Anda di halaman 1dari 131

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2018

Gambaran Perilaku Penggunaan Alat


Pelindung Diri (APD) pada Petugas
Instalasi Sanitasi dan K3 di Rumah
Sakit Umum Haji Medan Tahun 2018

Ardini, Sisca
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5850
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
GAMBARAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
(APD) PADA PETUGAS INSTALASI SANITASI DAN K3 DI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2018

SKRIPSI

OLEH:
SISCA ARDINI
NIM. 141000605

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


GAMBARAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
(APD) PADA PETUGAS INSTALASI SANITASI DAN K3 DI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:
SISCA ARDINI
NIM. 141000605

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN

PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA

PETUGAS INSTALASI SANITASI DAN K3 DI RUMAH SAKIT UMUM

HAJI MEDAN TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil

karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, Juli 2018

Yang membuat pernyataan

Sisca Ardini

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap
keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
pendamping pasien, maupun pengunjung. Instalasi sanitasi dan K3 merupakan
bagian yang mengelola kebersihan rumah sakit, sampah rumah sakit (sampah
medis dan sampah non medis), serta penanganan limbah rumah sakit yang
tentunya mempunyai risiko untuk terpajan bahan biologi berbahaya (biohazard)
yang membutuhkan alat pelindung diri (APD) pada saat bekerja untuk
mengurangi risiko tertular penyakit.
Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran perilaku terhadap penggunaan alat pelindung diri dalam bertugas
sebagai petugas instalasi sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan Tahun 2018.
Populasi adalah seluruh petugas instalasi sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan
yang bertugas membersihkan ruangan rumah sakit. Pengambilan sampel
dilakukan secara total sampling dan diperoleh jumlah sampel sebanyak 42 orang
responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan petugas instalasi
sanitasi dan K3 terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam bekerja termasuk
dalam kategori baik (71,4%), untuk sikap termasuk dalam kategori positif (62%),
sedangkan untuk tindakan termasuk dalam kategori tidak lengkap memakai alat
pelindung diri (57%).
Pihak rumah sakit disarankan untuk meningkatkan pengawasan dan
pembinaan dalam penggunaan alat pelindung diri, memberikan informasi tentang
manfaat alat pelindung diri guna menjaga keselamatan selama bekerja,
menyediakan tempat khusus untuk penyimpanan alat pelindung diri agar dapat
terjaga dengan baik, memberikan sanksi tegas bagi petugas yang tidak patuh
dalam menggunakan alat pelindung diri serta peghargaan bagi petugas yang patuh
dalam menggunakan alat pelindung diri. Petugas instalasi sanitasi dan K3
hendaknya memakai alat pelindung diri secara lengkap sesuai dengan alat
pelindung diri yang telah disediakan pihak rumah sakit berupa sarung tangan,
masker, dan sepatu serta petugas instalasi sanitasi dan K3 diharapkan dapat saling
mengingatkan rekan kerjanya apabila tidak menggunakan pelindung diri saat
bekerja.

Kata kunci: Pengetahuan, sikap, tindakan, alat pelindung diri (APD)

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

The hospital is a workplace that has a high risk to the safety and health of
hospital human resources, patients, companion patients, as well as visitors.
Sanitation and safety departement are the parts that manage hospital cleanliness,
hospital waste (medical and non-medical waste), and hospital waste management
which certainly has a risk for exposure to biological substances (biohazard) that
require personal protective equipment (PPE) on while working to reduce the risk
of contracting the disease.
The aims of this descriptive study is to describe the knowledge, attitudes
and actions against the use of personal protective equipment in work as a
sanitation and safety officers at the RSU Haji Medan in 2018. The population of
this study was all sanitation and safety officers in RSU Haji Medan that clean the
hospital room. The sampling was done by total sampling and obtained a total
sample of 42 respondents.
The result showed that officers knowledge on the use of personal
protective equipment of sanitation and safety departement was in a good
category(71,4%), the category of positive attitude (62%), while for the actions
included in the category of incomplete wear personal protective equipment (57%).
The hospital advised to improve supervision and guidance in the use of
personal protective equipment, provide information on the benefits of personal
protective equipment to maintain safety during work, provide a place for the
storage of personal protective equipment in order to be properly maintained, to
give strict sanctions for non- in the use of personal protective equipment as well
as an appreciation for compliance officers in the use of personal protective
equipment. Sanitation and safety personnel should wear complete personal
protective equipment in accordance with personal protective equipment provided
by the hospital in the form of gloves, masks, and shoes and sanitation and safety
officers are expected to remind each other colleagues if they do not use personal
protective equipment while working .

Keyword: Knowledge, attitude, action, personal protective equipment (PPE)

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas

berkat, karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Gambaran Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

pada Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 di Rumah Sakit Umum Haji Medan

Tahun 2018” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Dalam penulisan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) FKM USU sekaligus selaku dosen penguji II yang telah

banyak memberi saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi.,M.Psi, selaku dosen pembimbing dan Ketua

Penguji skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar

memberikan petunjuk, saran, dan nasihat bimbingan serta arahan kepada

penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Ir. Kalsum, M.Kes, selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan

saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Dr. dr., Taufik Ashar, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah banyak memberikan nasehat dan masukan kepada penulis selama kuliah

di FKM USU.

7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis

mengikuti pendidikan.

8. Dr. Yulinda Elvi Nasution, M.Kes selaku Kepala Bidang Pendidikan dan

Penelitian RSU Haji Medan dan Khairun Akbar, SP selaku Kepala Pelaksana

Harian Instalasi Sanitasi dan K3 RSU Haji Medan yang telah memberikan izin

dan bantuan bagi penulis dalam melaksanakan penelitian.

9. Teristimewa untuk orangtua tercinta, Ayahanda Yulisman Boer dan Ibunda

Netti Irawati yang tiada hentinya mendukung baik secara moril maupun

materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

10. Saudara tercinta, Kakanda Edward Buryman, ST., Jerry Buryman, ST.,

Yulianti Irawati, ST., dan Adik penulis Andre Buryman, yang selalu

membantu dan mendukung penulis selama penyelesaian Tugas Sarjana ini.

11. Sahabat-sahabat saya dari awal perkulihan serta semua pihak yang tidak bisa

disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan semangat

dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
membangun agas penulis dapat memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2018

Penulis

Sisca Ardini

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................. iii
ABSTRACT .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 11
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................. 11
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................ 11
1.4 Hipotesis Penelitian.................................................................................. 11
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 12


2.1 Perilaku .................................................................................................... 12
2.1.1 Pengetahuan ..................................................................................... 14
2.1.2 Sikap ................................................................................................ 18
2.1.3 Tindakan ......................................................................................... 20
2.2 Alat Pelindung Diri (APD) ....................................................................... 21
2.2.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD) ............................................ 21
2.2.2 Landasan Hukum Tentang Alat Pelindung Diri (APD)................... 22
2.2.3 Karakteristik Alat Pelindung Diri (APD) ........................................ 27
2.2.4 Jenis Alat Pelindung Diri (APD) bagi Petugas Instalasi Sanitasi
dan K3............................................................................................. 27
2.3 Rumah Sakit .............................................................................................. 31
2.3.1 Instalasi Sanitasi dan K3.................................................................. 33
2.3.1.1 Sistem Kerja Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 di Rumah
Sakit Umum Haji Medan ..................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 36


3.1 Jenis Penelitian.......................................................................................... 36
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 36

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.2.1 Lokasi .............................................................................................. 36
3.2.2 Waktu Penelitian............................................................................. 36
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................. 36
3.3.1 Populasi ........................................................................................... 36
3.3.2 Sampel ............................................................................................. 36
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 37
3.4.1 Data Primer ...................................................................................... 37
3.4.1.1 Validitas .............................................................................. 37
3.4.1.2 Reliabilitas .......................................................................... 38
3.4.2 Data Sekunder.................................................................................. 38
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ............................................................ 38
3.6 Metode Pengukuran ................................................................................. 39
3.6.1 Pengetahuan .................................................................................... 39
3.6.2 Sikap ................................................................................................ 40
3.6.3 Tindakan .......................................................................................... 40
3.7 Pelaksanaan Perolehan Data .................................................................... 41
3.8 Metode Analisis Data ............................................................................... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 44


4.1 Gambaran Umum RSU Haji Medan ......................................................... 44
4.1.1 Sejarah RSU Haji Medan ............................................................... 44
4.1.2 Visi RSU Haji Medan ..................................................................... 46
4.1.3 Misi RSU Haji Medan .................................................................... 46
4.1.4 Struktur RSU Haji Medan .............................................................. 47
4.2 Karakteristik Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 dalam Penggunaan Alat
Pelindung Diri di RSU Haji Medan ......................................................... 49
4.2.1 Umur ................................................................................................ 49
4.2.2 Tingkat Pendidikan ......................................................................... 50
4.2.3 Masa Kerja ...................................................................................... 51
4.3 Gambaran Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Petugas
Instalasi Sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan Tahun 2018 …………….. 52
4.3.1 Pengetahuan Responden terhadap Penggunaan Alat Pelindung
Diri pada Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan .. 52
4.3.2 Sikap Responden terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri pada
Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan ................... 55
4.3.3 Tindakan Responden terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri
pada Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan ........... 58

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 64


5.1 Gambaran Karakteristik Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 di RSU Haji
Medan........................................................................................................ 64
5.1.1 Umur ................................................................................................ 64
5.1.2 Tingkat Pendidikan ......................................................................... 65
5.1.3 Masa Kerja ...................................................................................... 66

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.2 Pengetahuan Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 terhadap Penggunaan
Alat Pelindung Diri di RSU Haji Medan ................................................. 66
5.3 Sikap Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 dalam Penggunaan Alat
Pelindung Diri di RSU Haji Medan .......................................................... 69
5.4 Tindakan Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 dalam Penggunaan Alat
Pelindung Diri di RSU Haji Medan .......................................................... 72
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 77
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 77
6.2 Saran.......................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80

LAMPIRAN

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Pelaksanaan Kegiatan Perolehan Data ......................................... 41

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kelompok Umur


di RSU Haji Medan Tahun 2018 ................................................... 50

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat


Pendidikan di RSU Haji Medan Tahun 2018 ................................ 50

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Masa Kerja di


RSU Haji Medan Tahun 2018 ....................................................... 51

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden terhadap


Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Petugas Instalasi Sanitasi
dan K3 di RSU Haji Medan Tahun 2018 ...................................... 53

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di RSU Haji


Medan Tahun 2018 ....................................................................... 54

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Sikap Responden terhadap Pemakaian Alat


Pelindung Diri Pada Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 di RSU
Haji Medan Tahun 2018 ............................................................... 56

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sikap Responden di RSU Haji Medan


Tahun 2018 ................................................................................... 57

Tabel 4.8 Distribusi Tindakan Responden terhadap Penggunaan Alat


Pelindung Diri pada Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 di RSU
Haji Medan Tahun 2018 ............................................................... 59

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden di RSU Haji Medan


Tahun 2018 ................................................................................... 59

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan dengan


Tindakan Responden Di RSU Haji Medan Tahun 2018 .............. 60

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang dengan Tindakan


Responden di RSU Haji Medan Tahun 2018 ............................... 61

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan, Sikap,


dengan Tindakan Responden Di RSU Haji Medan Tahun 2018 . 61

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Presentase Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan


Umur ........................................................................................ 50

Gambar 4.2 Presentase Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan


Tingkat Pendidikan .................................................................. 51

Gambar 4.3 Presentase Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan


Masa Kerja ............................................................................... 52

Gambar 4.4 Presentase Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden ....... 55

Gambar 4.5 Presentase Distribusi Frekuensi Sikap Responden .................. 58

Gambar 4.6 Presentase Distribusi Frekuensi Tindakan Responden ............ 60

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISTILAH

Singkatan : Singkatan dari

ANSI : American National Standard Intitute


APD : Alat Pelindung Diri
CDC : Centre Of Disease Control
DEPKES RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
GNP : Gross National Product
HBV : Hepatitis B Virus
HCV : Hepatitis C Virus
HIV : Human Immunodeficiency Virus
ILO : International Labour Organization
K3 : Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
KMK : Keputusan Menteri Kesehatan
NSI : Needle Sick Injury
PAK : Penyakit Akibat Kerja
Pb : Timbal
PERMENAKERTRANS : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
PMK : Peraturan Menteri Kesehatan
PVC : Poli Vinyl Chlorida
RSU : Rumah Sakit Umum
SNI : Standar Nasional Indonesia
WHO : World Health Organization

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian ........................................... 84

Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Penelitian ........................................ 85

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ................................................................ 86

Lampiran 4. Lembar Observasi Penelitian ................................................... 89

Lampiran 5. Master Data ............................................................................. 92

Lampiran 6. Output Hasil Pengolahan Data ................................................ 99

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 110

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Sisca Ardini, dilahirkan di Kota Duri - Riau pada tanggal 8 April 1996.

Anak keempat dari 5 bersaudara pasangan Yulisman Boer dan Netti Irawati.

Peneliti menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 047 Duri - Riau pada

tahun 2008. Peneliti melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP

Swasta Cendana Mandau, Duri - Riau tahun 2008 dan tamat pada tahun 2011.

Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Cendana

Mandau, Duri - Riau pada tahun 2011 dan tamat pada tahun 2014. Pada tahun

2014 memulai kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara, Program Studi Iilmu Kesehatan Masyarakat.

xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua

tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan,

mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu upaya mencegah dan

mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali

hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta

tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja (UU No.

23 Tahun 2009 Pasal 23).

Secara global dan tingkat negara, masalah Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) yang dominan adalah masih tingginya kasus penyakit akibat kerja dan

kecelakaan kerja dibandingkan dengan kejadian kebakaran, peledakan, dan

pencemaran udara di lingkungan kerja. Data kecelakaan kerja secara global lebih

lengkap tersedia dibanding data penyakit akibat kerja bedasarkan laporan yang

diterima dari tiap negara. Keadaan ini termasuk di Indonesia disebabkan masih

banyak perusahaan tidak melaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja

sehingga kasus penyakit akibat kerja tidak tercatat dan terpantau (Silaban, 2012).

Menurut Takala yang dikutip oleh Silaban (2012), ILO melaporkan bahwa

tahun 1998 terjadi 270 juta kasus kecelakaan kerja dan 160 juta kasus penyakit

akibat kerja. Diperkirakan sebanyak 1,1 juta orang meninggal akibat penyakit

akibat kerja, 335.000 orang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan kerugian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

sebesar 4% dari total gross national product (GNP) dunia atau sebesar US$ 1.250

milyar.

Menurut Widayana dan Wiratmaja (2014) yang mengutip pendapat

Suma’mur, keselamatan kerja merupakan suatu keadaan terhindar dari bahaya saat

melakukan kerja. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan

dengan mesin, pesawat pengangkat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,

tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Menurut

Simanjuntak (1994) yang dikutip oleh Widayanan dan Wiratmaja (2014),

keselamatan kerja dapat diartikan sebagai kondisi yang bebas dari risiko

kecelakaan atau kerusakan atau dengan kata lain risiko yang relatif sangat kecil

dibawah tingkat tertentu.

Menurut WHO/ILO (1995) kesehatan kerja bertujuan untuk meningkatkan

dan memelihara derajat kesehatan fisik, mental, dan sosial yang setinggi-tingginya

bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan

pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam

pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan dan penempatan

serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan

kondisi dan psikologisnya, secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan

kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. Program

kesehatan pada sebuah bidang usaha bertujuan untuk mewujudkan lingkungan

usaha yang aman, nyaman dan sehat bagi seluruh pekerja, dan pengunjung.

Menurut American Hospital Association yang dikutip oleh Adisasmito

(2007), rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis profesional yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen dalam menyelenggarakan

pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis,

serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Sementara itu, menurut

Wolper dan Pena yang dikutip oleh Adisasmito (2007), rumah sakit adalah tempat

di mana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat di

mana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat, dan berbagai

tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan.

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Rumah sakit sebagai salah satu

fasilitas pelaynaan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang

sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan (Depkes

RI, 2009). Rumah sakit merupakan tempat kerja yang memiliki risiko tinggi

terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit, pasien,

pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit. Dalam rangka

pengelolaan dan pengendalian risiko yang berkaitan dengan keselamatan dan

kesehatan kerja di rumah sakit perlu diselenggarakan keselamatan dan kesehatan

kerja di rumah sakit agar terciptanya kondisi rumah sakit yang sehat, selamat, dan

aman (Permenkes, 2016). Bahaya potensial di rumah sakit yang disebabkan oleh

faktor biologi (virus, bakteri, jamur, parasit); faktor kimia (antiseptic, reagen, gas

anestesi); faktor ergonomi (lingkungan kerja, cara kerja, dan posisi kerja yang

salah); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi); faktor

psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama pekerja/atasan) dapat

mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja (Kepmenkes, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Menurut CDC (Centre Of Disease Control) pekerja kesehatan berisiko

terpapar darah dan cairan tubuh yang terinfeksi (bloodborne pathogen) yang dapat

menimbulkan infeksi HBV (Hepatitis B Virus), HCV (Hepatitis C Virus), dan

HIV (Human Immunodeficiency Virus) melalui berbagai cara, salah satunya

melalui luka tusuk jarum atau yang dikenal dengan istilah Needle Stick Injury atau

NSI. Dari survei yang diperoleh CDC sebanyak 77% kecelakaan kerja di rumah

sakit adalah tertusuk jarum suntik. Diperkirakan setiap tahun terjadi 385.000

kejadian luka akibat benda tajam yang terkontaminasi darah pada tenaga

kesehatan di rumah sakit di Amerika. Menurut Kepmenkes RI nomor 1087 (2010)

menjelaskan bahwa 65.4 % petugas pembersih suatu rumah sakit di Jakarta

menderita dermatitis kontak iritan kronik tangan pada tahun 2004. Penelitian dari

dr. Joseph tahun 2005-2007 mencatat bahwa angka kecelakaan kerja NSI

mencapai 38-73% dari total petugas kesehatan (Melandari dan Afifah, 2014).

Rumah sakit sebagaimana tempat kerja pada umumnya mempunyai

bahaya potensial yang cukup beragam dalam proses kerjanya. Bahaya potensial

tersebut, apabila tidak dikendalikan dengan sebaik mungkin akan berpotensi untuk

terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK). Oleh sebab itu,

bahaya potensial sebisa mungkin harus diminimalisir kemungkinan terjadinya,

salah satunya melalui upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) (Harlan dan

Paskarini, 2014).

Cara terbaik untuk pencegahan terhadap bahaya kesehatan dan

keselamatan kerja dapat dilakukan dengan menghilangkan risikonya atau

mengendalikan sumber bahaya dengan pendekatan pengendalian teknis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

(engineering control). Bila cara ini tidak memungkinkan untuk diupayakan

mengingat pertimbangan teknologi dan biaya, maka cara lain yang dapat

dilakukan adalah dengan pendekatan pengendalian secara administratif

(administrative control), kecuali pencegahan terhadap bahaya kecelakaan kerja.

Bila hal ini tidak dapat dilakukan, maka alternatif pengendalian terakhir adalah

dengan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD). Dengan kata lain bahwa Alat

Pelindung Diri (APD) merupakan keputusan terakhir yang diambil dalam

pengendalian bahaya di tempat kerja (Silaban, 2012).

Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang

mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi

sebagian atau seluruh tubuh dari bahaya di tempat kerja. Pengusaha wajib

menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja, yang sesuai dengan

Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku dan wajib diberikan

oleh pengusaha secara cuma-suma (Permenakertrans, 2010). Masih banyaknya

pekerja yang tidak menggunakan APD saat bekerja didasari oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah kurangnya kebijakan dan supervisi perusahaan dan aspek

pekerja itu sendiri. Sebuah survei menunjukkan bahwa alasan para pekerja enggan

menggunakan APD adalah karena perasaan tidak nyaman saat digunakan. Alasan

kedua adalah bahwa pekerja merasa tidak membutuhkan APD tersebut saat

bekerja, mereka telah bertahun-tahun bekerja tetapi tidak pernah mengalami

kecelakaan kerja. Alasan ketiga adalah APD yang digunakan terlihat tidak

menarik dan tidak fit saat digunakan. Alasan lainnya adalah mereka tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

mempunyai cukup waktu untuk menggunakan APD atau mereka tidak mengetahui

bahwa APD tersebut harus digunakan (Matela, 2010).

Penggunaan APD merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan dan

memegang peran penting bagi keselamatan pekerja. Perilaku penggunaan dan

kepatuhan penggunaan APD yang tepat serta kebijakan pihak perusahaan

merupakan hal yang saling mendukung dalam kesuksesan keselamatan kerja

(Agustine, 2015). Hasil penelitian Tombili dan Mardewi (2010) menunjukkan

petugas pengumpul sampah dinas kebersihan kota kendari yang diteliti

pengetahuannya tentang alat pelindung diri kurang berjumlah 12 orang (11,7%),

cukup berjumlah 59 orang (57,3%) dan sikap baik berjumlah 32 orang (31,1%).

Petugas pengumpul sampah yang sikapnya tentang alat pelindung diri kurang

berjumlah 13 orang (12,6%), cukup berjumlah 66 orang (64,1%) dan sikapnya

baik berjumlah 24 orang (23,3%). Tindakannya tentang alat pelindung diri kurang

berjumlah 50 orang (48,5%), cukup berjumlah 40 orang (38,8%) dan sikapnya

baik berjumlah 13 orang (12,6%).

Hasil penelitian Veronika (2015) menunjukkan bahwa pengetahuan

petugas cleaning service Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam penanganan sampah medis

termasuk dalam kategori baik (63,6%), untuk sikap termasuk dalam kategori

positif (63,6%), sedangkan untuk tindakan termasuk dalam kategori tidak lengkap

memakai alat pelindung diri (90,9%).

Hasil penelitian Harlan dan Paskarini (2014) menunjukkan bahwa

sebagian besar (60%) responden mempunyai perilaku penggunaan APD yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

kurang baik, sedangkan 40% responden lainnya mempunyai perilaku penggunaan

APD yang baik. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin muda

usia, semakin sedikit masa kerja, semakin lengkap APD yang tersedia, maka

semakin baik perilaku penggunaan APD.

Rumah Sakit Umum Haji Medan didirikan dengan landasan hasrat untuk

menciptakan sarana pelayanan kesehatan bernuansa islami yang mengutamakan

mutu dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh kebutuhan pelanggan. Setelah

diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia tanggal 4 Juni 1992, Rumah Sakit

Haji Medan saat ini telah mempunyai 250 tempat tidur untuk rawat inap, hampir

dua kali lipat sewaktu diresmikan (Profil RSU Haji Medan, 2016).

Proses kerja yang terjadi di RSU Haji Medan juga tidak jauh dari risiko

seperti cidera, gangguan psikososial, ergonomi, terkontaminasi bahan kimia

berbahaya, radiasi, virus, bakteri, dan lainnya. Untuk itu RSU Haji Medan

memerlukan program keselamatan kerja guna meningkatkan produktivitas pekerja

untuk mendapatkan mutu dan kualitas hasil pelayanan yang baik, sehingga

masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.

Instalasi sanitasi dan K3 merupakan bagian dari RSU Haji Medan yang

mengelola kebersihan rumah sakit, sampah rumah sakit (sampah medis maupun

sampah non medis), serta penanganan limbah rumah sakit yang tentunya

mempunyai risiko untuk terpajan bahan biologi berbahaya (biohazard).

Melakukan kontak langsung dengan alat medis sekali pakai seperti jarum suntik

bekas maupun selang infus bekas, membersihkan seluruh ruangan di rumah sakit,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

serta mengelola limbah rumah sakit yang dapat meningkatkan risiko untuk terkena

penyakit infeksi.

Melakukan pekerjaan yang aman agar selamat merupakan harapan semua

karyawan RSU Haji Medan. Terjadinya kecelakaan akibat faktor perilaku

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) meliputi nilai pengetahuan, persepsi, sikap,

pendidikan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja yang kurang baik dapat

menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja.

Petugas instalasi sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan keseluruhan

berjumlah 54 orang. Secara khusus yang menangani sanitasi dan kebersihan

lingkungan dalam rumah sakit berjumlah 42 orang yang terbagi kedalam ruangan

diantaranya ruangan IGD, ruangan ICU, ruangan OK, ruangan rawat inap Hijir

Ismail, ruangan rawat inap Al-Ikhsan, ruangan rawat inap An-Nisa, ruangan rawat

inap Safa, ruangan rawat inap Marwa, ruang tunggu, ruang rawat inap Jabal Nur,

ruang rawat inap Ar-Rijal, dan ruang poli klinik. Pendidikan rata-rata petugas ini

adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Setiap harinya petugas sanitasi dan K3

memulai pekerjaannya pada pukul 07:00-14:30 WIB untuk shift pagi, dan pukul

13:00-20:30 WIB untuk shift sore. Karena begitu besarnya risiko yang dihadapi

oleh petugas instalasi sanitasi dan K3 ini, maka perlu perlindungan bagi tenaga

kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3) agar tidak terjadi risiko

penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja.

Menurut KepMenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan

kesehatan lingkungan rumah sakit bahwa petugas pengelola sampah/sanitasi harus

menggunakan alat pelindung diri diantaranya topi/helm, masker, pelindung mata,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

pakaian panjang (coverall), apron untuk industri, pelindung kaki/sepatu boot, dan

sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).

Dalam melakukan pekerjaannya sehari-hari, pihak manajemen RSU Haji

Medan telah menyediakan alat pelindung diri bagi petugas sanitasi dan K3 yaitu

berupa sarung tangan/handscoon, masker, dan sepatu yang bertujuan untuk

melindungi pekerja saat melakukan pekerjaannya. Penyimpanan APD yang

diberikan itu sendiri disimpan petugas di ruangan Cleaning Service. Pemakaian

APD yang dianjurkan adalah dipakai secara lengkap seluruh APD tersebut guna

meminimalkan risiko petugas terkena infeksi silang ataupun mendapat penyakit

akibat tertular dari zat-zat buangan rumah sakit, pasien, ataupun dari lingkungan

kerja.

Dari hasil observasi awal, terlihat bahwa petugas sanitasi dan K3 yang

langsung menangani kebersihan lingkungan rumah sakit (baik sampah medis

maupun sampah non medis) jarang menggunakan alat pelindung diri lengkap

berupa masker, dan sarung tangan pada saat bekerja. Petugas cenderung

menggunakaan APD hanya pada saat-saat di rasa perlu, dan mengabaikan

peraturan penggunaan APD saat bekerja yang telah di tetapkan.

Dari hasil wawancara singkat dengan beberapa petugas, salah satu petugas

menuturkan bahwa ia pernah mengalami kecelakaan akibat kerja berupa tertusuk

jarum suntik bekas, dan terkena tumpahan cairan buangan. Hal ini terjadi

disebabkan oleh kurang maksimalnya pemanfaatan APD yang telah diberikan. Ia

juga menuturkan bahwa pihak manajemen rumah sakit setiap harinya telah

melakukan briefing tentang APD yang wajib mereka gunakan ketika bekerja,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

kegunaan dari APD tersebut, dan cara pakai APD. Briefing ini dilakukan sesaat

sebelum mereka melakukan pekerjaan setiap harinya. Baik untuk petugas shift

pagi, dan shift sore. Namun dalam penerapannya masih sering mereka melakukan

pelanggaran dengan tidak memakai APD yang telah di wajibkan tersebut. Seorang

petugas kebersihan ruang rawat inap menuturkan bahwa ia jarang menggunakan

APD berupa masker, hal ini dikarenakan ia merasa sesak nafas dan tidak nyaman

dalam menggunakannya. Ia juga menuturkan bahwa ia lebih memaksimalkan

penggunaan masker saat perawat memperingatkan adanya pasien dengan

penyakit-penyakit tertentu di dalam ruangan rawat inap tersebut.

Menurut hasil wawancara singkat dengan pengawas tim petugas

kebersihan, dan sanitasi ia menuturkan bahwa tidak ada sanksi tegas untuk

petugas yang tidak menggunakan APD secara lengkap dalam bekerja. Ia

menuturakan bahwa jika petugas tidak menggunakan APD lengkap yang

dianjurkan, maka mereka yang akan menerima akibatnya dikemudian hari.

Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin mengetahui gambaran perilaku

penggunaan alat pelindung diri pada instalasi sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan

tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis ingin mengetahui

bagaimana gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD) pada

instalasi sanitasi dan K3 di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 TujuanUmum

Mengetahui gambaran perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

pada instalasi sanitasi dan K3 di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik umur, tingkat pendidikan, dan

masa kerja petugas instalasi sanitasi dan K3 di Rumah Sakit Umum Haji

Medan Tahun 2018.

2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan petugas instalasi sanitasi dan K3

dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat bekerja.

3. Untuk mengetahui gambaran sikap petugas instalasi sanitasi dan K3 dalam

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat bekerja.

4. Untuk mengetahui gambaran tindakan petugas instalasi sanitasi dan K3 dalam

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada saat bekerja

1.4 Manfaat penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak RSU Haji Medan tentang gambaran perilaku

penggunaan APD pada petugas instalasi sanitasi dan K3 agar dapat

meningkatkan pengawasan terhadap pemakaian APD pada petugas.

2. Sebagai bahan masukan untuk lebih memperhatikan kepatuhan penggunaan

APD pada petugas instalasi sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan.

3. Menambah pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian.

4. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Perilaku diterjemahkan dari kata bahasa inggris “behavior” dan kata

tersebut sering dipergunakan dalam bahasa sehari-hari, namun sering kali

pengertian perilaku ditafsirkan secara berbeda antara satu orang dengan yang

lainnya. Perilaku juga sering diartikan sebagai tindakan atau kegiatan yang

ditampilkan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain dan lingkungan di

sekitarnya, atau bagaimana manusia beradaptasi terhadap lingkungannya.

Perilaku, pada hakekatnya adalah aktifitas atau kegiatan nyata yang ditampilkan

seseorang yang dapat teramati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku

keselamatan adalah tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan faktor –

faktor keselamatan kerja (Fitriani, 2011).

Dilihat dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas

organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Dari sudut pandang biologis,

semua makluk hidup mulai dari tumbuhan, hewan, dan manusia berperilaku,

karena punya aktivitas masing-masing. Perilaku (manusia) adalah semua tindakan

atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak

dapat diamati langsung. Maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar

(Notoatmodjo, 2012).

Menurut Ensiklopedia Amerika yang dikutip oleh Kholid (2012), perilaku

diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya.

Menurut Kholid (2012) yang mengutip pendapat Robert Kwick, perilaku adalah

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan

dipelajari.

Menurut Skiner (1938) yang dikutip oleh Maulana (2014), perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Menurut Lewit yang dikutip oleh Maulana (2014), perilaku merupakan hasil

pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam

bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang

antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku dapat berubah jika

terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan di dalam diri seseorang.

Menurut Green yang dikutip oleh Suyono dan Nawawinetu (2013),

terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku individu, yaitu:

1. Faktor dasar (Predisposing factors), mencakup pengetahuan, sikap,

kebiasaan, norma sosial, keterlibatan pekerja, komunikasi dan unsur lainnya

yang terdapat dalam diri individu di dalam masyarakat yang terwujud dalam

motivasi.

2. Faktor pendukung (Enabling factors), mencakup sumber daya atau potensi

masyarakat, terwujud dalam pelatihan, tersedianya fasilitas atau sarana

keselamatan kerja, lingkungan fisik, dan lingkungan kerja.

3. Faktor penguat (Reinforcing Factors) mencakup sikap dan perilaku dari

orang lain yang terwujud dalam dukungan sosial.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuaman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

(Notoatmodjo, 2012).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Fitriani (2011),

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku

baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Awarness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Notoatmodjo (2012) Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkatan yaitu:

1. Tahu (know), tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan mengingat kembali (recall) sesuatu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakanya.

2. Memahami (comprehension), memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut sacara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan-

perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus

pemecahan masalah (Problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah

kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan.

5. Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun,

dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap

suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

Menurut Azwar (2000), yang dikutip oleh Rahmah (2012), faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah:

a. Umur,

b. Jenis kelamin,

c. Pendidikan,

d. Lama kerja.

Menurut Erfandi yang dikutip oleh Siburian (2012), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar sekolah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

dan berlangsung sepanjang hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin mudah orang tersebut untum menerima informasi maka semakin luas

pula pengetahuannya.

b. Media massa/informasi

Teknologi yang maju akan menyediakan bermacam-macam media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lainnya yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi dilakukan tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan baik atau buruk. Dengan adanya kebiasaan dan tradisi seseorang akan

bertambah pengetahuannya sekalipun ia tidak melakukannya. Status ekenomi

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

memperoleh informasi. Status ekonomi dan sosial budaya akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini dapat terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak

yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dimana seseorang dapat

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu

(Notoatmodjo, 2010). Namun, tidak semua pengalaman dapat menuntun

seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar sehingga diperlukan berfikir

kritis dan logis.

f. Usia

Usia sangat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin baik.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden (Notoatmodjo, 2012).

2.1.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup seseorang

terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan

emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak

baik (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Koentjaraningrat yang dikutip oleh Maulana (2014), sikap merupakan

kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan

pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaan terhadap

objek tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Menurut Allport yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), sikap terdiri dari 3

komponen pokok, yakni:

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya

bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana

penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap

objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tent to behave), artinya sikap adalah

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap

adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka

(tindakan).

Ketiga komponen tersebut di atas secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude). Dalam membentuk sikap yang utuh ini, pengetahuan,

pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya

pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan-tingkatan berdasarkan

intensitasnya, sebagai berikut:

1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan

tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah. Adalah

berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

3. Menghargai (valuing), diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang

lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain

merespon.

4. Bertanggung jawab (responsible), merupakan sikap yang paling tinggi

tingkatnya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan

keyakinanya, maka dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain

yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu objek.

2.1.3 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau

suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Empat tingkatan

tindakan menurut Notoatmodjo (2012):

1. Respons terpimpin (guided response), yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai

dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

2. Mekanisme (mecanism), yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan

sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan

kebiasaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

3. Adopsi (adoption), adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasi sikapnya

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,

atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,

yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2.2 Alat Pelindung Diri (APD)

2.2.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan

saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu

sendiri dan orang-orang disekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh

pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (Widayana dan

Wiratmaja, 2014).

Alat Pelindung Diri atau (APD) dapat didefinisikan sebagai alat yang

mempunyai kemampuan melindungi seseorang dalam pekerjaannya, yang

fungsinya mengisolasi pekerja dari bahaya tempat kerja. Alat Pelindung Diri

(APD) meliputi penggunaan respirator, pakaian khusus, kacamata pelindung, topi

pengaman, atau perangkat sejenis yang bila dipakai dengan benar akan

mengurangi risiko cedera atau sakit diakibatkan oleh bahaya. Alat pelindung diri

adalah merupakan metoda terakhir yang digunakan setelah upaya melakukan

metoda yang lainnya (Rijanto, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Alat Pelindung Diri (APD) yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai

oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat.

Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika Alat Pelindung Diri (APD)

yang disediakan tidak memenuhi syarat (Anizar, 2012). Maka faktor-faktor yang

harus di pertimbangkan di mana Alat Pelindung Diri (APD) harus:

1. Enak dan nyaman dipakai.

2. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak

pekerja.

3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya/potensi

bahaya.

4. Memenuhi syarat estetika.

5. Memperhatikan efek samping penggunaan APD.

6. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan dan harga

terjangkau.

2.2.2 Landasan Hukum Tentang Alat Pelindung Diri (APD)

1. Undang- undang No.1 Tahun 1970, tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja:

a. Bab VIII, Pasal 12, ayat b: Tenaga kerja berkewajiban untuk memakai alat

pelindung diri.

b. Bab VIII, pasal 12, ayat c: Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan

kerja dimana syarat kesehatan dan keselamatan kerja serta alat-alat

pelindung diri yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

khusus yang ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas

yang masih dapat dipertanggung jawabkan.

c. Bab IX, Pasal 13: Barang siapa yang akan memasuki suatu tempat kerja,

diwajibkan menaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-

alat pelindung diri yang diwajibkan.

d. Bab X, Pasal 14, ayat c: Pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-

cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja di

bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang

memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang

diperlukan (Rijanto, 2011).

2. Permenakertranskop RI No.: Per.01/Men/1981 tentang Kewajiban

Melaporkan Penyakit Akibat Kerja pada:

a. Pasal 4 ayat 3, yaitu: Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma

APD yang diwajibkan penggunaannya untuk tenaga kerja yang berada di

bawah pimpinannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.

b. Pasal 5 ayat 2, yaitu: Tenaga kerja harus memakai alat-alat perlindungan

yang diwajibkan untuk pencegahan penyakit akibat kerja (Silaban, 2012).

3. Permenakertrans RI No.: Per.08/Men/2010 tentang Alat Pelindung Diri pada:

a. Pasal 2:

1. Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja.

2. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar

Nasional Indonesia (SNI) atau standard yang berlaku.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

3. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh

pengusaha secara cuma-cuma

b. Pasal 4:

1. APD wajib digunakan di tempat kerja di mana:

a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat

perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat

menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan.

b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut

atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah

terbakar, korosif, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau

bersuhu rendah.

c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau

pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk

bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan

sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.

d. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,

pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,

perternakan, perikanan dan lapangan kesehatan.

e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas,

minyak panas bumi, atau mineral lainnya. Baik di permukaan, di

dalam bumi maupun di dasar perairan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di

daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun

udara.

g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga,

dok, stasiun, bandar udara dan gudang.

h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di

dalam perairan.

i. Dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau

perairan.

j. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi

atau rendah.

k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,

kejatuhan, terkena pelantingan benda, jatuh atau terperosok, hanyut

atau terpelanting.

l. Dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur, atau

lubang.

m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap,

gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.

n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.

o. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan telekomunikasi

radio, radar, televisi, atau telepon.

p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau

riset yang menggunakan alat teknis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau

disalurkan listrik, gas, minyak atau air, dan

r. Diselenggarakan rekreasi yang memakai peralatan, instalasi listrik

atau mekanik.

2. Pegawai pengawas ketenagakerjaan atau ahli keselamatan dan

kesehatan kerja dapat mewajibkan penggunaan APD di tempat kerja

selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

c. Pasal 5: Pengusaha atau pengurus wajib menggumumkan secara

tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban

penggunaan APD di tempat kerja.

d. Pasal 6:

1. Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib

memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya

dan risiko.

2. Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan

pekerjaan apabila APD yang disediakan tidak memenuhi

ketentuan dan persyaratan.

e. Pasal 7:

1. Pengusaha atau pengurus wajib melaksanakan manajemen APD

di tempat kerja.

2. Manajemen APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. Identifikasi kebutuhan dan syarat APD

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

b. Pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan

kebutuhan/kenyamanan pekerja/buruh.

c. Pelatihan.

d. Penggunaan, perawatan, dan penyimpanan.

e. Penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan.

f. Pembinaan.

g. Inspeksi, dan

h. Evaluasi dan pelaporan.

2.2.3 Karakteristik Alat Pelindung Diri (APD)

Berikut adalah karakteristik dari Alat Pelindung Diri (APD) (Rijanto,

2011):

1. Alat pelindung diri mempunyai keterbatasan yang umum yaitu tidak dapat

menghilangkan bahaya pada sumbernya.

2. Apabila alat pelindung diri tidak berfungsi dan kelemahannya tidak diketahui

maka risiko bahaya yang timbul dapat menjadi lebih besar.

3. Saat digunakan, alat pelindung diri harus sudah dipilih dengan tepat dan harus

selalu dimonitor.

4. Pekerja yang menggunakannya harus sudah terlatih.

2.2.4 Jenis Alat Pelindung Diri (APD) bagi Petugas Isntalasi Sanitasi dan K3

Menurut KepMekes 1204/Mekes/SK/X/2004 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan rumah sakit bahwa petugas pengelola sampah harus

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang terdiri dari:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

1. Topi/helm

Menurut Rijanto (2011) yang mengutip pendapat American National

Standard Institute (ANSI) Z89.1-1986 bahwa topi/helm pengaman adalah sebagai

suatu alat yang dipakai untuk memberikan perlindungan untuk kepala, atau

bagian-bagiannya, terhadap benturan, benda-benda kecil/partikel-partikel

berterbangan, sengatan listrik, atau kombinasi diantaranya. Topi atau helm

pengaman yang digunakan adalah topi/helm Kelas C. Topi/helm pengaman yang

dimaksudkan untuk melindungi kepala dari kekuatan benturan benda-benda yang

jatuh, tanpa pengaman terhadap listrik.

2. Masker

Menurut Tarwaka yang dikutip oleh Veronica (2015), alat pelindung

pernafasan digunakan untuk melindungi pernafasan dari risiko paparan gas, uap,

debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat

rangsangan. Sebelum melakukan pemilihan terhadap suatu alat pelindung

pernafasan yang tepat, maka perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya

atau kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Hal-hal yang perlu diketahui

antara lain:

a. Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut, fume, debu, atau

kombinasi dari berbagai bentuk kontaminan tersebut.

b. Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja.

c. Nilai ambang batas yang diperkenankan untuk masing-masing kontaminan.

d. Reaksi fisiologis terhadap pekerja, seperti dapat menyebabkan iritasi mata

dan kulit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

e. Kadar oksigen di udara tempat kerja cukup tidak, dan lain-lain.

Masker digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-partikel

yang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan dan mencegah percikan yang

bersifat infeksius masuk ke dalam mulut.

3. Pelindung mata

Menurut Tarwaka yang dikutip oleh Veronica (2015), alat pelindung mata

digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif, debu dan

partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat

menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elegtromagnetik, panas radiasi sinar

matahari, pukulan atau benturan benda keras dan lain-lain. Jenis alat pelindung

mata antara lain:

a. Kaca mata biasa (Spectacle Goggles), alat ini berfungsi untuk melindungi

mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi gelombang

elektromagnetik.

b. Goggles, alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap, dan

percikan larutan bahan kimia. Goggles biasanya terbuat dari plastik

transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk melindungi bahaya radiasi

gelombang elektromagnetik mangion.

4. Pakaian panjang (coverall)

Merupakan pakaian pelindung yang memiliki kemampuan melindungi

seluruh tubuh pekerja, mulai dari pergelangan tangan sampai pergelangan kaki.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

5. Apron untuk industri

Apron ataupun pakaian pelindung yang terbuat dari bahan timbal yang

dapat menyerap radiasi pengion.

6. Pelindung kaki

Menurut Tarwaka yang dikutip oleh Veronica (2015), alat pelindung kaki

digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-benda keras,

benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan arus listrik.

a. Sepatu kulit, yaitu sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada

pekerjaan yang membutuhkan keamanan oleh benda-benda keras, panas dan

berat, serta kemungkinan tersandung, tergelincir, terjepit, panas, dingin.

b. Sepatu boot, yaitu sepatu khusus yang digunakan oleh petugas pada pekerjaan

yang membutuhkan keamanan oleh zat kimia korosif, bahan-bahan yang

dapat menimbulkan dermatitis, dan listrik.

7. Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung diri yang

berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu

panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan

kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan

jasad renik (Permenakertrans, 2010).

Menurut Tarwaka yang dikutip oleh Veronica (2015), sarung tangan rumah

tangga (gloves), sarung tangan jenis ini bergantung pada bahan-bahan yang

digunakan diantaranya:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

a. Sarung tangan yang terbuat dari bahan asbes, katun, wool untuk melindungi

tangan dari api, panas, dan dingin.

b. Sarung tangan yang terbuat dari bahan kulit untuk melindungi tangan dari

listrik, panas, luka, dan lecet.

c. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang dilapisi timbal (Pb) untuk

melindungi tangan dari radiasi elektomagnetik dan radiasi pengion.

d. Sarung tangan yang terbuat dari bahan karet alami (sintetik) untuk

melindungi tangan dari kelembaban air, zat kimia.

e. Sarung tangan yang terbuat dari bahan Poli Vinyl Chlorida (PVC) untuk

melindungi tangan dari zat kimia, asam kuat, dan dapat sebagai oksidator.

2.3 Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit (PMK RI, 2014).

Pasal 4 Undang-Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

menjelaskan bahwa Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang memiliki fungsi diantaranya:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pembangunan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Menurut Pasal 10 Undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit, bangunan Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas ruang:

1. Rawat jalan.

2. Ruang rawat inap.

3. Ruang gawat darurat.

4. Ruang operasi.

5. Ruang tenaga kesehatan.

6. Ruang radiologi.

7. Ruang laboratorium.

8. Ruang sterilisasi.

9. Ruang farmasi.

10. Ruang pendidikan dan latihan.

11. Ruang kantor dan administrasi.

12. Ruang ibadah.

13. Ruang tunggu.

14. Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

15. Ruang menyusui.

16. Ruang mekanik.

17. Ruang dapur.

18. Laundry.

19. Kamar jenazah.

20. Taman.

21. Pengolahan sampah.

22. Pelantar parkir yang mencukupi.

Prasarana Rumah Sakit menurut Undang-Undang No 44 Tahun 2009 dapat

meliputi:

1. Instalasi air,

2. Instalasi mekanikal dan elektrikal.

3. Instalasi gas medik.

4. Instalasi uap.

5. Instalasi pengelolaan limbah.

6. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

7. Petunjuk, standard dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat.

8. Instalasi tata udara.

9. Sistem informasi dan komunikasi.

10. Ambulan.

Prasarana tersebut harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta

keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan rumah sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

2.3.1 Instalasi Sanitasi dan K3

Menurut Arifin yang dikutip oleh Kuning (2012), Sanitasi adalah suatu

cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan

memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan

masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor

lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan.

Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan Permenkes No.

1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi: Sanitasi pengendalian berbagai faktor

lingkungan fisik, kimia, biologi, dan sosial psikologi di rumah sakit. Program

sanitasi di rumah sakit terdiri dari penyehatan bangunan dan ruangan, penyehatan

makanan dan minuman, penyehatan air, penyehatan temmpat pencucian umum

termasuk tempat pencucian linen, pengendalian serangga dan tikus,

sterilisasi/desinfeksi, perlindungan radiasi, penyuluhan kesehatan lingkungan,

pengendalian infeksi nosokomial, dan pengelolaan sampah/limbah.

2.3.1.1 Sistem kerja petugas instalasi sanitasi dan K3 di Rumah Sakit Umum
Haji Medan

Jam kerja petugas instalasi sanitasi dan K3 di Rumah Sakit Umum Haji

Medan dimulai pada pukul 07:00 WIB – 20:30 WIB yang terbagi kedalam 2 shift,

yaitu:

1. Shift pertama pada pukul 07:00 WIB – 14:30 WIB

2. Shift kedua pada pukul 13:00 WIB – 20:30 WIB

Dalam melaksanakan tugas setiap harinya petugas instalasi sanitasi dan K3 dibagi

menjadi 4 tim, yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

1. Tim ruangan, bertanggung jawab untuk membersihkan setiap ruangan yang

ada di Rumah Sakit Umum Haji Medan seperti kantor, kamar pasien, kamar

mandi/WC, koridor, serta pengangkutan sampah (baik sampah medis maupun

sampah non medis). Bahaya yang dapat mengancam petugas kebersihan

disini antara lain adalah terpapar debu yang dibersihkan, terpeleset saat

mengepel lantai, terpapar bahaya biologi saat membersihkan laboratorium

atau ruangan yang mengandung virus dan bakteri, tertusuk benda tajam

seperti jarum suntik saat pengangkutan, dapat tertular penyakit seperti

hepatitis dan HIV/AIDS, dermatitis kontak, serta musculoskeletal.

2. Tim taman/gardener, bertanggung jawab untuk membersihkan taman, menata

taman, dan keindahan lingkungan di Rumah Sakit Umum Haji Medan.

Bahaya yang dapat mengancam petugas kebersihan disini adalah tertusuk

duri, musculoskeletal, dan terpapar debu.

3. Tim Pest Control, bertanggung jawab untuk membasmi/menangkap hama

seperti kucing, tikus, lalat, dan hewan pengerat lainnya. Bahaya yang dapat

mengancam petugas disini adalah musculoskeletal.

4. Sanitasi limbah, bertanggung jawab untuk mengelola limbah rumah sakit.

Bahaya yang mengancam petugas disini adalah musculoskeletal dan terpapar

bahaya biologi, bahan kimia, dan virus dari limbah yang dihasilkan rumah

sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk

mengetahui gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada petugas

instalasi sanitasi dan K3 di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2018.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSU Haji Medan, dengan alasan bahwa belum

pernah dilakukan penelitian sejenis ditempat tersebut dan ditempat penelitian

masalah perilaku penggunaan APD perlu mendapat perhatian.

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Januari – Mei 2018.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh petugas instalasi sanitasi dan

K3 yang menangani kebersihan (Tim Ruangan) di RSU Haji Medan, yaitu

sebanyak 42 orang.

3.3.2 Sampel

Adapun sampel pada penelitian ini adalah seluruh petugas instalasi sanitasi

dan K3 yang menangani kebersihan (Tim Ruangan) di RSU Haji Medan, yaitu

sebanyak 42 orang.

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui hasil observasi dan wawancara dengan

kuesioner yang telah dimodifikasi dari penelitian sebelumnya yaitu Theresia

Veronika tentang Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan terhadap

Pemakaian Alat Pelindung Diri dalam Penanganan Sampah Medis pada Petugas

Cleaning Service di RSUD Dr. Pirngadi di Medan Tahun 2015. Berikut adalah

hasil uji validitas dan reliabilitas dari kuesioner tersebut:

3.4.1.1 Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Notoadmodjo, 2005). Pada tabel Product moment,

nilai r untuk 30 responden yaitu 0,361 dengan taraf signifikansi 5% atau taraf

kepercayaan 95%. Hasil perhitungan validitas didapatkan dari jumlah 12

pertanyaan dalam kuesioner tentang pengetahuan, terdapat 3 pertanyaan yang

dinyatakan tidak valid yaitu pertanyaan nomor 4 (- 0,101 < 0,361), pertanyaan

nomor 5 (0,244 < 0,361) dan pertanyaan nomor 7 (0,106 < 0,361). Kemudian

didapatkan dari jumlah 10 pertanyaan dalam kuesioner tentang sikap, terdapat 2

pertanyaan yang dinyatakan tidak valid yaitu pertanyaan nomor 6 (0,067 < 0,361)

dan pertanyaan nomor 7 (0,025 < 0,361). Pertanyaan yang tidak valid

dikendalikan dengan cara dihilangkan dikarenakan pertanyaan tersebut tidak

terlalu berpengaruh terhadap hasil penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

3.4.1.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoadmojo, 2005). Uji

reliabilitas kuesioner dari 9 pertanyaan tentang pengetahuan, 8 pertanyaan tentang

sikap diketahui bahwa Alpha Cronbach lebih besar dari r tabel dan bernilai positif

(0,656 > 0,361) untuk pertanyaan tentang pengetahuan, (0,451 > 0,361) untuk

pertanyaan tentang sikap. Dapat disimpulkan bahwa 9 pertanyaan tentang

pengetahuan, dan 8 pertanyaan tentang sikap tersebut reliabel.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari pihak RSU Haji Medan berupa data

mengenai petugas instalasi sanitasi dan K3 dan profil RSU Haji Medan.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah hasil dari tahu petugas instalasi sanitasi dan K3 terhadap

pemakaian alat pelindung diri dalam bekerja.

2. Sikap adalah respon petugas instalasi sanitasi dan K3 sehubungan dengan

pemakaian alat pelindung diri dalam bekerja.

3. Tindakan adalah perbuatan nyata atau praktek petugas instalasi sanitasi dan

K3 dalam bekerja untuk memakai alat pelindung diri sesuai peraturan yang

ditetapkan.

4. Umur adalah lama waktu perjalanan hidup petugas instalasi sanitasi dan K3

yang dihitung sejak saat ia dilahirkan sampai batas waktu wawancara ini

dilakukan yang dinyatakan dalam satuan tahun sesuai pengakuan responden.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

5. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir responden yang pernah

diikutinya selama ini.

6. Masa kerja adalah jangka waktu bekerja responden yang dihitung mulai saat

ia mulai melakukan tugasnya di RSU Haji Medan.

7. Petugas instalasi sanitasi dan K3 adalah petugas yang langsung berhubungan

dengan kebersihan lingkungan di rumah sakit.

8. Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan petugas instalasi sanitasi dan

K3 disediakan oleh rumah sakit bertujuan untuk melindungi tubuh dan

meminimalkan risiko tubuh dari kemungkinan adanya pemaparan potensi

bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Pengetahuan

Pengetahuan responden di ukur dengan memberikan skor berdasarkan

jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Pegukuran

menggunakan skala Guttman yaitu multiple choise. Skala Guttman, adalah suatu

skala pengukuran yang bentuk jawabannya tegas, misalnya: baik-buruk, positif-

negatif, tinggi-rendah, setuju-tidak setuju, dll. Untuk jawaban positif seperti

benar, ya, tinggi, baik, dan semacamnya diberi skor 1; sedangkan untuk jawaban

negatif misalnya tidak atau salah, atau rendah, buruk, dan semacamnya diberi skor

0 (Machfoedz, 2013). Pertanyaan berjumlah 9 dengan total skor 9. Adapun

ketentuan pemberian skor yaitu “benar” diberi skor 1 dan “salah” diberi skor 0.

Maka total skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 9 dan total skor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

terendah adalah 0. Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3

kategori, yaitu:

a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar > 75% dari seluruh

pertanyaan.

b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari

seluruh pertanyaan.

c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar ≤ 55% dari seluruh

pertanyaan.

3.6.2 Sikap

Pengukuran sikap dilakukan melalui 8 pertanyaan menggunakan skala

Guttman responden yang menjawab “setuju” pada pertanyaan positif diberi skor 1

dan “tidak setuju” diberi skor 0. Untuk pertanyaan negatif, jika responden

menjawab “setuju” diberi skor 0 dan “tidak setuju” diberi skor 1. Maka total skor

tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 8 dan total skor terendah adalah 0.

Kategori sikap menurut Irianto (2004) adalah sebagai berikut:

a. Sikap positif : bila jumlah nilai skor > nilai rata-rata.

b. Sikap negatif : bila jumlah nilai skor ≤ nilai rata-rata.

3.6.3 Tindakan

Pengukuran tindakan dalam pemakaian alat pelindung diri (APD) pada

saat bekerja (pada jam kerja selama 1 hari). Dikategorikan sebagai berikut:

1. Lengkap : Bila memakai semua APD (masker, sarung tangan, dan sepatu)

yang disyaratkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

2. Tidak lengkap : Bila tidak memakai salah satu dari APD (masker, sarung

tangan, dan sepatu) yang disyaratkan.

3.7 Pelaksanaan Perolehan Data

Rancangan kegiatan pelaksanaan perolehan data dari awal hingga akhir

penelitian secara rinci (Tabel 3.1):

Tabel 3.1 Pelaksanaan Kegiatan Perolehan Data

No. Hari & tanggal Pelaksanaan Kegiatan Waktu

Administrasi perolehan surat


1. Kamis,
izin meneliti di RSU Haji 09.30 WIB
1 Maret 2018
Medan
Memperoleh surat izin
2. Jum’at,
penelitian di RSU Haji 14.00 WIB
9 Maret 2018
Medan
Koordinasi dengan kepala
Instalasi Sanitasi dan K3 dan
pengawas petugas
3. Senin,
kebersihan lingkungan dan 08.00 WIB
23 April 2018
sanitasi rumah sakit RSU
Haji Medan tentang
pelaksanaan perolehan data
Wawancara dan pengisian
4. Selasa,
kuesioner penelitian 12.00 WIB
24 April 2018
penggunaan APD
Wawancara dan pengisian
5. Rabu,
kuesioner penelitian 14.00 WIB
25 April 2018
penggunaan APD
Observasi Shift 1
6. Senin, Observasi penggunaan APD
07.00 WIB
30 April 2018 di ruangan IGD
7. Selasa, Observasi penggunaan APD
07.00 WIB
1 Mei 2018 di ruangan ICU
8. Rabu, Observasi penggunaan APD
07.00 WIB
2 Mei 2018 di ruangan OK
9. Kamis, Observasi penggunaan APD
07.00 WIB
3 Mei 2018 di ruangan Hijir Ismail
10. Jum’at, Observasi penggunaan APD
07.00 WIB
4 Mei 2018 di ruangan Al-Ikhsan
11. Sabtu, Observasi penggunaan APD
07.00 WIB
5 Mei 2018 di ruangan An-Nisa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

12. Minggu, Observasi penggunaan APD


07.00 WIB
6 Mei 2018 di ruangan Safa
Observasi Shift 2
13. Senin, Observasi penggunaan APD
07.00 WIB
7 Mei 2018 di ruangan IGD
14. Selasa, Observasi penggunaan APD
07.00 WIB
8 Mei 2018 di ruangan ICU
15. Rabu, Observasi penggunaan APD
07.00 WIB
9 Mei 2018 di ruangan OK
16. Kamis, Observasi penggunaan APD
07.00 WIB
10 Mei 2018 di ruangan Hijir Ismail
17. Jum’at Observasi penggunaan APD
07.00 WIB
11 Mei 2018 di ruangan Al-Ikhsan
6. Sabtu, Observasi penggunaan APD 07.00 WIB
12 Mei 2018 di ruangan An-Nisa
7. Minggu, Observasi penggunaan APD 07.00 WIB
13 Mei 2018 di ruangan Safa
Observasi shift 1
8. Senin, Observasi penggunaan APD 07.00 WIB
14 Mei 2018 di ruangan Marwa
9. Selasa, Observasi penggunaan APD 07.00 WIB
15 Mei 2018 di ruang tunggu
10. Rabu, Observasi penggunaan APD 07.00 WIB
16 Mei 2018 di ruangan Jabal Nur
11. Kamis, Observasi penggunaan APD 07.00 WIB
17 Mei 2018 di ruangan Ar- Rijal
12. Jum’at, Observasi penggunaan APD 07.00 WIB
18 Mei 2018 di ruangan Poli Klinik
Observasi shift 2
13. Senin, Observasi penggunaan APD 07.00 WIB
21 Mei 2018 di ruangan Marwa
14. Selasa, Observasi penggunaan APD 07.00 WIB
22 Mei 2018 di ruang tunggu
15. Rabu, Observasi penggunaan APD 07.00 WIB
23 Mei 2018 di ruangan Jabal Nur
16. Kamis, Observasi penggunaan APD 07.00 WIB
24 Mei 2018 di ruangan Ar- Rijal
17. Jum’at Observasi penggunaan APD 07.0 IB
25 Mei 2018 di ruangan Poli Klinik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

3.8 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh berupa hasil kuesioner dan observasi dengan petugas

instalasi sanitasi dan K3 yang menangani kebersihan lingkungan di RSU Haji

Medan akan diolah dan ditabulasikan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi,

dan diagram pie. Kemudian akan dianalisa secara deskriptif untuk menjelaskan

gambaran perilaku terhadap pemakaian alat pelindung diri pada instalasi sanitasi

dan K3 di RSU Haji Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum RSU Haji Medan

4.1.1 Sejarah RSU Haji Medan

Sejak awal Tahun 1960-an sudah mulai terdengar suara dari kalangan

umat islam di Sumatera Utara, khususnya di Kotamadya Medan, yang

mendambakan sebuah rumah sakit yang benar-benar bernafaskan islam. Hal ini

disebabkan karena rumah sakit yang telah ada dirasa belum mampu membawakan

misi dari agama lain sudah lebih dulu ada di kota medan. Sementara gagasan

mendirikan rumah sakit yang bernafaskan islam terus berkembang. Pada musim

haji tahun 1990 terjadi musibah terowongan Mina yang banyak menimbulkan

korban jemaah haji Indonesia. Gagasan dan pelaksanaan pembangunan rumah

sakit ini sejalan dengan niat pemerintah untuk membangun rumah sakit haji di

empat emberkasi calon jemaah haji Indonesia. Gagasan mendirikan sebuah rumah

sakit yang bernafaskan islam dicetuskan oleh Bapak Gubernur Provinsi Sumatera

Utara pada kegiatan safari Ramadhan 1410 H.

Rencana pendirian rumah sakit yang masih dalam proses ini segera

mendapat persetujuan dan dukungan dari pemerintah pusat yakni berupa

penyaluran bantuan dari Garuda Indonesia, Yayasan Amal Bakti Muslim

Pancasila bahkan bantuan-bantuan Pemerintah Daerah Tingkat II se-Sumatera

Utara, instansi-instansi Pemerintah dan Swasta serta dukungan masyarakat

melalui infaq para jemaah haji dan infaq pegawai negeri yang beragama Islam.

Pada tanggal 28 Februari 1991 di Jakarta, Presiden Republik Indonesia

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

menandatangani Prasasti untuk keempat Rumah Sakit Haji, yakni Jakarta,

Surabaya, Ujung Pandang dan Medan. Melalui surat keputusan gubernur provinsi

Sumatera Utara No 445.05/712.K. Pada tanggal 7 Maret 1991 dibentuk panitia

pembangunan Rumah Sakit Haji Medan dan akhirnya diletakkan batu pertama

oleh Bapak Menteri Agama Republik Indonesia (Bapak H. Munawir Sjadzali) dan

Bapak Gubernur Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 11 Maret 1991. Pada

tanggal 4 Juni 1992, Rumah Sakit Haji Medan diresmikan oleh Bapak Presiden

Soeharto. Pada tanggal 3 Juni 1998 dibentuk Yayasan Rumah Sakit Haji Medan

dengan ketua umum Gubernur Provinsi Sumatera Utara. Pada tanggal 30

November 2011 Yayasan Rumah Sakit Haji Medan dibubarkan/dilikuidasi

berdasarkan persetujuan rapat koordinasi dan rapat paripurna badan pengurus

yayasan Rumah Sakit Haji Medan. Pada tanggal 29 Desember 2011 secara resmi

dilakukan acara pengalihan pengelolaan yayasan Rumah Sakit Haji Medan kepada

pemerintah provinsi Sumatera Utara.

Setelah diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia tanggal 4 Juni 1992,

Rumah Sakit Haji Medan saat ini telah mempunyai 250 tempat tidur untuk rawat

inap, hampir dua kali lipat sewaktu diresmikan. Rumah Sakit Haji Medan saat ini

semakin dikenal masyarakat, tercermin dari masyarakat yang dilayani terdiri dari

semua golongan, agama, dan etnis serta frekuensi pemakaian tempat tidur yang

terus meningkat. Rumah Sakit Haji Medan selain untuk masyarakat umum, juga

melayani peserta Askes, Jamkesmas, Jamsostek, Asuransi kesehatan lain, dan

beberapa perusahaan terutama yang ada di Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh

Darussalam (Profil RSU Haji Medan, 2016).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

4.1.2 Visi RSU Haji Medan

Visi rumah sakit umum haji medan adalah “Rumah Sakit unggulan dan

pusat rujukan dengan pelayanan bernuansa islami, ramah lingkungan, berdaya

saing sesuai standar nasional dan internasional”.

4.1.3 Misi RSU Haji Medan

Adapun misi dari rumah sakit umum haji medan dalah:

1. Meningkatkan profesionalisme, kompetensi sumber daya manusia Rumah Sakit

Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara yang memiliki integritas dan

religius.

2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana Rumah Sakit Haji Medan sesuai

standar nasional dan internasional dengan prinsip kenyamanan dan

keselamatan.

3. Meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia Rumah Sakit Umum Haji

Medan Provinsi Sumatera Utara melalui pola pengelolaan keuangan badan

layanan umum.

4. Meningkatkan kemudahan jangkauan pelayanan kesehatan.

5. Meningkatkan pelayanan yang berkualitas, transparan, bersih, ramah, aman dan

nyaman serta lingkungan yang sehat bernuansa Go Green.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

4.1.4 Struktur Organisasi RSU Haji Medan


Sesuai dengan surat yayasan Rumah Sakit Haji Medan tentang struktur Rumah

Sakit Haji Medan termasuk klasifikasi B. Rumah Sakit pendidikan sebagai

berikut:

DIREKTUR RSU HAJI MEDAN

Wakil Direktur Wakil Direktur Wakil Direktur


Bidang Pel.Medis Bidang Penunjang Bidang Umum &
& Keperawatan Medis & Pendidikan Keuangan

1. Instalasi Rawat 1. Instalasi Radiologi 1. Bagian Umum


Jalan 2. Instalasi 2. Bagian
2. Instalasi Rawat Inap Laboratorium Penyusunan
3. Instalasi Rawat 3. Instalasi Farmasi Anggaran dan
Darurat 4. Instalasi Gizi Pembedaharaan
4. ICU (instalasi Unit 5. Instalasi Binatu 3. Bagian
Care) 6. Instalasi Akuntansi
5. Instalasi Bedah Pemeliharaan 4. Bagian
6. Instalasi Hemodialis Rumah Sakit Perencanaan dan
7. Instalasi Rekam medis
Rehabilitasi Medis 5. Bagian
8. Instalasi Sanitasi & Kerohanian
K3
9. CSSD

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Rumah Sakit Haji Medan dipimpin oleh seorang Direktur dengan dibantu oleh

tiga orang Wakil Direktur, yaitu:

1. Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan.

2. Wakil Direktur Bidang Medis dan Pendidikan.

3. Wakil Direktur Bidang Umum dan Keuangan.

Wakil Direktur bidang pelayanan medis dan kesehatan mengkoordinasikan

bidang pelayanan medis dan keperawatan serta enam instalasi, yaitu:

1. Instalasi Rawat Jalan.

2. Instalasi Rawat Inap.

3. Instalasi Gawat Darurat.

4. Instalansi Bedah.

5. Instalasi Hemodialis.

Wakil Direktur bidang Penunjang Medis dan pendidikan mengkoordinasi

bidang medis serta pendidikan dengan sepuluh instalasi, yaitu:

1. Instalasi Radiologi.

2. Instalasi Laboratorium.

3. Instalasi Farmasi.

4. Instalasi Gizi.

5. Instalasi Binatu.

6. Instalasi Pemeliharaan Rumah Sakit.

7. Instalasi Rehabilitasi Medis.

8. Sanitasi dan K3.

9. CSSD.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

10. Instalasi Pemulasaran Jenazah.

Wakil Direktur bidang Umum dan Keuangan , mengkoordinasikan kegiatan di:

1. Bagian umum, yang meliputi urusan tata usaha kepegawaian, rumah tangga

dan perlengkapan serta keamanan.

2. Bagian penyusunan anggaran dan perbendarahan, yang meliputi urusan

penyusunan anggaran dan vertifikasi perbendaharaan.

3. Bagian akuntansi, yang meliputi urusan akuntansi keuangan, akuntansi

manajemen dan mobilitasi dana.

4. Bagian perencanaan dan rekam medis, yang meliputi peyusunan program dan

laporan dan laporan rekam medis/hokum dan perpustakaan publikasi dan

pemasaran.

5. Bagian kerohanian, selain itu direktur didampingi oleh dewan penyatuan dan

satuan pengawas intern dan dibantu juga oleh komite medik untuk urusan

teknik medis.

4.2 Karakteristik Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 dalam Penggunaan alat


Pelindung Diri di RSU Haji Medan

Responden dalam penelitian ini adalah petugas instalasi sanitasi dan K3

yang menangani kebersihan (Tim Ruangan) di RSU Haji Medan yaitu sebanyak

42 orang responden dengan deskripsi sebagai berikut:

4.2.1 Umur

Berdasarkan kelas median maka diperoleh distribusi responden menurut

umur dapat dilihat pada table dibawah ini (Tabel 4.1).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kelompok Umur di


RSU Haji Medan Tahun 2018
No Umur (th) Frekuensi (org) Presentase (%)
1 <=20 24 57,1
2 >20 18 42,9
Total 42 100

<=20
>20

Gambar 4.1 Presentase Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur

Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah

responden berdasarkan umur responden <=20 tahun berjumlah 24 orang (57,1%)

dan >20 tahun berjumlah 18 orang (42,9%).

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh distribusi responden menurut

tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan


di RSU Haji Medan Tahun 2018
No Tingkat Pendidikan Frekuensi (org) Persentase (%)
1 Tamat SMA 42 100
Total 42 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Tamat SMA

Gambar 4.2 Persentase Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat


Pendidikan

Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.2 maka dapat diketahui bahwa tingkat

pendidikan seluruh responden adalah tingkat pendidikan tamat SMA.

4.2.3 Masa Kerja

Berdasarkan kelas median diperoleh distribusi responden menurut masa

kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.3).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Masa Kerja di RSU


Haji Medan Tahun 2018
No Masa Kerja (bln) Frekuensi (org) Persentase (%)
1 <=4 22 52,4
2 >4 20 47,6
Total 42 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

52%

48%

<=4 Bulan
>4 Bulan

Gambar 4.3 Persentase Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Masa Kerja

Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa masa kerja

responden adalah <=4 bulan berjumlah 22 orang (52,4%), dan masa kerja >4

bulan berjumlah 20 orang (47,6%).

4.3 Gambaran Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Petugas


Instalasi Sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan Tahun 2018
4.3.1 Pengetahuan Responden terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri
pada Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan Tahun
2018
Gambaran mengenai pengetahuan responden terhadap penggunaan alat

pelindung diri pada petugas instalasi sanitasi dan K3 (Petugas kebersihan

ruangan/lingkungan dalam rumah sakit) dapat dilihat pada tabel dibawah ini

(Tabel 4.4).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden terhadap Pemakaian


Alat Pelindung Diri pada Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 di
RSU. Haji Medan Tahun 2018
No Pertanyaan Benar Salah Total
n % n % n %
1 Apakah yang dimaksud dengan 18 43 24 57 42 100%
alat Pelindung Diri (APD)
2 Apa saja syarat-syarat Alat 37 88,1 5 11,9 42 100%
Pelindung Diri (APD)
3 Apa kegunaan masker pada saat 39 92,9 3 7,1 42 100%
bekerja
4 Untuk menghindari cedera pada 40 95,2 2 4,8 42 100%
tangan sewaktu bekerja sebaiknya
menggunakan
5 Apa kegunaan alat pelindung 39 92,9 3 7,1 42 100%
tangan
6 Untuk melindungi kaki terhadap 40 95,2 2 4,8 42 100%
kecelakaan-kecelakaan yang
disebabkan benda-benda tajam
yang mungkin terinjak dan
tergelincir menggunakan
7 Apa akibatnya bila tidak 39 92,9 3 7,1 42 100%
menggunakan Alat Pelindung
Diri pada saat membersihkan
ruangan/lingkungan dalam rumah
sakit
8 Kapan seharusnya Alat Pelindung 41 97,6 1 2,4 42 100%
Diri (APD) digunakan
9 Alat pelindung diri (APD) apa 41 97,6 1 2,4 42 100%
yang wajib digunakanpetugas
kebersihan ruangan/lingkungan
dalam rumah sakit ketika bekerja

Tabel 4.4 menunjukkan ada sebanyak 18 orang (43%) mengetahui bahwa

alat pelindung diri adalah alat melindungi diri dari kemungkinan timbulnya

bahaya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja, ada sebanyak 37 orang

responden (88,1%) mengetahui bahwa syarat-syarat alat pelindung diri

diantaranya adalah nyaman dipakai, tidak menganggu sewaktu bekerja dan

memberikan perlindungan yang efektif. Sebanyak 39 orang responden (92,9%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

yang mengetahui kegunaan alat pelindung diri jenis masker pada saat bekerja,

responden yang mengetahui bahwa kegunaan sarung tangan khusus untuk

menghindari cedera pada tangan sewaktu bekerja ada sebanyak 40 orang

responden (95,2%), sebanyak 39 orang responden (92,9%) menjawab dengan

benar bahwa kegunaan alat pelindung tangan adalah untuk melindungi tangan dari

benda tajam/goresan, bahan kimia, dan cairan infeksius. Sebanyak 40 orang

responden (95,2%) mengetahui bahwa sepatu boot/kulit digunakan untuk

melindungi kaki terhadap kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan benda-benda

tajam yang mungkin terinjak dan terpeleset, 39 orang responden (92,9%)

mengetahui akibat bila tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat

membersihkan ruangan/lingkungan dalam rumah sakit diantaranya dapat

berakibat tertusuk/tergores benda tajam, dan tertular penyakit infeksi, sebanyak 41

orang responden (97,6%) mengetahui bahwa seharusnya alat pelindung diri

digunakan pada saat memulai pekerjaan, dan sebanyak 41 orang responden

(97,6%) mengetahui jenis alat pelindung diri yang wajib digunakan oleh petugas

kebersihan ruangan/lingkungan dalam rumah sakit ketika bekerja diantaranya

adalah masker, sarung tangan (handscoon), dan sepatu boot/alat pelindung kaki.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi responden

menurut pengetahuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di RSU Haji Medan


Tahun 2018
No Pengetahuan Frekuensi (org) Persentase (%)
1 Baik 30 71,4
2 Cukup 12 28,6
Total 42 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

29%

Baik
Cukup

71%

Gambar 4.4 Persentase Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden

Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.4 maka dapat diketahui bahwa

responden yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 30 orang responden

(71,4%), responden yang memiliki pengetahuan cukup berjumlah 12 orang

responden (28,6%), dan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan yang

kurang.

4.3.2 Sikap Responden terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri pada


Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan
Gambaran sikap responden terhadap penggunaan alat pelindung diri

(APD) pada petugas instalasi sanitasi dan K3 (Petugas kebersihan

ruangan/lingkungan dalam rumah sakit) dapat dilihat pada tabel dibawah ini

(Tabel 4.6).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Sikap Responden terhadap Pemakaian Alat


Pelindung Diri pada Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 di RSU
Haji Medan Tahun 2018
No Pertanyaan Setuju Tidak Setuju Total
n % n % n %
1 Petugas kebersihan ruangan/ 42 100 0 0 42 100
lingkungan dalam rumah sakit
merupakan pekerjaan yang
wajib menggunakan APD.
2 Alat pelindung diri berupa 7 16,7 35 83,3 42 100
masker sanggat menganggu saya
ketika bekerja.
3 Alat pelindung diri berupa 6 14,3 36 85,7 42 100
sarung tangan sangat
menganggu saya ketika bekerja.
4 Alat pelindung diri berupa 3 7,1 39 92,0 42 100
sepatu sangat menganggu saya
ketika bekerja.
5 Saya merasa tidak nyaman 13 31 29 69 42 100
memakai masker ketika bekerja
karena saya merasa sulit
bernafas.
6 Saya hanya memakai alat 25 59,5 17 40,5 42 100
pelindung diri (sarung tangan,
masker, sepatu boot/sepatu) jika
disediakan oleh rumah sakit.
7 Saya akan terhindar dari 36 85,7 6 14,3 42 100
penyakit akibat kerja dan
gangguan kesehatan jika saya
menggunakan APD saat bekerja.
8 Bagi saya memakai APD sama 39 92,9 3 7,1 42 100
dengan menjaga keselamatan
saya.

Berdasarkan tabel diatas sikap responden menyatakan setuju bahwa

petugas kebersihan ruangan/lingkungan rumah sakit merupakan pekerjaan yang

wajib menggunakan APD ada sebanyak 42 orang (100%), dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang tidak setuju bahwa alat

pelindung diri berupa masker sangat menganggu ketika bekerja yaitu sebanyak 35

orang (83,3%), ada sebanyak 6 orang responden (14,3%) yang merasa terganggu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan ketika bekerja dan 36

orang (85,7%) mengatakan tidak merasa terganggu menggunakan alat pelindung

diri berupa sarung tangan ketika bekerja, lebih banyak responden yang setuju

bahwa alat pelindung diri berupa sepatu tidak menganggu ketika bekerja yaitu

sebanyak 39 orang (92,9%), lebih banyak responden yang menyatakan tidak

setuju bahwa mereka merasa tidak nyaman memakai masker ketika bekerja karena

merasa sulit bernafas sebanyak 29 orang (69%), sebanyak 25 orang responden

(59,5%) menyatakan bahwa mereka hanya memakai alat pelindung diri (sarung

tangan, masker, sepatu boot/sepatu) jika disediakan oleh rumah sakit, lebih

banyak responden yang setuju bahwa dengan menggunakan APD akan terhindar

dari penyakit akibat kerja dan gangguan kesehatan yaitu sebanyak 36 orang

responden (85,7%), dan lebih banyak responden yang menyatakan bahwa

memakai APD sama dengan menjaga keselamatan diri yaitu sebanyak 39 orang

responden (92,9%).

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh distribusi frekuensi responden

menurut sikap dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.5).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sikap Responden di RSU Haji Medan Tahun
2018
No Sikap Frekuensi (org) Presentase (%)
1 Positif 26 62
2 Negatif 16 38
Total 42 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

0% 0%

38%

62%

Positif
Negatif

Gambar 4.5 Presentase Distribusi Frekuensi Sikap Responden

Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.5 maka dapat diketahui bahwa

responden yang memiliki sikap negatif terhadap pemakaian alat pelindung diri

saat bekerja berjumlah 16 orang responden (38%) dan responden yang memiliki

sikap positif terhadap pemakaian alat pelindung diri dalam penggunaan alat

pelindung diri saat bekerja berjumlah 26 orang responden (62%).

4.3.3 Tindakan Responden terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri pada


Petugas Sanitasi dan K3 di RSU Haji Medan
Gambaran mengenai tindakan responden terhadap penggunaan alat

pelindung diri pada petugas instalasi sanitasi dan K3 (Petugas kebersihan

ruangan/lingkungan dalam rumah sakit) dapat dilihat pada tabel dibawah ini

(Tabel 4.8).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Tabel 4.8 Distribusi Observasi Tindakan Responden terhadap Penggunaan


Alat Pelindung Diri pada Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 di
RSU Haji Medan Tahun 2018
No Jenis APD Pakai Tidak Pakai Total
n % n % n %
1 Masker 23 54,8 19 45,2 42 100

2 Sarung tangan (handscoon) 32 76,2 10 23,8 42 100

3 Sepatu 42 100 0 0 42 100

Tindakan responden terhadap pemakaian alat pelindung diri pada saat

bekerja, ada sebanyak 23 orang responden (54,8%) yang memakai masker,

didapat sebanyak 32 orang responden (76,2%) yang memakai sarung tangan

(handscoon), dan seluruh responden memakai sepatu/alat pelindung kaki.

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh distribusi frekuensi

responden menurut tindakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Tabel 4.9).

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden di RSU Haji Medan


Tahun 2018
No Tindakan Frekuensi (org) Persentase (%)
1 Lengkap 18 43
2 Tidak Lengkap 24 57
Total 42 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

43%

Lengkap
57% Tidak Lengkap

Gambar 4.6 Persentase Distribusi Frekuensi Tindakan Responden

Berdasarkan tabel 4.9 dan gambar 4.6 maka dapat diketahui bahwa

tindakan responden terhadap pemakaian alat pelindung diri secara tidak lengkap

dalam bekerja lebih besar yaitu sebanyak 24 orang responden (57%) dibandingkan

responden yang lengkap menggunakan alat pelindung diri dalam bekerja yaitu

sebanyak 18 orang responden (43%).

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan dengan


Tindakan Responden di RSU Haji Medan Tahun 2018
Tindakan
Total
No Pengetahuan Lengkap Tidak lengkap
n % n % n %
1 Baik 15 35,7 15 35,7 30 71,4
2 Cukup 3 7,1 9 21,4 12 28,6
Total 18 42,9 24 57,1 42 100

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

pengetahuan baik dan memakai alat pelindung diri secara lengkap ada sebanyak

15 orang responden (35,7%), dan ada sebanyak 15 orang responden (35,7%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

berpengetahuan baik yang tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap.

Responden yang memiliki pengetahuan cukup dan memakai alat pelindung diri

secara lengkap ada sebanyak 3 orang (7,1%), dan responden yang memiliki

pengetahuan cukup namun tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap

ada sebanyak 9 orang responden (21,4%).

Tabel 4. 11 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Sikap dengan Tindakan


Responden di RSU Haji Medan Tahun 2018
Tindakan
Total
No Sikap Lengkap Tidak lengkap
n % n % n %
1 Positif 14 33,3 12 28,6 26 61,9
2 Negatif 4 9,5 12 28,6 16 38,1
Total 18 42,9 24 57,1 42 100

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa dari 26 orang responden

yang memiliki sikap baik, ada sebanyak 14 (33,3%) orang responden yang

memakai alat pelindung diri secara lengkap, dan sebanyak 12 (28,6%) orang

responden yang tidak memakai alat pelindung diri secara lengkap. Dari 16 orang

responden yang memiliki sikap negatif, ada sebanyak 4 orang responden (9,5%)

yang memakai alat pelindung diri secara lengkap, dan sebanyak 12 orang (28,6%)

lainnya tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap.

Tabel 4. 12 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan, Sikap


dengan Tindakan Responden di RSU Haji Medan Tahun 2018
Pengetahuan
No. Sikap Tindakan
Baik
N = 11
Lengkap
N = 21 % = 52,4
Positif
% = 50 N =10
N = 30 Tidak Lengkap
1 % = 47,6
% = 71,4
N=9 N=4
Negatif Lengkap
% = 21,4 % = 44,4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

N=5
Tidak Lengkap
% = 55,6
Pengetahuan
No Sikap Tindakan
Cukup
N=3
Lengkap
N=5 % = 60
Positif
% = 11,9 N=2
Tidak Lengkap
N = 12 % = 40
2 % = 28,9 N=0
Lengkap
N=7 %=0
Negatif
% = 16,7 N=7
Tidak Lengkap
% = 100

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa dari 30 orang responden

(71,4%) yang memiliki pengetahuan baik, yang bersikap positif ada sebanyak 21

orang responden (50%), dan yang bersikap negatif ada sebanyak 9 orang

responden (21,4%). Dari 21 orang responden yang bersikap positif, yang memiliki

tindakan memakai alat pelindung diri secara lengkap ada sebanyak 11 orang

(52,4%) dan yang memiliki tindakan tidak lengkap dalam memakai alat pelindung

diri ada sebanyak 10 orang (47,6%). Dari 9 orang responden yang bersikap

negatif, yang memiliki tindakan memakai alat pelindung diri secara lengkap ada

sebanyak 4 orang (44,4%) dan yang memiliki tindakan tidak lengkap dalam

memakai alat pelindung diri ada sebanyak 5 orang (55,6%).

Dari 12 orang responden (28,6%) yang memiliki pengetahuan cukup, yang

mempunyai sikap positif ada sebanyak 5 orang (11,9%) dan yang bersikap negatif

ada sebanyak 7 orang (16,7%). Dari responden yang memiliki sikap positif

sebanyak 5 orang, yang memiliki tindakan lengkap dalam memakai alat pelindung

diri ada sebanyak 3 orang (60%) dan yang memiliki tindakan tidak lengkap dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

memakai alat pelindung diri ada sebanyak 2 orang (40%). Dari responden yang

bersikap negatif sebanyak 7 orang, tidak ada responden yang memiliki tindakan

lengkap dalam memakai alat pelindung diri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Karakteristik Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 di RSU


Haji Medan

5.1.1 Umur

Petugas instalasi sanitasi dan K3 yang bertugas sebagai petugas kebersihan

ruangan/lingkungan dalam rumah sakit di RSU Haji Medan mayoritas berumur

<=20 tahun yaitu sebanyak 24 orang (57,1%). Umur paling muda petugas instalasi

sanitasi dan K3 adalah 18 tahun dan umur tertua adalah 42 tahun.

Menurut Siagian (2002) yang dikutip oleh Veronika (2015), umur

memiliki kaitan erat dengan produktifitas seseorang dan tingkat kedewasaan

teknis maupun psikologis. Umur yang semakin tinggi dapat mengindikasikan

bahwa pengalaman hidup dan pengalaman kerja sudah cukup banyak. Menurut

Erfandi yang dikutip oleh Siburian (2012), umur/usia sangat mempengaruhi daya

tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperoleh semakin baik. Hasil penelitian Harlan dan Paskarini (2014)

menunjukkan bahwa semakin muda usia, semakin sedikit masa kerja, semakin

lengkap APD yang tersedia, maka semakin baik perilaku penggunaan APD

tersebut.

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

5.1.2 Tingkat Pendidikan

Petugas instalasi sanitasi dan K3 yang bertugas membersihkan ruangan

rumah sakit seluruhnya memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 42

orang sebesar 100%. Menurut Erfandi yang dikutif oleh Siburian (2012),

pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan

keperibadian dan kemampuan di dalam maupun diluar sekolah dan berlangsung

sepanjang hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah

orang tersebut untuk menerima informasi maka semakin luas pula

pengetahuannya. Menurut Notoatmodjo (2003), pendidikan formal memberikan

pengaruh besar dalam membuka wawasan dan pemahaman terhadap nilai baru

yang ada dilingkungannya. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih

mudah untuk memahami perubahan yang terjadi dilingkungannya dan orang

tersebut akan menyerap perubahan tersebut bermanfaat bagi dirinya. Seseorang

yang pernah mengenyam pendidikan formal diperkirakan akan lebih mudah

menerima dan mengerti tentang pesan-pesan kesehatan melalui penyuluhan

maupun media masa.

Menurut Green (1980) yang dikutip oleh Widyaningsih (2012), bahwa

tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon

terhadap sesuatu yang datang dari luar, mereka yang mempunyai pendidikan lebih

tinggi akan memberi respon yang rasional daripada mereka yang berpendidikan

rendah. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi diharapkan lebih peka terhadap

kondisi keselamatannya, sehingga lebih baik dalam memanfaatkan fasilitas

keselamatan. Menurut hasil penelitian Rahmah (2012) didapat bahwa tingkat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

pendidikan tidak mempunyai pengaruh terhadap implementasi APD pada saat

bekerja. Hal ini sejalan dengan pendapat Pangabean (2008) yang dikutip oleh

Rahmah (2012) bahwa tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh bermakna

terhadap terbentuknya sikap seseorang.

5.1.3 Masa Kerja

Berdasarkan hasil penelitian petugas instalasi sanitasi dan K3 dengan masa

kerja terbanyak yaitu <=4 bulan yaitu sebanyak 22 orang responden (52,4%), dan

masa kerja >4 bulan yaitu 20 orang responden (47,6%). Diketahui bahwa masa

kerja responden tersendah adalah 1 bulan dan tertinggi adalah 24 bulan. Menurut

Pandji (2001) yang dikutip oleh Widyaningsih (2012), masa kerja sangat

mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap pekerjaan dan lingkungan tempat

ia bekerja, semakin lama ia bekerja semakin banyak pengalamannya. Hal ini akan

mempengaruhi presepsi, sikap, mengerjakan yang lebih terkontrol. Tenaga kerja

yang mempunyai masa kerja yang lama akan lebih terampil dan berpengalaman di

dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasilnya akan lebih baik dan aman.

Namun hasil penelitian Siburian (2012) menyatakan bahwa lamanya bekerja tidak

dapat memastikan bahwa sikap dalam pemakaian pasti positif. Hal ini juga sesuai

dengan hasil penelitian Rahmah (2012) bahwa masa kerja tidak memiliki

pengaruh terhadap implementasi APD.

5.2 Pengetahuan Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 terhadap Penggunaan


Alat Pelindung Diri di RSU Haji Medan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo 2012). Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia terdiri

dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk memecahkan

masalah yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan responden terhadap

penggunaan alat pelindung diri dalam bekerja adalah guna mengetahui sejauh

mana responden mengetahui tentang alat pelindung diri yang dipakai saat bekerja

serta kegunaan dari masing-masing alat pelindung diri tersebut. Pengetahuan

dapat diperoleh dari pendidikan formal dan non-formal, misalnya melalui

bimbingan dan pelatihan, pengarahan, mencari informasi, diskusi, dan berbagai

pengalaman, sehingga semakin banyak memperoleh pengetahuan, maka semakin

besar kesadaran untuk mengimplementasikan dalam keseharian.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

pengetahuan baik berjumlah 30 orang (71,4%), responden yang memiliki

pengetahuan cukup berjumlah 12 orang (28,6%) dan tidak ada responden yang

memiliki pengetahuan kurang. Dari hasil kuesioner responden dengan kategori

cukup, responden tersebut umumnya tidak mengetahui dengan tepat pengertian

dari alat pelindung diri yaitu sebanyak 24 orang responden (57%). Responden

tidak mengetahui bahwa yang dimaksud dengan alat pelindung diri adalah alat

untuk melindungi diri dari kemungkinan timbulnya bahaya kecelakaan maupun

penyakit akibat kerja. Pada umumnya responden hanya mengetahui bahwa alat

pelindung diri adalah alat yang dipakai untuk melindungi diri dari penyakit akibat

kerja saja atau alat yang dipakai untuk melindungi diri dari bahaya kecelakaan

ditempat kerja saja. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

responden tentang alat pelindung diri. Selain kurangnya pengetahuan responden

tentang apa yang dimaksud dengan alat pelindung diri, responden juga kurang

mengetahui syarat-syarat alat pelindung diri, kurang mengetahui kegunaan alat

pelindung diri berupa masker, dan handscoon serta kurang mengetahui akibat bila

tidak menggunakan alat pelindung diri saat bekerja membersihkan ruangan

ataupun lingkungan dalam rumah sakit.

Mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap

penggunaan alat pelindung diri dalam melakukan pekerjaan. Hal ini didasari

karena pada dasarnya petugas instalasi sanitasi dan K3 sudah diberikan informasi

oleh pihak rumah sakit melalui pelatihan dan penyuluhan tentang alat pelindung

diri, dan juga didukung oleh briefing yang selalu diberikan oleh pengawas setiap

harinya sebelum melakukan pekerjaan. Maka dapat dilihat bahwa petugas instalasi

sanitasi dan K3 telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai alat pelindung

diri dalam penanganan sampah medis. hal ini sesuai dengan Green yang dikutip

oleh Suyono dan Nawawinetu (2013) yang mengatakan bahwa pelatihan

merupakan faktor pendukung dari terciptanya pengetahuan yang baik.

Menurut Azwar (2000), yang dikutip oleh Rahmah (2012), pengetahuan

dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lama kerja. Menurut

Erfandi yang dikutip oleh Siburian (2012), usia ataupun umur sangat

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia

akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuan yang diperoleh semakin baik. Semakin matang usia biasanya

seseorang cenderung bertambah pengetahuan dan tingkat kedewasaannya. Pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

hasil penelitian diperoleh latar belakang pendidikan responden mayoritas adalah

tamat SMA. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi maka semakin luas pula pengetahuannya.

Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka dapat memberikan kontribusi

pengetahuan mengenai pentingnya memakai APD untuk mencegah kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja. hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Widyaningsih (2012) yang mengatakan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan

implementasi pemakaian APD, yang berarti bahwa tingkat pengetahuan

mempengaruhi implementasi pemakaian APD. Akan tetapi pada responden yang

memiliki pengetahuan yang baik, bisa juga memiliki praktik yang buruk dalam

pemakaian APD. Sesuai dengan penelitian Putra (2012), yang menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap perilaku

penggunaan APD.

5.3 Sikap Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 dalam Penggunaan Alat


Pelindung Diri di RSU Haji Medan
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan

emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju tidak setuju, baik-tidak

baik) (Notoatmodjo, 2010). Menurut Koentjaraningrat yang dikutip oleh Maulana

(2014), sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu

untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat

pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut.

Sikap responden pada penelitian ini adalah sikap yang meliputi presepsi

dari petugas instalasi sanitasi dan K3 yang bertugas membersihkan ruangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

ataupun lingkungan dalam rumah sakit. Hasil dari penelitian dapat diketahui

bahwa secara umum responden yang memiliki sikap positif berjumlah 26 orang

(62%) dan responden yang memiliki sikap negatif berjumlah 16 orang (38%).

Dari hasil penelitian didapat bahwa pada umumnya responden setuju

bahwa petugas kebersihan ruangan/lingkungan dalam rumah sakit merupakan

pekerjaan yang wajib menggunakan APD (100%) hal ini dipengaruhi oleh

pengetahuan responden tentang penggunaan alat pelindung diri.

Terdapat sebanyak 35 orang responden (83,3%) tidak setuju bahwa masker

sangat menganggu ketika bekerja, dan terdapat 13 orang responden yang setuju

merasa tidak nyaman memakai masker ketika bekerja karena sulit bernafas.

Sebanyak 36 orang responden (85,7%) tidak setuju bahwa alat pelindung diri

berupa sarung tangan/handscoon sangat menganggu ketika bekerja. Terdapat

sebanyak 39 orang responden (92,9%) yang tidak setuju alat pelindung diri berupa

sepatu boot/sepatu menganggu ketika bekerja. Responden sebanyak 17 orang

(40,5%) menyatakan tidak setuju bahwa hanya akan memakai alat pelindung diri

(sarung tangan/handscoon, masker, dan sepatu boot/sepatu) jika disediakan oleh

rumah sakit, sementara ada sebanyak 25 orang responden (59,5%) menyatakan

setuju bahwa mereka hanya akan memakai alat pelindung diri (sarung

tangan/handscoon, masker, dan sepatu boot/sepatu) jika disediakan oleh rumah

sakit. Hal ini berarti petugas instalasi sanitasi dan K3 cenderung untuk tidak akan

memakai alat pelindung diri pada saat bekerja jika pihak rumah sakit tidak

meyediakan alat pelindung diri. Hal ini dikarenakan pada umumnya petugas

merasa keberatan untuk menyediakan ataupun membeli sendiri alat pelindung diri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

yang diwajibkan dipakai selama bekerja yang berarti mereka harus mengeluarkan

biaya yang tidak sedikit. Sebanyak 36 orang responden (85,7%) menyatakan

setuju terhadap pernyataan bahwa akan terhindar dari gangguan kesehatan jika

menggunakan APD saat bekerja, dan sebanyak 6 orang (14,3%) tidak setuju

dengan pernyataan ini. Ada sebanyak 39 orang responden (92,9%) yang setuju

bahwa dengan memakai APD berarti sama dengan menjaga keselamatan diri,

sementara 3 orang lainnya tidak setuju dengan pernyataan ini.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa diantara responden

yang memiliki sikap negatif terdapat responden yang memiliki pengetahuan yang

baik, dan responden yang memiliki pengetahuan cukup juga memiliki sikap yang

negatif terhadap penggunaan alat pelindung diri dalam bekerja. Hal ini

menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik belum tentu

memiliki sikap yang baik pula. Mayoritas responden memiliki sikap positif

terhadap pemakaian alat pelindung diri pada saat bekerja yaitu sebanyak 26 orang

responden. Maka dengan sikap yang positif ini diharapkan tindakan pemakaian

alat pelindung diri akan baik nantinya. Akan tetapi sikap yang baik belum tentu

diiringi dengan tindakan yang baik pula, seperti menurut (Notoatmodjo, 2012)

bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan atau aktivitas. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Halimah (2010) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara sikap dengan terbentuknya perilaku ataupun tindakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

5.4 Tindakan Petugas Instalasi Sanitasi dan K3 dalam Penggunaan Alat


Pelindung Diri di RSU Haji Medan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa

tindakan responden memakai alat pelindung diri secara lengkap dalam bekerja

berjumlah 18 orang (43%), dan tindakan responden memakai alat pelindung diri

secara tidak lengkap dalam bekerja berjumlah 24 orang (57%). Berdasarkan

observasi, alat pelindung diri yang paling banyak digunakan pekerja adalah sepatu

kerja yang dipakai oleh seluruh petugas, dan juga alat pelindung diri berupa

sarung tangan/handscoon sebanyak 32 orang responden (76,2%), hal ini

dikarenakan petugas khawatir tertusuk benda tajam seperti alat suntik sekali

pakai. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa responden yang menggunakan

masker saat bekerja yaitu sebanyak 23 orang (54,8%). Masker yang digunakan

oleh responden sering dilepas, dikarenakan petugas merasa risih, kepanasan, dan

sulit bernapas.

Dari hasil observasi yang dilakukan, diperoleh bahwa hanya 15 orang

responden yang menggunakan alat pelindung diri secara lengkap yang memiliki

pengetahuan baik dan ada sebanyak 14 orang yang memakai alat pelindung diri

secara lengkap yang memiliki sikap positif. Namun, responden tersebut juga

kadang melepas maskernya dan mengantungnya dileher dan terkadang juga tidak

memakai sarung tangan/handscoon. Menurut pendapat responden yang tidak

memakai alat pelindung diri secara lengkap, mereka beralasan bahwa mereka

terkadang masih merasa risih dan tidak nyaman dalam penggunaan alat pelindung

diri tersebut sehingga kadang mereka mengabaikan penggunaannya dan hanya

menggunakan disaat merasa perlu. Responden yang menggunakan alat pelindung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

diri secara lengkap menuturkan bahwa mereka sadar akan kesehatan dan

keselamatan serta peraturan yang telah ditetapkan, sehingga mereka tidak ingin

mengambil risiko dikemudian harinya.

Tabulasi silang antara pengetahuan, sikap terhadap tindakan penggunaan

alat pelindung diri dalam bekerja dilakukan untuk mengetahui apakah responden

yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik memiliki tindakan yang baik pula

atau sebaliknya. Hasil tabulasi silang antara pengetahuan terhadap tindakan dalam

penggunaan alat pelindung diri saat bekerja menunjukkan bahwa dari 30 orang

responden yang berpengetahuan baik, hanya 15 orang responden (35,7%) yang

menggunakan alat pelindung diri secara lengkap dan dari 12 orang responden

yang memilki pengetahuan cukup hanya sebanyak 3 orang responden (7,1%) yang

menggunakan alat pelindung diri secara lengkap. Hasil tabulasi silang antara sikap

terhadap tindakan dalam penggunaan alat pelindung diri saat bekerja

menunjukkan bahwa dari 26 orang responden yang memiliki sikap positif, ada

sebanyak 14 orang responden (33,3%) yang menggunakan alat pelindung diri

secara lengkap dan dari 16 orang responden yang memiliki sikap negatif hanya 4

orang responden (9,5%) yang menggunakan alat pelindung diri secara lengkap.

Dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik dan positif,

mayoritas tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap saat bekerja. Hal

ini disebabkan karena pemakaian alat pelindung diri lengkap dirasa menganggu

kenyamanan bekerja dan masih kurangnya pengawasan terhadap petugas dalam

pemakaian alat pelindung diri pada saat bekerja dan tidak adanya penghargaan

untuk petugas yang menggunakan alat pelindung diri secara lengkap, serta tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

adanya peringatan yang tegas untuk petugas yang tidak menggunakan alat

pelindung diri secara lengkap.

Hasil dari tabulasi ketiga indikator pembentuk perilaku yaitu pengetahuan,

sikap dan tindakan didapat bahwa dari 30 orang responden yang berpengetahuan

baik ada sebanyak 21 orang responden yang bersikap positif, dan 9 lainnya

bersikap negatif. Dari 21 orang responden yang memiliki sikap positif, ada 11

orang yang lengkap menggunakan alat pelindung diri dalam bekerja, dan 10 orang

lainnya tidak menggunakan alat pelindung diri secara lengkap. Sementara untuk 9

orang responden yang memiliki sikap negatif, hanya 4 orang responden yang

menggunakan alat pelindung diri lengkap saat bekerja, dan 5 orang lainnya tidak

menggunakan alat pelindung diri secara lengkap. Dengan demikian dapat ketahui

bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik, dan sikap yang positif

sebanyak 10 orang diantaranya tidak menggunakan alat pelindung diri secara

lengkap. Hal ini disebabkan karena petugas merasa tidak nyaman untuk selalu

menggunakan alat pelindung diri saat bekerja, maka mereka cenderung untuk

memakainya disaat dirasa perlu saja. Hal ini juga dilatatar belakangi karena tidak

adanya pengawasan yang ketat untuk setiap petugas dalam bekerja sehingga

mereka memiliki kesempatan untuk sewaktu-waktu membukanya. Responden

yang memiliki pengetahuan baik dan sikap yang negatif, 4 orang responden

diantaranya tetap menggunakan alat pelindung diri yang lengkap dalam bekerja.

hal ini dikarenakan mereka merasa tetap harus menggunakan alat pelindung diri

yang diwajibkan tersebut meskipun terkadang mereka merasa risih dalam

menggunakannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

Hasil tabulasi ketiga indikator pembentuk perilaku yaitu pengetahuan,

sikap dan tindakan didapat bahwa dari 12 orang responden yang berpengetahuan

cukup ada sebanyak 5 orang responden yang bersikap positif, dan 7 orang lainnya

bersikap negatif. Dari 5 orang responden yang bersikap positif, 3 diantaranya

menggunakan alat pelindung diri lengkap saat bekerja dan 2 lainnya tidak

menggunakan alat pelindung diri yang lengkap. Sementara untuk 7 orang

responden yang bersikap negatif, tidak satupun responden menggunakan alat

pelindung diri yang lengkap saat bekerja. Dengan demikian dapat diketahui

bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang cukup, dan sikap yang negatif

terdapat 2 orang responden yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang

lengkap. Hal ini disebabkan karena petugas tersebut merasa tidak begitu penting

untuk menggunakan alat pelindung diri, dan merasa masih dalam keadaan sehat

sampai saat observasi dilakukan. Pelanggaran pemakaian alat pelindung diri yang

telah diwajibkan ini juga dilator belakangi oleh tidak adanya pengawasan yang

ketat untuk setiap petugas dalam bekerja sehingga mereka memiliki kesempatan

untuk sewaktu-waktu membukanya.

Hasil dari responden berpengetahuan baik dan cukup ini tidak sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh green dalan Notoatmodjo (2007), bahwa

sikap ditentukan atau terbentuk dari beberapa faktor, salah satunyaa pengetahuan.

Green juga menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sikap negatif dan tindakan yang

cenderung tidak lengkap yang ditampilkan oleh petugas bukan hanya dipengaruhi

oleh pengetahuan, tetapi juga faktor lain. Kebiasaan menyepelekan menggunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

alat pelindung diri, merasa risih ketika memakai alat pelindung diri, serta merasa

bahwa pemakaian alat pelindung diri tidak begitu penting justru memberikan efek

buruk bagi kesehatan petugas instalasi sanitasi dan K3 nantinya pembentukan

sikap positif dan tindakan yang lengkap dapat dilakukan secara perlahan dan

dapat memberikan hasil saat dilakukan dengan disiplin.

Menurut hasil penelitian Wungo dkk (2013) yang dikutio oleh Veronica

(2015), menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan

praktik petugas sanitasi dalam pengelolaan sampah medis. Praktik dipengaruhi

oleh 2 faktor yaitu enabling factor (faktor pemungkin) dan reinforcing factor

(faktor penguat). Faktor enabling yaitu ketersediaan sarana prasarana seperti alat

pelindung diri. Sedangkan faktor reinforcing yaitu adanya pengawasan dari

petugas atau atasan, pelatihan, dan sosialisasi.

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behaviour). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah

fasilitas. Disamping fasilitas juga diperlukan faktor pendukung (support) dari

pihak lain. Apabila penerima perilaku didasari oleh pengetahuan dan sikap, maka

perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Notoatmodjo, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RSU Haji Medan

mengenai gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri pada petugas

instalasi sanitasi dan K3, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur petugas instalasi

sanitasi dan K3, mayoritas berumur <=20 yaitu sebanyak 24 orang (57,1%).

Dengan umur terendah yaitu 18 tahun dan tertinggi 42 tahun.

2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh hasil

seluruh petugas instalasi sanitasi dan K3 dengan tingkat pendidikan tamat

SMA yaitu 42 orang responden (100%).

3. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja diperoleh masa kerja

responden mayoritas <=4 bulan yaitu sebanyak 22 orang responden (52,4%).

Masa kerja terendah yaitu 1 bulan dan masa kerja tertinggi yaitu 24 bulan.

4. Pengetahuan petugas instalasi sanitasi dan K3 terhadap penggunaan alat

pelindung diri saat bekerja paling banyak pada kategori baik sebesar 71,4%.

5. Sebanyak 24 orang responden (57%) tidak mengetahui dengan tepat apa yang

dimaksud dengan alat pelindung diri.

6. Sikap petugas instalasi sanitasi dan K3 terhadap penggunaan alat pelindung

diri saat bekerja paling banyak pada kategori positif sebesar 62%.

77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

7. Sebanyak 25 orang responden (59,5%) menyatakan setuju hanya akan

memakai alat pelindung diri (sarung tangan, masker, sepatu boot/sepatu) jika

disediakan oleh rumah sakit.

8. Tindakan petugas instalasi sanitasi dan K3 terhadap penggunaan alat

pelindung diri saat bekerja paling banyak pada kategori tidak lengkap

memakai alat pelindung diri sebesar 57%.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian diatas, maka penulis

memberikan saran sehingga penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk

perkembangan keilmuan. Adapun saran yang diajukan oleh peneliti adalah:

1. Pihak manajemen RSU Haji Medan hendaknya harus lebih meningkatkan

pengawasan dalam penggunaan alat pelindung diri pada petugas instalasi

sanitasi dan K3.

2. Pihak manajemen RSU Haji Medan, pengawas, ataupun leader instalasi

sanitasi dan K3 hendaknya juga memberikan informasi tentang manfaat alat

pelindung diri guna menjaga keselamatan selama bekerja dalam pemberian

briefing ataupun pelatihan tentang penggunaan alat pelindung diri.

3. Pihak manajemen RSU Haji Medan sebaiknya dapat menyediakan tempat

khusus untuk penyimpanan alat pelindung diri agar dapat terjaga dengan baik.

4. Pengawas ataupun leader instalasi sanitasi dan K3 hendaknya perlu

menerapkan sanksi tegas bagi pekerja yang tidak patuh dalam penggunaan

alat pelindung diri dalam bekerja serta memberikan penghargaan bagi pekerja

yang patuh dalam penggunaan alat pelindung diri dalam bekerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

5. Petugas instalasi sanitasi dan K3 diharapkan selalu menggunakan alat

pelindung diri secara lengkap sesuai dengan alat pelindung diri yang telah

disediakan oleh pihak rumah sakit berupa masker, sarung tangan

(handscoon), dan sepatu guna meminimalkan risiko dari penyakit akibat kerja

dan guna menjaga keselamatan.

6. Petugas instalasi sanitasi dan K3 diharapkan dapat saling mengingatkan rekan

kerjanya apabila tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja.

Hal ini baik dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan untuk menghindari

hal-hal yang tidak diinginkan terjadi saat bekerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2007. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada.

Afifah, E., Yustina M. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan


Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri pada Cleaning Service.
Universitas Indonesia. Jakarta. Diakses 10 Februari 2018;
http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2016-11//S-Yustina%20Melandari.

Agustine, S. 2015. Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri dan Faktor-


Faktor yang Berpengaruh pada Pekerja Perusahaan Jasa Konstruksi
Sebuah Studi Kualitatif dengan Pendekatan Fenomenologis. Universitas
Indonesia. Jakarta. Diakses tanggal 25 Januari 2018;
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20405319-SP-
Stefanie%20Agustine.pdf.

Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Chandra, B. 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Depkes RI. 2004. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:


1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta.

Fitriani, S. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Halimah, S. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Aman


Karyawan di PT. Sim Plant Tambun II Tahun 2015. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulla. Jakarta. Diakses 9 Februari 2018;
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/627/1/92636
SITI%20HALIMAH-FKIK.pdf.

Harlan, A. N., Indriati. P. 2014. Faktor yang berhubungan dengan Perilaku


Penggunaan APD pada Petugas Laboratorium Rumah Sakit PHC
Surabaya, The Indonesia Journal of Occupational Safety, Health and
Environment, vol. 1, 1007-119, hal 2 dan 13. (Jurnal Elektronik) diakses 27
Januari 2018; http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
kklke3e64286302full.pdf.

80

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

HSP. Perilaku Keselamatan. http://healthsafetyprotection.com/perilaku-


keselamatan- safety-behavior/. diakses 25 Januari 2018.

Irianto. 2002. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Prenhallido.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2010. Nomor: 1087 Tentang Standar


Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit.

Kholid, A. 2012. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku,


Media, dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.

Kuning, L. Manajemen Sanitasi Rumah Sakit.


http://staypublichealth.blogspot.co.id/2012/11/manajemen-sanitasi-rumah-
sakit.html diakses 24 Februari 2018.

Machfoedz, I., 2013. Teknik Menyusun Kuesioner dan Panduan


Wawancara (Alat Ukur Penelitian) Bidang Kesehatan, Kedokteran,
Keperawatan, dan Kebinanan, Yogyakarta: Fitramaya.

Matela, D. National Safety Council: Personal Protective Equipment Should


Fit the Workplace. (Jurnal Elektronik) diakese 25 Januari 2018;
http://www.safetyandhealthmagazine.com/articles/personal-protective-
equipment-should-fit-the-workplace-2.

Maulana, H.D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Notoadmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka


Cipta.

_____________. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

_____________. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Peraturan Meteri Kesehatan RI. 2014. Nomor: 56 Tentang Klasifikasi dan


Perizinan Rumah Sakit.

__________________________. 2016. Nomor: 66 Tentang Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 2010. Nomor:


Per.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Putra, M.U.K., 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku


Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Mahasiswa Profesi Fakultas
Ilmu Keperawatan. Skripsi FIK UI.

Profil Rumah Sakit Umum Haji Medan. 2016.


http://rsuhajimedan.sumutprov.go.id/rshm/index.php. diakses tanggal 28
April 2018.

Rijanto, B.B. 2011. Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri. Jakarta:


Mitra Wacana Media.

Rahmah, D.A. 2012. Pengaruh Pengetahuan terhadap Implementasi Alat


Pelindung Diri (APD) pada Pekerja bagian Spinning P.T. Tyfountex
Indonesia Sukoharjo. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Diakses 11
Februari 2018;
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/25688/INTQ1NTM=/Pengaruh-
Pengetahuan-Terhadap-Implementasi-Alat-Pelindung-Diri-Apd-Pada-
Pekerja- Bagian-Sinning-PT-Tyfountex-Indonesia-Sukoharjo-abstrak.pdf.

Siburian, A. 2012. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


terhadap Keselamatan Kerja Perawat IGD RSUD Pasar Rebo.
Skripsi FIK Universitas Indonesia. Diakses 25 Januari 2018;
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20310394-S43080-
Gambaran%20penggunaan.pdf.

Silaban, G. 2012. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Medan: CV Prima Jaya.

Suyono, K. Z., Erwin D. N. 2013. Hubungan antara Faktor Pembentuk


Budaya Keselamatan Kerja dengan Safety Behavior di PT DOK dan
Perkapalan Surabaya Unit Hull Contruction. The Indonesia
Journal Of Occupational and Health, Vol 2, 67-74. Diakses 9
Februari 2018;
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/k3aaaf3d0761full.pdf.

Takala, J. 2003. Introductory to Integrated and Strategic Approach to


Occupational Health. ILO/WHO Joint Committee on Occupational
Health, Geneva. (http://www.ilo.org/safework).

Tarwaka. 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Manajemen dan


Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Tombili. A., Rizky. M. 2010. Studi Pengetahuan, Sikap dan Tindakan


Tentang Alat Pelindung Diri pada Petugas Pengumpul Sampah di
Dinas Kebersihan Kota Kendari. Jurnal Kesmas STIK Avicenna.
Diakses 7 Februari 2018;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

https://www.academia.edu/8844455/Penggunaan_APD_Pada_Petugas_Pe
ngum pul_Sampah.

Undang-Undang RI,. 2009. UU Nomor 44 Tentang Rumah Sakit.

Veronika, T. 2015. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan terhadap


Pemakaian Alat Pelindung diri dalam Penanganan Sampah Medis
pada Petugas Cleaning Service di RSUD. Dr. Pirngadi di Medan
Tahun 2015. Universitas Sumatera Utara. Medan. Diakses 25 Januari
2018; http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/52104.

Widayana, I. G., I. G. W. 2014. Kesehatan dan Keselamatan Kerja.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Widyaningsih. 2012. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Implementasi


Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Tenaga Kerja di P.T Swastama
Pabelan Kartasura. Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012.
Diakses 20 Mei 2018; Perpustakaan.uns.ac.id.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

GAMBARAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI


PADA PETUGAS INSTALASI SANITASI DAN K3
DI RSU HAJI MEDAN TAHUN 2018

I. Identitas Responden

1. Nomor Responden :

2. Nama :

3. Umur :

4. Pendidikan : a. Tamat SD

b. Tamat SMP

c. Tamat SMA

d. Perguruan Tinggi

5. Masa Kerja :

Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dan sesuai
dengan pendapat anda dengan memberi tanda silang ( x ) pada jawaban yang
tersedia.

II. Pengetahuan
1. Apakah yang dimaksud dengan Alat Pelindung Diri (APD)?
a. Alat yang dipakai untuk melindungi diri dari penyakit akibat
kerja
b. Alat melindungi diri dari kemungkinan timbulnya bahaya
kecelakaan maupun penyakit akibat kerja
c. Alat yang dipakai untuk melindungi diri dari bahaya
kecelakaan ditempat kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

2. Apa saja syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)?


a. Nyaman dipakai, harga mahal dan enak dipandang
b. Nyaman dipakai, tidak menganggu sewaktu bekerja dan
memberikan perlindungan yang efektif
c. Bentuknya menarik, harga mahal dan enak dipandang
3. Apa kegunaan masker pada saat bekerja?
a. Menghindari bau tidak sedap
b. Melindungi diri dari gangguan kesehatan pernafasan
c. Menghindari cedera
4. Untuk menghindari cedera pada tangan sewaktu bekerja sebaiknya
menggunakan?
a. Sarung tangan khusus
b. Kain lap
c. Sarung tangan biasa
5. Apa kegunaan alat pelindung tangan?
a. Sebagai aksesoris
b. Melindungi tangan dari benda tajam/goresan, bahan kimia, dan
cairan infeksius
c. Untuk perlengkapan saat bekerja
6. Untuk melindungi kaki terhadap kecelakaan-kecelakaan yang
disebabkan benda-benda tajam yang mungkin terinjak dan
terpeleset menggunakan?
a. Sepatu boot/kulit
b. Sepatu berbahan kain
c. Sandal
7. Apa akibatnya bila tidak menggunakan Alat Pelindung Diri pada
saat membersihkan ruangan/lingkungan dalam rumah sakit?
a. Tertusuk/tergores benda tajam, tertular penyakit infeksi
b. Terpapar debu dan pencemaran lingkungan
c. Tidak ada akibatnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

8. Kapan seharusnya alat pelindung diri (APD) digunakan?


a. Pada saat terjadi kecelakaan
b. Pada saat sesudah bekerja
c. Pada saat memulai pekerjaan
9. Alat pelindung diri (APD) apa yang wajib digunakan petugas
kebersihan ruangan/lingkungan dalam rumah sakit ketika bekerja?
a. Masker, sumbat telinga, sepatu steril
b. Masker, sarung tangan, sepatu boot/pelindung kaki dan pakaian
kerja
c. Sarung tangan, masker, tutup telinga

Petunjuk: Berikanlah respon sesuai dengan pendapat anda terhadap pernyataan


dibawah ini, berilah tanda ceklist ( √ ) pada kotak yang tersedia.

III. Sikap

No. Pertanyaan S TS
1. Petugas kebersihan ruangan/lingkungan dalam
rumah sakit merupakan pekerjaan yang wajib
menggunakan APD
2. Alat pelindung diri berupa masker sangat
mengganggu saya ketika bekerja
3. Alat pelindung diri berupa sarung tangan sangat
mengganggu saya ketika bekerja
4. Alat pelindung diri berupa sepatu boot/sepatu
sangat mengganggu saya ketika bekerja
5. Saya merasa tidak nyaman memakai masker ketika
bekerja karena saya merasa sulit bernafas
6. Saya hanya memakai alat pelindung diri (sarung
tangan, masker, sepatu boot/sepatu) jika
disediakan oleh rumah sakit.
7. Saya akan terhindar dari penyakit akibat kerja dan
gangguan kesehatan jika saya menggunakan APD
saat bekerja
8. Bagi saya memakai APD sama dengan menjaga
keselamatan diri saya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

Lampiran 4. Lembar Observasi

Form observasi Tindakan Petugas Instalasi sanitasi dan K3 terhadap penggunaan


alat pelindung diri di RSU Haji Medan 2018.

I. Tindakan
Pemakaian Alat Pelindung
Diri
No. Nama Keterangan
Sarung
Masker Sepatu
Tangan
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

17.

18.

19

20.

21

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

36.

37.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

38.

39.

40.

41.

42.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

Lampiran 5. Master Data

5.1 Karakteristik Responden

Masa Masa
Umur Pendidikan
No. Nama Umur Pendidikan Kerja Kerja
Kategori Kategori
(bln) Kategori
1 R1 21 2 SMA 1 2 1
2 R2 18 1 SMA 1 3 1
3 R3 24 2 SMA 1 24 2
4 R4 19 1 SMA 1 3 1
5 R5 19 1 SMA 1 10 2
6 R6 21 2 SMA 1 5 2
7 R7 23 2 SMA 1 3 1
8 R8 19 1 SMA 1 2 1
9 R9 22 2 SMA 1 5 2
10 R 10 20 1 SMA 1 3 1
11 R 11 34 2 SMA 1 6 2
12 R 12 18 1 SMA 1 4 1
13 R 13 35 2 SMA 1 7 2
14 R 14 20 1 SMA 1 4 1
15 R 15 42 2 SMA 1 4 1
16 R 16 21 2 SMA 1 2 1
17 R 17 18 1 SMA 1 2 1
18 R 18 23 2 SMA 1 3 1
19 R 19 20 1 SMA 1 2 1
20 R 20 18 1 SMA 1 2 1
21 R 21 20 1 SMA 1 3 1
22 R 22 24 2 SMA 1 24 2
23 R 23 28 2 SMA 1 4 1
24 R 24 19 1 SMA 1 12 2
25 R 25 20 1 SMA 1 6 2
26 R 26 19 1 SMA 1 7 2
27 R 27 18 1 SMA 1 4 1
28 R 28 22 2 SMA 1 12 2
29 R 29 20 1 SMA 1 8 2
30 R 30 20 1 SMA 1 5 2
31 R 31 25 2 SMA 1 8 2
32 R 32 20 1 SMA 1 2 1
33 R 33 23 2 SMA 1 2 1
34 R 34 21 2 SMA 1 10 2
35 R 35 20 1 SMA 1 5 2
36 R 36 19 1 SMA 1 1 1
37 R 37 20 1 SMA 1 5 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

38 R 38 21 2 SMA 1 2 1
39 R 39 20 1 SMA 1 8 2
40 R 40 20 1 SMA 1 3 1
41 R41 23 2 SMA 1 24 2
42 R 42 20 1 SMA 1 5 2

Keterangan:

1. Umur Kategori = 1 = Umur <=20 Tahun


2. Umur Kategori = 2 = Umur > 20 Tahun
3. Pendidikan Kategori = 1 = SMA
4. Masa Kerja Kat = 1 = <=4 Bulan
5. Masa Kerja Kat = 2 = >4 Bulan

5.2 Master Data Pengetahuan

Pengetahuan Pengetahuan
No. Nama (Jumlah) Kategori P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
1 R1 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
2 R2 9 1 2 2 2 1 1 2 1 3 2
3 R3 8 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2
4 R4 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
5 R5 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
6 R6 8 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2
7 R7 8 1 2 2 2 1 3 1 1 3 2
8 R8 8 1 2 2 2 1 2 1 1 3 1
9 R9 7 2 1 2 2 1 2 1 1 1 2
10 R 10 7 2 1 2 2 1 2 1 2 3 2
11 R 11 6 2 1 2 1 1 2 2 1 3 2
12 R 12 7 2 1 1 2 1 2 1 1 3 2
13 R 13 7 2 1 1 2 1 2 1 1 3 2
14 R 14 7 2 1 1 2 1 2 1 1 3 2
15 R 15 7 2 1 1 2 1 2 1 1 3 2
16 R 16 9 1 1 1 2 1 2 1 1 3 2
17 R 17 8 1 3 2 2 1 2 1 1 3 2
18 R 18 7 2 1 2 2 1 2 1 2 3 2
19 R 19 8 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2
20 R 20 8 1 3 2 2 1 2 1 1 3 2
21 R 21 8 1 3 2 2 1 2 1 1 3 2
22 R 22 7 2 1 2 2 1 3 1 1 3 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


94

23 R 23 6 2 3 1 1 1 2 1 1 3 2
24 R 24 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
25 R 25 8 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2
26 R 26 7 2 2 2 2 3 3 2 1 3 2
27 R 27 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
28 R 28 8 1 3 2 2 1 2 1 1 3 2
29 R 29 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
30 R 30 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
31 R 31 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
32 R 32 8 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2
33 R 33 8 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2
34 R 34 9 1 2 2 2 1 2 1 2 3 2
35 R 35 8 1 3 2 2 1 2 1 1 3 2
36 R 36 9 1 2 2 2 1 2 1 2 3 2
37 R 37 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
38 R 38 8 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2
39 R 39 9 1 2 2 2 1 2 1 1 3 2
40 R 40 9 1 2 2 2 1 2 1 2 3 2
41 R41 6 2 1 2 1 2 2 1 2 3 2
42 R 42 8 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2

Keterangan:

1. Pengetahuan (Jumlah) 8-9 = 1 = Kategori Baik


2. Pengetahuan (Jumlah) 6-7 = 2 = Kategori Cukup
3. P1 = Apakah yang dimaksud dengan alat pelindung diri (APD).
4. P2 = Apa saja syarat-syarat alat pelindung diri (APD).
5. P3 = Apa kegunaan masker pada saat bekerja.
6. P4 = Untuk menghindari cedera pada tangan sewaktu beekrja
sebaiknya menggunakan.
7. P5 = Apa kegunaan alat pelindung tangan.
8. P6 = Untuk melindungi kaki terhadap kecelakaan yang disebabkan
benda-benda tajam yang mungkin terinjak dan terpeleset
menggunakan.
9. P7 = Apa akibatnya bila tidak menggunakan alat pelindung diri pada
saat membersihkan ruangan/lingkungan dalam rumah sakit.
10. P8 = Kapan seharusnya alat pelindung diri (APD) digunakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

11. P9 = Alat pelindung diri yang wajib digunakan petugas kebersihan


ruangan/lingkungan dalam rumah sakit ketika bekerja.
12. Nilai 1, 2, dan 3 merupakan pilihan sesuai option a,b dan c pada kuesioner.

5.3 Master Data Sikap

Sikap Sikap
No. Nama S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8
(Jumlah) Kategori
1 R1 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
2 R2 7 1 1 2 2 2 2 2 2 1
3 R3 4 2 1 1 1 2 1 1 1 1
4 R4 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
5 R5 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
6 R6 4 2 1 1 2 2 1 1 2 1
7 R7 5 2 1 2 1 2 2 1 1 2
8 R8 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
9 R9 5 2 1 1 2 2 1 2 2 1
10 R 10 6 2 1 2 2 2 2 1 2 1
11 R 11 5 2 1 2 2 2 2 1 2 2
12 R 12 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
13 R 13 6 2 1 2 2 2 1 1 1 1
14 R 14 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
15 R 15 6 2 1 2 2 2 1 1 1 1
16 R 16 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
17 R 17 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
18 R 18 6 2 1 2 2 1 2 1 1 1
19 R 19 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
20 R 20 6 2 1 2 2 1 2 1 1 1
21 R 21 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
22 R 22 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
23 R 23 3 2 1 1 1 1 2 1 1 1
24 R 24 5 2 1 1 2 2 1 1 1 1
25 R 25 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
26 R 26 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
27 R 27 7 1 1 2 2 2 2 2 2 1
28 R 28 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
29 R 29 7 1 1 2 2 2 1 2 1 1
30 R 30 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
31 R 31 7 1 1 2 2 2 1 2 1 1
32 R 32 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
33 R 33 7 1 1 2 2 2 1 2 1 1
34 R 34 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

35 R 35 5 2 1 2 1 2 1 1 1 1
36 R 36 8 1 1 2 1 2 1 1 1 1
37 R 37 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1
38 R 38 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
39 R 39 5 2 1 1 1 2 1 2 1 1
40 R 40 5 2 1 2 2 2 1 1 1 2
41 R41 7 1 1 2 2 2 2 1 1 1
42 R 42 4 2 1 1 1 2 1 1 1 1

Keterangan:

1. Sikap Kategori 1 = Positif.


2. Sikap Kategori 2 = Negatif.
3. Setuju bernilai = 1.
4. Tidak setuju bernilai = 2.
5. S1 = Petugas kebersihan ruangan/lingkungan dalam rumah sakit
merupakan pekerjaan yang wajib menggunakan APD.
6. S2 = Alat pelindung diri berupa masker sangat menganggu saya ketika
bekerja.
7. S3 = Alat pelindung diri berupa sarung tangan sangat mengganggu
saya ketika bekerja.
8. S4 = Alat pelindung diri berupa sepatu sangat menganggu saya ketika
bekerja.
9. S5 = Saya merasa tidak nyaman memakai masker ketika bekerja
karena merasa sulit bernafas.
10. S6 = Saya hanya akan memakai alat pelindung diri (sarung tangan,
masker, sepatu) jika disediakan oleh rumah sakit.
11. S7 = Saya akan terhindar dari penyakit akibat kerja dan gangguan
kesehatan jika menggunakan APD saat bekerja.
12. S8 = Bagi saya memakai APD sama dengan menjaga keselamatan diri
saya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

5.4 Master Data Tindakan

Tindakan Sarung
No. Nama Masker Sepatu
Kategori tangan
1 R1 1 1 1 1
2 R2 1 1 1 1
3 R3 0 0 1 1
4 R4 0 0 0 1
5 R5 1 1 1 1
6 R6 0 0 1 1
7 R7 0 1 0 1
8 R8 0 1 0 1
9 R9 0 0 1 1
10 R 10 0 0 1 1
11 R 11 0 0 1 1
12 R 12 0 1 0 1
13 R 13 0 1 0 1
14 R 14 1 1 1 1
15 R 15 0 0 1 1
16 R 16 1 1 1 1
17 R 17 0 0 0 1
18 R 18 0 0 1 1
19 R 19 1 1 1 1
20 R 20 1 1 1 1
21 R 21 0 0 1 1
22 R 22 0 0 1 1
23 R 23 0 0 1 1
24 R 24 0 0 1 1
25 R 25 1 1 1 1
26 R 26 1 1 1 1
27 R 27 1 1 1 1
28 R 28 0 1 0 1
29 R 29 1 1 1 1
30 R 30 0 0 1 1
31 R 31 0 0 0 1
32 R 32 1 1 1 1
33 R 33 0 0 1 1
34 R 34 0 0 0 1
35 R 35 1 1 1 1
36 R 36 1 1 1 1
37 R 37 0 0 0 1
38 R 38 1 1 1 1
39 R 39 0 0 1 1
40 R 40 1 1 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

41 R41 1 1 1 1
42 R 42 1 1 1 1

Keterangan:

1. Tindakan kategori 1 = Lengkap memakai APD.


2. Tindakan kategori 0 = Tidak lengkap memakai APD.
3. Nilai 1 = Memakai.
4. Nilai 0 = Tidak memakai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

Lampiran 6. Output Hasil Pengolahan Data

1. Karakteristik
Statistics

Masa Kerja
Umur (Tahun) Pendidikan (Bulan)

N Valid 42 42 42

Missing 0 0 0
Mean 21.83 6.10
Median 20.00 4.00
Range 24 23
Minimum 18 1
Maximum 42 24

Umur (Tahun)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 18 5 11.9 11.9 11.9

19 6 14.3 14.3 26.2

20 13 31.0 31.0 57.1

21 5 11.9 11.9 69.0

22 2 4.8 4.8 73.8

23 4 9.5 9.5 83.3


24 2 4.8 4.8 88.1

25 1 2.4 2.4 90.5

28 1 2.4 2.4 92.9

34 1 2.4 2.4 95.2

35 1 2.4 2.4 97.6

42 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

UmurK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <=20 24 57.1 57.1 57.1

>20 18 42.9 42.9 100.0


Total 42 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMA 42 100.0 100.0 100.0

Masa Kerja (Bulan)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 1 2.4 2.4 2.4

2 9 21.4 21.4 23.8

3 7 16.7 16.7 40.5

4 5 11.9 11.9 52.4

5 6 14.3 14.3 66.7

6 2 4.8 4.8 71.4

7 2 4.8 4.8 76.2

8 3 7.1 7.1 83.3

10 2 4.8 4.8 88.1

12 2 4.8 4.8 92.9

24 3 7.1 7.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

Masa KerjaK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <=4 22 52.4 52.4 52.4

>4 20 47.6 47.6 100.0

Total 42 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

2. Pengetahuan

Apakah yang dimaksud dengan Alat Pelindung Diri?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Alat yang dipakai untuk


melindungi diri dari 18 42.9 42.9 42.9
penyakit akibat kerja

Alat yang melindungi diri


dari kemungkinan
timbulnya bahaya 18 42.9 42.9 85.7
kecelakaanmaupun
penyakit akibat kerja
Alat yang dipakai untuk
melindungi diri dari bahaya 6 14.3 14.3 100.0
kecelakaan ditempat kerja

Total 42 100.0 100.0

Apa saja syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Nyaman dipakai, harga


5 11.9 11.9 11.9
mahal dan enak dipandang

Nyaman dipakai, tidak


mengaggu sewaktu
37 88.1 88.1 100.0
bekerja dan memberikan
perlindungan yang efektif

Total 42 100.0 100.0

Apa kegunaan masker pada saat bekerja?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Menghindari bau tidak


3 7.1 7.1 7.1
sedap

Melindungo diri dari


gangguan kesehatan 39 92.9 92.9 100.0
pernafasan

Total 42 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

Untuk menghindari cedera pada tangan sewaktu bekerja sebaiknya menggunakan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sarung tangan khusus 40 95.2 95.2 95.2

Kain lap 1 2.4 2.4 97.6

Sarung tangan kain/biasa 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

Apa kegunaan alat pelindung tangan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Melindungi tangan dari


benda tajam/goresan,
39 92.9 92.9 92.9
bahan kimia, dan cairan
infeksius.

Untuk perlengkapan saat


3 7.1 7.1 100.0
bekerja

Total 42 100.0 100.0

Untuk melindungi kaki terhadap kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan benda-benda


tajam yang mungkin terinjak dan terpeleset menggunakan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sepatu boot 40 95.2 95.2 95.2

Sepatu kulit 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Apa akibatnya bila tidak menggunakan Alat Pelindung Diri pada saat membersihkan
ruangan/lingkungan dalam rumah sakit?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tertusuk/tergores benda
tajam, tertular penyakit 39 92.9 92.9 92.9
infeksi
Terpapar debu dan
3 7.1 7.1 100.0
pencemaran lingkungan
Total 42 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

Kapan seharusnya alat pelindung diri digunakan?

Cumulati
ve
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pada saat terjadi kecelakaan 1 2.4 2.4 2.4

Pada saat memulai pekerjaa 41 97.6 97.6 100.0

Total 42 100.0 100.0

Alat pelindung diri apa yang wajib digunakanpetugas kebersihan ruangan/lingkungan


dalam rumah sakit ketika bekerja?

Cumulati
ve
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Masker, earplug, sepatu


1 2.4 2.4 2.4
steril

Masker, sarung tangan


khusus, sepatu 41 97.6 97.6 100.0
boot/pelindung kaki

Total 42 100.0 100.0

Pengetahuankategorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Baik 30 71.4 71.4 71.4


Cukup 12 28.6 28.6 100.0

Total 42 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

3. Sikap

Petugas kebersihan ruangan/lingkungan dalam rumah sakit merupakan pekerjaan yang


wajib menggunakan APD

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 42 100.0 100.0 100.0

Alat pelindung diri berupa masker sangat mengganggu saya ketika bekerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Setuju 7 16.7 16.7 16.7
Tidak setuju 35 83.3 83.3 100.0
Total 42 100.0 100.0

Alat pelindung diri berupa sarung tangan sangat menganggu saya ketika bekerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Setuju 6 14.3 14.3 14.3
Tidak setuju 36 85.7 85.7 100.0
Total 42 100.0 100.0

Alat pelindung diri berupa sepatu boot/sepatu sangat menganggu saya ketika bekerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 3 7.1 7.1 7.1

Tidak setuju 39 92.9 92.9 100.0

Total 42 100.0 100.0

Saya merasa tidak nyaman memakai masker ketika bekerja karena saya merasa sulit
bernafas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 13 31.0 31.0 31.0

Tidak setuju 29 69.0 69.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

Saya hanya memakai alat pelindung diri (sarung tangan. masker. sepatu boot/sepatu)
jika disediakan oleh rumah sakit

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 25 59.5 59.5 59.5

Tidak setuju 17 40.5 40.5 100.0

Total 42 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

Saya akan terhindar dari penyakit akibat kerja dan gangguan kesehatan jika saya
menggunakan APD saat bekerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 36 85.7 85.7 85.7

Tidak setuju 6 14.3 14.3 100.0

Total 42 100.0 100.0

Bagi saya memakai APD sama dengan menjaga keselamatan diri saya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 39 92.9 92.9 92.9

Tidak setuju 3 7.1 7.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

Sikap kategorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Positif 26 61.9 61.9 61.9

Negatif 16 38.1 38.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

4. Tindakan

Masker

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Pakai 23 54.8 54.8 54.8

Tidak pakai 19 45.2 45.2 100.0

Total 42 100.0 100.0

Sarung Tangan (Handscoon)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Pakai 32 76.2 76.2 76.2

Tidak pakai 10 23.8 23.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Sepatu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Pakai 42 100.0 100.0 100.0

Tindakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Lengkap 18 42.9 42.9 42.9

Tidak Lengkap 24 57.1 57.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

5. Crosstab
Pengetahuan * Tindakan Crosstabulation

Tindakan

Lengkap Tidak Lengkap Total

Pengetahuan Baik Count 15 15 30

% within
50.0% 50.0% 100.0%
Pengetahuan

% within Tindakan 83.3% 62.5% 71.4%

% of Total 35.7% 35.7% 71.4%

Cukup Count 3 9 12

% within
25.0% 75.0% 100.0%
Pengetahuan
% within Tindakan 16.7% 37.5% 28.6%

% of Total 7.1% 21.4% 28.6%


Total Count 18 24 42

% within
42.9% 57.1% 100.0%
Pengetahuan

% within Tindakan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 42.9% 57.1% 100.0%

Sikap * Tindakan Crosstabulation

Tindakan

Lengkap Tidak Lengkap Total


Sikap Positif Count 14 12 26

% within Sikap 53.8% 46.2% 100.0%

% within Tindakan 77.8% 50.0% 61.9%

% of Total 33.3% 28.6% 61.9%

Negatif Count 4 12 16

% within Sikap 25.0% 75.0% 100.0%

% within Tindakan 22.2% 50.0% 38.1%

% of Total 9.5% 28.6% 38.1%


Total Count 18 24 42

% within Sikap 42.9% 57.1% 100.0%

% within Tindakan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 42.9% 57.1% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

Pengetahuan * Sikap Crosstabulation

Sikap

Positif Negatif Total

Pengetahuan Baik Count 21 9 30

% within Pengetahuan 70.0% 30.0% 100.0%

% within Sikap 80.8% 56.3% 71.4%

% of Total 50.0% 21.4% 71.4%

Cukup Count 5 7 12

% within Pengetahuan 41.7% 58.3% 100.0%

% within Sikap 19.2% 43.8% 28.6%

% of Total 11.9% 16.7% 28.6%


Total Count 26 16 42

% within Pengetahuan 61.9% 38.1% 100.0%

% within Sikap 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 61.9% 38.1% 100.0%

Sikap * Tindakan Crosstabulation

Tindakan

Lengkap Tidak Lengkap Total

Sikap Positif Count 11 10 21

% within Sikap 52.4% 47.6% 100.0%

Negatif Count 4 5 9

% within Sikap 44.4% 55.6% 100.0%


Total Count 15 15 30

% within Sikap 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .159 1 .690
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .159 1 .690
Fisher's Exact Test 1.000 .500
Linear-by-Linear Association .153 1 .695
N of Valid Cases 30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


109

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.50.
b. Computed only for a 2x2 table

Sikap * Tindakan Crosstabulation

Tindakan

Lengkap Tidak Lengkap Total

Sikap Positif Count 3 2 5

% within Sikap 60.0% 40.0% 100.0%

Negatif Count 0 7 7

% within Sikap 0.0% 100.0% 100.0%


Total Count 3 9 12

% within Sikap 25.0% 75.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5.600 1 .018
b
Continuity Correction 2.857 1 .091
Likelihood Ratio 6.766 1 .009
Fisher's Exact Test .045 .045
Linear-by-Linear Association 5.133 1 .023
N of Valid Cases 12
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.25.
b. Computed only for a 2x2 table

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


110

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Wawancara Penelitian

Gambar 2. Petugas Tidak Menggunakan Masker saat Membersihkan Ruangan


IGD

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


111

Gambar 3. Petugas Kebersihan Tidak Menggunakan APD Masker saat


Membersihkan Toilet

Gambar 4. Petugas Menggunakan APD Lengkap saat Membersihkan Ruangan


Rawat Inap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


112

Gambar 5. Petugas Hanya Menggunakan APD Sarung Tangan/Handscoon Disatu


Tangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


113

Gambar 6. Petugas Kebersihan Rawat Inap Tidak Menggunakan APD Masker dan
Sarung Tangan/Handscoon

Gambar 7. Petugas Tidak Menggunakan APD Masker saat Membersihkan


Ruangan Rawat Inap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai