SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
ii
Pernyataan Keaslian Skripsi
pada Karyawan Bagian Produksi di Pabrik Karet PT. ADEI Tebing Tinggi
Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
iii
Abstrak
Tenaga kerja bagian produksi di pabrik karet PT. ADEI Tebing Tinggi dalam
aktivitas kerja nya banyak mengandung risiko terhadap kesehatan, salah satunya
adalah musculoskeletal dirorders. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
posisi kerja para tenaga kerjadan hubungannya dengan keluhan musculoskeketal
dirorders. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik
pengampilan sampel menggunakan quota sampling dengan kriteria inklusi
responden hanya bekerja pada satu bagian kerja tertentu dari proses produksi,
bekerja pada satu shift dan tidak memiliki keterbatasan komunikasi. Kriteria
eksklusi responden tidak bersedia untuk diwawancara. Sampel sebanyak 25 orang
dengan kuota masing-masing bagian diambil sebanyak 5 orang meliputi bagian
pembersihan, penggilingan, penjemuran, pengeringan dan pengempaan. Teknik
pengambilan data dilakukan dengan pengukuran risiko posisi kerja menggunakan
metode REBA dan pengukuran keluhan musculoskeletal menggunakan kuesioner
Nordic Body Map. Berdasarkan hasil pengukuran posisi kerja diperoleh hasil
bahwa seluruh tenaga kerja memiliki posisi kerja tidak ergonomi. Bagian
pembersihan dan penjemuran memiliki risiko tertinggi dengan masing masing
terdapat 2 tenaga kerja (40%) berisiko sangat tinggi dan 3 tenaga kerja (60%)
berisiko tinggi. Tingkat keluhan MSDs tertinggi dirasakan pada bagian lengan
atas oleh 24 tenaga kerja (98%). Keluhan tertinggi kedua berikutnya dirasakan
pada 23 tenaga kerja (92%) di bagian bahu, lengan bawah, siku, punggung,
pinggang dan lutut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara posisi kerja keluhan musculoskeletal pada tenaga kerja sehingga
perlu dilakukan intervensi berupa edukasi posisi kerja yang baik dan benar.
iv
Abstract
Production section manpower at the rubber factory PT. ADEI Tebing Tinggi in its
work activities contains many risks to health, one of which is musculoskeletal
disorders. This study aims to determine the work position of workers and their
relations with complaints of musculoskeletal disorders. This study uses cross
sectional designwith sampling techniques using quota sampling with respondent’s
inclusion criteria are only working in one particular part of the production process,
working on one shift and not having communication limitations. Criteria for
exclusion of respondents are not willing to be interviewed. A sample of 25 people
with a quota of each section is taken as a sample of 5 people,which is part of the
cleaning, grinding, drying, drying by dryer machine and pressing sections. The data
collection technique was carried out by measuring work position risk using the REBA
method and measuring musculoskeletal complaints using the Nordic Body Map
questionnaire. Based on the result of work position measurements, it is obtained all
workers have non-ergonomic work position. The cleaning and drying section has the
highest risk with each section has 2 workers (40%) having a very high risk and 3
workers (60%) having a high risk. The highest musculoskeletal complaint rate was
felt in the upper arm by 24 workers (98%). The second highest complaint was felt
in 23 workers (92%) in the shoulders, forearms, elbows, back, waist and knees.
Thus it can be concluded that there is a relation between the work position of
musculoskeletal complaints in the production section workers so that intervention
is needed in the form of education of good and correct work positions.
Keywords: Ergonomics, workposition, musculoskeletal disorders
v
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah
(MSDs) pada Karyawan Bagian Produksi di Pabrik Karet PT. ADEI Tebing
Tinggi Tahun 2019”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada
kepada:
1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
4. Ir. Kalsum, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu
5. Dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S. selaku Dosen Penguji I yang telah
vi
6. Dr. Drs., Zulfendri, M.Kes. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
Masyarakat USU.
7. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah
8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak
9. Manajer PT. ADEI Tebing Tinggi yang telah mengizinkan penulis melakukan
penelitian.
10. Teristimewa untuk orang tua (Sukardi dan Nuriati) yang telah memberikan
kasih sayang yang begitu besar dan kesabaran dalam mendidik dan memberi
11. Terkhusus untuk saudara dan saudari (Yudhistira Ardhi Nugraha, Ade
Ardiansyah Putra, Karla Aulia Maharani dan Aurel Cassandra Novaria) yang
Lubis, Syifa Syafitri, Ustri Yuli Sirait, Chichi Khairunisa, dan Alfitri Jannati)
13. Teman-teman masa SMA (Nuraina Ramadhani Purba, Nona Pratiwi, Silatul
skripsi.
vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat
bagi pembaca.
viii
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xiv
Daftar Lampiran xv
Daftar Istilah xvi
Riwayat Hidup xvii
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 7
Tujuan Penelitian 8
Tujuan umum 8
Tujuan khusus 8
Manfaat Penelitian 8
Manfaat bagi instansi 8
Manfaat bagi ilmiah 8
Manfaat bagi peneliti 8
Tinjauan Pustaka 9
Ergonomi 9
Pengertian ergonomi 9
Tujuan ergonomi 9
Prinsip ergonomi 10
Posisi Kerja 12
Sikap tubuh dalam bekerja 12
Musculoskeletal Disorders (MSDs) 13
Jenis-jenis MSDs 13
Hubungan Posisi Kerja dengan Otot Skeletal 15
Langkah-Langkah Mengatasi Keluhan Musculoskeletal 16
Rekayasa teknik 16
Rekayasa manajemen 17
Penilaian Tingkat Risiko Gangguan Musculoskeletal 17
Rapid entire body assesment (REBA) 17
Nordic body map (NBM) 31
Landasan Teori 33
ix
Kerangka Konsep 34
Hipotesis Penelitian 34
Metode Penelitian 35
Jenis Penelitian 35
Lokasi dan Waktu Penelitian 35
Lokasi 35
Waktu penelitian 35
Populasi dan Sampel 35
Populasi 35
Sampel 35
Variabel dan Definisi Operasional 36
Metode Pengumpulan Data 37
Observasi 37
Pengisian kuesioner 37
Metode Pengukuran 37
REBA (reba entire body assesment) 37
NBM (nordic body map) 38
Metode Analisis Data 38
Editing 38
Coding 38
Tabulating 39
Analisis data 40
Hasil Penelitian 41
Profil Perusahaan 41
Sejarah dan perkembangan PT. ADEI Tebing Tinggi 41
Visi dan misi 42
Struktur organisasi 43
Proses Produksi 43
Pembersihan 43
Penggilingan 44
Penjemuran 44
Pengeringan 45
Pengempaan 45
Analisis Univariat 45
Umur 46
Masa kerja 46
Posisi kerja 48
Skor nordic body map (NBM) 48
Keluhan musculoskeletal leher 49
Keluhan musculoskeletal bahu 50
Keluhan musculoskeletal lengan 50
Keluhan musculoskeletal siku 51
Keluhan musculoskeletal tangan 52
Keluhan musculoskeletal punggung 53
x
Keluhan musculoskeletal pinggang 53
Keluhan musculoskeletal pantat 53
Keluhan musculoskeletal paha 54
Keluhan musculoskeletal lutut 55
Keluhan musculoskeletal betis 55
Keluhan musculoskeletal kaki 56
Analisis Bivariat 57
Hubungan antara posisi kerja dengan keluhan musculoskeletal
pada tenaga kerja bagian produksi di pabrik karet PT. ADEI
Tebing Tinggi 57
Hubungan antara posisi kerja dengan keluhan musculoskeletal
Berdasarkan tahap produksi pada tenaga kerja di pabrik karet
PT. ADEI Tebing Tinggi 58
Pembahasan 60
Hubungan antara Posisi Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal
pada Pekerja Bagian Produksi di pabrik karet PT. ADEI Tebing
Tinggi 60
Hubungan antara Posisi Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal
Berdasarkan Tahap Produksi pada Pekerja Bagian Produksi
PT. ADEI Tebing Tinggi 62
Keterbatasan Penelitian 66
Daftar Pustaka 69
Lampiran 70
xi
Daftar Tabel
No Judul Halaman
10 Definisi Operasional 36
xii
21 Distribusi Keluhan Pergelangan Tangan 52
xiii
Daftar Gambar
No Judul Halaman
14 Landasan Teori 34
15 Kerangka Konsep 34
xiv
Daftar Lampiran
3 Dokumentasi 72
5 Master Data 79
xv
Daftar Istilah
xvi
Riwayat Hidup
dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 10 Juli 1997. Penulis beragama Islam,
anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Sukardi dan Nuriati.
Tinggi Tahun 2009-2012, sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi
Utara.
xvii
Pendahuluan
Latar Belakang
Indonesia, salah satunya yaitu komoditi karet sebab ekspor karet Indonesia
yang luas memberikan peluang untuk menghasilkan area perkebunan karet alami
lebih besar. Pada tahun 2017, luas areal perkebunan karet di Indonesia yakni
yaitu seluas 2.585,6 hektar dan Kalimantan dengan luas 911,8 hektar.
perkebunan karet, salah satunya adalah PT. ADEI Tebing Tinggi yang bergerak
dibidang produksi Crumb Rubber atau karet remah. Setiap harinya perusahaan ini
modern, beragam peralatan yang bersifat elastis dan tidak mudah pecah lebih
banyak diminati karena lebih efisien dan tahan lama, dengan meningkatnya
karet. Selain itu karet juga berperan penting dalam berbagai industri, seperti
sebagainya. Hal ini tentu berpengaruh terhadap jumlah produksi yang terus
1
2
secara filosofis dan teknis. Secara filosofis produktivitas merupakan sikap mental
yang berprinsip bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin dan esok hari harus
lebih baik dari hari ini. Sedangkan secara teknis produktivitas dinilai dari
untuk meraih produktivitas kerja yang baik pula. Apabila kondisi kesehatan
kemampuan bekerja baik secara fisik maupun psikis. Tidak jarang bahwa masalah
Bekerja secara produktif dapat dilakukan dengan cara kerja serta berada di
lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan. Salah satu syarat kesehatan
tersebut adalah ergonomi, yaitu bekerja pada suatu sistem dengan baik secara
efektif, aman dan nyaman dan menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi tubuh
3
risiko cedera hingga menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.
tendon, dan tulang belakang akibat posisi kerja yang salah dan tidak sesuai
bagian otot skeletal atau otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari
keluhan ringan hingga sangat sakit. Keluhan ini dapat muncul apabila dalam
jangka waktu yang lama otot menerima beban statis secara berulang sehingga
dapat menyebabkan kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Salah satu hal
yang mempengaruhi hal tersebut adalah posisi kerja, yaitu kondisi yang mengacu
pada bagaimana postur tubuh dilakukan pada saat sedang melakukan pekerjaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Ulfah, Siti dan Panuwun pada tahun
pencucian mengalami keluhan MSDs akibat posisi kerja yang tidak ergonomis,
yaitu dengan posisi punggung membungkuk dan cara mengangkat beban tidak
didekatkan dengan tubuh saat pekerja mengeluarkan cucian dari mesin cuci. Sikap
kerja tidak alamiah tersebut terjadi akibat karakteristik pekerjaan, alat kerja dan
stasiun kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Pada
penelitian yang dilakukan oleh F. Meilani, Andi dan Anissatul tahun 2018
sewing di PT. Dasan Pan Fasifik Indonesia mengalami keluhan MSDs akibat
bekerja dalam postur janggal dimana sebagian besar responden (48 responden /
4
52,7%) mengalami keluhan pada leher bagian atas akibat bekerja dengan posisi
belakang, otot, ligamen, tendon dan syaraf yang dapat menjadi penyebab nyeri
pinggang. Berikutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Sujono, Widi Raharjo
dan Agus Fitriangga pada pekerja karet bagian produksi di Pontianak, terdapat 27
orang (75%) dari total 36 orang responden mengalami low back pain akibat posisi
Hasil studi MSDs yang telah banyak dilakukan pada berbagai jenis
industri menunjukan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka
meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot
bagian bawah. Keluhan MSDs yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah
otot bagian pinggang (low back pain). Berdasarkan laporan yang dipublikasilan
pada tahun 1982 oleh The Bureau of Labour Statistic (BLS) Departemen Tenaga
Kerja Amerika Serikat menunjukkan hampir 20% dari semua kasus kerja dan 25%
National Council melaporkan bahwa pada tahun 1996 frekuensi kejadian paling
tinggi yang disebabkan oleh sakit akibat kerja sebesar 22% dari 1.700.000 kasus
(Tarwaka, 2015).
bidang pengolahan crumb rubber atau karet remah. Pada prinsipnya tahap
tidak lepas dari bantuan peralatan mesin pengolahan yang dalam penggunaannya
karyawan harus mampu menyesuaikan posisi tubuhnya agar dapat bekerja secara
mesin Conveyer Bucket, Hammer Mill, Blending Tank dan Washing Tank,
sehingga pekerja harus berada pada posisi berdiri dalam kurun waktu yang cukup
lama, posisi tersebut dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot kaki hingga
memantau mesin dryer dan mendorong talang yang memiliki berat ±1.000 kg ke
Salah satu tahap produksi yang memiliki risiko keluhan MSDs paling
tinggi adalah tahap penjemuran. Pada tada tahap penjemuran dilakukan weighing
gulungan lembaran bahan olah karet basah dari gilingan krep seberat ±200 kg
menggunakan bantuan alat berupa troli dengan posisi tubuh bagian atas sedikit
lembaran bahan olah karet basah pada sekat yang tersedia di dasar lantai kamar
penjemuran, proses selanjutnya adalah dryer atau pengeringan, pada proses ini
6
pekerja harus mendorong talang berisi bahan olah karet seberat ± 1.000 kg. Selain
tahap penjemuran, tahap pengempaan juga memiliki risiko keluhan MSDs yang
tinggi. Saat melakukan proses pengempaan tersebut para pekerja harus berada
pada posisi berdiri dan sedikit membungkuk dalam waktu bersamaan saat
satu hari dengan 1 jam waktu istirahat dan 6 hari dalam seminggu, dengan beban
kerja dan pembagian shift kerja yang berbeda-beda di tiap tahapannya. Tahap
pembersihan memiliki satu shift kerja yang dimulai dari pukul 08.00-15.30 WIB.
Tahap penggilingan dan penjemuran memiliki satu shift kerja yang dimulai dari
pukul 07.00-14.30 WIB. Tahap pengeringan terdiri dari dua shift kerja, shift
pertama pada pukul 05.00-12.00 WIB dan shift kedua pada pukul 12.00-19.00
WIB. Tahap pengempaan terdiri dari satu shift yang dimulai pada pukul 08.00-
16.00 WIB. Berdasarkan hal-hal tersebut maka peluang terjadinya keluhan MSDs
umumnya pekerja berada pada posisi berdiri dan jongkok. Pekerja kerap
mengeluhkan rasa nyeri pada tubuh bagian bahu, lengan dan punggung pada saat
tidak adanya tempat duduk pada saat proses penjemuran sehingga pekerja harus
karyawan cepat merasa lelah sehingga menambah beban kerja yang berakhir pada
7
dengan posisi berdiri sehingga posisi kepala berada pada keadaan istirahat
(relaxed), akan mampu memberikan rasa nyaman kepada karyawan terutama pada
dan masalah kesehatan yang berkaitan dengan postur kerja dapat berkurang secara
Perumusan Masalah
Proses kerja dalam produksi crumb rubber yang dilakukan dengan bantuan
peralatan mesin menyebabkan karyawan berada pada posisi statis dalam waktu
yang lama. Posisi statis tersebut dapat menyebabkan gangguan pada otot sehingga
pada penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan antara posisi kerja dengan
Tujuan Penelitian
pada karyawan bagian produksi di pabrik karet PT. ADEI Tebing Tinggi Tahun
2019.
Manfaat Penelitian
informasi bagi perusahaan, yaitu PT. ADEI Tebing Tinggi mengenai ergonomi
Kesehatan Kerja) dan dapat dijadikan referensi sebagai bahan pertimbangan untuk
penelitian selanjutnya.
Ergonomi
yang artinya KERJA, dan NOMOS yang artinya HUKUM ALAM. Ergonomi
dilaksanakan dengancara yang baik dalam hal metoda kerja dan peralatan serta
mental sehingga dicapai suatu kualitas hidup secara keseluruhan yang lebih baik.
(2015) adalah:
9
10
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja mental dan fisik,
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun
aspek ekonomis, aspek antropologis, dan aspek budaya dari setiap sistem
kerja sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
ukuran dan tata letak peralatan, penempatan alat, dan cara-cara menggunakan
2) Dalam desain ukuran peralatan, ukuran yang menjadi acuan adalah ukuran
b. Apabila bekerja dengan posisi berdiri dengan pekerjaan diatas meja dan
jika dataran tinggi siku disebut 0, maka dataran kerja yang memerlukan
(10-2) cm.
4) Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk.
Namun dari sudut tulang, lebih baik tegak agar punggung tidak bungkuk dan
otot perut tidak lemas. Untuk itu, dianjurkan untuk melakukan pekerjaan
5) Sudut arah penglihatan untuk pekerjaan dalam posisi berdiri adalah 23-37
8) Batas kesanggupan kerja tercapai apabila detak nadi kerja menjadi 30/menit
di atas nadi istirahat, dimana nadi kerja tersebut tidak terus menerus
menanjak dan sehabis bekerja pulih kembali pada nadi istirahat setelah lebih
kurang 15 menit.
9) Batas kemampuan bekerja seseorang dalam 1 hari adalah 8-10 jam. Melebihi
dari batas tersebut akan menurunkan efisiensi dan kualitas kerja seseorang.
10) Kondisi mental psikologis dipertahankan dengan motivasi, iklim kerja yang
Posisi Kerja
Posisi kerja merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh terhadap
(work posture) dan gerakan seluruh dan anggota tubuh (body and limbs
movements) merupakan hal penting dalam ergonomi. Kedua hal tersebut yang
tenaga kerja. Biomekanik adalah ilmu mengenai postur kerja dan gerakan seluruh
biomekanis apabila postur kerja dan gerakan-gerakan yang dilakukan saat bekerja
Sikap tubuh dalam bekerja. Menurut Anies (2014), saat bekerja terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh, yaitu:
1) Semua pekerjaan dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri secara
bergantian.
2) Sikap tubuh tidak alami harus dihindari. Apabila hal tersebut tidak
dapat memberi efek relaksasi pada otot-otot yang sedang tidak digunakan
untuk bekerja, dan tidak menimbulkan tekanan pada bagian tubuh seperti
rangka dalam jangka panjang akibat pembebanan yang berlebih secara berulang
dan terus menerus. Kelainan tersebut mengacu pada kelainan yang terjadi pada
jaringan tubuh seperti otot, tendon, ligamen, saraf, atau sendi tulang belakang.
Empat faktor utama penyebab MSDs yaitu kerja otot yang berat, aktivitas kerja
yang berulang-ulang, durasi waktu yang lama, dan istirahat yang kurang.
Gangguan ini biasanya diawali dengan keluhan rasa nyeri yang apabila tidak
segera ditangani dan terjadi secara terus menerus, akan menimbulkan rasa sakit
yang berlebihan dan berakhir pada cedera hingga perubahan anatomi tubuh.
1. Keluhan sementara (reversible) yang terjadi pada saat otot menerima beban
dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent) dimana rasa sakit pada otot masih terus
dibedakan menjadi empat jenis, yaitu gangguan pada tendon, sendi, jaringan saraf,
yang cukup merupakan gangguan yang biasa terjadi pada tendon. Nama lain dari
14
tendinitis adalah bahu, siku, pergelangan tangan dan tumit. Gejala tendinitis
bursa (cairan sendi). Bursa memiliki fungsi untuk mengurangi gesekan ketika
ligamen bergeser. Bursitis biasanya terjadi pada lutut akibat tekanan berlebih dan
rasa nyeri.
gangguan jaringan saraf yang paling sering dialami oleh tenaga kerja, terutama
pada bagian bawah punggung yang dikenal dengan low back pain. Salah satu
saraf belakang tertekan. Komponen inti sendi atau ruas tulang belakang yang
pembebanan secara terus-menerus, nucleus akan tertekan atau pecah dan menekan
ujung saraf atau sumsum tulang belakang sehingga menimbulkan rasa sakit yang
luar biasa.
Penyebab lain dari nyeri punggung adalah kerusakan pada sendi tulang
belakang atau spondilosis yang disebabkan karena aus atau terkikisnya tulang
gangguan saraf yang mulai banyak dikeluhkan oleh pekerja di industri. CTS
tertekan. Gejala awal dari CTS berupa rasa pegal atau nyeri pada pergelangan
tangan dan jari. Apabila tidak segera ditangani, rasa nyeri tersebut dapat
merupakan susunan dari dua jaringan tubuh yaitu jaringan neurulogi atau saraf
dan vaskuler atau pembuluh darah. Salah satu bentuk dari gangguan ini adalah
Reynauld’s syndrome atau white finger, yaitu kondisi dimana jari penderita akan
berwarna putih dan disertai rasa nyeri berlebihan dan hilangnya sensitivitas
peraba. Hal tersebut terjadi karena menurunnya aliran darah. Suhu udara yang
dingin dan paparan getaran secara terus-menerus juga menjadi faktor risiko dari
gangguan ini.
Dalam melakukan pekerjaan, tenaga kerja kerap berada pada posisi tubuh
statis dalam kurun waktu yang cukup lama. Kondisi yang paling alamiah
dilakukan pada saat bekerja adalah posisi netral (duduk dan berdiri normal),
dimana usaha otot dan tekanan pada sendi, ligamen, dan tendon paling minimum.
leher, dan sebagainya. Sikap kerja tersebut sering menyebabkan keluhan pada
tenaga kerja yang dalam jangka panjang berisiko berdampak pada gangguan
Tak hanya posisi tubuh statis, sikap kerja menahan beban secara statis
dibandingkan dengan kerja otot dinamis. Ketika anggota tubuh menahan beban,
otot. Hal tersebut dapat mengakibatkan rasa nyeri pada otot dan dalam jangka
manajemen.
Rekayasa teknik. Rekayasa teknik terkait dengan desain stasiun kerja dan
alat kerja. Umumnya rekayasa teknik dapat dilakukan dengan pemilihan empat
risiko sakit, misal akibat suhu udara yang terlalu panas dan sirkulasi udara
yang minim.
seperti berikut:
2. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang yang disesuaikan dengan
Sue Hignett dan Lynn McAtamney pada tahun 2000 dan diterbitkan dalam jurnal
Applied Ergonomics. Metode REBA merupakan suatu metode dalam bidang ilmu
ergonomi yang digunakan sebagai alat analisa postural untuk menilai postur tubuh
sistem musculoskeletal.
18
5. Dapat digunakan untuk penilaian aktivitas otot yang disebabkan oleh posisi
menggunakan handicam, penentuan sudut pada batang tubuh, leher, kaki, lengan
atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Proses metode REBA dapat dilihat
Mulai
Selesai
1. Skoring dilakukan dengan membagi segmen tubuh ke dalam dua grup: grup
A (badan, leher dan kaki) dan grup B yang meliputi tubuh bagian atas
4. Modifikasi skor dari grup A tergantung pada beban atau force yang dilakukan
5. Koreksi pada skor grup B berdasar'kan jenis pegangan kontainer (lihat Tabel
8. Periksa tingkat aksi (action level), risiko dan tindakan perbaikan yang harus
Grup A: Penilaian anggota tubuh bagian badan, leher dan kaki. Metode
REBA dimulai dengan melakukan skoring untuk Grup A yang meliputi badan
menentukan apakah pekerja melakukan pekerjaan dengan posisi badan tegak atau
tidak, kemudian menentukan besar kecilnya sudut fleksi atau ekstensi dari badan
yang diamati, dan memberi skor berdasarkan posisi badan, seperti diilustrasikan
pada Gambar 2.
Keterangan:
Skor 2 = posisi badan fleksi: antara 0o – 20o dan ekstensi: antara 0o – 20o
Skor 3 = posisi badan fleksi; antara 200 – 60o dan ekstensi: >20o
Skor pada badan akan meningkat jika terdapat posisi badan membungkuk
atau memuntir secara lateral sehingga skor pada badan harus dimodifikasi sesuai
Keterangan:
Skoring pada leher. Langkah kedua adalah menilai posisi leher dengan
fleksi antara 0o – 20o dan posisi leher menekuk fleksi atau ekstensi >20 o.
Keterangan:
posisi leher membungkuk atau memuntir secara lateral seperti yang diilustrasikan
pada Gambar 5.
Keterangan:
Skor pada kaki. Langkah terakhir untuk melengkapi alokasi skor pada grup
badan.
Keterangan:
Skor 1 = posisi kedua kaki tertopang dengan baik di lantai dalam keadaan
Skor 2 = salah satu kaki tidak tertopang di lantai demgan baik atau
terangkat
Skor pada kaki akan meningkat jika salah satu atau kedua lutut fleksi
ditekuk. Kenaikan dapat terjadi sampai dengan 2 (+2) apabila lutut menekuk >60 o,
keadaan tersebut tidak dianggap menekuk dan tidak meningkatkan skor pada kaki.
Keterangan:
Skor +1 = salah satu atau kedua kaki ditekuk fleksi antara 30 o – 60o
Skor 2+ = salah satu atau kedua kaki ditekuk fleksi antara > 60 o
terhadap anggota tubuh grup A adalah menilai anggota tubuh bagian atas (lengan,
lengan bawah dan pergelangan tangan) pada kedua sisi kiri dan kanan.
Skor pada lengan. Untuk menentukan skor lengan atas maka harus
dilakukan pengukuran sudut antara lengan dan badan. Ilustrasi pada Gambar 8
yang terbentuk antara lengan dan badan selama pekerja melakukan pekerjaannya
Keterangan:
Skor 2 = posisi lengan fleksi antara 21o – 45o atau ekstensi >20o
Jika bahu pekerja terangkat, lengan diputar atau dirotasi dan lengan
diangkat menjauh dari badan, maka skor harus dimodifikasi dengan ditambah 1.
Jika lengan ditopang selama bekerja maka skor dikurangi 1, seperti diilustrasikan
pada Gambar 9. Jika tidak terdapat situasi lengan seperti yang telah disebutkan/
diilustrasikan, maka skor pada Gambar 8 diatas dapat langsung digunakan tanpa
dimodifikasi.
25
Keterangan:
Skoring pada lengan bawah. Skor postur untuk lengan bawah juga
tergantung pada sudut yang dibentuk oleh lengan bawah selama melakukan
Gambar 10. Setelah penilaian kisaran sudut pada lengan bawah dilakukan, maka
Gambar 10. Ilustrasi posisi dan kisaran sudut lengan bawah dan skoring
Keterangan:
bawah menunjukkan dua posisi yang perluu dipertimbangkan dalam metode ini.
pergelangan tangan.
Gambar 11. Ilustrasi posisi dan kisaran sudut pergelangan tangan dan skoring
Keterangan:
Jika pergelangan tangan pada saat bekerja mengalami torsi atau deviasi
baik ulnar maupun radikal (menekuk ke atas maupun ke bawah) maka skor
Gambar 12. Ilustrasi posisi pergelangan tangan yang dapat mengubah skor
Keterangan:
Skoring grup A dan grup B. Skor individu yang diperoleh dari grup A
(posisi badan, leher, dan kaki) akan memberikan skor pertama berdasarkan Tabel
1.
Tabel 1
TABEL A
Leher
1 2 3
Badan
Kaki Kaki Kaki
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Selanjutnya, skor awal untuk grup B berasal dari skor posisi lengan,
Tabel 2
TABEL B
Lengan Bawah
1 2
Lengan
Pergelangan Tangan Pergelangan Tangan
1 2 3 1 2 3
1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 4 6 7
5 6 7 8 7 8 8
Skoring untuk beban atau force. Besar kecilnya skor untuk pembebanan
atau force sangat tergantung dari berat ringannya beban yang dikerjakan oleh
pekerja. Penentuan skor didasarkan pada Tabel 3 berikut yang selanjutnya disebut
“Skor A”.
Tabel 3
Skor Posisi
+0 Beban atau force < 5 kg
+1 Beban atau force antara 5 – 10 kg
+2 Beban atau force > 10 kg
+3 Pembebanan atau force secara tiba-tiba atau mendadak
pada jenis pegangan. Skor grup B dapat dimodifikasi berdasarkan jenis pegangan,
Tabel 4
Skor Posisi
Pegangan Bagus
Pegangan kontainer baik dan kekuatan pegangan berada pada
+0
posisi tengah
Pegangan Sedang
Pegangan tangan dapat diterima, tetapi tidak ideal atau pegangan
+1 optimum yang dapat diterima untuk menggunakan bagian tubuh
lainnya
Pegangan Jelek
Pegangan ini terlalu dipaksakan, atau tidak ada pegangan atau
+3 genggaman tangan, pegangan bahkan tidak dapat diterima untuk
menggunakan bagian tubuh lainnya.
didasarkan pada hasil perhitungan dari Skor A dan Skor B akan ditunjukkan pada
Tabel 5 berikut.
Tabel 5
TABEL C
SKOR SKOR B
A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
(bersambung)
30
Tabel 5
TABEL C
SKOR SKOR B
A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Penentuan dan perhitungan final skor REBA. Final skor dari metode
Tabel 6
Skor Posisi
Satu atau lebih bagian tubuh dalam keadaan statis, misalnya ditopang
+1 untuk lebih dari 1 menit
risiko dan tindakan korektif yang disarankan pada posisi yang dievaluasi.
Semakin besar nilai dari hasil yang diperoleh maka akan lebih besar risiko yang
31
dihadapi untuk posisi yang bersangkutan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 7
berikut.
Tabel 7
Skor Tingkat
Kategori Risiko Tindakan
Akhir Risiko
Tidak ada tindakan yang
1 0 Sangat rendah
diperlukan
2–3 1 Rendah Mungkin diperlukan tindakan
4–7 2 Sedang Diperlukan tindakan
8 – 10 3 Tinggi Diperlukan tindakan segera
Diperlukan tindakan sesegera
11 – 15 4 Sangat tinggi
mungkin
metode ini sangat tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja pada
saat penilaian dilakukan dan juga tergantung dari keahilan dan pengalaman dari
observer. Namun demikian, metode ini memiliki validitas dan reliabilitas yang
cukup baik karena dapat menilai tingkat keparahan gangguan pada sistem
yang dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan
bagian paling bawah yaitu otot kaki, meliputi kedua sisi tubuh kanan dan kiri
(Gambar 13). Melalui metode ini dapat diketahui bagian otot mana saja yang
mengalami gangguan mulai dari tingkat rendah (tidak ada keluhan/cedera) sampai
skala likert yang terdiri dari 4 skala. Definisi operasional dari skala tersebut dapat
Tabel 8
Skala Kriteria
Skor 0 Tidak sakit (tidak ada keluhan/kenyerian pada otot-otot
atau tidak ada rasa sakit sama sekali yang dirasakan oleh
pekerja selama melakukan pekerjaan).
adalah menghitung total skor individu dari seluruh sistem musculoskeletal (28
bagian sistem musculoskeletal). Pada desain 4 skala likert ini, maka akan
diperoleh skor individu terendah adalah sebesar 0 dan skor tertinggi 84. Berikut
Tabel 9
Landasan Teori
ERGONOMI:
(Tarwaka, 2015) Keluhan Musculoskeletal:
Posisi kerja (Anies, 2014)
(Anies, 2014)
Kerangka Konsep
variabel bebas (independen) yaitu posisi kerja dan satu variabel terikat (dependen)
Hipotesis Penelitian
dirumuskan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara posisi kerja
Jenis Penelitian
variabel dependen dan variabel independen pada objek penelitian diukur atau
Notoadmodjo, 2005).
yang beralamat di Jalan Imam Bonjol No. 239 Kel. Satria, Kec. Padang Hilir,
Pabrik Karet PT. ADEI Tebing Tinggi yang berjumlah 196 orang.
yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
quota sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan apabila sampel diambil
dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
35
36
Kriteria inklusi responden yaitu hanya bekerja pada satu bagian kerja
tertentu dari proses produksi, bekerja pada satu shift kerja dan tidak memiliki
diwawancara. Berdasarkan kriteria tersebut dan tahap proses produksi PT. ADEI
Tebing Tinggi (lihat Lampiran 3), diperoleh sampel sebanyak 25 orang, meliputi 5
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas (posisi kerja) dan variabel terikat
berikut:
Tabel 10
Definisi Operasional
Definisi
Variabel Cara Ukur Instrumen Kategori Skala
Variabel
Posisi Kerja Sikap atau Observasi Lembar 1. 1 = Sangat Ordinal
kondisi tubuh Dokumentasi penilaian Rendah
pada saat Pengukuran REBA, 2. 2-3 = Rendah
melakukan kamera, 3. 4-7 = Sedang
pekerjaan busur 4. 8-10 = Tinggi
5. 11-15 =
Sangat tinggi
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer. Adapun data
yang dikumpulkan berupa posisi kerja, beban kerja dan data frekuensi keluhan
MSDs. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil data langsung pada
digunakan adalah lembar Nordic Body Map (NBM). Pengambilan data dilakukan
disorders responden. Wawancara dan pengisian lembar NBM dilakukan pada saat
Metode Pengukuran
mengukur risiko posisi kerja dengan menggunakan metode REBA (Rapid Entire
menganalisa posisi yang terjadi pada anggota tubuh bagian atas (lengan, lengan
bawah, dan pergelangan tangan), badan, leher dan kaki secara bersamaan serta
38
menganalisa postur tubuh statis maupun dinamis yang terdapat perubahan cepat
atau stabil. Hal ini sesuai dengan posisi kerja karyawan PT. ADEI Tebing Tinggi
yang bekerja dalam berbagai posisi, yaitu berdiri, membungkuk, jongkok, dan
dengan postur yang dinamis. Proses penilaian risiko posisi kerja dilakukan dengan
musculoskeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri mulai dari leher hingga
pekerja terkait keluhan yang dirasakan pada bagian-bagian otot tubuh yang
berdasarkan skor akhir REBA yaitu skor 11-15 = sangat tinggi (kode 1), skor
8-10 = tinggi (kode 2), skor 4-7 = sedang (kode 3), skor 2-3 = rendah (kode
jika responden tidak mengalami keluhan / tidak sakit (skor = 0), kode 2 jika
responden sedikit mengalami keluhan / agak sakit (skor = 1), kode 3 jika
c. Kriteria atau kategori skor jawaban responden atas pengukuran risiko kerja
skor 1 atau sangat rendah (kode 5) maka diberi kode 1. Artinya posisi
hasil pengukuran menunjukkan skor 2-3 atau rendah (kode 4), skor 4-
7 atau sedang (kode 3), skor 8-10 atau tinggi (kode 2) dan skor 11-15
atau tinggi (kode 1) maka diberi kode 2. Artinya posisi kerja berisiko
uji deskriptif yaitu untuk mendeskripsikan variabel posisi kerja dan keluhan
variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik chi-square
dengan bantuan program komputer. Taraf signifikansi atau Confident Interval (CI)
yang digunakan adalah 95%, dengan derajat kebebasan (df= 1), dan nilai
value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan
antara kedua variabel. Sebaliknya, jika P value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
Profil Perusahaan
PT. ADEI Tebing Tinggi adalah sebuah perseroan terbatas yang di dirikan
Hasan Gelar Soetan Pane Parohoem serta telah memiliki Surat Izin Usaha
Tebing Tinggi adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang industri
pengolahan karet dan eksportir karet remah. Perusahaan ini didirikan pada tahun
Negeri (PMDN).
Limited yang didirikan pada tanggal 20 Februari 1954, kemudian pada tanggal 15
Mei 1954 terjadi perubahan nama lagi menjadi PT. ADEI Crumb Factory.
provinsi Riau namun tidak terealisasi karena ditinjau tidak memberikan hasil yang
baik.
menjadi PT ADEI Crumb Rubber Industry pada tahun 1997 sampai sekarang. PT
ADEI Crumb Rubber Industry berkedudukan di Jalan Ahmad Yani No. 82 Medan
41
42
Imam Bonjol, Kel. Satria, Kec. Padang Hilir, Tebing Tinggi, Sumatera Utara.
Visi dan misi. Adapun visi dan misi PT. ADEI Tebing Tinggi adalah
sebagai berikut.
berlaku.
perusahaan.
pengolahan bahan olah karet (bokar) terdiri dari penerimaan bahan olah,
perantara adalah pembersihan. Pada proses ini semua bahan baku karet mentah
44
hammermill atau mesin giling paku. Setelah dilakukan penyortiran, bahan baku
granulator dengan bantuan air mengalir agar karet lebih bersih. Selanjutnya karet
dialirkan ke mesin prebreaker untuk memperoleh karet yang bersih dari kototran
(micro blending) dengan gilingan krep untuk memperbaiki keseragaman hasil dan
gilingan krep di dalam kamar pengeringan selama 8-14 hari. Setelah melalui tahap
butiran remah. Proses pencincangan juga disebut dengan proses peranjangan yang
dilakukan dengan mesin shredder. Ukuran pecahan getah setelah diranjang harus
dalam cetakan yang disebut talang untuk melalui proses pengeringan dengan
mesin dryer.
dikendalikan oleh operator. Butiran remah karet yang telah diisi ke dalam talang
suhu 120-125oC dengan waktu 10-12 menit. Di dalam dryer terdapat tiga tahapan,
pendinginan. Dengan demikian karet yang telah keluar dari dryer merupakan
ketinggian kurang dari 7 inchi. Untuk mengempa karet hingga berbentuk bal
dipastikan dalam keadaan cukup dingin (dibawah 45 oC). Setiap bal diperiksa
secara manual dan visual untuk memastikan tidak ada kontaminasi bahan asing
atau mengandung white spot dengan mengambil sampel dari setiap bal untuk
diperiksa. Setiap bal yang mengandung white spot akan dipisahkan untuk
diidentifikasi dan diambil tindakan segera agar hal yang sama tidak terjadi lagi
Analisis Univariat
(Tabel 11).
Tabel 11
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa terdapat 4 orang (16,0%) yang berada
tahun sebanyak 3 orang (12,0 %), pada kelompok umur 33 sampai 37 tahun
Tabel 12
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa masa kerja paling rendah yang
dimiliki oleh orang adalah 5 tahun dan paling lama yaitu 35 tahun. Terdapat 1
orang (4,0%) yang memiliki masa kerja 5 tahun, sebanyak 5 orang memiliki masa
kerja 7 tahun (20,0 %), sebanyak 1 orang memiliki masa kerja 8 tahun (4,0%),
sebanyak 1 orang memiliki masa kerja 9 tahun (4,0%), sebanyak 2 orang memiliki
masa kerja 10 tahun (8,0%), sebanyak 1 orang memiliki masa kerja 13 tahun
(4,0%), sebanyak 1 orang memiliki masa kerja 15 tahun (4,0%), sebanyak 2 orang
memiliki masa kerja 23 tahun (8,0%), sebanyak 1 orang memiliki masa kerja 24
tahun (4,0%), sebanyak 2 orang memiliki masa kerja 25 tahun (8,0%), sebanyak
1 orang memiliki masa kerja 26 tahun (4,0%), sebanyak 2 orang memiliki masa
kerja 27 tahun (8,0%), sebanyak 1 orang memiliki masa kerja 29 tahun (4,0%),
48
memiliki masa kerja 32 tahun (4,0%), sebanyak 1 orang memiliki masa kerja 34
tahun (4,0%), dan sebanyak 1 orang memiliki masa kerja 35 tahun (4,0%)
berikut.
Tabel 13
Tabel 14
memiliki skor NBM rendah, 17 orang (68,0%) memiliki skor NBM sedang, 6
orang (24,0%) memiliki skor NBM tinggi dan 1 orang (4,0%) memiliki skor
49
orang (4,0%) tidak mengalami keluhan MSDs dan sebanyak 24 orang (96%) yang
terdiri dari kategori risiko sedang, tinggi dan sangat tinggi, mengalami keluhan
MSDs.
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
(93%).
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
(92%).
52
Tabel 21
Tabel 22
Tabel 23
Tabel 24
Tabel 25
15 orang (60%).
Tabel 26
Tabel 27
19 orang (76%).
Tabel 28
(92%).
Tabel 29
21 orang (84%).
Tabel 30
Tabel 31
9 orang (36%).
Analisis Bivariat
Tabel 32
Keluhan MSDs
Tidak Ada Total
Posisi Kerja Ada Keluhan
Keluhan
n % n % n %
Tidak Ergonomis 1 4,0 14 96,0 25 100,0
Ergonomis 0 0 0 0 0 0
REBA bernilai konstan (seluruh responden berada pada posisi kerja tidak
pada posisi kerja tidak ergonomis tidak mengalami keluhan musculoskeletal dan
58
sebanyak 24 orang (96,0%) yang berada pada posisi kerja tidak ergonomis
Tebing Tinggi
Tabel 33
Keluhan MSDs
Posisi Kerja Tidak Ada
Bagian Ada keluhan
Keluhan
n % n %
Pembersihan Tidak ergonomis 5 100,0 0 0
Ergonomis - - - -
Penggilingan Tidak ergonomis 4 80,0 1 20,0
Ergonomis - - - -
Penjemuran Tidak ergonomis 5 100,0 0 0
Ergonomis - - - -
Pengeringan Tidak ergonomis 5 100,0 0 0
Ergonomis - - - -
Pengempaan Tidak ergonomis 5 100,0 0 0
Ergonomis - - - -
terdapat 5 orang (100,0%) dengan posisi kerja tidak ergonomis dan mengalami
keluhan MSDs. Pada tahap penggilingan terdapat 5 orang (100,0%) dengan posisi
MSDs dan 1 orang (20,0%) tidak mengalami keluhan MSDs. Pada tahap
penjemuran terdapat 5 orang (100,0%) dengan posisi kerja tidak ergonomis dan
dengan posisi kerja tidak ergonomis dan mengalami keluhan MSDs. Pada tahap
59
pengempaan terdapat 5 orang orang (100,0%) dengan posisi kerja tidak ergonomis
REBA bernilai konstan dimana sebanyak 25 orang karyawan (100%) berada pada
posisi kerja tidak ergonomi sehingga tidak dapat dilakukan analisis bivariat
terhadap dua variabel (posisi kerja dengan keluhan MSDs). Dengan demikian
dapat diasumsikan bahwa terdapat hubungan antara posisi kerja dengan keluhan
musculoskeletal pada karyawan bagian produksi di pabrik karet PT. ADEI Tebing
Tinggi.
musculoskeletal dan sebanyak 24 orang (96,0%) yang berada pada posisi kerja
nordic body map diketahui bahwa keluhan terbanyak dirasakan pada bagian
lengan atas sebanyak 24 orang (98%), diikuti dengan keluhan pada bahu, lengan
bawah, siku, punggung, pinggang dan lutut yaitu sebanyak 23 orang (92%),
keluhan ketiga terbanyak adalah pada betis yang dirasakan oleh 21 orang (84%),
serta keluhan yang paling sedikit dirasakan yaitu pada pantat/buttom sebanyak 4
orang (16%).
berdiri secara dinamis selama 7 jam kerja. Hal ini diduga menjadi penyebab
60
61
menopang bobot tubuh selama berdiri dan berjalan. Sedangkan pada tahap
jongkok > 4 jam/hari dapat menimbulkan potensi bahaya ergonomi sebab terjadi
penumpukan asam laktat pada otot lutut yang menimbulkan rasa nyeri dan pegal.
dilakukan dengan alat bantu gancu dimana bahan tersebut berada di dasar lantai
menopang atau variasi sikap tubuh) > 30o untuk > 4 jam/hari, atau > 45o untuk > 2
dan pinggang.
bervariasi mulai dari 1kg hingga >20 kg, setiap bokar yang memiliki bobot >10
kg diangkat oleh dua hingga tiga orang dengan frekuensi angkat secara repetitif ≤
2 kali per menit. Selama tahap penggilingan, penjemuran, dan pengeringan, bokar
dipindahkan dengan cara didorong menggunakan alat bantu dorong berupa troli.
Bobot setiap troli > 200 kg dan didorong oleh satu orang. Sedangkan pada tahap
pengempaan, karet yang sudah matang dipindahkan untuk ditimbang dan dipress
62
hingga berbentuk bal-bal, setiap bal karet memiliki bobot ± 35 kg dan diangkut oleh
satu orang. Pada saat menggangkat beban, posisi siku berada diatas bahu. Posisi
tersebut memungkinkan menjadi salah satu penyebab adanya keluhan MSDs pada
lengan, bahu dan siku sebab menurut Tarwaka (2015), mengangkat beban yang
berat dengan frekuensi tinggi dan posisi tangan di atas kepala atau siku di atas
bahu secara repetitif > 1 kali/menit, > 4 jam/hari dapat menimbulkan potensi
bahaya ergonomi.
ergonomis. Analisis bivariat terhadap dua variabel (risiko posisi kerja dengan
keluhan MSDs) tidak dapat dilakukan sehingga tidak dapat diperoleh hasil tahap
MSDs. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa seluruh tahap produksi, yaitu
pada pabrik karet PT. ADEI Tebing Tinggi berisiko dalam menyebabkan keluhan
musculoskeletal.
terdapat 5 orang karyawan (100,0%) dengan posisi kerja tidak ergonomis dan
kerja menunjukkan bahwa pada proses ini terdapat sebanyak 2 orang (40%)
memiliki risiko posisi kerja sangat tinggi dan 3 orang (60%) berisiko tinggi. Pada
63
proses ini mayoritas karyawan bekerja dalam posisi berdiri dengan membentuk
dan pinggang pada 5 responden (100%). Bagian tubuh selanjutnya yaang sering
mengalami keluhan adalah lutut dan betis yang dirasakan oleh 5 orang (100%)
karena berfungsi untuk menopang tubuh saat berdiri dan berjalan. Tangan banyak
keluhan MSDs bahu dan lengan adalah keluhan MSDs berikutnya yang banyak
MSDs dan 1 orang (20,0%) tidak mengalami keluhan MSDs. Pengukuran sampel
dilakukan pada saat melakukan aktivitas penggilingan bahan olah karet, yaitu
pada saat karyawan memantau karet yang di giling secara macro blending
menggunakan mesin, dan pada saat karyawan memindahkan karet yang telah
keluar dari proses macro blending untuk dilanjutkan ke proses micro blending
dengan bantuan mesin. Hasil pengukuran posisi kerja menunjukkan bahwa pada
proses ini terdapat sebanyak 2 orang (40%) memiliki risiko posisi kerja sangat
tinggi dan 3 orang (60%) berisiko rendah. Pada proses ini, tangan banyak
melakukan gerakan untuk mengambil dan memindahkan bahan baku. Pada saat
merasakan keluhan MSDs pada lengan atas, siku dan lengan bawah. Keluhan
terbanyak berikutnya yang dirasakan oleh seluruh karyawan di tahap ini adalah
64
pada bagian lutut dan betis yang berfungsi untuk menopang tubuh pada saat
pengukuran posisi kerja menunjukkan bahwa pada proses ini terdapat sebanyak 2
orang (40%) memiliki risiko posisi kerja sangat tinggi dan 3 orang (60%) berisiko
tinggi. Pada proses ini mayoritas karyawan bekerja dalam posisi berdiri dan
jongkok, dengan membentuk sudut badan 200-600 ke depan pada saat mendorong
troli yang berisi karet basah, dan membentuk sudut 20 0-600 ke depan pada saat
punggung dan pinggang pada kelima responden (100%). Bagian tubuh selanjutnya
yang banyak dirasakan keluhan MSDs oleh seluruh responden tahap ini adalah
lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan karena pada saat menahan
troli yang di dorong dan memindahkan lembaran karet basah ke alat penjemuran,
lengan atas membentuk sudut 210-450 sedangkan lengan bawah membentuk sudut
>1000. Keluhan pada lutut dan betis juga menjadi yang tertinggi karena berfungsi
posisi kerja tidak ergonomis dan mengalami keluhan MSDs. Pengukuran sampel
dilakukan pada saat karyawan melakukan aktivitas pemindahan karet kering dari
menunjukkan bahwa pada proses ini terdapat sebanyak 2 orang (40%) memiliki
risiko posisi kerja sangat tinggi dan 1 orang (20%) berisiko tinggi dan 2 orang
(40%) berisiko rendah. Pada proses ini mayoritas karyawan bekerja dalam posisi
berdiri dengan membentuk sudut badan > 600 ke depan pada saat memindahkan
leher, punggung dan pinggang seluruh karyawan. Bagian tubuh yang banyak
dalam mesin pencacah dan mengisi butiran remah karet yang mengalir dari mesin
Pada saat melakukan aktivitas tersebut, lengan atas membentuk sudut 46 0-900
keluhan pada bahu, lengan atas, siku dan lengan bawah. Selain tangan, paha dan
lutut juga menjadi keluhan yang dirasakan oleh seluruh karyawan karena
posisi kerja tidak ergonomis dan mengalami keluhan MSDs. Pengukuran sampel
yang keluar dari mesin dryer dan melakukan pemeriksaan manual karet bal. Hasil
pengukuran posisi kerja menunjukkan bahwa pada proses ini terdapat sebanyak 2
orang (40%) memiliki risiko posisi kerja sangat tinggi dan 2 orang (40%) berisiko
tinggi dan 1 orang (20%) berisiko rendah. Pada proses ini mayoritas karyawan
bekerja dalam posisi berdiri dengan membentuk sudut badan 200-600 ke depan
pada saat memindahkan karet kering ke dalam mesin twin chamber dan
66
punggung dan pinggang pada seluruh karyawan. Bagian tubuh yang banyak
memindahkan karet serta memeriksa bagian-bagian karet dari benda asing. Pada
sedangkan lengan bawah membentuk sudut <600 sehingga keluhan MSDs lengan
atas, siku dan lengan bawah menjadi keluhan yang banyak dirasakan berikutnya.
Selain tangan, kaki juga banyak melakukan gerakan berjalan sehingga keluhan
Keterbatasan Penelitian
Kesimpulan
1. Sebanyak 25 karyawan (100%) bekerja pada posisi yang tidak ergonomis dan
posisi kerja bernilai konstan sehingga tidak dapat dilakukan analisis data.
Saran
perubahan dalam hal aktivitas kerja yang disesuaikan dengan kenyamanan tubuh
saat bekerja, seperti; meletakkan objek dengan tepat di dalam jangkauan lengan
gerakan apabila mulai merasa lelah seperti membungkuk, duduk, berlutut, dan
jongkok; dan bekerja secara berpasangan untuk mengangkat objek yang berat.
67
68
kursi pendek untuk pekerjaan yang dilakukan di lantai atau dengan posisi jongkok
peregangan otot yang benar juga perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
para karyawan terhadap potensi bahaya akibat posisi kerja yang tidak ergonomis
Anies. (2014). Kedokteran okupasi: berbagai penyakit akibat kerja dan upaya
penanggulangan dari aspek kedokteran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Ulfah, N., Harwanti, S., & Nurcahyo, P. (2014). Sikap kerja dan risiko
musculoskeletal disorders pada pekerja laundry. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 8(7), 313-318.
69
70
Lampiran 3. Dokumentasi
Proses Pembersihan
Proses Penggilingan
Proses Penjemuran
Proses Pengeringan
Proses Pengempaan
Gambar 10. Proses pemeriksaan bal karet secara manual dan visual
77
KUESIONER
NORDIC BODY MAP
No Pekerja : ____________________
Nama : ____________________
Beban Kerja : ____________________
Melalui kuesioner ini, anda diminta untuk menilai apa yang anda rasakan pada bagian
tubuh yang ditunjukkan pada gambar. Apakah bagian tubuh mengalami rasa sakit/nyeri
setelah melakukan pekerjaan.
Skoring
No Keluhan Peta Bagian Tubuh
0 1 2 3
0 Sakit pada leher bagian atas
1 Sakit pada leher bagian bawah
2 Sakit pada bahu kiri
3 Sakit pada bahu kanan
4 Sakit pada lengan atas kiri
5 Sakit pada punggung
6 Sakit pada lengan atas kanan
7 Sakit pada pinggang
8 Sakit pada pantat (buttock)
9 Sakit pada pantat (bottom)
10 Sakit pada siku kiri
11 Sakit pada siku kanan
12 Sakit pada lengan bawah kiri
13 Sakit pada lengan bawah kanan
14 Sakit pada pergelangan tangan kiri
15 Sakit pada pergelangan tangan kanan
16 Sakit pada tangan kiri
17 Sakit pada tangan kanan
18 Sakit pada paha kiri
19 Sakit pada paha kanan
20 Sakit pada lutut kiri
21 Sakit pada lutut kanan
22 Sakit pada betis kiri
23 Sakit pada betis kanan
24 Sakit pada pergelangan kaki kiri
25 Sakit pada pergelangan kaki kanan
26 Sakit pada kaki kiri
27 Sakit pada kaki kanan
Sumber: Tarwaka, 2015
78
Keterangan:
tidak ada rasa sakit sama sekali yang dirasakan oleh pekerja selama
melakukan pekerjaan).
bagian otot dan sudah mengganggu pekerjaan, tetapi rasa kenyerian segera
4. Skor 3 = Sangat sakit (dirasakan keluhan sangat sakit atau sangat nyeri
pada bagian otot dan kenyerian tidak segera hilang meskipun telah
beristirahat yang lama atau bahkan diperlukan obat pereda nyeri otot).
79
Keterangan
TB : Tidak berisiko
B : Berisiko
TS : Tidak sakit
S : Sakit
81
posisi kerja yang sering dilakukan oleh responden. Untuk responden 01 dapat
badan membentuk sudut 200-600 ke depan maka diberi skor 3, dikarenakan posisi
pemberian skor pada badan didapatkan skor 4.Posisi leher berada fleksi >20 0
maka diberi skor 2 dengan penambahan skor 1 karena posisi leher membungkuk,
sehingga didapatkan skor leher 3.Posisi kedua kaki tertopang baik di lantai maka
diberi skor 1 dengan penambahan 1 skor karena salah satu kaki membentuk sudut
fleksi 300-600, sehingga didapatkan skor untuk kaki 2. Hasil yang didapatkan dari
penilaian badan, leher dan kaki selanjutnya dikonversikan ke dalam Grup A dan
menghasilkan skor 7.
91
Pada lengan bagian atas diperoleh skor 3 karena berada pada posisi antara
460-900 ke arah depan dengan posisi bahu naik maka ditambahkan adanya
perubahan skor berjumlah 1. Untuk pemberian skor lengan atas didapatkan skor
4.Posisi lengan bawah berada pada skor 2 karena membentuk sudut <60 0 atau
pergerakan ke atas dan ke bawah, sehingga didapatkan skor untuk tangan 3. Hasil
dari penilaian lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan dikonversikan
diangkat > 10 kg, skor Grup A menjadi 9. Skor dari Grup B ditambahkan dengan
skor 0 karena jenis pegangan baik dan kekuatan pegangan berada pada posisi
lalu ditambahkan dengan skor jenis aktivitas otot. Skor Grup C yang diperoleh
adalah 11, ditambah 1 untuk jenis aktivitas otot karena terdapat gerakan berulang-
ulang. Dengan demikian diperoleh skor akhir REBA menjadi 12 yang tergolong
pada tingkat risiko sangat tinggi sehingga diperlukan tindakan perbaikan posisi
pekerja.
92
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Masa_kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Posisi_Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kategori_NBM
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_leher_atas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_leher_bawah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_bahu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_lengan_atas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_punggung
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_pinggang
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_pantat_buttock
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_pantat_butttom
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_siku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_lengan_bawah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_pergelangan_tangan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_tangan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_paha
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_lutut
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_betis
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_pergelangan_kaki
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_kaki
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Keluhan_MSDs
% within
Risiko_posisi 4,0% 96,0% 100,0%
_kerja
Chi-Square Tests
Value
a
Pearson Chi-Square .
N of Valid Cases 25
Bagian * Keluhan_MSDs
Crosstab
Keluhan_MSDs
Tidak ada
keluhan Ada keluhan Total
Penggilingan Count 1 4 5
Penjemuran Count 0 5 5
Pengeringan Count 0 5 5
Bagian * Posisi_kerja
Crosstab
Posisi_kerja
Penggilingan Count 5 5
Pengeringan Count 5 5
Pengempaan Count 5 5
Chi-Square Tests
Value
a
Pearson Chi-Square .
N of Valid Cases 25