timbal (Pb) untuk
d. Sarung tangan yang terbuat dari bahan karet alami (sintetik) untuk
e. Sarung tangan yang terbuat dari bahan Poli Vinyl Chlorida (PVC) untuk
melindungi tangan dari zat kimia, asam kuat, dan dapat sebagai oksidator.
tentang rumah sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit (PMK RI, 2014).
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
1. Rawat jalan.
4. Ruang operasi.
6. Ruang radiologi.
7. Ruang laboratorium.
8. Ruang sterilisasi.
9. Ruang farmasi.
18. Laundry.
20. Taman.
meliputi:
1. Instalasi air,
4. Instalasi uap.
10. Ambulan.
Menurut Arifin yang dikutip oleh Kuning (2012), Sanitasi adalah suatu
lingkungan fisik, kimia, biologi, dan sosial psikologi di rumah sakit. Program
sanitasi di rumah sakit terdiri dari penyehatan bangunan dan ruangan, penyehatan
2.3.1.1 Sistem kerja petugas instalasi sanitasi dan K3 di Rumah Sakit Umum
Haji Medan
Jam kerja petugas instalasi sanitasi dan K3 di Rumah Sakit Umum Haji
Medan dimulai pada pukul 07:00 WIB – 20:30 WIB yang terbagi kedalam 2 shift,
yaitu:
Dalam melaksanakan tugas setiap harinya petugas instalasi sanitasi dan K3 dibagi
ada di Rumah Sakit Umum Haji Medan seperti kantor, kamar pasien, kamar
disini antara lain adalah terpapar debu yang dibersihkan, terpeleset saat
atau ruangan yang mengandung virus dan bakteri, tertusuk benda tajam
seperti kucing, tikus, lalat, dan hewan pengerat lainnya. Bahaya yang dapat
bahaya biologi, bahan kimia, dan virus dari limbah yang dihasilkan rumah
sakit.
METODE PENELITIAN
instalasi sanitasi dan K3 di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2018.
Penelitian ini dilakukan di RSU Haji Medan, dengan alasan bahwa belum
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh petugas instalasi sanitasi dan
sebanyak 42 orang.
3.3.2 Sampel
Adapun sampel pada penelitian ini adalah seluruh petugas instalasi sanitasi
dan K3 yang menangani kebersihan (Tim Ruangan) di RSU Haji Medan, yaitu
sebanyak 42 orang.
36
Pemakaian Alat Pelindung Diri dalam Penanganan Sampah Medis pada Petugas
Cleaning Service di RSUD Dr. Pirngadi di Medan Tahun 2015. Berikut adalah
3.4.1.1 Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoadmodjo, 2005). Pada tabel Product moment,
nilai r untuk 30 responden yaitu 0,361 dengan taraf signifikansi 5% atau taraf
dinyatakan tidak valid yaitu pertanyaan nomor 4 (- 0,101 < 0,361), pertanyaan
nomor 5 (0,244 < 0,361) dan pertanyaan nomor 7 (0,106 < 0,361). Kemudian
pertanyaan yang dinyatakan tidak valid yaitu pertanyaan nomor 6 (0,067 < 0,361)
dan pertanyaan nomor 7 (0,025 < 0,361). Pertanyaan yang tidak valid
3.4.1.2 Reliabilitas
sikap diketahui bahwa Alpha Cronbach lebih besar dari r tabel dan bernilai positif
(0,656 > 0,361) untuk pertanyaan tentang pengetahuan, (0,451 > 0,361) untuk
Data sekunder diperoleh dari pihak RSU Haji Medan berupa data
mengenai petugas instalasi sanitasi dan K3 dan profil RSU Haji Medan.
1. Pengetahuan adalah hasil dari tahu petugas instalasi sanitasi dan K3 terhadap
3. Tindakan adalah perbuatan nyata atau praktek petugas instalasi sanitasi dan
K3 dalam bekerja untuk memakai alat pelindung diri sesuai peraturan yang
ditetapkan.
4. Umur adalah lama waktu perjalanan hidup petugas instalasi sanitasi dan K3
yang dihitung sejak saat ia dilahirkan sampai batas waktu wawancara ini
6. Masa kerja adalah jangka waktu bekerja responden yang dihitung mulai saat
8. Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan petugas instalasi sanitasi dan
3.6.1 Pengetahuan
menggunakan skala Guttman yaitu multiple choise. Skala Guttman, adalah suatu
benar, ya, tinggi, baik, dan semacamnya diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban
negatif misalnya tidak atau salah, atau rendah, buruk, dan semacamnya diberi skor
ketentuan pemberian skor yaitu “benar” diberi skor 1 dan “salah” diberi skor 0.
Maka total skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 9 dan total skor
kategori, yaitu:
a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar > 75% dari seluruh
pertanyaan.
b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari
seluruh pertanyaan.
c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar ≤ 55% dari seluruh
pertanyaan.
3.6.2 Sikap
Guttman responden yang menjawab “setuju” pada pertanyaan positif diberi skor 1
dan “tidak setuju” diberi skor 0. Untuk pertanyaan negatif, jika responden
menjawab “setuju” diberi skor 0 dan “tidak setuju” diberi skor 1. Maka total skor
tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 8 dan total skor terendah adalah 0.
3.6.3 Tindakan
saat bekerja (pada jam kerja selama 1 hari). Dikategorikan sebagai berikut:
1. Lengkap : Bila memakai semua APD (masker, sarung tangan, dan sepatu)
yang disyaratkan.
2. Tidak lengkap : Bila tidak memakai salah satu dari APD (masker, sarung
Data yang diperoleh berupa hasil kuesioner dan observasi dengan petugas
Medan akan diolah dan ditabulasikan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi,
dan diagram pie. Kemudian akan dianalisa secara deskriptif untuk menjelaskan
gambaran perilaku terhadap pemakaian alat pelindung diri pada instalasi sanitasi
HASIL PENELITIAN
Sejak awal Tahun 1960-an sudah mulai terdengar suara dari kalangan
mendambakan sebuah rumah sakit yang benar-benar bernafaskan islam. Hal ini
disebabkan karena rumah sakit yang telah ada dirasa belum mampu membawakan
misi dari agama lain sudah lebih dulu ada di kota medan. Sementara gagasan
mendirikan rumah sakit yang bernafaskan islam terus berkembang. Pada musim
haji tahun 1990 terjadi musibah terowongan Mina yang banyak menimbulkan
sakit ini sejalan dengan niat pemerintah untuk membangun rumah sakit haji di
empat emberkasi calon jemaah haji Indonesia. Gagasan mendirikan sebuah rumah
sakit yang bernafaskan islam dicetuskan oleh Bapak Gubernur Provinsi Sumatera
Rencana pendirian rumah sakit yang masih dalam proses ini segera
melalui infaq para jemaah haji dan infaq pegawai negeri yang beragama Islam.
44
Surabaya, Ujung Pandang dan Medan. Melalui surat keputusan gubernur provinsi
pembangunan Rumah Sakit Haji Medan dan akhirnya diletakkan batu pertama
oleh Bapak Menteri Agama Republik Indonesia (Bapak H. Munawir Sjadzali) dan
Bapak Gubernur Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 11 Maret 1991. Pada
tanggal 4 Juni 1992, Rumah Sakit Haji Medan diresmikan oleh Bapak Presiden
Soeharto. Pada tanggal 3 Juni 1998 dibentuk Yayasan Rumah Sakit Haji Medan
yayasan Rumah Sakit Haji Medan. Pada tanggal 29 Desember 2011 secara resmi
dilakukan acara pengalihan pengelolaan yayasan Rumah Sakit Haji Medan kepada
Rumah Sakit Haji Medan saat ini telah mempunyai 250 tempat tidur untuk rawat
inap, hampir dua kali lipat sewaktu diresmikan. Rumah Sakit Haji Medan saat ini
semakin dikenal masyarakat, tercermin dari masyarakat yang dilayani terdiri dari
semua golongan, agama, dan etnis serta frekuensi pemakaian tempat tidur yang
terus meningkat. Rumah Sakit Haji Medan selain untuk masyarakat umum, juga
beberapa perusahaan terutama yang ada di Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh
Visi rumah sakit umum haji medan adalah “Rumah Sakit unggulan dan
Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara yang memiliki integritas dan
religius.
2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana Rumah Sakit Haji Medan sesuai
keselamatan.
layanan umum.
berikut:
Rumah Sakit Haji Medan dipimpin oleh seorang Direktur dengan dibantu oleh
4. Instalansi Bedah.
5. Instalasi Hemodialis.
1. Instalasi Radiologi.
2. Instalasi Laboratorium.
3. Instalasi Farmasi.
4. Instalasi Gizi.
5. Instalasi Binatu.
9. CSSD.
1. Bagian umum, yang meliputi urusan tata usaha kepegawaian, rumah tangga
4. Bagian perencanaan dan rekam medis, yang meliputi peyusunan program dan
pemasaran.
5. Bagian kerohanian, selain itu direktur didampingi oleh dewan penyatuan dan
satuan pengawas intern dan dibantu juga oleh komite medik untuk urusan
teknik medis.
yang menangani kebersihan (Tim Ruangan) di RSU Haji Medan yaitu sebanyak
4.2.1 Umur
<=20
>20
Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah
tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.2).
Tamat SMA
Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.2 maka dapat diketahui bahwa tingkat
52%
48%
<=4 Bulan
>4 Bulan
Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa masa kerja
responden adalah <=4 bulan berjumlah 22 orang (52,4%), dan masa kerja >4
ruangan/lingkungan dalam rumah sakit) dapat dilihat pada tabel dibawah ini
(Tabel 4.4).
alat pelindung diri adalah alat melindungi diri dari kemungkinan timbulnya
yang mengetahui kegunaan alat pelindung diri jenis masker pada saat bekerja,
benar bahwa kegunaan alat pelindung tangan adalah untuk melindungi tangan dari
mengetahui akibat bila tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat
(97,6%) mengetahui jenis alat pelindung diri yang wajib digunakan oleh petugas
adalah masker, sarung tangan (handscoon), dan sepatu boot/alat pelindung kaki.
menurut pengetahuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.5).
29%
Baik
Cukup
71%
Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.4 maka dapat diketahui bahwa
responden (28,6%), dan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan yang
kurang.
ruangan/lingkungan dalam rumah sakit) dapat dilihat pada tabel dibawah ini
(Tabel 4.6).
wajib menggunakan APD ada sebanyak 42 orang (100%), dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang tidak setuju bahwa alat
pelindung diri berupa masker sangat menganggu ketika bekerja yaitu sebanyak 35
orang (83,3%), ada sebanyak 6 orang responden (14,3%) yang merasa terganggu
menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan ketika bekerja dan 36
diri berupa sarung tangan ketika bekerja, lebih banyak responden yang setuju
bahwa alat pelindung diri berupa sepatu tidak menganggu ketika bekerja yaitu
setuju bahwa mereka merasa tidak nyaman memakai masker ketika bekerja karena
(59,5%) menyatakan bahwa mereka hanya memakai alat pelindung diri (sarung
tangan, masker, sepatu boot/sepatu) jika disediakan oleh rumah sakit, lebih
banyak responden yang setuju bahwa dengan menggunakan APD akan terhindar
dari penyakit akibat kerja dan gangguan kesehatan yaitu sebanyak 36 orang
memakai APD sama dengan menjaga keselamatan diri yaitu sebanyak 39 orang
responden (92,9%).
menurut sikap dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.5).
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sikap Responden di RSU Haji Medan Tahun
2018
No Sikap Frekuensi (org) Presentase (%)
1 Positif 26 62
2 Negatif 16 38
Total 42 100
0% 0%
38%
62%
Positif
Negatif
Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.5 maka dapat diketahui bahwa
responden yang memiliki sikap negatif terhadap pemakaian alat pelindung diri
saat bekerja berjumlah 16 orang responden (38%) dan responden yang memiliki
sikap positif terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam penggunaan alat
ruangan/lingkungan dalam rumah sakit) dapat dilihat pada tabel dibawah ini
(Tabel 4.8).
responden menurut tindakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.9).
43%
Lengkap
57% Tidak Lengkap
Berdasarkan tabel 4.9 dan gambar 4.6 maka dapat diketahui bahwa
tindakan responden terhadap pemakaian alat pelindung diri secara tidak lengkap
dalam bekerja lebih besar yaitu sebanyak 24 orang responden (57%) dibandingkan
responden yang lengkap menggunakan alat pelindung diri dalam bekerja yaitu
pengetahuan baik dan memakai alat pelindung diri secara lengkap ada sebanyak
berpengetahuan baik yang tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap.
Responden yang memiliki pengetahuan cukup dan memakai alat pelindung diri
secara lengkap ada sebanyak 3 orang (7,1%), dan responden yang memiliki
pengetahuan cukup namun tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap
yang memiliki sikap baik, ada sebanyak 14 (33,3%) orang responden yang
memakai alat pelindung diri secara lengkap, dan sebanyak 12 (28,6%) orang
responden yang tidak memakai alat pelindung diri secara lengkap. Dari 16 orang
responden yang memiliki sikap negatif, ada sebanyak 4 orang responden (9,5%)
yang memakai alat pelindung diri secara lengkap, dan sebanyak 12 orang (28,6%)
N=5
Tidak Lengkap
% = 55,6
Pengetahuan
No Sikap Tindakan
Cukup
N=3
Lengkap
N=5 % = 60
Positif
% = 11,9 N=2
Tidak Lengkap
N = 12 % = 40
2 % = 28,9 N=0
Lengkap
N=7 %=0
Negatif
% = 16,7 N=7
Tidak Lengkap
% = 100
(71,4%) yang memiliki pengetahuan baik, yang bersikap positif ada sebanyak 21
orang responden (50%), dan yang bersikap negatif ada sebanyak 9 orang
responden (21,4%). Dari 21 orang responden yang bersikap positif, yang memiliki
tindakan memakai alat pelindung diri secara lengkap ada sebanyak 11 orang
(52,4%) dan yang memiliki tindakan tidak lengkap dalam memakai alat pelindung
diri ada sebanyak 10 orang (47,6%). Dari 9 orang responden yang bersikap
negatif, yang memiliki tindakan memakai alat pelindung diri secara lengkap ada
sebanyak 4 orang (44,4%) dan yang memiliki tindakan tidak lengkap dalam
mempunyai sikap positif ada sebanyak 5 orang (11,9%) dan yang bersikap negatif
ada sebanyak 7 orang (16,7%). Dari responden yang memiliki sikap positif
sebanyak 5 orang, yang memiliki tindakan lengkap dalam memakai alat pelindung
diri ada sebanyak 3 orang (60%) dan yang memiliki tindakan tidak lengkap dalam
memakai alat pelindung diri ada sebanyak 2 orang (40%). Dari responden yang
bersikap negatif sebanyak 7 orang, tidak ada responden yang memiliki tindakan
PEMBAHASAN
5.1.1 Umur
<=20 tahun yaitu sebanyak 24 orang (57,1%). Umur paling muda petugas instalasi
bahwa pengalaman hidup dan pengalaman kerja sudah cukup banyak. Menurut
Erfandi yang dikutip oleh Siburian (2012), umur/usia sangat mempengaruhi daya
tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
menunjukkan bahwa semakin muda usia, semakin sedikit masa kerja, semakin
lengkap APD yang tersedia, maka semakin baik perilaku penggunaan APD
tersebut.
64
orang sebesar 100%. Menurut Erfandi yang dikutif oleh Siburian (2012),
pengaruh besar dalam membuka wawasan dan pemahaman terhadap nilai baru
yang ada dilingkungannya. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih
terhadap sesuatu yang datang dari luar, mereka yang mempunyai pendidikan lebih
tinggi akan memberi respon yang rasional daripada mereka yang berpendidikan
rendah. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi diharapkan lebih peka terhadap
bekerja. Hal ini sejalan dengan pendapat Pangabean (2008) yang dikutip oleh
kerja terbanyak yaitu <=4 bulan yaitu sebanyak 22 orang responden (52,4%), dan
masa kerja >4 bulan yaitu 20 orang responden (47,6%). Diketahui bahwa masa
kerja responden tersendah adalah 1 bulan dan tertinggi adalah 24 bulan. Menurut
Pandji (2001) yang dikutip oleh Widyaningsih (2012), masa kerja sangat
ia bekerja, semakin lama ia bekerja semakin banyak pengalamannya. Hal ini akan
yang mempunyai masa kerja yang lama akan lebih terampil dan berpengalaman di
dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasilnya akan lebih baik dan aman.
Namun hasil penelitian Siburian (2012) menyatakan bahwa lamanya bekerja tidak
dapat memastikan bahwa sikap dalam pemakaian pasti positif. Hal ini juga sesuai
dengan hasil penelitian Rahmah (2012) bahwa masa kerja tidak memiliki
rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo 2012). Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia terdiri
dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk memecahkan
penggunaan alat pelindung diri dalam bekerja adalah guna mengetahui sejauh
mana responden mengetahui tentang alat pelindung diri yang dipakai saat bekerja
pengetahuan cukup berjumlah 12 orang (28,6%) dan tidak ada responden yang
dari alat pelindung diri yaitu sebanyak 24 orang responden (57%). Responden
tidak mengetahui bahwa yang dimaksud dengan alat pelindung diri adalah alat
penyakit akibat kerja. Pada umumnya responden hanya mengetahui bahwa alat
pelindung diri adalah alat yang dipakai untuk melindungi diri dari penyakit akibat
kerja saja atau alat yang dipakai untuk melindungi diri dari bahaya kecelakaan
ditempat kerja saja. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan dari
tentang apa yang dimaksud dengan alat pelindung diri, responden juga kurang
pelindung diri berupa masker, dan handscoon serta kurang mengetahui akibat bila
penggunaan alat pelindung diri dalam melakukan pekerjaan. Hal ini didasari
karena pada dasarnya petugas instalasi sanitasi dan K3 sudah diberikan informasi
oleh pihak rumah sakit melalui pelatihan dan penyuluhan tentang alat pelindung
diri, dan juga didukung oleh briefing yang selalu diberikan oleh pengawas setiap
harinya sebelum melakukan pekerjaan. Maka dapat dilihat bahwa petugas instalasi
sanitasi dan K3 telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai alat pelindung
diri dalam penanganan sampah medis. hal ini sesuai dengan Green yang dikutip
dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lama kerja. Menurut
Erfandi yang dikutip oleh Siburian (2012), usia ataupun umur sangat
mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia
akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga
tamat SMA. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah orang
kerja dan penyakit akibat kerja. hal ini sesuai dengan hasil penelitian
memiliki pengetahuan yang baik, bisa juga memiliki praktik yang buruk dalam
penggunaan APD.
terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan
(2014), sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu
Sikap responden pada penelitian ini adalah sikap yang meliputi presepsi
ataupun lingkungan dalam rumah sakit. Hasil dari penelitian dapat diketahui
bahwa secara umum responden yang memiliki sikap positif berjumlah 26 orang
(62%) dan responden yang memiliki sikap negatif berjumlah 16 orang (38%).
pekerjaan yang wajib menggunakan APD (100%) hal ini dipengaruhi oleh
sangat menganggu ketika bekerja, dan terdapat 13 orang responden yang setuju
merasa tidak nyaman memakai masker ketika bekerja karena sulit bernafas.
Sebanyak 36 orang responden (85,7%) tidak setuju bahwa alat pelindung diri
sebanyak 39 orang responden (92,9%) yang tidak setuju alat pelindung diri berupa
(40,5%) menyatakan tidak setuju bahwa hanya akan memakai alat pelindung diri
setuju bahwa mereka hanya akan memakai alat pelindung diri (sarung
sakit. Hal ini berarti petugas instalasi sanitasi dan K3 cenderung untuk tidak akan
memakai alat pelindung diri pada saat bekerja jika pihak rumah sakit tidak
meyediakan alat pelindung diri. Hal ini dikarenakan pada umumnya petugas
merasa keberatan untuk menyediakan ataupun membeli sendiri alat pelindung diri
yang diwajibkan dipakai selama bekerja yang berarti mereka harus mengeluarkan
setuju terhadap pernyataan bahwa akan terhindar dari gangguan kesehatan jika
menggunakan APD saat bekerja, dan sebanyak 6 orang (14,3%) tidak setuju
dengan pernyataan ini. Ada sebanyak 39 orang responden (92,9%) yang setuju
bahwa dengan memakai APD berarti sama dengan menjaga keselamatan diri,
yang memiliki sikap negatif terdapat responden yang memiliki pengetahuan yang
baik, dan responden yang memiliki pengetahuan cukup juga memiliki sikap yang
negatif terhadap penggunaan alat pelindung diri dalam bekerja. Hal ini
menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik belum tentu
memiliki sikap yang baik pula. Mayoritas responden memiliki sikap positif
terhadap pemakaian alat pelindung diri pada saat bekerja yaitu sebanyak 26 orang
responden. Maka dengan sikap yang positif ini diharapkan tindakan pemakaian
alat pelindung diri akan baik nantinya. Akan tetapi sikap yang baik belum tentu
diiringi dengan tindakan yang baik pula, seperti menurut (Notoatmodjo, 2012)
bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan atau aktivitas. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Halimah (2010) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
tindakan responden memakai alat pelindung diri secara lengkap dalam bekerja
berjumlah 18 orang (43%), dan tindakan responden memakai alat pelindung diri
observasi, alat pelindung diri yang paling banyak digunakan pekerja adalah sepatu
kerja yang dipakai oleh seluruh petugas, dan juga alat pelindung diri berupa
dikarenakan petugas khawatir tertusuk benda tajam seperti alat suntik sekali
masker saat bekerja yaitu sebanyak 23 orang (54,8%). Masker yang digunakan
oleh responden sering dilepas, dikarenakan petugas merasa risih, kepanasan, dan
sulit bernapas.
responden yang menggunakan alat pelindung diri secara lengkap yang memiliki
pengetahuan baik dan ada sebanyak 14 orang yang memakai alat pelindung diri
secara lengkap yang memiliki sikap positif. Namun, responden tersebut juga
kadang melepas maskernya dan mengantungnya dileher dan terkadang juga tidak
memakai alat pelindung diri secara lengkap, mereka beralasan bahwa mereka
terkadang masih merasa risih dan tidak nyaman dalam penggunaan alat pelindung
diri secara lengkap menuturkan bahwa mereka sadar akan kesehatan dan
keselamatan serta peraturan yang telah ditetapkan, sehingga mereka tidak ingin
alat pelindung diri dalam bekerja dilakukan untuk mengetahui apakah responden
yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik memiliki tindakan yang baik pula
atau sebaliknya. Hasil tabulasi silang antara pengetahuan terhadap tindakan dalam
penggunaan alat pelindung diri saat bekerja menunjukkan bahwa dari 30 orang
menggunakan alat pelindung diri secara lengkap dan dari 12 orang responden
yang memilki pengetahuan cukup hanya sebanyak 3 orang responden (7,1%) yang
menggunakan alat pelindung diri secara lengkap. Hasil tabulasi silang antara sikap
menunjukkan bahwa dari 26 orang responden yang memiliki sikap positif, ada
secara lengkap dan dari 16 orang responden yang memiliki sikap negatif hanya 4
orang responden (9,5%) yang menggunakan alat pelindung diri secara lengkap.
Dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik dan positif,
mayoritas tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap saat bekerja. Hal
ini disebabkan karena pemakaian alat pelindung diri lengkap dirasa menganggu
pemakaian alat pelindung diri pada saat bekerja dan tidak adanya penghargaan
untuk petugas yang menggunakan alat pelindung diri secara lengkap, serta tidak
adanya peringatan yang tegas untuk petugas yang tidak menggunakan alat
sikap dan tindakan didapat bahwa dari 30 orang responden yang berpengetahuan
baik ada sebanyak 21 orang responden yang bersikap positif, dan 9 lainnya
bersikap negatif. Dari 21 orang responden yang memiliki sikap positif, ada 11
orang yang lengkap menggunakan alat pelindung diri dalam bekerja, dan 10 orang
lainnya tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap. Sementara untuk 9
orang responden yang memiliki sikap negatif, hanya 4 orang responden yang
menggunakan alat pelindung diri lengkap saat bekerja, dan 5 orang lainnya tidak
menggunakan alat pelindung diri secara lengkap. Dengan demikian dapat ketahui
bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik, dan sikap yang positif
lengkap. Hal ini disebabkan karena petugas merasa tidak nyaman untuk selalu
menggunakan alat pelindung diri saat bekerja, maka mereka cenderung untuk
memakainya disaat dirasa perlu saja. Hal ini juga dilatatar belakangi karena tidak
adanya pengawasan yang ketat untuk setiap petugas dalam bekerja sehingga
yang memiliki pengetahuan baik dan sikap yang negatif, 4 orang responden
diantaranya tetap menggunakan alat pelindung diri yang lengkap dalam bekerja.
hal ini dikarenakan mereka merasa tetap harus menggunakan alat pelindung diri
menggunakannya.
sikap dan tindakan didapat bahwa dari 12 orang responden yang berpengetahuan
cukup ada sebanyak 5 orang responden yang bersikap positif, dan 7 orang lainnya
menggunakan alat pelindung diri lengkap saat bekerja dan 2 lainnya tidak
pelindung diri yang lengkap saat bekerja. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang cukup, dan sikap yang negatif
terdapat 2 orang responden yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang
lengkap. Hal ini disebabkan karena petugas tersebut merasa tidak begitu penting
untuk menggunakan alat pelindung diri, dan merasa masih dalam keadaan sehat
sampai saat observasi dilakukan. Pelanggaran pemakaian alat pelindung diri yang
telah diwajibkan ini juga dilator belakangi oleh tidak adanya pengawasan yang
ketat untuk setiap petugas dalam bekerja sehingga mereka memiliki kesempatan
Hasil dari responden berpengetahuan baik dan cukup ini tidak sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh green dalan Notoatmodjo (2007), bahwa
sikap ditentukan atau terbentuk dari beberapa faktor, salah satunyaa pengetahuan.
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sikap negatif dan tindakan yang
cenderung tidak lengkap yang ditampilkan oleh petugas bukan hanya dipengaruhi
alat pelindung diri, merasa risih ketika memakai alat pelindung diri, serta merasa
bahwa pemakaian alat pelindung diri tidak begitu penting justru memberikan efek
sikap positif dan tindakan yang lengkap dapat dilakukan secara perlahan dan
Menurut hasil penelitian Wungo dkk (2013) yang dikutio oleh Veronica
(2015), menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan
oleh 2 faktor yaitu enabling factor (faktor pemungkin) dan reinforcing factor
(faktor penguat). Faktor enabling yaitu ketersediaan sarana prasarana seperti alat
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah
pihak lain. Apabila penerima perilaku didasari oleh pengetahuan dan sikap, maka
6.1 Kesimpulan
sanitasi dan K3, mayoritas berumur <=20 yaitu sebanyak 24 orang (57,1%).
Masa kerja terendah yaitu 1 bulan dan masa kerja tertinggi yaitu 24 bulan.
pelindung diri saat bekerja paling banyak pada kategori baik sebesar 71,4%.
5. Sebanyak 24 orang responden (57%) tidak mengetahui dengan tepat apa yang
diri saat bekerja paling banyak pada kategori positif sebesar 62%.
77
memakai alat pelindung diri (sarung tangan, masker, sepatu boot/sepatu) jika
pelindung diri saat bekerja paling banyak pada kategori tidak lengkap
6.2 Saran
khusus untuk penyimpanan alat pelindung diri agar dapat terjaga dengan baik.
menerapkan sanksi tegas bagi pekerja yang tidak patuh dalam penggunaan
alat pelindung diri dalam bekerja serta memberikan penghargaan bagi pekerja
pelindung diri secara lengkap sesuai dengan alat pelindung diri yang telah
(handscoon), dan sepatu guna meminimalkan risiko dari penyakit akibat kerja
kerjanya apabila tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja.
Hal ini baik dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan untuk menghindari
80
https://www.academia.edu/8844455/Penggunaan_APD_Pada_Petugas_Pe
ngum pul_Sampah.
I. Identitas Responden
1. Nomor Responden :
2. Nama :
3. Umur :
4. Pendidikan : a. Tamat SD
b. Tamat SMP
c. Tamat SMA
d. Perguruan Tinggi
5. Masa Kerja :
Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dan sesuai
dengan pendapat anda dengan memberi tanda silang ( x ) pada jawaban yang
tersedia.
II. Pengetahuan
1. Apakah yang dimaksud dengan Alat Pelindung Diri (APD)?
a. Alat yang dipakai untuk melindungi diri dari penyakit akibat
kerja
b. Alat melindungi diri dari kemungkinan timbulnya bahaya
kecelakaan maupun penyakit akibat kerja
c. Alat yang dipakai untuk melindungi diri dari bahaya
kecelakaan ditempat kerja
III. Sikap
No. Pertanyaan S TS
1. Petugas kebersihan ruangan/lingkungan dalam
rumah sakit merupakan pekerjaan yang wajib
menggunakan APD
2. Alat pelindung diri berupa masker sangat
mengganggu saya ketika bekerja
3. Alat pelindung diri berupa sarung tangan sangat
mengganggu saya ketika bekerja
4. Alat pelindung diri berupa sepatu boot/sepatu
sangat mengganggu saya ketika bekerja
5. Saya merasa tidak nyaman memakai masker ketika
bekerja karena saya merasa sulit bernafas
6. Saya hanya memakai alat pelindung diri (sarung
tangan, masker, sepatu boot/sepatu) jika
disediakan oleh rumah sakit.
7. Saya akan terhindar dari penyakit akibat kerja dan
gangguan kesehatan jika saya menggunakan APD
saat bekerja
8. Bagi saya memakai APD sama dengan menjaga
keselamatan diri saya
I. Tindakan
Pemakaian Alat Pelindung
Diri
No. Nama Keterangan
Sarung
Masker Sepatu
Tangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19
20.
21
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
Masa Masa
Umur Pendidikan
No. Nama Umur Pendidikan Kerja Kerja
Kategori Kategori
(bln) Kategori
1 R1 21 2 SMA 1 2 1
2 R2 18 1 SMA 1 3 1
3 R3 24 2 SMA 1 24 2
4 R4 19 1 SMA 1 3 1
5 R5 19 1 SMA 1 10 2
6 R6 21 2 SMA 1 5 2
7 R7 23 2 SMA 1 3 1
8 R8 19 1 SMA 1 2 1
9 R9 22 2 SMA 1 5 2
10 R 10 20 1 SMA 1 3 1
11 R 11 34 2 SMA 1 6 2
12 R 12 18 1 SMA 1 4 1
13 R 13 35 2 SMA 1 7 2
14 R 14 20 1 SMA 1 4 1
15 R 15 42 2 SMA 1 4 1
16 R 16 21 2 SMA 1 2 1
17 R 17 18 1 SMA 1 2 1
18 R 18 23 2 SMA 1 3 1
19 R 19 20 1 SMA 1 2 1
20 R 20 18 1 SMA 1 2 1
21 R 21 20 1 SMA 1 3 1
22 R 22 24 2 SMA 1 24 2
23 R 23 28 2 SMA 1 4 1
24 R 24 19 1 SMA 1 12 2
25 R 25 20 1 SMA 1 6 2
26 R 26 19 1 SMA 1 7 2
27 R 27 18 1 SMA 1 4 1
28 R 28 22 2 SMA 1 12 2
29 R 29 20 1 SMA 1 8 2
30 R 30 20 1 SMA 1 5 2
31 R 31 25 2 SMA 1 8 2
32 R 32 20 1 SMA 1 2 1
33 R 33 23 2 SMA 1 2 1
34 R 34 21 2 SMA 1 10 2
35 R 35 20 1 SMA 1 5 2
36 R 36 19 1 SMA 1 1 1
37 R 37 20 1 SMA 1 5 2
38 R 38 21 2 SMA 1 2 1
39 R 39 20 1 SMA 1 8 2
40 R 40 20 1 SMA 1 3 1
41 R41 23 2 SMA 1 24 2
42 R 42 20 1 SMA 1 5 2
Keterangan:
Pengetahuan Pengetahuan
No. Nama (Jumlah) Kategori P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
1 R1 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
2 R2 9 1 2 2 2 1 1 2 1 3 2
3 R3 8 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2
4 R4 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
5 R5 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
6 R6 8 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2
7 R7 8 1 2 2 2 1 3 1 1 3 2
8 R8 8 1 2 2 2 1 2 1 1 3 1
9 R9 7 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2
10 R 10 7 2 1 2 2 1 2 1 2 3 2
11 R 11 6 2 1 2 1 1 2 2 1 3 2
12 R 12 7 2 1 1 2 1 2 1 1 3 2
13 R 13 7 2 1 1 2 1 2 1 1 3 2
14 R 14 7 2 1 1 2 1 2 1 1 3 2
15 R 15 7 2 1 1 2 1 2 1 1 3 2
16 R 16 9 1 1 1 2 1 2 1 1 3 2
17 R 17 8 1 3 2 2 1 2 1 1 3 2
18 R 18 7 2 1 2 2 1 2 1 2 3 2
19 R 19 8 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2
20 R 20 8 1 3 2 2 1 2 1 1 3 2
21 R 21 8 1 3 2 2 1 2 1 1 3 2
22 R 22 7 2 1 2 2 1 3 1 1 3 2
23 R 23 6 2 3 1 1 1 2 1 1 3 2
24 R 24 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
25 R 25 8 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2
26 R 26 7 2 2 2 2 3 3 2 1 3 2
27 R 27 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
28 R 28 8 1 3 2 2 1 2 1 1 3 2
29 R 29 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
30 R 30 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
31 R 31 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
32 R 32 8 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2
33 R 33 8 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2
34 R 34 9 1 2 2 2 1 2 1 2 3 2
35 R 35 8 1 3 2 2 1 2 1 1 3 2
36 R 36 9 1 2 2 2 1 2 1 2 3 2
37 R 37 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
38 R 38 8 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2
39 R 39 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
40 R 40 9 1 2 2 2 1 2 1 2 3 2
41 R41 6 2 1 2 1 2 2 1 2 3 2
42 R 42 8 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2
Keterangan:
Sikap Sikap
No. Nama S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8
(Jumlah) Kategori
1 R1 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
2 R2 7 1 1 2 2 2 2 2 2 1
3 R3 4 2 1 1 1 2 1 1 1 1
4 R4 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
5 R5 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
6 R6 4 2 1 1 2 2 1 1 2 1
7 R7 5 2 1 2 1 2 2 1 1 2
8 R8 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
9 R9 5 2 1 1 2 2 1 2 2 1
10 R 10 6 2 1 2 2 2 2 1 2 1
11 R 11 5 2 1 2 2 2 2 1 2 2
12 R 12 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
13 R 13 6 2 1 2 2 2 1 1 1 1
14 R 14 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
15 R 15 6 2 1 2 2 2 1 1 1 1
16 R 16 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
17 R 17 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
18 R 18 6 2 1 2 2 1 2 1 1 1
19 R 19 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
20 R 20 6 2 1 2 2 1 2 1 1 1
21 R 21 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
22 R 22 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
23 R 23 3 2 1 1 1 1 2 1 1 1
24 R 24 5 2 1 1 2 2 1 1 1 1
25 R 25 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
26 R 26 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
27 R 27 7 1 1 2 2 2 2 2 2 1
28 R 28 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
29 R 29 7 1 1 2 2 2 1 2 1 1
30 R 30 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
31 R 31 7 1 1 2 2 2 1 2 1 1
32 R 32 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
33 R 33 7 1 1 2 2 2 1 2 1 1
34 R 34 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
35 R 35 5 2 1 2 1 2 1 1 1 1
36 R 36 8 1 1 2 1 2 1 1 1 1
37 R 37 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
38 R 38 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
39 R 39 5 2 1 1 1 2 1 2 1 1
40 R 40 5 2 1 2 2 2 1 1 1 2
41 R41 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
42 R 42 4 2 1 1 1 2 1 1 1 1
Keterangan:
Tindakan Sarung
No. Nama Masker Sepatu
Kategori tangan
1 R1 1 1 1 1
2 R2 1 1 1 1
3 R3 0 0 1 1
4 R4 0 0 0 1
5 R5 1 1 1 1
6 R6 0 0 1 1
7 R7 0 1 0 1
8 R8 0 1 0 1
9 R9 0 0 1 1
10 R 10 0 0 1 1
11 R 11 0 0 1 1
12 R 12 0 1 0 1
13 R 13 0 1 0 1
14 R 14 1 1 1 1
15 R 15 0 0 1 1
16 R 16 1 1 1 1
17 R 17 0 0 0 1
18 R 18 0 0 1 1
19 R 19 1 1 1 1
20 R 20 1 1 1 1
21 R 21 0 0 1 1
22 R 22 0 0 1 1
23 R 23 0 0 1 1
24 R 24 0 0 1 1
25 R 25 1 1 1 1
26 R 26 1 1 1 1
27 R 27 1 1 1 1
28 R 28 0 1 0 1
29 R 29 1 1 1 1
30 R 30 0 0 1 1
31 R 31 0 0 0 1
32 R 32 1 1 1 1
33 R 33 0 0 1 1
34 R 34 0 0 0 1
35 R 35 1 1 1 1
36 R 36 1 1 1 1
37 R 37 0 0 0 1
38 R 38 1 1 1 1
39 R 39 0 0 1 1
40 R 40 1 1 1 1
41 R41 1 1 1 1
42 R 42 1 1 1 1
Keterangan:
1. Karakteristik
Statistics
Masa Kerja
Umur (Tahun) Pendidikan (Bulan)
N Valid 42 42 42
Missing 0 0 0
Mean 21.83 6.10
Median 20.00 4.00
Range 24 23
Minimum 18 1
Maximum 42 24
Umur (Tahun)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
UmurK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Masa KerjaK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
2. Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Apa akibatnya bila tidak menggunakan Alat Pelindung Diri pada saat membersihkan
ruangan/lingkungan dalam rumah sakit?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tertusuk/tergores benda
tajam, tertular penyakit 39 92.9 92.9 92.9
infeksi
Terpapar debu dan
3 7.1 7.1 100.0
pencemaran lingkungan
Total 42 100.0 100.0
Cumulati
ve
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulati
ve
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pengetahuankategorik
3. Sikap
Alat pelindung diri berupa masker sangat mengganggu saya ketika bekerja
Alat pelindung diri berupa sarung tangan sangat menganggu saya ketika bekerja
Alat pelindung diri berupa sepatu boot/sepatu sangat menganggu saya ketika bekerja
Saya merasa tidak nyaman memakai masker ketika bekerja karena saya merasa sulit
bernafas
Saya hanya memakai alat pelindung diri (sarung tangan. masker. sepatu boot/sepatu)
jika disediakan oleh rumah sakit
Saya akan terhindar dari penyakit akibat kerja dan gangguan kesehatan jika saya
menggunakan APD saat bekerja
Bagi saya memakai APD sama dengan menjaga keselamatan diri saya
Sikap kategorik
4. Tindakan
Masker
Sepatu
Tindakan
5. Crosstab
Pengetahuan * Tindakan Crosstabulation
Tindakan
% within
50.0% 50.0% 100.0%
Pengetahuan
Cukup Count 3 9 12
% within
25.0% 75.0% 100.0%
Pengetahuan
% within Tindakan 16.7% 37.5% 28.6%
% within
42.9% 57.1% 100.0%
Pengetahuan
Tindakan
Negatif Count 4 12 16
Sikap
Cukup Count 5 7 12
Tindakan
Negatif Count 4 5 9
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .159 1 .690
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .159 1 .690
Fisher's Exact Test 1.000 .500
Linear-by-Linear Association .153 1 .695
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Tindakan
Negatif Count 0 7 7
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.600 1 .018
b
Continuity Correction 2.857 1 .091
Likelihood Ratio 6.766 1 .009
Fisher's Exact Test .045 .045
Linear-by-Linear Association 5.133 1 .023
N of Valid Cases 12
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.25.
b. Computed only for a 2x2 table
Gambar 6. Petugas Kebersihan Rawat Inap Tidak Menggunakan APD Masker dan
Sarung Tangan/Handscoon