Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL APLIKASI UNIT HOMECARE ASOKA ONLINE

DI WILAYAH CIMACAN CIANJUR

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah homecare

Disusun Oleh :
Kelompok III
Ahmad Heriyawan NIM.
Akbar NIM.
Angga Nugraha NIM.
Dede Puri NIM.
Didit Kurniawan NIM.
M. Adji NIM.
Maya Lasmayanti NIM.
Neng Ulfi Fauziah NIM.
Restu Resdian NIM.
Salman Firmansyah NIM.
Siti NIM.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS
CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Ilahi Robbi atas rahmat dan hidayah-
Nya, serta sholawat dan salam semoga terlimpah kepada utusan Illahi Robbi nabi
Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal
homecare yang berjudul “Proposal Aplikasi Unit Homecare Asoka Online di
Wilayah Cimacan Cianjur ”. proposal ini diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan program pendidikan ners tahap profesi keperawatan.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan-
kekurangan dan keterbatasan didalam peyusunan maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak guna perbaikan
dalam penulisan di masa yang akan datang.
Demikian penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya, mudah-mudahan proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Cimahi, 18 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................v


DAFTAR ISI .....................................................................................................vi
BAB 1 : PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................1
B. Tujuan Umum ..............................................................................3
C. Tujuan Khusus .............................................................................3
BAB II : TINJAUAN TEORITIS .....................................................................5
A. Konsep Homecare.........................................................................5
B. Konsep Sectio Caesarea..............................................................11
C. Teori Keperawatan Yang Mendukung ........................................12
BAB III : RENCANA APLIKASI ONLINE ....................................................15
A. Metode Rencana Aplikasi Homecare Online..............................12
B. VISI dan MISI Pelayanan Homecare Asoka..............................15
C. Skema Manajemen Kasus ..........................................................17
BAB IV : PENUTUP ........................................................................................20
A. Kesimpulan ................................................................................29
B. Saran ..........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................30
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pandemi Covid-19 mengakselerasi adopsi teknologi di masyarakat.
Untuk menghindari dan mengurangi penularan, berbagai aktivitas fisik
menjadi terbatas dan digantikan dengan aktivitas di ruang siber baik untuk
bekerja, bersekolah, bersosialisasi, bahkan bidang pelayanan kesehatan.
Dalam era pandemi ini, organisasi dipaksa untuk segera berbenah dan
melakukan inovasi untuk memberikan layanan digital yang lebih baik kepada
masyarakat terutama layanan kesehatan berdasarkan program making
indonesia 4.0.
Perubahan generasi telah menyebabkan saat ini Indonesia didominasi
generasi melek teknologi. Kecepatan respon dari generasi muda dalam
memanfaatkan berbagai kemajuan dan kecanggihan di era digital ini, harus
dapat dimanfaatkan pada sektor kesehatan dalam menjawab tantangan
kesehatan. Survei APJII terbaru pada Oktober 2016 melaporkan bahwa 132,7
juta atau 51,8% persen dari penduduk Indonesia sudah terhubung ke internet.
Kemajuan teknologi ini tentu membawa kesempatan dan dapat menjadi
kekuatan untuk mendukung program digital health sebagai ujung tombak
program kesehatan di Indonesia salah satunya yaitu pelayanan homecare
berbasis online.
Pelayanan Kesehatan di Rumah (Home Care) adalah pelayanan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan
keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan dan meminimalkan akibat dari penyakit. Meningkatnya
penyakit yang membutuhkan perawatan dalam jangka panjang menjadi sesuai
bila dilakukan perawatan berbasis homecare salah satunya yaitu perawatan
luka post operasi Sectio Caesarea.
Berdasarkan data di Indonesia terjadi peningkatan angka section
caesrea disertai kejadian infeksi luka post sectio caesarea. Sekitar 90% dari
morbiditas pasca operasi disebabkan oleh infeksi luka operasi.
Dan untuk mempercepat pelayanan dan penyembuhan maka
dibutuhkan perawat yang sesuai dengan keahlian dengan beberapa
keunggulan-keunggulan yang dimiliki dengan jenis perawatan yang tepat.
Lingkungan rumah masih dirasakan tempat ternyaman dibandingkan di
Rumah Sakit. Tetapi akibat dari kurangnya informasi tentang home care,
masih banyak masyarakat yang pergi ke rumah sakit untuk melakukan
perawatan lanjutan. Meskipun masyarakat harus menempuh rumah sakit
terutama di Kabupaten Cianjur yang jaraknya sangat jauh serta banyaknya
antrian di Rumah Sakit. Padahal perawatan bisa dilakukan di rumah dengan
memanggil perawat kerumah dengan jasa home care. Oleh karena hal tersebut
kami tertarik akan membuat proposal home care untuk perawatan luka post
ops sectio caesarea.

B. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui konsep homecare pada kasus perawatan luka post
op sectio caesarea

C. TUJUAN KHUSUS
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penyusunan
proposal ini adalah :
1. Menjelaskan tentang konsep homecare
2. Menjelaskan tentang konsep perawatan luka sectio caesarea
3. Menjelaskan tentang konsep homecare pada pasien post op sectio
caesarea.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. HOME CARE
1. DEFINISI HOME CARE
Home care merupakan bagian atau lanjutan dari pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan
kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan
untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meniminalkan dampak penyakit
(PMK No. 9 Tahun 2014 tentang klinik).
Home care adalah suatu layanan perawatan pasien di rumah. Yang
membutuhkan perawatan di rumah baik pasien yang masih sehat sampai
yang sakit, pasien dengan berbagai kondisi jenis penyakit dengan berbagai
latar belakang yang melandasi keputusan untuk menggunakan jasa ini di
lingkungan keluarga. Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan antara
lain: pertimbangan ekonomi, kenyamanan pasien, dan kemudahan akses
bagi keluarga.

2. TUJUAN PERAWATAN DI RUMAH ( HOME CARE)


a. Tersedianya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di rumah klien
yang dapat di akses oleh masyarakat,
b. Terjaganya kesinambungan pelayanan pasca rawat inap di rumah sakit
sehingga klien dan keluarga dapat mandiri melaksanakan fungsi
kehidupan sehari-hari,
c. Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan
kualitas hidupnya,
d. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota
keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan,
e. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga, Membantu
klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan perawatan yang
diperlukan, rehabilitasi atau perawatan paliatif,
f. Biaya kesehatan akan lebih terkendali.
g. Tersedianya peluang kerja bagi tenaga kesehatan, khususnya perawat
untuk memberikan perawatan kesehatan di rumah terhadap individu
dalam konteks keluarga secara mandiri dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

3. JENIS PELAYANAN HOME CARE


Menurut (Halodoc, 2019) Ada banyak jenis pelayanan perawatan
home care yang bisa digunakan, beberapa diantaranya yaitu :
a. Layanan perawatan pasca operasi
b. Layanan perawatan luka
c. Layanan perawatan lansia
d. Layanan perawatan untuk pendamping
e. Layanan perawatan baby care

4. BEBERAPA KEUNTUNGAN YANG DIRASAKAN DENGAN


PELAYANAN HOME CARE
a. Home care merupakan satu cara dimana perawatan 24 jam dapat
diberikan secara focus pada satu klien, sedangkan dirumah sakit
perawatan terbagi pada beberapa pasien.
b. Home care memberi keyakinan akan mutu pelayanan keperawatan bagi
klien, dimana pelayanan keperawatan dapat diberikan secara
komprehensif (biopsikososiospiritual).
c. Home care menjaga privacy klien dan keluarga, dimana semua
tindakan yang berikan hanya keluarga dan tim kesehatan yang tahu.
d. Home care memberikan pelayanan keperawatan dengan biaya relatif
lebih rendah daripada biaya pelayanan kesehatan dirumah sakit. Home
care memberikan kemudahan kepada keluarga dan care giver dalam
memonitor kebiasaan klien seperti makan, minum, dan pola tidur
dimana berguna memahami perubahan pola dan perawatan klien.
e. Home care memberikan perasaan tenang dalam pikiran, dimana
keluarga dapat sambil melakukan kegiatan lain dengan tidak
meninggalkan klien.
f. Home care memberikan pelayanan yang lebih efisien dibandingkan
dengan pelayanan dirumah sakit, dimana pasien dengan komplikasi
dapat diberikan pelayanan sekaligus dalam home care.
g. Pelayanan home care lebih memastikan keberhasilan pendidikan
kesehatan yang diberikan, perawat dapat memberi penguatan atau
perbaikan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan keluarga.

5. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG PERKEMBANGAN


HOME CARE
a. Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien
lagi apabila dirawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien
kanker stadium akhir yang secara medis belum ada upaya yang dapat
dilakukan untuk mencapai kesembuhan.
b. Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada
kasus-kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang
relatif lama. Dengan demikian berdampak pada makin meningkatnya
kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah.
Misalnya pasien pasca stroke yang mengalami komplikasi kelumpuhan
dan memerlukan pelayanan rehabilitasi yang membutuhkan waktu
relatif lama.
c. Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, merasakan
bahwa perawatan klien yang sangat lama (lebih 1 minggu) tidak
menguntungkan bahkan menjadi beban bagi manajemen.
d. Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan
kesehatan membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak dapat
menikmati kehidupan secara optimal karena terikat dengan aturan-
aturan yang ditetapkan.
e. Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian
klien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, karena berada
dilingkungan yang dikenal oleh klien dan keluarga, sehingga dapat
mempercepat kesembuhan sedangkan bila di rumah sakit klien akan
merasa asing dan perlu adaptasi. (Depkes, 2002).

6. TAHAPAN PELAKSANAAN HOME CARE


a. Fase Persiapan
1) Format askep, meliputi format register, pengkajian, tindakan, rekap
alat/bahan yang terpakai, evaluasi dari perawat ataupun dari
pasien/keluarga.
2) Form informed consent, meliputi persetujuan tindakan dari pasien
dan keluarga, serta keikutsertaaan keluarga dalam perawatan.
b. Fase Implementasi
Hasil pengkajian awal sebagai referensi untuk merencanakan
kebutuhan klien selanjutnya dan dibuat kesepakatan dengan keluarga.
c. Fase Terminasi
Perawat menyelesaikan tindakan yg disepakati
d. Fase pasca kunjungan
Evaluasi pelayanan home care pada pasien/keluarga dengan
1) pertelepon
2) lewat email
3) Kunjungan

7. LANDASAN HUKUM HOME CARE


a. UU Nomor . 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
b. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
c. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
d. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
e. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik
perawat
f. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
g. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
Perkesmas
h. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal
perawat.
i. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
j. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta
k. Permenkes No. HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat.
l. SK Dirjen Pelayanan Medik Nomor HK.00.06.5.1.311 tanggal 25
Januari 2001 tentang Penerapan Pedoman Perawatan Kesehatan di
Rumah.

8. PENGORGANISASIAN HOME CARE


Penyelenggaraan praktik mandiri perawat terdiri dari 3 (tiga unsur)
yaitu Pengelola Pelayanan, Pelaksana Pelayanan, dan Klien.
a. Pengelola Pelayanan Praktik Mandiri Perawat
Adalah agensi atau unit yang bertanggung jawab terhadap
seluruh pengelolaan praktik mandiri perawat baik penyediaan tenaga,
sarana, dan peralatan serta mekanisme pelayanan sesuai standar yang
ditetapkan.
Pengelola dapat berkedudukan sebagai salah satu bagian dari
pelayanan kesehatan di rumah sakit/ klinik/ puskesmas, atau dapat pula
berkedudukan terpisah secara mandiri dalam bentuk balai atau pusat
pelayanan keperawatan.
b. Pelaksana Praktik Mandiri Perawat
Pelaksana praktik mandiri perawat adalah tenaga yang bertugas
menyediakan pelaksana pelayanan keperawatan terdiri dari tenaga
keperawatan professional dengan melibatkan tenaga-tenaga
professional lain dan tenaga non professional sesuai kebutuhan klien.
Pelaksana praktik mandiri perawat tersebut terdiri dari manajer
kasus dan pelaksana pelayanan.
Praktik mandiri perawat; home care dilakukankan berdasarkan
pada kesepakatan antara perawat dengan klien dan atau pasien dalam
upaya untuk peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemeliharaan kesehatan, kuratif, dan pemulihan kesehatan.
Dalam melaksanakan praktik mandiri perawat, perawat yang
telah memililki SIPP berwenang untuk :
1) Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan evaluasi keperawatan
2) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada huruf a
meliputi: intervensi/tritmen keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan dan konseling kesehatan
3) Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud
huruf a dan huruf b harus sesuai dengan standar asuhan
keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi
4) Melaksanakan intervensi keperawatan seperti yang tercantum
dalam lingkup praktik keperawatan
5) Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan atau nyawa
klien dan atau pasien, perawat dapat melakukan tindakan diluar
kewenangan.
6) Dalam keadaan luar biasa/bencana, perawat dapat melakukan
tindakan diluar kewenangan untuk membantu mengatasi keadaan
luar biasa atau bencana tersebut.
7) Perawat yang bertugas di daerah yang sulit terjangkau dapat
melakukan tindakan diluar kewenangannya sebagai perawat.
8) Praktik keperawatan dilakukan oleh perawat profesional (RN) dan
perawat vokasional (PN).
9) PN dalam melaksanakan tindakan keperawatan dibawah
pengawasan RN.
10) Perawat dapat mendelegasikan dan atau menyerahkan tugas kepada
perawat lain yang setara kompetensi dan pengalamannya.
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan
perawat yang tidak memiliki SIPP untuk melakukan praktik
keperawatan di sarana pelayanan kesehatan tersebut.
c. Klien
Adalah penerima pelayanan keperawatan dengan melibatkan
salah satu anggota keluarga sebagai penanggung jawab yang mewakili
klien. Apabila diperlukan keluarga dapat juga menunjuk seseorang
yang akan membantu aktifitas penyediaan pelayanan keperawatan
sesuai menjadi pengasuh (care-giver) yang melayani kebutuhan sehari-
hari dari klien.
Ketiga unsur seperti tersebut di atas, merupakan syarat minimal
yang harus ada dalam sistem praktik mandiri perawat. Ketiga unsur
tersebut berinteraksi secara proporsional dan saling mempengaruhi dalam
proses praktik keperawatan.
Apabila salah satu dari komponen tersebut tidak berfungsi secara
baik maka pelayanan yang diberikan sulit untuk memberikan hasil yang
optimal. Dalam sistem ini setiap komponen mempunyai hak dan kewajiban
masing-masing yang dapat diukur sehingga diharapkan tidak akan
merugikan salah satu pihak pun karena pelayanan yang diberikan dapat
dikendalikan oleh masing-masing pihak.

B. SECTIO CAESAREA
1. Definisi Sectio Caesarea(SC)
Sectio Caesarea (SC) adalah suatu cara untuk melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut.
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Sectio Caesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui
pembedahan dimana irisan dilakukan di perut untuk mengeluarkan seorang
bayi (Endang Purwoastuti and Siwi Walyani, 2014).
2. Klasifikasi Sectio Caesarea (SC)
a. Sectio Caesarea (SC) abdome atau SC transperitonealis
b. Sectio Caesarea (SC) vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahim, SC dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Sayatan yang memanjang
2) Sayatan yang melintang
3) Sayatan yang berbentuk huruf T
c. Sectio Caesarea (SC) klasik
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus
uteri kira – kira sepanjang 10 cm. Tetapi saat ini teknik ini jarang
dilakukan karena memiliki banyak kekurangan namun pada kasus
seperti operasi berulang yang memiliki banyak perlengketan organ cara
ini dapat dipertimbangkan.
d. Sectio Caesarea (SC) ismika
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada
segmen bawah rahim kira – kira sepanjang 10 cm (Nurarif & Kusuma,
2015).
3. Etiologi Sectio Caesarea (SC)
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Menurut Manuaba (2012), adapun penyebab sectio caesarea
yang berasal dari ibu yaitu ada sejarah kehamilan dan persalinan yang
buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada
primigravida, solutsio plasenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya). Selain itu
terdapat beberapa etiologi yang menjadi indikasi medis
dilaksanakannya seksio sesaria antara lain :CPD (Chepalo Pelvik
Disproportion), PEB (Pre-Eklamsi Berat), KPD (Ketuban Pecah Dini),
Faktor Hambatan Jalan Lahir.
b. Etiologi yang berasal dari janin
Gawat janin, mal presentasi, dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan
vakum atau forceps ekstraksi (Nurarif & Kusuma, 2015).
4. Komplikasi PostSectio Caesarea (Sc)
Komplikasi pada sectio caesarea menurut (Mochtar, 2013, hal. 87) adalah
saebagai berikut :
a. Infeksi Puerferal (nifas)
1) Ringan dengan kenaikan suhu hanya beberapa hari saja.
2) Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi
dan perut sedikit kembung.
3) Berat dengan peritonitis, sepsisdan illeus paralitik. Infeksi berat
sering kita jumpai pada partus terlantar, sebelum timbul
infeksinifas, telah terjadi infeksi intra partum karena ketuban pecah
terlalu lama.
b. Perdarahan karena :
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
2) Atonia uteri.
3) Perdarahan pada placental bed.
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.Kemungkinan ruptur uteri spontan pada
kehamilan mendatang.
5. Resiko Infeksi Pada Post Sectio Caesaria
Infeksi adalah invasi tubuh pathogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit.Risiko infeksi merupakan keadaan dimana
seorang individu berisiko terserang oleh agen patogenik dan oportunistik
(virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit lain) dari sumber-sumber
eksternal, sumber-sumber eksogen dan endogen(Potter & Perry, 2005).
6. Faktor Risiko Infeksi
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia(2017), faktor
risiko terjadinya infeksi adalah sebagai berikut :
a. Efek prosedur invasif
b. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.
c. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
Kerusakan integritas kulit, ketuban pecah lama, ketuban pecah
sebelum waktunya,
d. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder :
Penurunan hemoglobin, imununosupresi.
7. Faktor Penyebab Risiko Infeksi
Penyebab dari resiko infeksi pada ibu post sectio caesaria dalam
klasifikasi (NANDA, 2012) antara lain:
a. Prosedur invasive
b. Tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan pathogen
c. Trauma
d. Destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
e. Rupture membrane amnionik
f. Agen parmasetikal (misalnya imunosupresan)
g. Malnutrisi
h. Peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen
i. Imunosupresi
j. Imunitas yang tidak adekuat
k. Pertahanan sekunder tidak adekuat (Hb menurun, Leukopenia,
Penekanan respon inflamasi)
l. Pertahanan respon primer tidak adekuat (kulit tak utuh, trauma
jaringan, penurunan gerak silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi
Ph, perubahan peristaltik)
m. Penyakit kronis
8. Faktor Predisposisi/Faktor Pencetus
Beberapa faktor yang mencetuskan risiko infeksi pada pasien
menurut Potter & Perry (2005) adalah:
b. Agen
Agen itu penyebab infeksinya, yaitu mikroorganisme yang masuk bisa
karena agennya sendiri atau karena toksin yang dilepas.
c. Host
Host itu yang terinfeksi, jadi biarpun ada agen, kalau tidak ada yang
bisa dikenai, tidak ada infeksi.Host biasanya orang atau hewan yang
sesuai dengan kebutuhan agen untuk bisa bertahan hidup atau
berkembang biak.
d. Environment (lingkungan)
Environment itu lingkungan di sekitar agen dan host, seperti suhu,
kelembaban, sinar matahari, oksige dan sebagainya.Ada agen tertentu
yang hanya bisa bertahan atau menginfeksi pada keadaan lingkungan
yang tertentu juga.
9. Dampak risiko infeksi
Dampak apabila ibu nifas mengalami infeksi luka Post Sectio
Caesarea dan tidak segera ditangani akan mengakibatkan terjadinya
kerusakan pada jaringan epidermis maupun dermis, gangguan pada sistem
persyarafan, dan kerusakan jaringan seluler menurut (Hasanah and
Wardayanti, 2015)
10. Tanda dan gejala
Tanda dan Gejala yang lazim terjadi, pada infeksi menurut(Smeltzer,
2002) sebagai berikut :
a. Rubor
Rubor atau kemerahan merupakan hal yang pertama yang terlihat di
daerah yang mengalami peradangan.Saat reaksi peradangan timbul,
terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah
peradangan.Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi
local dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan
darah.Keadaan ini disebut hyperemia atau kongesti, menyebabkan
warna merah local karena peradangan akut.
b. Kalor
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan
akut.Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat.Sebab
darah yang memiliki suhu 37 derajat celcius disalurkan ke permukaan
tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada ke daerah
normal.
c. Dolor
Perubahan pH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat
merangsang ujung-ujung saraf.Pengeluaran zat seperti histamine atau
bioaktif lainnya dapat merangsang saraf.Rasa sakit disebabkan pula
oleh tekanan meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang.
d. Tumor
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar
ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke
jaringan-jaringan interstitial.
e. Functio Laesa
Merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal.Akan tetapi belum
diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan
yang meradang.

11. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Sectio Caesarea Dengan
Risiko Infeksi
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien
(Nursalam, 2011), Pengkajian merupakan tahap paling menentukan bagi
tahap berikutnya.
 Pengkajian Post SC
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
Pada ibu dengan kasus post SC keluhan utama yang timbul yaitu
nyeri pada luka operasi.
c. Riwayat persalinan sekarang
Pada pasien post SC kaji riwayat persalinan yang dialami
sekarang.
d. Riwayat menstruasi
Pada ibu, yang perlu ditanyakan adalah umur menarche, siklus
haid, lama haid, apakah ada keluhan saat haid, hari pertama haid
yang terakhir.
e. Riwayat perkawinan
Yang perlu ditanyakan adalah usia perkawinan, perkawinan
keberapa, usia pertama kali kawin.
f. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Untuk mendapatkan data kehamilan, persalinan dan nifas perlu
diketahui HPHT untuk menentukan tafsiran partus (TP), berapa
kali periksaan saat hamil, apakah sudah imunisasi TT, umur
kehamilan saat persalinan, berat badan anak saat lahir, jenis
kelamin anak, keadaan anak saat lahir.
g. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi
Tanyakan apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi, alat
kontrasepsi yang pernah digunakan, adakah keluhan saat
menggunakan alat kontrasepsi, pengetahuan tentang alat
kontrasepsi.
h. Pola kebutuhan sehari-hari
1) Bernafas, pada pasien dengan post SC tidak terjadi kesulitan
dalam menarik nafas maupun saat menghembuskan nafas.
2) Makan dan minum, pada pasien post SC tanyakan berapa kali
makan sehari dan berapa banyak minum dalam satu hari.
3) Eliminasi, pada psien post SC pasien belum melakukan BAB,
sedangkan BAK menggunakan dower kateter yang tertampung
di urine bag.
4) Istirahat dan tidur, pada pasien post SC terjadi gangguan pada
pola istirahat tidur dikarenakan adanya nyeri pasca
pembedahan.
5) Gerak dan aktifitas, pada pasien post SC terjadi gangguan
gerak dan aktifitas oleh karena pengaruh anastesi pasca
pembedahan.
6) Kebersihan diri, pada pasien post SC kebersihan diri dibantu
oleh perawat dikarenakan pasien belum bisa melakukannya
secara mandiri.
7) Berpakaian, pada pasien post SC biasanya mengganti pakaian
dibantu oleh perawat.
8) Rasa nyaman, pada pasien post SC akan mengalami
ketidaknyamanan yang dirasakan pasca melahirkan.
9) Konsep diri, pada pasien post SC seorang ibu, merasa senang
atau minder dengan kehadiran anaknya, ibu akan berusaha
untuk merawat anaknya.
10) Sosial, pada SC lebih banyak berinteraksi dengan perawat dan
tingkat ketergantungan ibu terhadap orang lain akan
meningkat.
11) Belajar, kaji tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan post
partum terutama untuk ibu dengan SC meliputi perawatan
luka, perawatan payudara, kebersihan vulva atau cara cebok
yang benar, nutrisi, KB, seksual serta hal-hal yang perlu
diperhatikan pasca pembedahan. Disamping itu perlu
ditanyakan tentang perawatan bayi diantaranya, memandikan
bayi, merawat tali pusat dan cara meneteki yang benar.
i. Data fokus pengkajian
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, dalam
pengkajian ibu post sectio caesarea dengan risiko infeksi data
fokus yang dikaji adalah mengkaji faktor penyebab mengapa
pasien berisiko terjadi infeksi. Menurut Tim Pokja SDKI (2016),
faktor yang dapat menyebabkan risiko infeksi adalah :
1) Efek prosedur invasif
2) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.
3) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
Kerusakan integritas kulit, ketuban pecah lama, ketuban pecah
sebelum waktunya,
4) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder :
Penurunan hemoglobin, imununosupresi.
j. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum ibu, suhu, tekanan darah, respirasi, nadi, berat
badan, tinggi badan, keadaan kulit.
2) Pemeriksaan kepala wajah:Konjuntiva dan sklera mata normal
atau tidak.
3) Pemeriksaan leher:Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid.
4) Pemeriksaan thorax : Ada tidaknya ronchi atau wheezing,
bunyi jantung.
5) Pemeriksaan buah dada:Bentuk simetris atau tidak, kebersihan,
pengeluaran (colostrum, ASI atau nanah), keadaan putting, ada
tidaknya tanda dimpling/retraksi.
6) Pemeriksaan abdomen:Tinggi fundus uteri, bising usus,
kontraksi, terdapat luka dan tanda-tanda infeksi disekitar luka
operasi.
7) Pemeriksaan ekstremitas atas: ada tidaknya oedema, suhu
akral, ekstremitas bawah: ada tidaknya oedema, suhu akral,
simetris atau tidak, pemeriksaan refleks.
8) Genetalia: Menggunakan dower kateter.
k. Data penunjang
Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan hemoglobin
(Hb), Hematokrit (HCT) dan sel darah putih (WBC).
l. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis yang
mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun
potensial. Tujuan dari diagnose keperawatan adalah untuk
mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga, komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016).
Diagnosa keperawatan yang terkait pada ibu post seksio sesaria
yaitu Risiko Infeksi menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Tabel 1
Diagnosa Keperawatan Risiko Infeksi pada ibu post sectio caesarea
Masalah keperawatan Faktor risiko Kondisi klinis terkait
Risiko Infeksi 1. Efek prosedur invasif 1. Ketuban pecah
Definisi : 2. Ketidakadekuatan sebelum waktunya
Berisiko mengalami pertahanan tubuh 2. Prosedur invasif
peningkatan terserang primer : (ketuban pecah 3. Peningkatan leukosit
organisme patogenik sebelum waktunya)
3. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
sekunder : penurunan
hemoglobin

Defisit Pengetahuan Faktor penyebab :


Definisi : 1. Keteratasan kognitif 1. Kondisi klinis yang
Ketidaan atau kurangnya
2. Gangguan fungsi baru dihadapi klien
informasi kognitif yang kognitif 2. Penyakit akut
berkaitan dengan topik
3. Kekeliruan 3. Penyakit kronis
tertentu mengikuti anjuran
4. Kurang terpapar
informasi
5. Kurang minat dalam
belajar
6. Kurang mampu
mengingat
7. Ketidaktahuan
menemukan sumber
informasi
(Sumber: Tim Pokja SDKI DPP PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia, 2017)

m. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dengan risiko infeksi menggunakan
pendekatan menurut(Nurarif dan Kusuma, 2015). Setelah
merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas
keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan,
serta mencegah masalah keperawatan ibu. Tahapan ini disebut
perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas,
diagnose keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan,
menetapkan kriteria evaluasi, serta merumuskan intervensi dan
aktivitas keperawatan.
Berikut ini adalah intervensi untuk pasien dengan masalah
keperawatan risiko infeksi :
Tabel 2
Intervensi Untuk Pasien Dengan Masalah Keperawatan Risiko Infeksi
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1 2 3
Risiko Infeksi 1. Immune status 1) Memonitor tanda dan
Definisi : 2. Knowledge : infection gejala infeksi sistemik dan
Berisiko mengalami control lokal
peningkatan terserang 3. Risk control 2) Memonitor kondisi luka
organisme patogenik atau insisi bedah
Adapun kriteria hasil yang 3) Memonitor kulit dan
diharapkan adalah sebagai membran mukosa terhadap
berikut : kemerahan, panas dan
1. Ibu bebas dari tanda- drainase
tanda gejala infeksi 4) Bersihkan lingkungan
2. Menunjukkan setelah dipakai pasien lain
kemampuan mencegah 5) Mencuci tangan sebelum
timbulnya infeksi dan sesudah melakukan
3. Jumlah leukosit dalam tindakan keperawatan
batas normal 6) Menggunakan baju atau
4. Ibu menunjukkan sarung tangan sebagi alat
perilaku hidup sehat pelindung
7) Tingkatkan intake nutrisi
8) Melakukan perawatan
luka pada area insisi
9) Mengajarkan pasien dan
keluarga tentang tanda dan
gejala infeksi
10) Mengajarkan pasien
menghindari infeksi
11) Mendelegasikan
pemberian antibiotic sesuai
resep.
Defisit Pengetahuan 1. Tingkat pengetahuan 1) Identifikasi kesiapan dan
Definisi : 2. Tingkat kepatuhan kemampuan menerima
Ketidaan atau kurangnya informasi
informasi kognitif yang Adapun kriteria hasil yang 2) Identifikasi indikasi dan
berkaitan dengan topik diharapkan adalah sebagai kontraindikasi mobilisasi
tertentu berikut : 3) Jadwalkan waktu
1. Perilaku sesuai anjuran pendidikan kesehatan
meningkat sesuai kesepakan pasien
2. Persepsi yang keliru dan keluarga
terhadap masalah menurun 4) Jelaskan prosedur,
3. Perilaku menjalankan tujuan, indikasi, dan
anjuran membaik kontraindikasi mobilisasi
serta dampak imobilisasi
5) Ajarkan cara
mengidentifikasi
kemampuan mobilisasi
6) demontrasikan cara
mobilisasi di tempat tidur
7) Demonstrasikan cara
melatih rentang gerak
8) anjurkan miring kanan
dan miring kiri

(Sumber: (Bulechek et al., Nursing Interventions Classification (NIC), 2016;


Moorhead et al., Nursing Outcomes Classification (NOC), 2016)

n. Implementasi Keperawatan
Menurut Kozier (2010) Implementasi keperawatan adalah sebuah
fase dimana perawat melaksanakan intervensi keperawatan yang
sudah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan terminologi NIC,
implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang digunakan
untuk melaksanaan intervensi.
o. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan menurut Kozier (2010) adalah fase kelima
atau terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa
evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program
berlangsung.Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas
pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif,
assesment, planing), Adapun komponen SOAP yaitu S (Subjektif)
dimana perawat menemui keluhan ibu yang masih dirasakan
setelah diakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data
yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara
langsung pada ibu dan yang dirasakan ibu setelah tindakan
keperawatan, A (Assesment) adalah interpretasi dari data subjektif
dan objektif untuk menentukan tindak lanjut dan penentuan
apakah implementasi akan dilanjutkan atau sudah terlaksana
dengan baik, P (Planing) adalah perencanaan keperawatan yang
akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari
rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya
(Achjar, 2010). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah
yang ibu hadapi yang telah di buat pada perencanaan tujuan dan
kriteria hasil.
Evaluasi yang diharapkan dapat dicapai pada pasien post
sectiocaesarea dengan risiko infeksi adalah sebagai berikut:
1) Ibu bebas dari tanda-tanda gejala infeksi
2) Menunjukkan kemampuan mencegah timbulnya infeksi
3) Jumlah leukosit dalam batas normal
4) Ibu menunjukkan perilaku hidup sehat.
5) Ibu dapat melaksanakan dan mengerti akan pentingnya
mobilisasi dini

C. TEORI PENDUKUNG
1. Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dan
umumnya terjadi secara teratur yang melibatkan regenerasi epitel dan
pembentukan parut jaringan ikat. Penyembuhan luka akan melibatkan
proses fisiologis. Sebenarnyasifat penyembuhan dari semua luka adalah
sama, hanya ada beberapa hal yang membedakan yaitu bergantung pada
lokasi, tingkat keparahan, dan luasnya luka. Fase penyembuhan luka
diawali dengan fase inflamasi. Fase ini dimulai dari adanya reaksi tubuh
terhadap luka dimulai dari beberapa menit setelah cedera dan berlangsung
selama beberapa hari.
Dalam fase ini terjadi proses hemostatis (pengontrolan perdarahan)
yaitu sesuai dengan perintah otak, tubuh akan mengirim suplai darah ke
area yang mengalami cedera, kemudian membentuk sel-sel epitel
(epitelialisasi) (Potter, 2011). Selama proses ini pembuluh darah yang
menyuplai darah ke area luka akan mengalami kontriksi dan trombosit
akan berkumpul di area luka untuk menghentikan proses perdarahan
dengan membentuk jaring-jaring benang fibrin (matriks fibrin) dari
matriks fibrin inilah yang nantinya akan menjadi kerangka perbaikan sel.
Kemudian jaringan yang rusak menyekresi histamin yang merangsang
vasodilatasi kapiler di area luka dan mengeluarkan serum dan sel darah
putih (Potter, 2011). Kedua komponen ini akan menyebabkan inflamasi
guna membunuh kuman penyakit yang mungkin ada saat luka terjadi.
Proses inflamasi ini tentunya akan menyebabkan tanda inflamasi berupa
kemerahan, bengkak, hangat, dan nyeri lokal (Potter, 2011).
2. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini merupakan gerakan sistematis yang dilakukan oleh
ibu pasca persalinan baik persalinan normal maupun persalinan dengan
tindakan operasi. mobilisasi dini pada ibu post sectio caesaria dilakukan
secara bertahap mulai 6 jam pasca persalinan. Gerakan-gerakan dalam
mobilisasi dini tersebut dapat membantu pemulihan ibu pasca persalinan.
Ambulasi dini dapat membantu pasien dalam menghindari morbiditas dan
meningkatkan pemulihan awal pasien (Dube, 2014). Mobilisasi dini adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka pasca bedah serta
dapat mengurangi resiko komplikasi. Mobilisasi dni sangat penting dalam
percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring
lama seperti kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi
(Mubarak, 2008; Ditya, 2016) karena mobilisasi dini dapat meningkatkan
kelancaran peredaran darah sehingga nutrisi yang dbutuhkan luka
terpenuhi dan mempercepat kesembuhan luka.
Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi
fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian
(Carpenito, 2010). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini
adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan
cara membimbing penderitauntuk mempertahankan fungsi fisiologis
(Hamilton, 2012). Menurut Manuaba (2012), manfaat mobilisasi dini bagi
ibu post operasi adalah mampu memperlancar pengeluaran lokia dan
mengurangi infeksi puerperium, mempercepat involusi alat kandungan,
memperlancar fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan,
meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga nutrisi yang
dibutuhkan lukaterpenuhi dan mempercepat kesembuhan luka,
mempercepat fungsi pengeluaran ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
Sedangkan kerugian jika tidak melakukanmobilisasi dini terutama bagi ibu
post operasi adalah terjadinya peningkatan suhu tubuh, perdarahan yang
abnormal dan involusi uterus yang tidak baik.
BAB III
RENCANA APLIKASI ONLINE
A. METODE RENCANA APLIKASI HOMECARE ONLINE
1. Marketing
a. Membuat Website / Aplikasi dan contact person yang dapat diakses
oleh konsumen yang membutuhkan jasa homecare sesuai kebutuhan
dan ruang lingkup pelayanan homecare diantaranya : Layanan
perawatan pasca operasi, Layanan perawatan luka, Layanan perawatan
lansia, Layanan perawatan untuk pendamping, dan Layanan perawatan
baby care.
b. Membuat iklan di sosial media mengenai praktik jasa homecare secara
masif
c. Memuat informasi spesifikasi perawat / care giver diantaranya
pendidikan, surat ijin praktik keperawatan, pengalaman kerja, dan
sertifikasi pelatihan yang menunjang pelayanan homecare yang dapat
di akses oleh konsumen.
d. Menyiapkan mapping perawat / care giver di seluruh wilayah
kabupaten cianjur dengan basis GPS sehingga memudahkan konsumen
untuk mengetahui posisi perawat.
2. Alur Pelayanan

Informasi Tim
Manajer
konsumen Pengkajian :
Pelayanan :
membutuhkan Pengelolaan
Verifikasi lokasi
jasa homecare masalah klien
dan kontrak
dan identifikasi
waktu via WA
jenis pelayanan
KLIEN homecare

Manajer Tim Kasus :


Pelayanan : Tim Kelola Pengelolaan
Melakukan Kasus : kasus klien dan
koordinasi dengam Melakukan persiapan
tim kelola kasus kunjungan dan perawat untuk
dan klien untuk kelolaan kasus berkunjung
rencana perawatan klien dan sesuai cek poin
lanjutan / membuat laporan
monitoring / pelayanan
evaluasi homecare
B. VISI MISI HOMECARE ONLINE ASOKA
1. VISI
Menjadi Perusahaan Pelayanan Kesehatan Homecare Yang Professional,
Kredibel, Responsif, dan Ekonomis.
2. MISI
a. Memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakat dengan tenaga
perawat yang terlatih dan professional
b. Mengembangkan pelayanan homecare berbasis digital health demi
terciptanya pelayanan yang mudah di akses bagi masyarakat demi
peningkatan mutu kesehatan indonesia
c. Memberikan pelayanan kesehatan yang tepat, akurat, terukur untuk
efisiensi waktu derajat rehabilitatif
d. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan ekonomis

C. SKEMA MANAJEMEN KASUS


Manejemen kasus di dalam pelayanan home care yaitu sebagai
berikut : pasien pulang berobat dari rumah sakit, puskesmas, sarana kesehatan,
atau ada keluarga klien yang sakit kemudian, keluarga klien mencari tahu
tentang petugas kesehatan yang terdekat yang melayani home care via website
/ sosmed dan menghubungi kontak person yang tersambung dengan manajer
pelayanan.
Manajer pelayanan akan menyimpan kontak dan lokasi klien,
kemudian manajer pelayanan akan memberi tugas kepada tim pengkajian
untuk identikasi masalah dan jenis pelayanan homecare, selanjutnya tim
pengkajian akan melaporkan tim kasus dimana dari identifikasi masalah akan
di kelompokan dan diinformasikan kepada perawat / caregiver yang
ditugaskan untuk melakukan kunjungan sesuai cek point klien, kemudian
petugas berkunjung dan mengelola kasus klien secara langsung.
Tim kelola setelah selesai tugas membuat laporan akan hasil
kunjungan kepada klien, beruba asuhan keperawatan yang dimana dilaporkan
kembali kepada manajer pelayanan atas tindakan yang sudah dilaksanakan dan
rencana keperawatan selanjutnya. Kemudian manajer pelayanan akan
berkoordinasi kembali dengan klien dan akan meminta penilaian terhadap
performa perawat yang memberikan homecare serta membuat kontrak waktu
dan kontrak pelayanan kembali jika ada tindakan lanjutan sesuai arahan tim
kelola kasus.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelayanan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada dan
perlu dikembangkan, karena telah menjadi kebutuhan masyarakat, Salah satu
bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dan memasyarakat serta menyentuh
kebutuhan masyarakat yakni melalui pelayanan keperawatan Kesehatan di
rumah atau Home Care. Berbagai faktor yang mendorong perkembangannya
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu melalui pelayanan keperawatan
kesehatan di rumah

B. Saran
Semoga proposal home care ini bisa bermanfaat bagi semua pihak
yang terlibat dalam pembuatan nya, karena home care itu sendiri sangat
penting bagi pasien di rumah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
dalam memberikan tindakan home care terhadap pasien yang tak kunjung
sembuh di rumah atau dilingkungan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai