Anda di halaman 1dari 20

KONSEP PERAWATAN DI RUMAH DAN

PROGRAM PERAWATAN DI RUMAH (HOME CARE)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
ADELIA RIMBA ALAMSYAH (2019727064)
MEIGY TRI APRIANI (2019727077)
TUTRI WULANDARI (2019727058)

KOORDINATOR MATA AJAR : SYAMSUL ANWAR, M.Kep., SP.Kep.Kom.


DOSEN PEMBIMBING : NS. LILY HERLINAH, M.Kep., SP.Kep.Kom.
SARJANA TRANSFER – II B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN AJAR 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan ridho-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
Komunitas Keperawatan yang berjudul “Konsep Perawatan Di Rumah Dan
Program Perawatan Di Rumah”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu sehingga dapat terselesaikannya makalah kami terutama
pada :
1. Ketua Program Studi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta : Ns. Slametiningsih, S.Kep., M.Kep., Sp.J.
2. Sekertaris Prodi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta : Ns. Wati Jumaiyah, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB.
3. Koordinator Mata Ajar Keperawatan Komunitas : Syamsul Anwar,
Sp.Kep.Kom.
4. Dosen Pembimbing Mata Ajar Keperawatan Komunitas : Ns. Lily Herlinah,
M.Kep., Sp.Kep.Kom.
5. Orang Tua yang telah membantu dan mendukung baik secara moral maupun
material
6. Rekan-rekan yang berada pada kelompok yang sama.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi para
pembaca. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini jauh dari
kata sempurna. Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih.

Jakarta, Maret 2020

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Tujuan Penulisan.........................................................................................2

C. Manfaat Penulisan.......................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS........................................................................................3

A. Definisi Perawatan Kesehatan Dirumah......................................................3

B. Faktor-Faktor Pendukung Home Care.........................................................3

C. Tujuan Home Care......................................................................................4

D. Prinsip-Prinsip Home Care..........................................................................4

E. Pemberi Pelayanan Home Care...................................................................5

F. Mekanisme Home Care...............................................................................6

G. Tahap-Tahap Home Care............................................................................7

H. Peran Perawat dalam Pelayanan Home Care Nursing.................................8

I. Skill Dasar yang Harus Dikuasai Perawat...................................................9

J. Aspek Legal dalam Home care...................................................................9

K. Syarat-Syarat Mendirikan Home Care......................................................10

BAB III PENUTUP.........................................................................................................16

A. Kesimpulan...............................................................................................16

B. Saran.........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan di bidang kesehatan, pengetahuan, dan sosial ekonomi menjadi
indikator kesejahteraan rakyat. Sehingga, dapat meningkatkan angka harapan
hidup. Akan tetapi, meningkatnya angka harap hidup memungkinkan
terjadinya peningkatan angka kesakitan pula. Untuk itu, dibutuhkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas untuk individu, keluarga, ataupun masyarakat.
Pelayanan keperawatan ini harus baik (bersifat etis) dan benar (berdasarkan
ilmu dan hukum yang berlaku). Pelayanan ini tidak hanya bisa didapatkan di
rumah sakit, klinik, ataupun puskesmas. Melainkan, juga bisa di dapatkan
dirumah.
Hal ini didukung oleh Permenkes No. 26 tahun 2019 yang menyatakan
bahwa perawat dapat menjalankan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan atau tempat lain sesuai dengan klien sasarannya. Tempat lain yang
dimaksud, meliputi rumah klien, panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial.
Sedangkan, fasilitas pelayanan kesehatan yang dimaksud meliputi klinik,
rumah sakit, puskesmas, dan praktik mandiri perawat. Salah satu praktik
mandiri yang dapat dilakukan oleh perawat adalah dengan mendirikan
pelayanan perawatan dirumah (home care). Berdirinya home care dilatar
belakangi oleh banyaknya masyarakat yang sedang sakit tetapi terpaksa harus
dirawat dirumah karena keterbatasan kemampuan masyarakat untuk
membiayai pelayanan kesehatan, manajemen rumah sakit yang berorientasi
pada profit, dan banyak orang yang merasa bahwa rawat inap membatasi
kehidupan manusia karena lingkungan di rumah akan terasa lebih nyaman.
Home care adalah adalah kompenen dari pelayanan kesehatan yang
disediakan untuk individu dan keluarga di tempat tinggal mereka dengan tujuan
mempromosikan, mempertahankan, atau memaksimalkan level kemandirian,
serta meminimalkan efek ketidakmampuan dan kesakitan (Muhith dan Sandu,
2016). Tujuan Home Care adalah membantu klien memelihara atau
meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidupnya, meningkatkan

1
keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan
kecacatan, serta mengendalikan biaya kesehatan (Efendi dan Makhfudli, 2009).
Berdasarkan hal tersebut, kelompok tertarik untuk membahas lebih rinci
tentang konsep perawatan dirumah dan program perawatan dirumah.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i dapat memahami tentang konsep perawatan dirumah dan
program perawatan dirumah.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari kamisan makalah ini adalah :
a. Menjelaskan pengertian keperawatan home care
b. Menjelaskan faktor-faktor pendukung home care
c. Menjelaskan tujuan home care
d. Menjelaskan prinsip-prinsip home care
e. Menjelaskan pemberi pelayanan home care
f. Menjelaskan mekanisme home care
g. Menjelaskan tahap-tahap home care
h. Menjelaskan peran perawat dalam pelayanan home care nursing
i. Menjelaskan skil dasar yang harus dikuasai perawat
j. Menjelaskan aspek legal dalam home care
k. Menjelaskan syarat-syarat mendirikan home care

C. Manfaat Penulisan
Hasil dari makalah kelompok kami ini diharapkan dapat memberikan manfaat,
baik dibidang profesi agar dapat menerapkan tindakan keperawatan yang
sesuai dalam home care. Pada mahasiswa, untuk dapat menjadi sarana belajar
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Pada masyarakat, agar lebih
memahami mengenai pelayanan kesehatan dirumah.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Perawatan Kesehatan Dirumah


Home Care Nursing merupakan layanan kesehatan yang dilakukan oleh
profesional di rumah pasien dengan tujuan membantu memenuhi kebutuhan
pasien yang dilaksanakan oleh tim profesional dengan melibatkan anggota
keluarga sebagai pendukung dalam proses keperawatan (Parellangi, 2018).
Perawatan kesehatan dirumah (home care) adalah kompenen dari pelayanan
kesehatan yang disediakan untuk individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka dengan tujuan mempromosikan, mempertahankan, atau
memaksimalkan level kemandirian, serta meminimalkan efek ketidakmampuan
dan kesakitan (Muhith dan Sandu, 2016).
Perawatan kesehatan dirumah merupakan salah satu jenis perawatan jangka
panjang (long term care) yang dapat diberikan oleh tenaga profesional maupun
non profesional yang telah mendapatkan pelatihan. Perawatan ini merupakan
salah satu bentuk pelayanan yang berkesinambungan dan komperehensif yang
ditujukan pada individu dan keluarga sebagai upaya meningkatkan,
mempertahankan, atau memulihkan kesehatan, serta memaksimalkan tingkat
kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit
terminal (C. Warhola, 1980 dalam Efendi dan Makhfudli, 2009).

B. Faktor-Faktor Pendukung Home Care


Menurut Depkes RI (2002) dalam Buku Efendi dan Makhfudli (2009) terdapat
beberapa faktor yang mendukung terlaksananya home care, yaitu:
1. Kasus penyakit terminal yang dianggap tidak efektif dan efisin apabila
dirawat di institusi pelayanan kesehatan.
Contoh : pasien kanker stadium akhir yang secara medis belum ada upaya
yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan.

3
2. Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada kasus
degeneratif yang memerlukan perawatan relatif lama. Sehingga, diperlukan
tindak lanjut perawatan di rumah.
Contoh : klien pasca stroke yang mengalami komplikasi
kelumpuhan dan memerlukan pelayanan rehabilitasi dalam waktu relatif
lama.
3. Manajemen RS yang berorientasi pada profit. Dengan kata lain, apabila
perawatan klien sangat lama (lebih dari 1 minggu) tidak menguntungkan
dan menjadi beban bagi manajemen.
4. Banyak orang yang merasa bahwa rawat inap di pelayanan kesehatan
membatasi kehidupan manusia karena seseorang tidak bisa menikmati
kehidupan secara optimal.
5. Klien merasa lebih nyaman di rumah dibandingkan dengan di RS, sehingga
dapat mempercepat proses penyembuhan.

C. Tujuan Home Care


Menurut Efendi dan Makhfudli (2009) tujuan home care, yaitu :
1. Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan
kualitas hidupnya.
2. Meningkatkan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan
masalah kesehatan dan kecacatan.
3. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga
4. Membantu klien untuk tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan
perawatan yang diperlukan, rehabilitasi, atau perawatan paliatif.
5. Biaya kesehatan akan lebih terkendali

D. Prinsip-Prinsip Home Care


Menurut Muhith dan Sandu (2016) prinsip-prinsip home care meliputi :
1. Mengelola pelayanan keperawatan kesehatan dirumah dan dilaksanakan
oleh tim atau perawat yang memiliki keahlian khusus di bidang tersebut.
2. Mengaplikasikan konsep sebagai dasar pengambilan keputusan dalam
praktik

4
3. Mengumpulkan dan mencatat data dengan sistematis, akurat, dan
komprehensif
4. Menggunakan data hasil pengkajian untuk menetapkan diagnosis
keperawatan
5. Mengembangkan rencana keperawatan berdasarkan diagnosis yang
dikaitkan dengan tindakan pencegahan, terapi, dan pemulihan.
6. Memberikan pelayanan keperawatan dalam rangka menjaga kenyamanan,
penyembuhan, peningkatan kesehatan dan pencegahan komplikasi.
7. Mengevaluasi respon klien dan keluarga terhadap intervensi keperawatan
8. Bertanggung jawab terhadap klien dan keluarga akan pelayanan yang
bermutu melalui manajemen kasus, rencana penghentian asuhan
keperawatan (discharge planning), dan koordinasi dengan sumber-sumber
di komunitas.
9. Berpartisipasi dalam aktifitas riset untuk mengembangkan pengetahuan
pelayanan keperawatan kesehatan dirumah
10. Menggunakan kode etik keperawatan dalam melaksanakan praktik
keperawatan

E. Pemberi Pelayanan Home Care


Menurut Muhith dan Sandu (2016) pemberi pelayanan home care terdiri dari :
1. Dokter
Dokter harus sudah menyetujui rencana perawatan dirumah sebeum
perawatan diberikan kepada pasien.
2. Perawat
Bidang keperawatan dalam home care mencakup fungsi langsung (direct
care) dan tidak langsung (indirect care). Fungsi langsung meliputi aspek
fisik yang terdiri dari perawatan dan semua yang membutuhkan kontak
fisik serta interaksi face to face, seperti pemeriksaan fisik, perawatan luka,
injeksi, pemasangan dan penggantian kateter. Sedangkan fungsi tidak
langsung terjadi ketika pasien tidak perlu mengadakan kontak personal
dengan perawat. Tipe perawatan ini terlihat saat perawat home care
berperan sebagai konsultan.

5
3. Physical Therapist
Menyediakan perawat pemelihara, pencegahan, dan penyembuhan pasien
dirumah. Perawatan yang diberikan meliputi perawatan langsung dan tidak
langsung. Perawatan langsung mencakup penguatan otot, pemulihan
mobilitas, mengontrol spastisitas, latihan jalan, dan latihan gerak aktif
pasif. Perawatan tidak langung mencakup konsultasi dengan petugas.
4. Speech Pathologist
Tujuan dari speech pathologist adalah untuk membantu pasien
mengembangkan dan memelihara kemampuan bicara dan bahasa. Selain itu,
speech pathologist bertugas untuk memberikan konsultasi pada keluarga
agar dapat berkomunikasi dengan pasien, mengatasi masalah gangguan, dan
makanan yang dikonsumsi pasien.
5. Social Worker
Pekerja sosial membantu pasien dan keluarga untuk menyesuaikan diri
dengan faktor sosial, emosional, dan lingkungan yang berpengaruh terhadap
kesehatan.

F. Mekanisme Home Care


Menurut Muhith dan Sandu (2016) mekanisme home care terdiri dari :
1. Klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh
dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk dirawat
dirumah atau tidak.
2. Setelah itu akan dilakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang
merupakan staff pengelola dari agensi home care. Kemudian akan
dilakukan perencanaan dan kesepakatan mengenai apa saja yang akan
diterima oleh klien bersama klien dan keluarganya. Kesepakatan tersebut
terdiri dari jenis pelayanan, peralatan, pelaksana pelayanan, sistem
pembayaran, dan jangka waktu pelayanan.
3. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana. Pelayanan ini
dikoordinasikan dan dikendalikan oleh koordinator kasus.
4. Secara periodik koordinator kasus akan melakukan pemantauan dan
evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan.

6
G. Tahap-Tahap Home Care
Menurut Smith (1995) dalam Kristianti (2013) menyatakan bahwa aktifitas
asuhan keperawatan home care terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap Perkenalan
Pada tahap ini, perawat mempersiapkan diri sebelum mengunjungi keluarga
dan klien dengan cara :
a. Mempelajari data-data klien yang dibawa dari rumah sakit yang
merawatnya dulu (discarge planing)
b. Mempersiapkan kelengkapan peralatan yang perlu dibawa berdasarkan
kebutuhan perawatan yang harus dijalani klien
c. Di awal pertemuan, perawat harus dapat memperkenalkan diri dengan
jelas kepada klien dan keluarga, menjelaskan tujuan kedatangan, dan
intervensi yang akan dilakukan pada klien
d. Sosialisasi dengan klien dan keluarga tentang keadaan umum,
lingkungan sosial, dan keluarga untuk mendukung kelancaran proses
home care yang akan berlangsung
2. Tahap Implementasi
Tahap implementasi terbagi menjadi :
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan sebagai prosedur awal sebelum
melakukan implementasi. Pengkajian ini meliputi pengkajian fisik head
to toe, sistem tubuh, nutrisi, fungsi sensorik dan motorik, psikologis,
dan kenyamanan lingkungan klien, serta kebutuhan kolaborasi dengan
tim medis.
b. Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan prosedur keperawatan
berdasarkan dengan hasil intervensi dan discharge planning yang ada,
menetapkan masalah, menentukan kebutuhan pelayanan keperawatan,
dan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai kebutuhan.
c. Pendidikan Kesehatan

7
Pada bagian ini, hendaknya perawat memberikan penjelasan secara
jelas dan sederhana kepada klien dan keluarga tentang prosedur-
prosedur yang akan dilakukan. Seperti, memberikan obat, membantu
memenuhi kebutuhan klien, dan pertolongan pertama dalam keadaan
darurat.
3. Tahap Terminasi
Sebelum mengakhiri kunjungan, perawat harus melakukan evaluasi
terharap respon klien dan merangkum kegiatan keperawatan bersama klien
dan keluarganya. Selain itu, perawat harus membuat kontrak kepada klien
dan keluarga untuk kunjungan berikutnya.
4. Tahap Aktifitas (Post Visit)
Tahap aktifitas (post visit) terbagi menjadi :
a. Komunikasi
Komunikasi sangat diperlukan oleh perawat, terlebih jika klien
memerlukan penanganan medis maupun non medis lainnya. Sehingga,
dengan segera perawat dapat mengkoordinir pelayanan untuk klien
tersebut.
b. Dokumentasi
Pendokumentasian dilakukan secara lengkap, konsisten, dan akurat
sesuai dengan kenyataan yang ada. Karena, dokumentasi dapat
digunakan sebagai bahan laporan atas perkembangan klien dan
melindungi hak-hak klien maupun perawat.

H. Peran Perawat dalam Pelayanan Home Care Nursing


Menurut Parellangi (2018) peran perawat dalam pelayanan home care nursing
meliputi :
1. Patient Educator
Peran perawat sebagai edukator sangat penting untuk klien dan keluarga
agar mampu melakukan penanganan terhadap masalah yang dihadapi.
Untuk itu, perawat wajib memberikan informasi yang cukup terkait
manajemen kasus yang ditangani dan membimbing mereka dalam memilih
tindakan yang tepat.

8
2. Patient Advocate
Perawat sebagai advocate tidak hanya memastikan tindakan tersebut
terlakasana dengan benar, tetapi juga memastikan bahwa tindakan tersebut
dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan menjaga
hak-hak pasien.
3. Case Manager
Sebagai case manager (manajer kasus) perawat berperan untuk melakukan
pengkajian, implementasi, dan evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada
klien.
4. Spiritual Aesthetic Communer
Perawat home care akan menghadapi pasien yang memiliki berbagai latar
belakang kondisi dan berbagai prognosis penyakit. Untuk itu, perawat
wajib membantu melakukan realisasi dan memberikan dorongan semangat,
harapan, dan spiritual agar pasien siap menghadapi perubahan yang akan
tejadi. Spiritual Aesthetic Communer merupakan satu bentuk penghargaan
terhadap proses pengembangan pola pikir, bahwa perawat perlu
memberikan apresiasi terhadap upaya penyembuhan lain yang dilakukan
oleh pasien sesuai budaya dan keyakinan pasien.

I. Skill Dasar yang Harus Dikuasai Perawat


Menurut Muhith dan Sandu (2016) terdapat beberapa tindakan keperawatan
mandiri yang dapat dilakukan oleh perawat home care, seperti vital sign,
memasang NGT, memasang kateter, merawat luka dekubitus, suction,
memasang peralatan oksigen, penyuntikan (IM,IC,SC,IV), pemasangan infus
maupun obat, kebersihan diri, pendidikan kesehatan, konseling kasus terminal,
pengambilan sampel darah, ROM, perawatan luka, pemeriksaan kolesterol,
asam urat, dan gula darah, serta EKG.

J. Aspek Legal dalam Home care


Aspek legal yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan home care di
Indonesia, yaitu :
1. UUD 1945 Bab X pasal 28H ayat 1 tentang HAM

9
2. UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
3. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
4. UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan
5. UU No. 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
6. Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat
7. Permenkes No. 028/MENKES/PER/I/2011 tentang klinik
8. Permenkes 1796 tahun 2011 tentang registrasi tenaga kesehatan
9. Permenkes No. 43 Tahun 2019
10. Permenkes No. 26 Tahun 2019

K. Syarat-Syarat Mendirikan Home Care


Menurut Permenkes No. 26 Tahun 2019 perawat yang menyelenggarakan
praktik keperawatan secara mandiri, harus memenuhi beberapa persayaratan,
seperti :
3. Perawat wajib memiliki SIPP. Dimana, tiap-tiap perawat hanya dapat
memiliki paling banyak 2 SIPP. Untuk memperoleh SIPP, perawat harus
mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota
dengan melampirkan :
a. Fotocopy ijazah yang dilegalisasi
b. Fotocopy STRP yang masih berlaku dan dilegalisasi asli
c. Surat keteraangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin praktik
d. Surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan tempat perawat praktik
e. Pas foto terbaru dan berwarna dengan ukuran 4x6 sebanyak 3 lembar
f. Rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten atau kota setempat
g. Rekomendasi dari organisasi profesi : PPNI
4. Persyaratan Lokasi
Persyaratan lokasi tertulis dalam Pasal 39, yaitu praktik mandiri harus
berada pada lokasi yang mudah untuk diakses rujukan dan memperhatika
aspek kesehatan lingkungan.
5. Persyaratan Bangunan
Persyaratan bangunan tertulis dalam Pasal 40 Ayat 1-6, yaitu :

10
a. Bangunan untuk tempat praktik mandiri perawat dapat berupa rumah
tinggal, bagian dari rumah, bagian dari kantor atau tempat kerja, mal,
atau bagian dari gedung.
b. Bagian dari gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
apartemen, rumah toko, rumah susun, mal, atau bangunan lain yang
sejenis.
c. Bangunan untuk tempat praktik mandiri perawat harus bersifat
permanen dan tidak bergabung fisik bangunan lainnya.
d. Ketentuan tidak bergabung fisik bangunan lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tidak termasuk rumah tinggal perorangan,
apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan
yang sejenis.
e. Dalam hal praktik mandiri berada di rumah tinggal perorangan, akses
pintu keluar masuk tempat praktik harus terpisah dari tempat tinggal
perorangan.
f. Bangunan praktik mandiri Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan
keselamatan dan kesehatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut.
Selain itu, seperti yang tertulis pada Pasal 41, persyaratan bangunan
meliputi ruangan dalam bangunan yang terdiri atas ruang pelayanan
administrasi, ruang tunggu, ruang periksa atau ruang konsultasi atau ruang
Asuhan Keperawatan, ruang penyimpanan alat dan perbekalan kesehatan,
toilet, dan ruangan lain sesuai kebutuhan.
6. Persyaratan Prasarana
Persyaratan prasarana tertulis dalam Pasal 42 Ayat 1-2, yaitu :
a. Praktik mandiri perawat paling sedikit memiliki prasarana, seperti
sistem air bersih, sistem kelistrikan atau pencahayaan yang cukup,
ventilasi atau sirkulasi udara yang baik, dan prasarana lain sesuai
dengan kebutuhan.

11
b. Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dalam keadaan
terpelihara dan berfungsi dengan baik.

7. Persyaratan Peralatan
Persyaratan peralatan tertulis dalam Pasal 43 Ayat 1-3, yaitu :
a. Peralatan yang harus dimiliki pada tempat praktik mandiri perawat
meliputi peralatan ssuhan keperawatan yang diperlukan sesuai dengan
pelayanan yang diberikan.
b. Peralatan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik.
c. Ketersediaan peralatan Asuhan Keperawatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) menyesuaikan dengan jenis spesialisasi yang
diberikan dan mengacu standar pelayanan dan Standar Profesi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
8. Persyaratan Obat dan Bahan Habis Pakai
Persyaratan obat dan bahan habis pakai tertulis dalam Pasal 44, yaitu Obat
bebas, obat bebas terbatas, dan bahan habis pakai yang dapat disimpan oleh
Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan secara mandiri di tempat
praktik mandiri Perawat dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

L. Permenkes No. 26 Tahun 2019


Pada subtopik ini, akan diuraikan secara lebih lanjut terkait dengan Permenkes
No. 26 Tahun 2019 BAB V yang mengatur tentang Praktik Mandiri Perawat,
yang terdiri dari :
9. Pasal 37
a. Perawat yang menyelenggarakan praktik keperawatan mandiri memiliki
wewenang:
1) Menyelenggarakan asuhan keperawatan di bidang upaya kesehatan
perorangan
2) Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling bagi klien
3) Melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang.

12
b. Penyelenggaraan praktik keperawatan mandiri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan standar dan kode etik.
c. Praktik Keperawatan mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan di tempat praktik mandiri Perawat.
d. Dalam memberikan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), perawat dapat melakukan penatalaksanaan Keperawatan
komplementer dan alternatif sesuai dengan kompetensi.
e. Pelaksanaan kewenangan keperawatan komplementer dan alternatif
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa tempat praktik mandiri
Perawat mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (1) sampai dengan ayat (5) kecuali ayat (4).
f. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dalam
penyelenggaraan Praktik Keperawatan secara mandiri di tempat praktik
mandiri Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan
berdasarkan permintaan dokter secara tertulis.

2. Pasal 38
a. Perawat yang menyelenggarakan praktik keperawatan secara
mandiri di tempat praktik mandiri Perawat harus memenuhi
persyaratan, selain ketentuan persyaratan memperoleh SIPP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1).
b. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan, serta obat dan
bahan habis pakai.

3. Pasal 39 – 44
Pasal 39 – 44 merupakan pasal yang berkaitan dengan persyaratan
mendirikan home care, seperti yang sudah dijelaskan pada subtopik
sebelumnya.

4. Pasal 45

13
Ketentuan mengenai pemberian obat dan daftar jenis obat dalam
keadaan darurat yang dapat disimpan oleh perawat yang menjalankan
praktik keperawatan secara mandiri di tempat praktik mandiri perawat
diatur dengan Peraturan Menteri.

5. Pasal 46
a. Perawat yang menjalankan praktik keperawatan secara mandiri di
tempat praktik mandiri Perawat harus melaksanakan pengelolaan
limbah medis.
b. Pengelolaan limbah medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan melalui kerjasama dengan institusi yang memiliki
instalasi pengelolaan limbah.

6. Pasal 47
a. Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah kabupaten/kota harus
melakukan penilaian terhadap pemenuhan persyaratan tempat
praktik mandiri Perawat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
sampai dengan Pasal 43 dengan menggunakan instrumen penilaian
sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
b. Instrumen penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
persyaratan bangunan, prasarana, dan peralatan.
c. Hasil penilaian kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi dasar dalam pembuatan rekomendasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf f.

7. Pasal 48
a. Tempat praktik mandiri perawat tidak memerlukan izin
penyelenggaraan sebagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
b. Izin penyelenggaraan tempat praktik mandiri Perawat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melekat pada SIPP yang bersangkutan.

14
8. Pasal 49
a. Perawat dalam menjalankan praktik keperawatan secara mandiri di
tempat praktik mandiri perawat dapat dibantu oleh tenaga kesehatan
lain atau tenaga non kesehatan.
b. Tenaga kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2. Pasal 50
a. Perawat yang berhalangan sementara dalam melaksanakan praktik
keperawatan dapat menunjuk perawat pengganti yang memiliki
kompetensi sama dan melaporkannya kepada kepala pusat
kesehatan masyarakat setempat.
b. Perawat pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memiliki SIPP dan tidak harus SIPP di tempat tersebut.

3. Pasal 51
a. Perawat yang menyelenggarakan praktik keperawatan secara
mandiri di tempat praktik mandiri perawat wajib melakukan
pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan.
b. Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disimpan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
c. Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan ke pusat
kesehatan masyarakat di wilayah tempat praktik.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komperehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga diberikan kepada
individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.
Dalam melakukan home care ada beberapa aspek yang harus diperhatikan
dalam aspek legal dan etik serta isu-isu legal dalam home care, perizinan dan
akreditasi dalam home care, kebijakan home care di Indonesia, dan
kepercayaan dan budaya dalam home care. Hal ini dilakukan dalam proses
perawatan yang akan dilakukan untuk pasien. Untuk menghindari adanya
saling menyalahkan dalam home care tersebut sehingga tidak ada pihak yang
saling merugikan. Sehingga pasien juga mendapatkan perawatan yang baik
serta perawat juga mengerti dan memahami peraturan-peraturan yang ada dan
langkah-langkah dalam menjalankan home care.

B. Saran
Perawat yang menjalankan perawatan home care hendaknya sudah memiliki
SIP, harus kompeten dalam bidangnya, bertanggung jawab terhadap tugasnya.
Hendaknya pasien dan keluarga dapat bersifat terbuka terhadap perawat home
care, tetap kritis namun bersifat kooperatif dalam menerima informasi dari
perawat.
Dalam makalah ini kami memiliki harapan agar pembaca memberikan kritik
dan saran yang membangun. Karena dalam penlisan makalah ini terdapat
begitu banyak kekurangan. Selain itu, kami juga menyarankan setelah
membaca makalah ini kita semua dapat lebih memahami tentang “Konsep
Perawatan Di Rumah Dan Program Perawatan Di Rumah”.

16
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas.


Jakarta: Salemba Medika.

Muhith, Abdul dan Sandu Sitoyo. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik.


Yogyakarta: CV Andi Offset.

Parellangi, Andi. (2018). Home Care Nursing Aplikasi Praktik Berbasis


Evidence-
Based. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Kristianti, Meidasari. (2013). Hambatan Perawat dalam Pelaksanaan Home Care


pada Balita Malnutrisi di Kota Yogyakarta. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://repository.umy.ac.id

Menteri Kesehatan RI. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 26 Tahun 2019 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomer 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk
_hukum/PMK_No__26_Th_219_ttg_Peraturan_Pelaksanaan_UU_Nomor
_38_Tahun_2014_tentang_Keperawatan.pdf

Sukmana, Muhammad. (2017). Mandiri Keperawatan: Home Care.


https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://kupdf.net/download/buku-panduan-
materi-home-care

Anda mungkin juga menyukai