SKRIPSI
Oleh
JENNICA DESTIANI
NIM. 151000369
SKRIPSI
Oleh
JENNICA DESTIANI
NIM. 151000369
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstrak
Keselamatan pasien (patient safety) saat ini telah menjadi isu yang
diperbincangkan di berbagai negara. Isu ini berkembang karena masih banyaknya
kejadian yang tidak diharapkan dan kejadian nyaris cedera yang masih sering
terjadi di rumah sakit. Diketahui bahwa rumah sakit universitas sumatera utara
sudah menerapkan sistem pelayanan keselamatan pasien namun kejadian-kejadian
yang tidak diharapkan berkaitan dengan kesalahan medis masih terjadi. Pada
tahun 2018 terdapat 5 kasus KTD, 12 kasus kejadian potensial cedera (KPC), 4
kasus KNC dan 1 kasus sentinel. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
analisis tematik bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan sasaran
keselamatan pasien (patient safety goals) di ruang rawat inap Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2019. Informan penelitian adalah 4
kepala perawat dan 4 perawat pelaksana di ruang rawat inap. Hasil penelitian
yaitu pelaksanaan sasaran ketiga yaitu peningkatan keamanan obat-obatan yang
harus diwaspadai sudah sesuai dengan standar sasaran keselamatan pasien.
Pelaksanaan ketepatan identifikasi pasien belum sesuai standar sasaran
keselamatan pasien, karena masih rendahnya kesadaran dan kepatuhan perawat
untuk melaksanakan tugas sesuai dengan SOP identifikasi pasien yang berlaku.
Pelaksanaan komunikasi antara dokter dan perawat belum sesuai standar sasaran
keselamatan pasien, karena masih ditemukan perawat yang lupa melaksanakan
read back yang menyebabkan penyebaran informasi kurang meluas. Pelaksanaan
pengurangan resiko infeksi dengan hand hygiene belum sesuai standar sasaran
keselamatan pasien, karena masih banyaknya petugas yang belum menjaga hand
hygiene saat sebelum / sesudah memberikan tindakan pada pasien. Dan
terbatasnya sarana berupa wastafel di konter perawat. Pelaksanaan pengurangan
resiko pasien jatuh belum sesuai standar sasaran keselamatan pasien, karena
kurangnya pelatihan dan sosialisasi terkait pengurangan resiko pasien jatuh. Pihak
manajemen rumah sakit universitas sumatera utara diharapkan meningkatkan
evaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan sasaran keselamatan pasien sesuai
SOP yang berlaku.
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstract
Patient safety now has become a concern in various countries in the country. This
issue evolved due to the many unexpected events and the almost-injured incident
that still occurs frequently in hospitals. It is noted that the University Hospital of
North Sumatera has implemented a patient safety Service system but unexpected
events related to medical errors are still occurring. In 2018 there were 5 cases of
KTD, 12 cases of potential incidence of injuries (KPC), 4 cases of KNC and 1
Sentinel case. This research is a qualitative study with thematic analysis aims to
know how to implement patient safety goals in the hospitalisation of North
Sumatra University of Medan in 2019. The research informant is 4 nurse heads
and 4 executive nurses in the hospitalization room. The results of the research,
namely the implementation of the third goal is increased safety of medicines to be
aware of the patient's safety target standards. The implementation of the patient's
identification is not appropriate to the patient's safety target standards, due to the
low awareness and compliance of nurses to perform their duties in accordance
with the patient identification SOP. The implementation of communication
between doctors and nurses has not been in accordance with the target safety
standards, because still found nurses who forget to carry out read backs that
cause information dissemination is less widespread. The implementation of risk
reduction of infection with hand hygiene is not appropriate to the patient's safety
standards, because there are still many officers who have not kept the hand
hygiene before/after giving action in patients. And the limited means of the sink in
the nurse counter. The implementation of risk reduction of the patient falls not to
the standards of patient safety, due to lack of training and socialization regarding
risk reduction of patients falling. The management of North Sumatera University
Hospital is expected to improve evaluation and monitoring on the implementation
of patient safety objectives in accordance with the applicable SOP.
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Tahun 2019” sebagai salah satu
Sumatera Utara.
penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis
baik secara moril maupun materil selama masa perkuliahan dan penyelesaian
1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Kepala Departemen Keselamatan dan
ini.
5. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K., selaku Dosen Penguji I yang telah
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah
Utara yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan dan penyusunan
skripsi.
9. Direktur Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dan Kepala Instalasi Rawat
10. Untuk orang tua penulis tersayang, (Drs. Indra Gunawan Surbakti dan
11. Saudara tersayang, Anggraini Agustina, A.Md dan Irwanta Apri Naldi yang
12. Andika Pranata Tarigan yang selalu siap membantu dan memberikan
13. Sahabat-sahabat dari awal perkuliahan sampai saat ini yaitu Angelica
Nathasya, Tannia Nuril Kartika, Rosyalina Usman Lubis dan Veralica Selvia
skripsi ini.
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 7
Tujuan umum 7
Tujuan khusus 7
Manfaat Penelitian 7
Tinjauan Pustaka 8
Patient Safety 8
Standar keselamatan pasien 8
Tujuh langkah menuju keselamatan pasien 13
Sasaran keselamatan pasien 17
Rumah Sakit 28
Definisi rumah sakit 28
Tugas dan fungsi rumah sakit 29
Asas dan tujuan rumah sakit 30
Klasifikasi rumah sakit 30
Rumah sakit umum kelasC 31
Syarat dan ciri-ciri rumah sakit tipe C 31
Peran dan fungsi perawat di rumah sakit tipe C 33
Peran perawat 33
Fungsi perawat 35
Kerangka Pikir 36
Metode Penelitian 37
Jenis Penelitian 37
Lokasi dan Waktu Penelitian 37
Lokasi 37
Waktu 38
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Informan Penelitian 38
Definisi Konsep 38
Metode Pengumpulan Data 40
Metode Analisis Data 40
Pembahasan 51
Pelaksaaan Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety Goals)
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
Tahun 2019 51
Identifikasi pasien dalam sasaran keselamatan pasien 51
Pelaksanaan komunikasi dalam sasaran keselamatan pasien. 54
Pelaksanaan peningkatan keamanan obat-obatan yang harus
diwaspadai dalam sasaran keselamatan pasien 59
Pelaksanaan hand hygiene dalam sasaran keselamatan pasien 62
Pelaksanaan pengurangan resiko pasien jatuh dalam sasaran
keselamatan pasien 65
Keterbatasan Skripsi 69
Daftar Pustaka 72
Lampiran 74
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Tabel
No Judul Halaman
1. Karateristik Informan 44
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1. Kerangka berpikir 36
xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Lampiran
No Judul Halaman
5. Dokumentasi Penelitian 82
xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Istilah
xvi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pendahuluan
Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu bagian dari sistem pelayanan kesehatan
yang mempunyai dampak besar dalam menaikkan derajat kesehatan. Rumah sakit
perawatan. Dan pelaksanaannya melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan
2009 tentang rumah sakit yang diantaranya dalam pasal 3 huruf (b) yang
rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit. Perhatian terhadap
keselamatan pasien sekarang ini sudah menjadi begitu penting dalam pemberian
Pada pasal 13 ayat (3) menyatakan bahwa setiap tenaga kesehatan yang
bekerja di rumah sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan rumah sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi,
menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien. Selain itu dalam
pasal 43 ayat (1) menyatakan bahwa rumah sakit wajib menerapkan standar
keselamatan pasien.
Keselamatan pasien (patient safety) saat ini telah menjadi isu yang
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
kejadian yang tidak diharapkan dan kejadian nyaris cedera yang masih sering
terjadi di rumah sakit. Rumah sakit memiliki peran yang strategis dalam upaya
salah satu isu utama dalam pelayanan kesehatan. Hal-hal berupa penghindaran,
pencegahan dan perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan juga mengatasi
cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan adalah peran dari patient safety
(Cecep, 2013).
yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden dan tindak lanjutnya,
menurunkan angka insiden keselamatan pasien (IKP). IKP adalah suatu kejadian
pada pasien. IKP meliputi kejadian yang tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris
cedera (KNC), kejadian potensial cedera (KPC), dan kejadian KTD yang dapat
penerapan enam sasaran keselamatan pasien (patient safety goals) pada rumah
sakit tersebut.
yang baik terjalin antara tenaga kesehatan dan pasien, peningkatan keamanan obat
yang benar, pembedahan pada pasien yang benar, pengurangan resiko infeksi
sampai dengan 98.000 orang meninggal setiap tahunnya di rumah sakit karena
safer health system. Laporan itu mengutarakan penelitian di rumah sakit di Utah
dan Colorado serta New York. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD sebesar
safety goals) di negara maju seperti Amerika Serikat belum berjalan dengan baik
dikatakan berjalan dengan baik karena masih terjadi kesalahan medis, yang
sesuai dengan laporan komite keselamatan pasien rumah sakit (KKP-RS). Yaitu
sebanyak 145 insiden. Dari 145 insiden yang dilaporkan sebanyak 55 kasus
dari 145 insiden yang dilaporkan tersebut didapatkan KNC sebanyak 69 kasus
(47,6%), KTD sebanyak 67 kasus (46,2%), dan lain-lain sebanyak 9 kasus (6,2%).
Data ini ada di Indonesia namun secara umum catatan kejadian yang
Menurut penelitian Maria Ariani (2018) tentang lima momen cuci tangan
tempat yang beresiko tinggi akan terjadinya infeksi nosokomial atau infeksi baru
tangan dengan mencuci tangan (hand hygiene) sangatlah penting perannya dalam
instansi rumah sakit, dan perawat juga adalah petugas kesehatan yang paling
keselamatan pasien masih banyak yang belum tercapai dengan maksimal karena
dengan kesalahan medis masih terjadi. Pada tahun 2018 terdapat 5 kasus KTD, 12
kasus kejadian potensial cedera (KPC), 4 kasus KNC dan 1 kasus sentinel.
Kasus KTD yang terjadi berupa 2 kasus tirai jatuh, 1 kasus pasien jatuh, 1
kasus pasien kabur di ruang mahoni dan di ruang meranti terdapat 1 kasus yaitu
hasil baca belum ada sampai pasien pulang. Kasus KPC berupa 4 kasus tidak
pakai gelang identifikasi pada pasien di ruang cendana bulan april, pada bulan
juni diruang yang sama terdapat 4 kasus yaitu pasien tidak memakai gelang
rawat inap dan di ruang zaitun terdapat 1 kasus yaitu pasien do not resuscitate
(DNR) tidak memilki form DNR, 1 kasus yaitu operasi ditunda, 1 kasus di ruang
Kasus KNC berupa 1 kasus yaitu pasien kabur di ruang mahoni, 1 kasus
ruang cendana, 1 kasus yaitu pasien tidak pakai gelang identifikasi di ruang
meranti, di ruang mahoni terdapat 1 kasus yaitu operasi ditunda. Kasus sentinel
terdapat 1 kasus yaitu pasien keluar sebelum waktu penentuan keluar dari RS
Saat survei juga ditemukan bahwa perawat ataupun dokter sangat jarang
bahkan nyaris tidak pernah terlihat mencuci tangan dengan hand sanitizer yang
telah tersedia di lorong ruang rawat inap sebelum ataupun sesudah memberikan
tindakan kepada pasien. Kejadian yang tidak diharapkan dan kejadian nyaris
(patient safety goals) di rumah sakit tersebut karena masih terjadi kasus KTD dan
KNC yang terjadi sepanjang tahun 2018. Dengan judul penelitian “Pelaksanaan
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety Goals) di Ruang Rawat Inap Rumah
Perumusan Masalah
di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2019.
Tujuan Penelitian
keselamatan pasien (patient safety goals) di ruang rawat inap Rumah Sakit
Tujuan khusus.
inap RS USU,
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit agar pelayanan patient
safety rumah sakit khususnya ruang rawat inap dapat berjalan dengan baik
2. Sebagai masukan dan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian sejenis.
Keselamatan (safety) sekarang ini sudah menjadi isu global, hal ini
termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima aspek penting yang dapat dikaitkan
peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan
pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan
dilaksanakan di setiap rumah sakit. Karena semua kegiatan dan program dapat
berjalan dan dilaksanakan dengan baik apabila didukung dengan adanya pasien.
Karena itu keselamatan pasien adalah prioritas utama yang harus dilaksanakan
karena hal ini terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit itu sendiri.
yaitu menurut Depkes RI tahun 2011 adalah agar terciptanya budaya keselamatan
program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD di rumah sakit itu
sendiri.
pasien dirumah sakit sekarang ini, maka dibuatlah standar keselamatan pasien
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
dirumah sakit. Standar keselamatan pasien dirumah sakit ini akan menjadi acuan
atas setiap pelayanan yang akan diberikan oleh petugas kepada pasien. Menurut
Depkes RI, (2011) ada tujuh standar keselamatan pasien yaitu: hak pasien,
Pertama hak pasien. Pasien dan keluarga pasien memiliki hak untuk
disebabkan karena tujuan utamanya yang ganda, yaitu preventif kuratif, promotif
dan rehabilitatif. Hubungan diantara dokter dan pasien pada dasarnya bertumpu
secara rinci kepada pasien serta keluarga pasien tentang rencana dan hasil
bagaimana progress pengobatan yang sedang ia jalani. Pasien berhak untuk tau
pendidikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang kewajiban dan tanggung
sakit wajib mengadakan sistem dan mekanisme dalam mendidik pasien dan
informasi yang benar, jelas lengkap dan jujur, tahu akan kewajiban dan tanggung
patuh terhadap instruksi dan menaati peraturan rumah sakit, serta menunjukkan
tenaga dan antar unit pelayanan. Terdapat kriterianya berupa koordinasi pelayanan
perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari
rumah sakit. Adanya koordinasi pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
dan kelayakan sumber daya secara berkelanjutan sehingga pada semua tahap
pelayanan transisi antara unit pelayanan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
Juga dengan ada komunikasi dan transfer informasi antara profesi kesehatan
sampai dengan tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
wajib merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, mengawasi dan
menilai kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan
tiap rumah sakit memiliki kriteria yaitu wajib melaksanakan proses perancangan
yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien,
petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan
faktor-faktor lain yang memiliki potensi risiko bagi pasien sejalan dengan tujuh
terkait semua kejadian yang tidak diharapkan, dan dengan proaktif melaksanakan
penilaian satu proses kasus dengan risiko tinggi. Tiap-tiap rumah sakit wajib
memakai semua data dan informasi hasil analisis untuk memutuskan perubahan
sistem yang diperlukan agar kinerja dan keselamatan pasien mendapat jaminan.
Adanya tim antara disiplin untuk mengurus program keselamatan pasien. Terdapat
perhatian mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” sampai dengan “Kejadian Tidak
termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada
orang lain dan menyampaikan informasi dengan benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
insiden juga termasuk adanya informasi yang benar dan jelas tentang Analsis
Akar Masalah “Kejadian Nyaris Cedera” dan “Kejadian Sentinel” pada saat
sakit wajib mempunyai program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru
internal dan eksternal. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
wajib merancang proses baru atau memperbaharui proses yang ada, mengawasi
pasien. Proses perancangan itu bertumpu pada visi dan misi rumah sakit,
bisnis yang sehat serta faktor-faktor lain yang memiliki potensi risiko bagi pasien
melakukan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit yang terdiri dari
WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tahun 2007 resmi
Solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit”, langsung atau bertahap, sesuai dengan
Pertama, memperhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip. Nama obat
adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat dan ini
merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Ada puluhan ribu obat yang saat
ini beredar di pasar, maka sangat berpotensi terjadinya kesalahan akibat bingung
terhadap nama merek atau generik serta kemasan. Solusi NORUM dikhususkan
resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak terlebih dulu, maupun
mengidentifikasi pasien.
metode identifikasi di setiap rumah sakit dengan suatu sistem layanan kesehatan,
dan ikut serta pasien dalam memberikan informasi diri serta penggunaan protokol
serah terima dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
Keempat, memastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
Kesalahan pada hal ini sebenarnya dapat dicegah. Tiap-tiap kasus dengan
pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian
besar adalah akibat kesalahan komunikasi dan tidak adanya informasi atau
informasi tidak benar. Dan faktor yang paling utama adalah kesalahan-kesalahan
seperti tidak ada atau kurangnya proses prabedah yang telah distandardisasi.
pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melakukan prosedur dan
adanya tim yang terlibat dalam prosedur “time out” sesaat sebelum memulai
prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan
dibedah.
vaksin dan media kontras mempunyai profil risiko cairan elektrolit pekat yang
yaitu standardisasi dari dosis, unit ukuran, istilah dan pencegahan atas campur
mencegah salah obat pada saat pengalihan pasien. Membuat rekomendasi berupa
pembuatan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat serta semua medikasi
yang sedang diterima pasien juga disebut sebagai “home medication list”.
seperti slang, kateter dan spuit yang digunakan wajib dirancang sedemikian rupa
agar dapat mencegah terjadinya KTD yang dapat penyebab cedera atas pasien
melalui sambungan spuit dan slang yang salah, serta memberi medikasi atau
cairan melalui jalur yang keliru. Membuat rekomendasi berupa penganjuran perlu
perhatian atas medikasi dengan rinci jika sedang pemberian medikasi serta
kekhawatiran global terbesar yaitu penyebaran dan HIV, HBV, dan HCV yang
merupakan akibat dari pakai ulang jarum suntik. Diperlukan rekomendasi berupa
tentang penularan infeksi melalui darah dan praktek jarum sekali pakai yang
aman.
pencegahan infeksi nosokomial. Dengan perolehan data bahwa lebih dari 1,4 juta
orang di seluruh dunia mendapat infeksi yang diperoleh dari rumah sakit. Dan
kebersihan tangan yang efektif merupakan ukuran preventif yang pimer untuk
penggunaan cairan “alcohol based hand rubs”, terdapatnya sumber air pada
seluruh kran, pendidikan pegawai tentang cara membersihkan tangan yang benar,
lagi yang menjadi hal penting dalam pelaksanaan keselamatan pasien yaitu
sasaran keselamatan pasien atau patient safety goals. Sasaran keselamatan pasien
merupakan syarat yang wajib diterapkan di setiap rumah sakit dan yang akan
diakreditasi oleh komisi akreditasi rumah sakit. Susunan sasaran ini diambil
berdasarkan Nine Life Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety
(2007) yang dipakai juga oleh komite keselamatan pasien rumah sakit persi
(KKPRSI), dan joint commission international (JCI). Menurut JCI (2013), sasaran
keselamatan pasien sendiri terdiri dari atas identifikasi pasien dengan benar,
yang benar, pembedahan pada pasien yang benar, pengurangan resiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan resiko pasien cidera karena jatuh.
pengenal atau pembeda yang merangkum nomor rekam medis dan identitas pasien
dengan tujuan guna memberi perbedaan antara pasien satu dengan pasien yang
kepada pasien yang datang berobat, serta guna pencegahan kesalahan dan
kamar atau lokasi pasien, pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah,
darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis, pasien diidentifikasi sebelum
memberi arahan terhadap pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada tiap situasi
dan lokasi. Yang berupa prosedur identifikasi pasien meliputi penulisan nomor
rekam medis, penulisan identitas pasien yang disesuaikan dengan KTP / SIM /
tempat / tanggal lahir, jenis kelamin, alamat lengkap, agama, pekerjaan, nama
suami / istri, nama ibu / ayah, penanggung jawab, tanggal registrasi. Jika ada
rekam medis, nama lengkap, tanggal lahir. Adapun warna gelang disesuaikan
dengan kondisi pasien, warna biru untuk pasien laki-laki, warna pink untuk pasien
perempuan, warna merah untuk pasien alergi, warna kuning untuk pasien resiko
jatuh, dan warna ungu untuk pasien yang tidak boleh diresusitasi. Tiap-tiap
dan bahaya jika menolak, melepas, dan menutupi gelang. Dan sebelum pemberian
terlebih dahulu, seperti sebelum pemberian obat, darah atau produk darah,
mengambil darah dan spesimen lain guna pemeriksaan klinis serta pemberian
tindakan, petugas wajib memeriksa gelang pasien secara teliti dan terperinci.
kesalahan dalam keselamatan pasien. Komunikasi yang efektif adalah yang tepat
waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima bisa membantu
sebab itu dalam melakukan komunikasi efektif harus didasarkan aspek kejelasan,
ketepatan, sejalan dengan konteks baik bahasa maupun informasi, alur yang
risiko yang timbul akibat komunikasi yang tidak efektif. Dapat diambil contoh
komunikasi efektif di ruang rawat inap. Dapat dilaksanakan antara teman sejawat
yaitu dokter dengan dokter atau perawat dengan perawat dan antar profesi yaitu
guna mengatur pemberian perintah atau pesan secara lisan dan lewat telepon.
Kebijakan atau prosedur tersebut wajib berisikan perintah lengkap, lisan dan lewat
telepon, atau hasil tes dicatat si penerima. Perintah lengkap, lisan dan lewat
telepon, atau hasil tes dibaca-ulang si penerima. Kemudian perintah dan hasil tes
tahu kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan dan bagaimana
jelas, singkat dan tepat dalam lingkungan yang serba cepat dan menegangkan.
komunikasi tersebut salah satunya dengan cara komunikasi teknik SBAR (Rina,
2012).
kondisi pasien.
SBAR juga bisa digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara
shift atau antara petugas di daerah klinis yang sama atau berbeda.
Obat-obatan merupakan bagian dari rencana pengobatan pasien, oleh karena itu
terjadinya kesalahan atau kejadian sentinel, obat yang berisiko tinggi penyebab
dampak yang tidak diinginkan dan juga obat-obat NORUM merupakan obat-
sosialisasi atau pelatihan dengan baik di unit asuhan pasien, apabila perawat
atau pada keadaan gawat darurat. Yang paling efektif dalam pengurangan
kebijakan atau prosedur guna menyusun daftar obat-obat yang perlu diwaspadai
dikhususkan oleh petunjuk dan praktek profesional, seperti di IGD atau kamar
operasi, serta memberi acuan cara pemberian label yang jelas serta bagaimana
merancang sebuah pendekatan guna memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan
Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat
antara anggota tim bedah, kurang atau tidak melibatkan pasien di dalam
penandaan lokasi dan tidak ada prosedur untuk mengkonfirmasi lokasi operasi.
Di samping itu juga asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang
catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka
antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan resep yang
tidak terbaca dan memakai singkatan merupakan faktor penyebab yang sering
mengkhawatirkan ini.
Kebijakan atau prosedur berupa tata cara yang efektif dalam rangkaian
dikenali. Tanda itu harus berlaku secara konsisten di seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan, dan harus dirancang oleh petugas yang akan melaksanakan tindakan,
harus dibuat saat pasien terjaga dan sadar, jika memungkinkan harus terlihat
sampai pasien disiapkan dan diselimuti. Lokasi operasi ditandai pada semua kasus
termasuk sisi, struktur multipel yaitu jari tangan, jari kaki, lesi serta multipel level
lokasi, prosedur, dan pasien yang benar, memastikan bahwa semua dokumen,
foto, dan hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan
implant yang dibutuhkan. Tahap sebelum insisi atau time out harus memuat setiap
nosokomial merupakan infeksi yang diperoleh pasien di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Biasanya infeksi ini tidak hanya terjadi kepada
pasien, namun dapat juga terjadi pada semua tenaga kesehatan yang bekerja
nosokomial yaitu patogen yang mudah menyebar ke seluruh tubuh, terutama pada
pasien rumah sakit yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah , sehingga
kesehatan di rumah sakit yang buruk, dan atau karena petugas rumah sakit tidak
mengikuti prosedur yang tepat seperti cuci tangan yang baik dan benar walaupun
dengan sabun dan air (handwash) atau handrub berbasis alkohol yang bertujuan
2009). Kegiatan ini merupakan teknik dasar yang paling penting dalam hal
hygiene yakni guna menekan atau mengurangi jumlah dan pertumbuhan bakteri
pada tangan, menurunkan jumlah kuman yang tumbuh dibawah sarung tangan,
kontaminasi silang kepada pasien lain, anggota keluarga, dan tenaga kesehatan
Waktu mencuci tangan yang benar dan hal-hal yang dilakukan dalam
memeriksa (kontak langsung dengan klien), saat akan memakai sarung tangan
bersih maupun steril, saat akan melakukan injeksi dan pemasangan infus. Setelah
bekas pakai dan bahan yang terkontaminasi, setelah menyentuh selaput mukosa
petugas kesehatan menggunakan sarung tangan atau tidak. Tiga momen terjadi
setelah kontak, hal ini ditujukan untuk mencegah risiko transimisi mikroba ke
petugas kesehatan, perawat, dan lingkungan pasien. Dan dua dari lima momen
dari luar, oleh kuman berbahaya yang berada di tangan. Sebelum melakukan
prosedur bersih atau aseptik (membersihkan luka). Hand hygiene yang dilakukan
pasien dengan melawan infeksi kuman berbahaya, termasuk kuman yang berada
di dalam tubuh pasien. Hand hygiene yang dilakukan setelah kontak dengan
cairan tubuh pasien bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan dari infeksi
oleh kuman berbahaya dari tubuh pasien dan mencegah penyebaran kuman di
melindungi petugas kesehatan dari kuman yang berada di tubuh pasien dan
melindungi petugas kesehatan dari kuman yang berada di tubuh pasien yang
merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
(Darmojo, 2004).
terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada seseorang pada saat
istirahat yang dapat dilihat atau dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat
dilihat karena suatu kondisi adanya penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya.
Adapun faktor-faktor resiko penyebab resiko jatuh adalah faktor intrinsik dan
seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi yang
kategori risiko jatuh yaitu rendah, sedang, tinggi, kebutuhan dan keterbatasan
pasien, riwayat jatuh sebelumnya dan penggunaan alat pengaman, asesmen klinis
harian. Intervensi pencegahan jatuh yaitu dimulai dari tindakan pencegahan umum
untuk semua kategori yaitu lakukan orientasi kamar inap kepada pasien, posisikan
tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi pegangan tempat tidur
yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien, alat bantu berada dalam jangkauan
sperti tongkat dan alat penopang, mengoptimalkan penggunaan kacamata dan alat
bantu dengar atau pastikan bersih dan berfungsi, pantau efek obat-obatan, anjuran
ke kamar mandi secara rutin, sediakan dukungan emosional dan psikologis dan
Setiap pasien dan keluarga wajib diberi informasi mengenai faktor resiko
jatuh dan setuju guna mengikuti strategi pencegahan jatuh yang telah ditetapkan.
Pasien dan keluarga juga wajib diberi didikan mengenai faktor risiko jatuh di
lingkungan rumah sakit dan bersedia ikut serta sepanjang keperawatan pasien.
Pemberian informasi pada pasien dan keluarga dalam semua aktivitas sebelum
memulai penggunaan alat bantu, beri pemahaman kepada pasien guna memakai
pegangan dinding, berikan informasi kepada pasien mengenai dosis dan juga
Rumah Sakit
rumah sakit, rumah sakit yaitu suatu institusi penyedia layanan kesehatan yang
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat bagi yang membutuhkan
tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih
lanjut.
penyakit.
kembali sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat
masyarakat.
medis, bank darah, sentra sterilsasi, pemeriksaan sinar-X, dan layanan sosial.
Pelayanan utama di rumah sakit tidak mampu dilaksanakan sesuai fungsinya tanpa
tahun 2009 mengenai rumah sakit menyatakan bahwa rumah sakit memiliki tugas
dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
bidang kesehatan.
Asas dan tujuan rumah sakit. Pada pasal 2 UU RI nomor 44 tahun 2009
kesehatan sesuai kebutuhan, dan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan adalah
rumah sakit.
Klasifikasi rumah sakit. Jenis-jenis rumah sakit bisa dilihat dari jenis
atas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum sendiri
jenis penyakit, sedangkan rumah sakit khusus hanya penyedia layanan kesehatan
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
publik dan rumah sakit privat. Yang dimaksud dari rumah sakit publik yakni yang
dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, badan hukum yang bersifat nirlaba,
sedangkan rumah sakit privat biasanya dikelola oleh badan hukum yang bersifat
(PERMENKES RI) nomor 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah
dapat dibedakan sebagai berikut, klasifikasi rumah sakit umum dan klasifikasi
rumah sakit khusus. RS USU merupakan rumah sakit umum kelas (tipe) C.
Rumah sakit umum tipe C. Pengertian rumah sakit umum tipe C yakni
rumah sakit yang dapat memberi layanan kedokteran spesialis terbatas, yaitu
pelayanan kebidanan dan kandungan. Rumah sakit tipe C biasanya akan didirikan
Syarat dan ciri-ciri rumah sakit tipe C. Syarat dan ciri-ciri tersebut
medik, ketersediaan tenaga kesehatan, sarana maupun prasarana dan adanya tata
dasar dan pelayanan spesialis penunjang medik. Pelayanan medik spesialis dasar
medik gigi mulut dan pelayanan kesehatan ibu anak atau keluarga berencana.
bedah, obstetri dan ginekologi, pelayanan gawat darurat, dan pelayanan medik
darah, gizi, farmasi, sterilisasi instrumen dan rekam medik, pelayanan penunjang
non klinik seperti laundry, jasa boga atau dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas,
dengan jenis dan tingkat pelayanan. Dalam pelayanan medik dasar minimal wajib
ada sembilan orang dokter umum dan dua orang dokter gigi sebagai tenaga
tetap. Dalam pelayanan medik spesialis dasar wajib ada masing-masing minimal
dua orang dokter spesialis pada setiap pelayanan dengan dua orang dokter
spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda. Dalam pelayanan
dengan dua orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang
sakit tipe C yaitu 2:3 sesuai kualifikasi tenaga keperawatan dengan pelayanan di
rumah sakit.
wajib memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Berupa alat-alat medis
maupun non medis dan bangunan dari rumah sakit tersebut. Juga peralatan
undangan. Jumlah tempat tidur minimal 100 buah. Administrasi dan manajemen
terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana. Struktur organisasi tersebut
memuat kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis,
Syarat kelima yaitu tata laksana rumah sakit umum tipe C berupa
sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMS) dan hospital by laws dan
kehendak pribadi, melainkan wajib sesuai dengan SOP dan juga sesuai dengan
masyarakat terkait masalah yang terjadi dimulai dari masalah yang bersifat
guna memberi bantuan kepada pasien dan keluarga dalam memberi pengertian
informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan informasi yang diperlukan untuk
melakukan operasi.
maupun tenaga kesehatan lainya. Merupakan aspek yang perlu diperhatikan dalam
keperawatan yaitu aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku adalah salah
kesehatan tentang penanganan diare merupakan salah satu contoh peran perawat
sebagai pendidik.
diberikan. Dengan hasil penelitian tersebut, perawat bisa mengajak orang lain
profesi keperawatan.
mandiri berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Dalam hal ini perawat
satunya adalah membantu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh sebab itu,
perawat memiliki tanggung jawab pada akibat yang dapat timbul dari tindakan
biasanya tergabung dalam sebuah tim yang dipimpin oleh seorang dokter.
tanggung jawab dokter, kecuali bila perawat tersebut yang melakukan tindakan
tidak sesuai dengan prosedur dan ketetapan yang telah ditentukan oleh dokter.
Kerangka Berpikir
Pelaksanaan Sasaran
Keselamatan Pasien
(Patient Safety Goals)
Jenis Penelitian
tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi (Sugiyono, 2011).
dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi di dalam
suatu masyarakat, pertentangan antara dua keadaan atau lebih, hubungan antar
variabel yang timbul, perbedaan antar fakta yang ada serta pengaruhnya terhadap
suatu kondisi yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam
Utara dengan alasan lokasi adalah Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
adalah rumah sakit negeri dibawah universitas dan kemenristek dikti yang aktif
pendahuluan diketahui bahwa masih terjadi kasus kejadian yang tidak diharapkan
dan kejadian nyaris cedera di ruang rawat inap rumah sakit universitas sumatera
utara.
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Waktu. Penelitian akan dilakukan pada bulan September 2019 sampai
dengan selesai.
Informan Penelitian
dengan jelas, mampu mengemukakan pendapat secara baik dan benar, dapat
dipercaya untuk dapat menjadi sumber data yang baik serta bersedia dan mampu
sasaran keselamatan pasien (patient safety goals) di ruang rawat inap. Yaitu
perawat, yang bertugas diruang rawat inap yang berbeda yaitu ruang zaitun,
Definisi Konsep
pembeda yang merangkum nomor rekam medis dan identitas pasien dengan
tujuan guna memberi perbedaan antara pasien satu dengan pasien yang
lainnya.
waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima bisa membantu
38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
membantu peningkatan keberhasilan dalam melakukan program keselamatan
pasien.
adalah suatu kegiatan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam hal
kebersihan tangan.
jatuh yaitu rendah, sedang, tinggi, kebutuhan dan keterbatasan pasien, riwayat
memperoleh hasil wawancara yang utuh dan murni maka teknik wawancara
menggunakan alat perekam suara sehingga data asli lapangan dapat sesuai
39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Dokumentasi. Dokumen yang dimaksud adalah catatan tertulis tentang
berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu, bisa berbentuk tulisan,
yaitu dimulai dari melihat dokumentasi dan juga hasil wawancara mendalam yang
akan memunculkan tema dan sub tema, selanjutnya data-data yang sudah
terkumpul akan diolah dan disajikan dalam bentuk narasi menurut variabel yang
diteliti.
40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Utara (RS USU) dimulai sejak Tahun 2003. Dengan adanya pengajuan ke Badan
USU.
Tahun 2005. Pada tanggal 19 Juli 2009 PT Waskita Karya ditetapkan sebagai
41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
Rumah sakit awalnya instalasi rawat inap untuk sementara masih tersedia
100 tempat tidur terdiri dari kelas I, kelas II, kelas III, kamar bedah sentral, kamar
gizi, kantor, kamar mandi atau kamar cuci, bagian pendaftaran pasien, kamar jaga
spesialis THT (telinga, hidung dan tenggorokkan), spesialis kulit dan kelamin,
dan Kemenristek Dikti yang melayani tidak hanya masyarakat umum, pegawai
USU tetapi juga pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta BPJS kesehatan
Visi RS USU. Rumah Sakit USU memiliki visi yaitu sebagai Pusat
dokter, dokter spesialis dan tenaga kesehatan serta mutu pelayanan kesehatan
terpadu antara berbagai cabang ilmu kedokteran dan kesehatan maupun ilmu-ilmu
USU:
REKTOR
Dewan Pengawas
Direktur Utama
baik dan benar, dapat dipercaya untuk dapat menjadi sumber data yang baik serta
Yaitu empat orang kepala ruang dan empat orang perawat pelaksana yang
informan sebanyak delapan orang perawat, yang bertugas diruang rawat inap yang
Tabel 1
Karateristik Informan
benar, prosedur yang benar, dan pembedahan pada pasien yang benar dihilangkan
Tabel 2
Tabel 2
pasien sudah ada SOP yang berlaku di ruang rawat inap tersebut. Sosialisasi
mengenai identifikasi pasien juga sudah dilakukan di ruang rawat inap tersebut
yang kurang cermat dan kurang berhati-hati saat bertemu dengan pasien dengan
Tabel 3
Tabel 3
juga sudah dilaksanakan di ruang rawat inap tersebut. Hambatan yang ditemukan
yaitu pelaksanaan komunikasi antara dokter dan perawat masih terkendala dari
segi waktu, sehingga perawat tidak terlalu leluasa untuk bertanya mengenai
kurang meluas.
Tabel 4
Tabel 5
bahwa sarana / fasilitas dalam melaksanakan hand hygiene dari segi penyediaan
hand santitizer baik karena terdapatnya hand rub disetiap pintu kamar pasien tapi
hand washing tidak baik karena masih terbatasnya wastafel di ruang rawat inap
ruang rawat inap tersebut. Pelaksanaan hand hygiene juga sudah sesuai dengan
SOP yang berlaku dengan five moment. Hambatan yang ditemukan adalah masih
terdapatnya perawat yang tidak melakukan hand hygiene sebelum dan sesudah
informan yang menyatakan bahwa hal tersebut tidak terlalu perlu untuk dilakukan
dan karena ingin cepat maka dari itu informan mengabaikan hal tersebut.
Hambatan lainnya yaitu minimnya sarana untuk mencuci tangan berupa wastafel.
Tabel 6
pengurangan resiko pasien jatuh sudah dilaksanakan sesuai dengan SOP yang
berlaku. Sosialisasi terkait pengurangan resiko pasien jatuh ini masih jarang
untuk pasien yang beresiko jatuh sudah lengkap berupa stiker kuning digelang
pasien, stiker kuning pada tempat tidur pasien, pintu ruangan pasien dan
melakukan penilaian resiko jatuh pada pasien distatus juga memasang set rail
tempat tidur. Tidak ada hambatan yang ditemukan namun informan menyatakan
akan menjadi hambatan apabila pasien tidak koperatif ataupun keluarga atau
pendamping pasien tidak koperatif dengan perawat di ruang rawat inap tersebut.
Pembahasan
dilakukan diseluruh bagian rumah sakit, termasuk salah satunya di ruang rawat
inap. Keselamatan pasien menjadi prioritas utama dalam layanan kesehatan dan
pengurangan resiko pasien jatuh. Sasaran-sasaran ini jugalah yang dipakai sebagai
hasil analisis tematik dapat diketahui bahwa ruang rawat inap RS USU sudah
memiliki SOP terkait identifikasi pasien, namun masih rendahnya kesadaran dan
identifikasi pasien namun masih terdapat perawat yang kurang cermat atau
berhati-hati saat bertemu dengan pasien dengan penurunan kesadaran, bayi, anak-
identifikasi pasien masih belum berjalam dengan baik terlihat dari data yang
diperoleh saat survei pendahuluan yaitu masih ditemukannya kasus KPC yaitu
pasien pada awal pemakaian gelang dilakukan dengan baik namun pemeriksaan
kembali gelang identitas saat melakukan tindakan dan pemberian obat pada pasien
masih jarang dilakukan. Perawat mengaku merasa ingat akan identitas pasien
(khususnya pasien yang sudah lama dirawat) dan hanya memeriksa nama ruangan
program keselamatan pasien adalah penting terhadap lima sasaran lainnya dalam
kejadian tidak diharapkan yang tentunya dapat merugikan pasien dan rumah sakit
itu sendiri. Elemen penilaian ketepatan identifikasi pasien adalah sebagai berikut.
pemeriksaan klinis
menanyakan nama pasien dengan nama lengkap dari pasien tersebut. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi kesalahan jika terdapat pasien yang memiliki nama
yang sama. Perawat juga seharusnya mengidentifikasi pasien dengan minimal dua
identitas pasien, seperti nama pasien, tanggal lahir, atau nomor rekam medis
pasien. Adapun SOP yang berlaku harus dilaksanakan dengan baik di lapangan.
harus secara rutin. Sosialisasi seharusnya secara rutin dilakukan kepada seluruh
oleh perawat. Dan juga bahwa prosedur yang sering terlewat oleh perawat saat
gelang identitas yang digunakan pasien. Hal ini dapat membuat pelaksanaan
identifikasi pasien dalam rangka keselamatan pasien di unit rawat inap Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Bekasi menyatakan bahwa perawat penting untuk
menerapkan patient safety, oleh karena itu penting untuk dilakukan kegiatan
kualitas pelayanan di ruang rawat inap. Oleh karena itu, tim keselamatan pasien
pasien, tetapi yang dilakukan perawat adalah hanya melihat nomor kamar pasien
untuk pasien yang sudah lama dirawat dengan alasan bahwa perawat sudah
Berdasarkan hasil analisis tematik diketahui metode yang digunakan oleh perawat
melaksankan serah terima ke pasien. Pelatihan terkait metode SBAR juga sudah
pelaksanaan komunikasi antara dokter dan perawat masih terkendala dari segi
waktu, sehingga perawat tidak terlalu leluasa untuk bertanya mengenai perintah
meluas. Hambatan lainnya yaitu masih terdapat perawat yang lupa melaksanakan
read back sehingga perawat tidak bisa melaksanakan tugasnya dengan baik karena
pasien bahwa komunikasi yang efektif merupakan kunci bagi perawat untuk
kelengkapan transfer informasi dan kepuasan pasien yang mengalami patah tulang
pinggul, hal ini sesuai dengan sasaran keselamatan pasien yaitu kepastian tepat
lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi. Komunikasi SBAR dapat
keselamatan pasien akibat tindakan yang dilakukan oleh dokter junior, hal ini
Penggunaan komunikasi yang tepat dengan read back telah menjadi salah
satu sasaran dari program patient safety yaitu peningkatan komunikasi yang
perawat dan dokter sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas dan baik dan
rehabilitasi. Alat SBAR telah digunakan oleh mayoritas anggota tim dan telah
sesuai diintegrasikan ke dalam komunikasi setiap hari. Hal ini terus digunakan
secara terusmenerus untuk keperluan mendesak dan tidak mendesak pada situasi
dan dokter. Tujuan komunikasi SBAR yaitu dokter lebih memperhatikan karena
persepsi komunikasi yang efektif dan kolaborasi dengan perawat. Perawat yang
lebih baik dan lebih siap untuk memanggil dokter setelah pengenalan SBAR,
menatasi masalah dokumentasi yang lengkap dan kendala waktu. Teknik SBAR
merupakan metode pendidikan yang efektif untuk bermain peran perawat dan
dapat digunakan sebagai alat untuk membangun komunikasi yang efektif antara
profesional kesehatan.
simulasi dan retensi pada sesi tindak lanjut. Format ini adalah layak digunakan
sebagai pelatihan metode dan diterima dengan baik oleh dokter. Penelitian di
masa depan akan berguna dalam memeriksa penerapan umum model SBAR untuk
dapat meningkatkan komunikasi lewat telepon antara perawat dan dokter dengan
menggunakan metode SBAR yang sudah terstruktur dan akurat sehingga masalah
dapat dievaluasi dan dikomunikasikan dengan jelas dan baik dan dapat
Wardah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, hal ini menunjukan bahwa
operan jaga dan meningkatkan keselamatan pasien, sehingga ada dampak positif
motivasi dan psikomotor perawat hal ini dapat mempengaruhi kinerja perawat dan
komunikasi antara dokter dan perawat masih terkendala dari segi waktu, sehingga
perawat tidak terlalu leluasa untuk bertanya mengenai perintah yang diterima
Sehingga perawat tidak bisa melaksanakan tugasnya dengan baik karena kurang
diwaspadai di ruang rawat inap tersebut sudah lengkap dan memadai. Proses
penyimpanan obat-obatan dilakukan terpisah antara obat yang high alert dengan
diwaspadai tersebut.
pasien bahwa obat-obatan merupakan bagian dari rencana pengobatan pasien, oleh
terjadinya kesalahan atau kejadian sentinel, obat yang berisiko tinggi penyebab
dampak yang tidak diinginkan dan juga obat-obat NORUM merupakan obat-
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien harus diberi label
sosialisasi atau pelatihan dengan baik di unit asuhan pasien, apabila perawat
atau pada keadaan gawat darurat. Yang paling efektif dalam pengurangan
kebijakan atau prosedur guna menyusun daftar obat-obat yang perlu diwaspadai
dikhususkan oleh petunjuk dan praktek profesional, seperti di IGD atau kamar
operasi, serta memberi acuan cara pemberian label yang jelas serta bagaimana
melaksanakan hand hygiene dari segi penyediaan hand santitizer baik karena
terdapatnya hand rub disetiap pintu kamar pasien tapi hand washing tidak baik
karena masih terbatasnya wastafel di ruang rawat inap tersebut. Sosialisasi terkait
pelaksanaan hand hygiene masih jarang dilakukan di ruang rawat inap tersebut.
Pelaksanaan hand hygiene juga sudah sesuai dengan SOP yang berlaku
dengan five moment. Hambatan yaitu minimnya sarana untuk mencuci tangan
station (konter perawat) hanya ada di kamar pasien, dapur dan utilitas kotor hal ini
membuat sulit akses untuk mencuci tangan bagi pasien maupun pendatang atau
perawat akan pentingnya menjaga kesehatan tangan (hand hygiene) saat sebelum
dan sesudah melakukan atau memberikan tindakan kepada pasien. Terlihat dari
pernyataan informan yang menyatakan bahwa hal tersebut tidak terlalu perlu
untuk dilakukan dan karena ingin cepat maka dari itu informan mengabaikan hal
tersebut.
Hal ini sejalan dengan penelitian Nelia (2014) tentang kepatuhan standar
prosedur operasional hand hygiene pada perawat di ruang rawat inap Rumah
Sakit yang menyatakan bahwa salah satu langkah dari pihak rumah sakit untuk
rumah sakit dalam menerapkan prosedur hand hygiene dan sosialisasi dapat
terhadap sikap perawat dalam melakukan hand hygiene dan juga dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Hal ini sesuai dengan teori yang
Salah satu faktor yang dapat mencegah dan mengurangi resiko terjadinya
membersihkan tangan dengan sabun dan air (handwash) atau handrub berbasis
merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengendalian
infeksi. Hand hygiene adalah cara yang paling efektif untuk mencegah infeksi
nosokomial.
permukaan lingkungan.
Moments for Hand Hygiene, yang telah diidentifikasi sebagai waktu kritis ketika
kebersihan tangan harus dilakukan yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum
tindakan aseptik, setelah terpapar cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan
Dua dari lima momen untuk kebersihan tangan terjadi sebelum kontak.
untuk pasien. Tiga momen lainnya terjadi setelah kontak, hal ini ditujukan untuk
lingkungan pasien.
pengurangan resiko pasien jatuh sudah dilaksanakan sesuai dengan SOP yang
berlaku. Sosialisasi terkait pengurangan resiko pasien jatuh ini masih jarang
untuk pasien yang beresiko jatuh sudah lengkap berupa stiker kuning digelang
pasien, stiker kuning pada tempat tidur pasien, pintu ruangan pasien dan
melakukan penilaian resiko jatuh pada pasien distatus juga memasang set rail
tempat tidur. Tidak ada hambatan yang ditemukan namun informan menyatakan
akan menjadi hambatan apabila pasien tidak koperatif ataupun keluarga atau
pendamping pasien tidak koperatif dengan perawat di ruang rawat inap tersebut.
manajemen pasien dengan resiko jatuh di rumah sakit disebutkan bahwa dalam
manajemen resiko pasien jatuh yang terdiri dari SOP screening pasien resiko
jatuh, SOP pemasangan gelang identitas resiko jatuh, SOP edukasi kepada pasien
dan keluarga tentang resiko jatuh, SOP pengelolaan pasien resiko jatuh, SOP
manajemen resiko pasien jatuh juga melibatkan keluarga atau penunggu pasien,
tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah pasien terjatuh dalam bentuk
kegiatan edukasi kepada pasien dan atau keluarga tentang resiko pasien jatuh
Pasien yang dirawat di RS akan selalu memiliki resiko jatuh terkait dengan
kondisi dan penyakit yang diderita, contohnya pada pasien dengan kelemahan
fisik akibat dehidrasi, status nutrisi yang buruk, perubahan kimia darah
(hipoglikemi, hipokalemi); perubahan gaya berjalan pada pasien usia tua dengan
pasien bingung atau gelisah yang mencoba untuk turun atau melompati pagar
tempat tidur yang dipasang; pada pasien dengan diare atau inkontinensia.
Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi pasien jatuh, contohnya lantai
kamar mandi yang licin, tempat tidur yang terlalu tinggi, pencahayaan yang
kurang.
Sedangkan dampak dari insiden jatuh yang dialami pasien secara fisik
waktu rawat dan tambahan biaya pemeriksaan penunjang (CT Scan kepala,
rontgen, dll) yang seharusnya tidak perlu dilakukan, dan dari segi hukum berisiko
untuk timbulnya tuntutan hukum bagi rumah sakit. Meskipun demikian, resiko
jatuh dapat dicegah dan banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah pasien
Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat diprediksi resiko jatuh
seseorang, dan dilakukan tindakan pencegahan yang sesuai. Oleh karena itu,
jatuh, merupakan langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh
dan cidera pada pasien yang dirawat. Resiko jatuh dapat dicegah, namun
mencegah resiko jatuh bukan berarti pasien harus membatasi mobilitas dan
terhadap faktor resiko jatuh pasien. Dalam upaya mengurangi resiko pasien cedera
karna jatuh kita perlu memperhatikan beberapa hal seperti usia, riwayat jatuh,
harus memperhatikan usia karena resiko jatuh orang yang lanjut usia misal 65
tahun akan lebih tinggi dibanding pada usia dewasa, biasanya semakin bertambah
tua usia seseorang tingkat penglihatannya akan menurun, penurunan ini pun harus
pasien yaitu pengurangan resiko pasien jatuh memerlukan komitmen yang tinggi
dari pimpinan dan seluruh staf. Rumah sakit harus memiliki budaya aman agar
setiap orang sadar dan memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan pasien
dimana pasien berada, baik area klinis/perawatan maupun area non klinis
(contohnya: area parkir, ruang tunggu, koridor RS, ruang administrasi, dll).
bantu jalan, kebiasaan berjalan, kebiasaan berkemih, penyakit dan obat yang
dikonsumsi, dan lain - lain. Penilaian terhadap resiko jatuh diharapkan dapat
jatuh. Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat diprediksi resiko jatuh
Dalam mencapai sasaran tersebut, maka pada umumnya rumah sakit diharapkan
untuk:
misalnya jika terjadi perubahan kondisi, atau mendapatkan obat yang bisa
2. Pada pasien yang diidentifikasi memiliki risiko jatuh, maka dinilai apakah
perlu dilakukan intervensi atau tidak, jika seandainya perlu, maka ada
prosedur untuk hal tersebut yang dikenal sebagai pencegahan jatuh pada
pasien.
pasien (patient safety goals) di ruang rawat inap RS USU dilihat dari lima tema
keselamatan pasien belum berjalan dengan baik. Dikatakan belum baik karena
terlihat masih ada petugas kesehatan yang kurang patuh terhadap SOP yang
yang dialami dan agar dapat untuk lebih diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang
sendiri tentu memiliki keterbatasan yang perlu terus diperbaiki dalam penelitian-
lain :
berbeda tiap responden, juga faktor lain seperti faktor kejujuran dalam
Kesimpulan
yang berlaku.
meluas.
pada pasien.
70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
71
Saran
Cintha, G. L., Mutiara, S., Antono, J., dan Sutopo, P. (2016). Analisis pelaksanaan
identifikasi pasien dalam rangka keselamatan pasien di unit rawat inap
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
4(4), 45-48.
Lambogia, A.; Rottie, J.; dan Karundeng, M. (2016). Hubungan Perilaku Dengan
Kemampuan Perawat dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient
Safety) di Ruang Akut Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. E-journal Keperawatan (e-Kep), 4(2), 4-7.
72
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
Stanley,M., & Beare, P.G. (2006). Buku ajar keperawatan gerontik. Jakarta: EGC.
I. Identitas Informan
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Tanggal Wawancara :
terjatuh
Informan Pernyataan
1 Itu yang dilaksanakan harus sesuai SOP. Contohnya semua pasien rawat inap
harus menggunakan gelang identitas yang sesuai dengan SOP kami.
Identifikasi dilakukan sebelum tindakan, pemberian terapi, dan dilakukan
untuk memastikan kesesuaian antara nama dan tanggal lahir serta nomor ruang
yang ada di gelang identitas harus sesuai form atau label. Kami harus selalu
melibatkan pasien atau keluarga pendamping pasien untuk menyebutkan nama
pasiennya dan tanggal lahirnya dengan jelas. Proses identifikasinya dengan dua
identitas dek yaitu nama dan tanggal lahir. Hambatan nya yaitu apabila kami
menghadapi pasien dengan penurunan kesadaran, bayi, anak-anak, pasien
dengan gangguan psikologi kami harus lebih cermat dan hati-hati dalam
mengidentifikasinya.
2 Pelaksanaan identifikasi pasien disini sudah sesuai SOP dek, langkah-
langkahnya menyebutkan nama tanggal lahir, biasanya dilakukan sebelum
pemberian obat, sebelum pemberian transfusi darah, sebelum pengambilan
sampel pemeriksaan laboratorium, dan sebelum dilakukan tindakan medis.
Hambatan yang dihadapi tidak ada sih paling hanya sering tidak dilakukan
pengecekan kembali gelang identitas pasiennya. Disini sosialisasi berkala dek
dilaksanakannya.
3 Sudah dilaksanakan sesuai SOP , identifikasi pasien dilakukan dengan
menanyakan nama dan tanggal lahir pasien disesuaikan dengan warna gelang
yang akan digunakan. Tidak ada yang menurut saya dikatakan hambatan.
Sosialisasi sering dek dilakukan.
4 Pelaksanaan identifikasi pasien di bagian rawat inap ini sudah terlaksana
dengan baik dan sesuai SOP. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
memakaikan gelang sebagai identitas pasien rawat inap, saat melakukan
tindakan keperawatan perawat bertanya nama dan tanggal lahir pasien. Pasien
dipakaikan gelang sebagai identitas saat akan melakukan tindakan keperawatan
dan tidak ada hambatan yang dialami karena udah pada hapal sih cara-cara
mengidentifikasinya pasien dapat dikenali lewat ruangannya saja. Oh iya kalo
soal sosialisasi sebenarnya sosialisasi sih udah sering dek tapi ya gitu kami
perawat udah pada tau sih dek biasanya tentang keselamatan pasien ini. Kayak
pelatihan dan training kepada perawat sudah sering dilaksanakan dek. Tapi
kadang udah dilakukan training pun tetap banyak perawat yang kurang tanggap
dek kayak misalnya merasa udah hapal dan merasa engga perlu mengecek
kembali identitas pasiennya dek. Mungkin perlu dibuat training yang lebih
mendalam lagi agar mereka paham dek.
5 Pelaksanaannya menurut saya sih sudah berjalan dengan baik karena udah
sesuai SOP juga . Seperti biasa yang kami lakukan adalah menanyakan nama
dan tanggal lahir pasien kemudian dipakaikan gelang yang sesuaidengan
identitas pasien tersebut. Kendala yaa, sebagian besar gada hambatan sih dek
paling yang menjadi kendala itu cuma memang masih kurang penjelasan ke
pasien aja dek. Pemasangan pertama gelang identitas biasanya kami
laksanakan dengan baik dek cuma pengecekan kembali gelang saat kami
memasuki ruangan masih kurang sih dek. Apalagi kalo udh pasien lama udh
hapal gitu kami namanya dek ga perlu dicek lagi sih kalo itu dek
6 Sejauh ini untuk pelaksanaan identifikasi pasien berjalan dengan baik karena
kami melaksanakannya sesuai SOP dan sudah diadakan sosialisasi terkait
identifikasi pasien tersebut. biasanya perawat akan mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri kepada pasien lalu bertanya nama serta tanggal lahir
pasien dan disesuaikan dengan pemakaian gelang identitas. Hambatannya
tidak ada sih dek paling Cuma kami jarang memeriksa kembali gelang-
gelangnya jika sudah dilkukan identifikasi yang pertama.
7 Pelaksanaan identifikasi pasien disini sesuai SOP. Langkah-langkah yang
dilakukan adalah menanyakan nama dan tanggal lahir sambil memasangkan
gelang identitas yang sesuai. Sosialisasi sudah sering dilaksanakan.
8 Sudah sesuai SOP dek, biasanya kami menanyakan nama dan tanggal lahir.
Hambatan tidak ada dek yang menyebabkan kecelakaan. Sosialisasi selalu ada
dek sepertinya diadakan secara berkala sih dek.
Tabel 2
Informan Pernyataan
1 Dilaksanakan secara lisan dan tulisan dek, dan sudah dilaksanakan dengan
baik. Sudah ada SOP yang berlaku jadi dijalankan sesuai SOP dan metode
yang kami pakai adalah SBAR dek dan soal sosialisasi dan pelatihan terkait
pemakaian metode itu sudah pernah dilakukan. Dalam proses transfer pasien
biasanya ada form transfer pasien yang digunakan. Hambatannya selalu
dimasalah waktu sih dek karena terburu-buru terkadang informasi yang
diterima agak kurang jelas.
2 Pelaksanaan komunikasi disini berjalan dengan baik sih dek, biasanya
dilakukan secara lisan dan tulisan. Sesuai SOP juga kami melaksanakannya
dan sering diadakan pelatihan terkait hal itu. Sistem komunikasi disini itu tulis,
baca kembali dan konfirmasi ulang dek biasanya kalua proses transfer pasien
dilaksanakan secara verbal. Hambatan sih menurut saya tidak ada dek.
3 Sudah dilaksanakan sesuai SOP yang berlaku, biasanya komunikasinya secara
lisan dan tulisan. Sosialisasi atau pelatihan sering dek dilakukan. Dan untuk
sistem komunikasi yang kami gunakan adalah metode SBAR dek. Untuk
hambatan biasanya sih diwaktu dek dan tidak jadi masalah biasanya tidak
menyebabkan kecelakaan.
4 Biasanya komunikasi yang terjadi disini pastinya lisan, hanya kalau untuk
status dan laporan pasti secara tertulis. Kalau proses transfer atau serah terima
pasien, misalnya dari ruang rawat inap ke kamar bedah, ahli anastesi harus
memberitahu terlebih dahulu bagaimana kondisi pasien secara umum,
kemudian apa kesulitan yang dimilki pasien. Lalu, disertai dengan perawat
yang memberikan laporan perawatan, resep obat yang sudah diterima pasien,
dan cairan yang dibutuhkan pasien. Kalau dari sistem komunikasi antara
dokter dan perawat, disini menggunakan sistem SBAR dek dan dan perawat
biasanya udah pada paham sama metode itu sih dek.
5 Pelaksanaan komunikasi disini menurut saya sih sudah berjalan dengan baik
karena udah sesuai SOP juga . Seperti biasa yang kami lakukan adalah
melaporkan kondisi pasien kepada dokter dengan teknik SBAR baik via
telepon/w.a (jika dokter tidak sedang di rumah sakit) kemudian percakapan
ditulis di formyang disediakan dan distempel readback kemudian saat dokter
visite (memeriksa pasien) harus dikonfirmasi dan ditandatangani sebagai bukti
sudah sesuai yang dilakukan. Kendala ya dek hmmm kendala atau hambatan
sama kan ya dek. Hambatannya yak karena terkadang karena berlomba dengan
waktu, dan terburu-buru. Komunikasi tidak terjadi dua arah jadinya dek.
Hanya sebatas membaca ga sempat tanya jawab dan tidak sempat juga nanya
hal yang misalnya kurang paham. Kalo ada hal-hal penting ajalah baru dikasih
tau secara lisan. Ya harapannya sih rutin diadakan penilaian dan sosialiasi
supaya tercapai komunikasi dua arah. Jadi kalo ada yang gak ngerti bisa
ditanyain. Terus yang jadi hambatan juga itu dek beberapa perawat kadang
kurang tanggap dalam pelaksanaan read back, suka lupa ngasih stempel read
back di rekam medis pasien. Setelah meghubungi DPJP, langsung dikerjain aja
perintahnya akibatnya lupa ngestempel rekam medisnya.
6 Sampai saat ini pelaksanaan komunikasi disini berjalan dengan baik. Proses
transfer pasien dilakukan dengan cara lisan dan tulisan menggunakan form
transfer pasien dengan teknik SBAR dan untuk training-training atau pelatihan
mengenai SBAR sering ada sih dek juga banyak sosialisasi mengenai hal itu.
Dan rata- rata perawat disini sudah paham kok dek mengenai metode tersebut.
Tapi kurang rutin sih diadakan evaluasi atau penilaian mengenai hal itu dek.
Nah yang jadi hambatan juga adalah seringnya terjadi miss komunikasi antara
mahasiswa keperawatan/ co-ass dengan perawat yang bertugas karena terburu-
buru menyampaikan informasi.
7 Pelaksanaan komunikasi disini sesuai SOP berjalan dengan baik dua arah baik
secara lisan maupun tulisan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah tulis,
baca kembali dan juga konfirmasi ulang terkait hal tersebut terhadap dokter
yang menangani. Pelatihan juga sudah sering dilaksanakan.
8 Sudah berjalan dengan baik sesuai SOP dek, biasanya tulis, baca kembali
kemudian konfirmasi ulang. Hambatan tidak ada dek yang menyebabkan
kecelakaan hanya terjadi miss komunikasi dan tidak menyebabkan masalah
yang berarti. Pelatihan diadakan diadakan secara berkala sih dek dan disini
menggunakan metode SBAR.
Tabel 3
Informan Pernyataan
1 Penyimpanannya difarmasi dan terpisah antara yang berbahaya dan tidak terlalu
berbahaya. Sudah ada peraturan yang berlaku juga mengenai cara
penyimpanannya dan itu sudah sesuai dek. Hambatannya sih enggak ada ya dek
soalnya kan sudah ada petugas farmasi yang tahu betul mengenai
penyimpanannya. Sarana penyimpanan obat disini juga sudah bagus dek sudah
terpisah –pisah gitu obatannya.
2 Untuk obat-obatan yang diberikan kepada pasien kami bekerjasama dengan
petugas farmasi dan ruang penyimpanannya sudah baik yang berbahaya
biasanya disimpan terpisah dek dan hanya petugas farmasi yang bisa masuk jika
berbahaya namun kalo yang biasanya dapat diakses oleh perawat pada
umumnya. Obat yang persentasinya tinggi penyebab terjadinya kesalahan atau
kejadian sentinel, obat yang berisiko tinggi penyebab dampak yang tidak
diinginkan dan juga obat-obat NORUM merupakan obat-obatan yang perlu
diwaspadai. Kalo tentang hal itu kami sudah paham dek. Sarana lengkap dek
dan sudah sesuai SOP juga.
3 Sarana atau fasilitas sih pasti berupa tempat penyimpanannya kan dek. Tempat
penyimpanan obat disini sudah baik dek udah terpisah antara yang berbahaya
dan tidak berbahaya.Juga obat-obat yang tersedia juga lengkap sehingga jika
sewaktu-waktu pasien membutuhkan obat segera kami engga kelabakan karena
ya emang lengkap kalo soal obat-obatan disini dek. Cara penyimpanannya juga
sudah dilaksanakan sesuai SOP yang berlaku, biasanya terpisah antara obat
yang berbahaya dan kurang berbahaya. Untuk hambatan sampai saat ini belum
ada kasus karena kesalahan penyimpanan obat sih dek.
4 Penyimpanannya sudah bagus difarmasi dan terpisah antara yang berbahaya dan
tidak terlalu berbahaya. Sudah ada peraturan yang berlaku juga mengenai cara
penyimpanannya dan itu sudah sesuai dek. Hambatannya sih enggak ada ya dek
soalnya kan sudah ada petugas farmasi yang tahu betul mengenai
penyimpanannya. Sarana penyimpanan obat disini juga sudah bagus dek sudah
terpisah –pisah gitu obatannya.
5 Mengenai penyimpanan obat-obatan yang perlu diwaspadai disini sudah
dilakukan dengan baik dek. Ya karena sudah ada petugas farmasi juga yang
menangani hal tersebut kami tinggal bekerja sama aja dengan mereka kalua
sewaktu-waktu butuh obat.
6 Setau saya penyimpanan obat disini sudah baik dek sudah terpisah-pisah juga
sih. Sudah sesuai SOP juga sarana penyimpanannya juga lengkap. Kalo
sosialisasi mengenai obat-obatan berbahaya juga ada dilakukan dek kan
berkaitan dengan sosialisasi keselamatan pasien.
7 Keamanan obat-obatan disini bisa dibilang sudah bagus sih dek soalnya sudah
dipiah semua dan sudah sesuai dengan SOP cara penyimpanannya.
8 Sudah disimpan dengan baik obat-obatannya. kami bekerja sama dengan
farmasi sih dek kalua soal obat-obatan ini. Setau saya penyimpanannya sudah
sesuai standard an sudah terpisah antara obat berbahaya dan tidak berbahaya.
Hambatan tidak ada dek soalnya belum ada terjadi masalah salah penyimpanan
obat berbahaya disini.
Tabel 4
Informan Pernyataan
1 Pelaksanaannya baik dek menggunakan hand rub dan juga air mengalir. Hand
rub juga terdapat disetiap pintu dan didekat temoat tidur pasien, sabun cuci
tangan dan tissue juga tersedia. Pelatihan mengenai hand hygiene ini juga
pernah dilakukan dan untuk hambatan menurut saya tidak ada dek.
2 Kami habis tindakan kayak pengambilan sampel selalu menggunakan hand
rub. Kalo disini sarana cuci tangan ya ngandalkan hand sanitizer berupa hand
rub disetiap pintu, tapi wastafel masih terbatas di ruangan dan nurse station
hanya ada di kamar pasien, dapur dan utilitas kotor. Dan untuk sosialisasi
mungkin jarang tapi sudah tersedia dek poster-poster cara cuci tangan yang
benar juga kan dek disini.
3 Secara keseluruhan ya baik dek soal hand hygiene ini sudah tau prosedurnya
juga para perawat disini dengan five moment dek biasanya. Terus untuk hand
rub sudah tersedia disetiap pintu kamar pasien sebelum ataupun sesudah
tindakan kami juga langsung menggunakan hand rub ini dek. Sosialisasi itu
dek masih jarang dilakukan mengenai hal ini.
4 Tentang hand hygene disini sudah baim dek. Kalau hambatan ya dek. Bentar
saya jelasin dulu ya disini ada tersedia hand sanitizer, kalau wastafel terbatas.
Saya pribadi sih memang jarang makenya. Karena terkadang merasa tindakan
itu tidak terlalu perlu. Disamping itu juga karena mau cepat, jadinya lupa,
makanya yaudah langsung aja. Itu aja sih. Nah balik lagi soal hambatan, ya itu
tadi ketersediaan sarananya masih minim dek.
5 Setiap pengambilan sampel , petugas selalu menggunakan handschoon, tapi
sebelum nya petugas harus cuci tangan terlebih dahulu. Biasanya handscoon
disini tidak sekali pakai tapi biasanya setelah 2 atau 3 kali pakai baru diganti,
karena di masing-masing ruangan tersedia cairan antiseptik untuk
membersihkan handschoon, jadi harus tetap steril. Pokoknya semuanya harus
bersih. Kalo disini sarana cuci tangan ya ngandalkan hand sanitizer, karna
wastafel masih jarang sekali. Soal hambatan, ya ketersediaan sarananya masih
minim dek. Kalo soal peraturan SOP gitu ya jelas ada disini dek.
6 Hand santitizer baik tapi hand washing tidak baik dek soalnya wastafel masih
minim dek beda dengan hand sanitizer yang emang sudah tersedia disetiap
pintu kamar pasien dek. Setau saya hand hygiene itu dua sebelum dan tiga
sesudah dek five moment sudah paham betul kami itu dek.
7 Sudah dilaksanakan dengan baik dengan five moment dek. Sosialisasi atau
pelatihan lah itu kan dek masih jarang sih dek soalnya kan udah pada tau sih
biasanya perawatnya. Tapi menurut saya memang perlu di lakukan rapat untuk
1 kali dalam 1 semester agar bisa lebih di sosialisasikan oleh pimpinan rumah
sakit untuk selalu melakukan cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.
Kalau bisa dibuat strukturnya atau platformnya di rumah sakit. Karena kan
mungkin kita sudah pada lupa. Mungkin karena sudah lama juga. Harapannya
ya kalo bisa ditingkatkan lah pelatihan dan sosialisasi tentang cuci tangan ini,
dan sarananya diperhatikan ditingkatkan jumlahnya
8 Sudah dilaksanakan dengan baik dan sarana juga sudah dapat dikatakan
memadai walaupun wastafel masi terbatas. Biasanya kami melaksanakannya
five moment sih dek. Sosialisasi terkait hand hygiene aja sih masih jarang
biasanya digabung aja dengan sosialisasi keselamatan pasien dek.
Tabel 5
Informan Pernyataan
1 Dilakukan sesuai SOP dengan langkah-langkah pemberian stiker/ gelang/pita
kuning. Kunci tempat tidur naikkan side rail dan edukasi keluarga letak bell
didekatkan dan juga alat-alat yang diperlukan didampingi jika pasien ingin ke
kamar mandi serta dilakukan assessment ulang sesuai SOP. Sering diadakan
juga sih dek mengenai pelatihan pengurangan resiko jatuh ini.
2 Kami biasanya mamakaikan pita kuning memasang set rail tempat tidur.
Pokoknya sudah dilaksanakan sesuai SOP dek dan tidak ada hambatan
mengenai hal ini dek.
3 Pelaksanaanya sudah baik dek. Kalau SOP yang mengatur tentang pengurangan
resiko pasien jatuh khususnya untuk pasien rawat inap, ada dek dan emang
diatur disitu semua. Dan selama ini pelaksanaan sasaran yag itu udah baik dek
dan belum pernah terjadi kasus pasien jatuh sih karena dilakukan dengan baik
sampe sekarang dek.
4 Pelaksanaannya sudah sesuai SOP dek dan emang sudah paham kami cara
penanganannya. Kami masih jarang mendapat sosialiasi tentang ini sih dek ada
beberapa perawat yang mungkin sudah mendapatkan sosialisasi tapi saya
pribadi belum mendapat sosialisasi mengenai pengurangan resiko jatuh ini dek.
5 Pelaksanaannya baik sesuai SOP. Biasanya kami akan memberikan stiker
kuning digelang pasien, stiker kuning pada tempat tidur pasien, pintu ruangan
pasien dan melakukan penilaian resiko jatuh pada pasien distatus. saya belum
pernah mengikuti pelatihan atau sosialisasi terkait pengurangan resiko pasien
jatuh ini.
6 Pelaksanaanya menurut saya sih sudah dilaksanakan dengan baik dan sesuai
dengan prosedur yang berlaku disini. Pelatihan saya belum mendapat pelatihan
khusus seperti itu sih dek. Hambatan yang ada biasanya jika pasien tidak
koperatif ataupun keluarga atau pendamping pasien tidak koperatif dengan
perawat.
7 Sudah dilaksanakan dengan baik dengan SOP yang berlaku juga cara
penanganannya. Kami menggunakan stiker kuning digelang identitas kemudian
menempel segitiga kuning pasien di pintu dan tempat tidur pasien. Kalau
pelatihan khusus belum pernah. Menurut saya sih hambatan tidak ada dek.
8 Sudah dilaksanakan dengan baik dan sesuai SOP yang berlaku. Diberikan
gelang kuning pada pasien dan dilakukan lagi penilaian resiko jatuh dan
diedukasi keluarganya. Pelatihan khusus mengenai pengurangan resiko jatuh ini
belum pernah tapi kalau pelatihan keselamatan pasien sering dilakukan.
Gambar 3. Fasilitas Hand Sanitizer pada Pintu Kamar Ruang Rawat Inap