Anda di halaman 1dari 73

ASPEK MEDIS DAN SURVIVAL

Oleh
Joko Dirgantoro
Nama : Joko Dirgantoro
BIODATA
Pangkat NRP : Lettu Kes 507265
Jabatan/Jawatan : Ka Urdal / Skadik 504
Status : K2
Tempat tanggal lahir : Sragen, 10 November 1963
Dik Umum : SMA / SPK 1983 / 1988
Dik Militer : STUKPA 9 Th. 2006
Riwayat jabatan : 1. Ka Kes Lanud ATK 2007-2008
2. Pa Instruktur Gol VIII Skadik 504 2008-2010
3. Ka Urdal 2010- s.d. sekarang
Riwayat penugasan : 1. 1998-1996 Lanud Tanjung Pinang
2. 1996-1999 Skadron Udara 17
3. 1999-2007 Lakespra Saryanto
4. 2007-2008 Lanud Astra Ksetra
5. 2008 s.d. sekarang Skadik 504
• SAR adalah merupakan singkatan dari Search
And Rescue, dengan demikian maksud dan
tujuan dari misi SAR adalah mencari dan
menolong.Secara spesifik lagi SAR dapat
didefinisikan sebagai pengerahan personal dan
fasilitas yang tersedia didalam memberikan
pertolongan kepada manusia atau sesuatu
yang berharga yang berada dalam keadaan
celaka atau distress dilokasi yang terisolir.
Sejarah SAR

Tahun 1950 Indonesia masuk menjadi anggota


organisasi penerbangan internasional ICAO
(International Civil Aviation Organization).Sejak
saat itu Indonesia diharapkan mampu menangani
musibah penerbangan dan pelayaran yang terjadi
di Indonesia.
• Lahirnya organisasi SAR di Indonesia yang saat ini kita
kenal bernama Basarnas ini diawali `dengan adanya
istilah Internasional “Black Area” bagi suatu Negara yang
tidak memiliki organisasi SAR. Status “Black Area” ini
jelas membawa dampak negative dalam bidang politik,
ekonomi, budaya dan hukum dalam pergaulan
Internasional. Sebagai Negara yang baru merdeka,
Indonesia berkeinginan untuk tidak menjadi “Black
Area”, maka pada tahun 1950 Indonesia masuk menjadi
anggota organisasi penerbangan internasional ICAO
(International Civil Aviation Organization.
• Sebagai konsekuensi logis dan tindak lanjut
atas masuknya Indonesia menjadi anggota
ICAO tersebut, maka pemerintah menetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1955
tentang Penetapan Dewan Penerbangan untuk
membentuk panitia SAR.
• Pada tahun 1968 ditetapkan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor T.20/I/2-4 mengenai ditetapkannya Tim
SAR Lokal Jakarta yang pembentukannya diserahkan kepada
Direktorat Perhubungan Udara.Tim inilah yang akhirnya
menjadi embrio dari organisasi SAR Nasional di Indonesia.
• Pada tahun 1968 bersamaan dengan keluarnya Keputusan
Menteri Perhubungan No.T.20/I/2-4 yang menetapkan
pembentukan Tim SAR Lokal Jakarta, terdapat proyek South
East Asia Coordinating Committee on Transport and
Communications, yang mana menunjuk Indonesia sebagai
Umbrella Project (proyek payung) untuk negara-negara Asia
Tenggara.
Dalam kegiatan survey, tim US Coast Guard bekerja dengan didampingi pejabat-pejabat sipil dan militer dari Indonesia. Tim dari Indonesia yang mendampingi tim US Coast Guard ini juga mengahsilkan kesimpulan bahwa :
a. Instansi pemerintah baik sipil maupun militer
sudah mempunyai unsur yang dapat membantu
kegiatan SAR, namun diperlukan suatu wadah
untuk menghimpun unsur-unsur tersebut dalam
suatu system SAR yang baik. Instansi-instansi
berpotensi tersebut juga sudah mempunyai
perangkat dan jaringan komunikasi yang memadai
untuk kegiatan SAR, namun masih diperlukan
pengaturan pemanfaatan jaringan tersebut;
b.Personil dari instansi berpotensi SAR pada
umumnya belum memiliki kemampuan dan
keterampilan SAR yang khusus, sehingga perlu
pembinaan dan latihan.
Menindak lanjuti hasil survey Tim dari Indonesia yang
mendampingi tim US Coast Guard tersebut
ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 11 tahun
1972 tanggal 28 Februari 1972 tentang
pembentukkan Badan SAR Indonesia yang popular
dengan nama Basari. Basari ini sebagai organisasi
resmi pemerintah memiliki struktur yang terdiri dari :
• Unsur Pimpinan;
• Pusat SAR Nasional (Pusarnas);
• Pusat-pusat Koordinasi Rescue (PKR);
• Sub-sub Koordinasi Rescue (SKR);
• Unsur-unsur SAR.
• Momentum operasi penanganan musibah
yang berhasil dicatat dengan tinta emas pada
era ini antara lain penanganan musibah
Boeing 727-PANAM tahun 1974 di Bali dan
operasi pesawat DHC Twin otter di Sulawesi
yang dalam sejarah SAR Indonesia dikenal
dengan operasi Tinombala
• Untuk lebih mengefektifkan kegiatan SAR,
maka pada tahun 1978 Menteri Perhubungan
selaku kuasa Ketua Basari mengeluarkan
Keputusan Nomor 5/K.104/Pb-78 tentang
penunjukkan Kepala Pusarnas sebagai Ketua
Basari pada kegiatan operasi SAR di lapangan.
• Sedangkan untk penanganan SAR di daerah
dikeluarkan Instruksi Menteri Perhubungan
Nomor : IM 4/KP/Phb-78 untuk membentuk
Satuan Tugas SAR.
• Dengan adnaya organisasi SAR akan memberikan rasa
aman masyarakat dalam penerbangan dan pelayaran
serta musibah lainnya.

• Penerbangan dan pelayaran internasional yang


melintasi wilayah Indonesia semakin membutuhkan
jaminan tersedianya penyelenggaraan SAR. Harus ada
jaminan penanganan yang cepat, terampil dan
professional apabila terjadi musibah di wilayah
Indonesia.
• Pada tahun 2007 dilakukan perubahan
Kelembagaan dan Organisasi Basarnas
menjadi Lembaga Pemerintah Non
Departeemen (LPND) yang diatur secara resmi
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR
Nasional. Sebagai LPND, Basarnas berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada presiden.
• Basarnas dipimpin oleh Kepala Badan SAR
Nasional yang membawahi 2 (dua) deputi
yaitu Deputi Bidang Operasi SAR dan Deputi
Bidang Potensi SAR serta Sekretaris Utama.
PENAHAPAN SAR
Tahap Operasi SAR secara umum :

• Tahap Menyadari atau Tahap Kekhawatiran


(Awareness Stage)
• Tahap Tindakan Awal (Initial Action Stage)
• Tahap Perencanaan (Planning Stage)
• Tahap Operasi (Operation Stage)
• Tahap Akhir Misi atau Tahap Laporan (Mission
Conclusion Stage
• Cara Bertindak
1. SAR Darat
2. SAR Air
3. SAR Udara
1. SAR Darat

• a). Tahap Menyadari atau Awareness Stage


• Dalam tahap ini seluruh kegiatan dilakukan di
kesatuan dengan segera dan menggunakan
peralatan komunikasi yang tersedia.Data-data
dapat diperoleh dari instansi-instansi terkait
yang sesuai dengan bidangnya seperti BMKG,
Bakosurtanal, Bandara Udara, dll.
b). Mencari informasi tentang kejadian yang terjadi meliputi :

• (1) Jenis musibah yang terjadi


• (2) Posisi kejadian baik dilihat dari letak wilayah maupun
posisi kordinat
• (3). Kemungkinan korban yang timbul
• (4). Waktu kejadian
• (5). Jika (kecelakaan) musibah terjadi pada pesawat
terbang maupun helikopter yang jatuh di darat agar
diperjelas tentang jalur penerbangan, jenis pesawat, ciri-
ciri pesawat, maupun tanda-tanda lain yang dimiliki oleh
pesawat yang mengalami musibah (hilang atau jatuh)
e) Tahap Perencanaan (Planning Stage)
• Kegiatan yang dilaksanakan :
• Mengevaluasi seluruh data-data yang telah didapat baik data awal
maupun data-data akhir yang berkaitan dengan musibah yang terjadi
• (2) Membuat rencana pencarian yang meliputi :
• (a) Perkiraan kemungkinan posisi musibah atau MPP (Most Probable
Position)
• (b) Luas Area Pencarian
• (c) Pola Pencarian
• Dalam pelaksanaan pola pencarian SAR jarak antar personel bisa
disesuaikan jarak medan ataupun sebatas jarak pandang mata (5 s/d
10 meter) sehingga korban dapat segera ditemukan secepatnya.
c). Mencari informasi tentang data-data
pendukung operasi SAR meliputi :

• (1). Keadaan cuaca


• (2). Keadaan Angin (Arah dan Kecepatan)
• (3). Kemungkinan jangkauan pandang serta
kemungkinan-kemungkinan adanya
penghalang seperti kabut, asap dan lain-lain.
• (4). Kemungkinan adanya gas beracun
• (5). Tanda-tanda medan
d) Tahap Tindakan Awal (Initial Action Stage)
Kegiatan yang dilaksanakan :

• (1) Menggolongkan keadaan darurat yang terjadi


• (2) Menyiapkan Unit SAR TNI yang ditugaskan
• (3) Menyiagakan peralatan yang akan digunakan baik kelengkapan
perorangan maupun peralatan unit.
• (4) Mencari data-data tambahan berupa :
• (a) Perkembangan situasi terakhir dari musibah maupun bencana
yang terjadi
• (b) Jika musibah terjadi pada pesawat maupun helikopter perlu
diketahui waktu maupun posisi saat kontak terakhir dengan menara
pengawas
• (c) Perkembangan keadaan cuaca terakhir
• (d) Kondisi medan dan lingkungan pada lokasi musibah.
f). Tahap Pelaksanaan Operasi (Operation Stage)

• Kegiatan yang dilaksanakan :


• Setelah menerima perintah dari komandan kesatuan, maka OSC segera
menyiapkan dan memberikan briefing kepada anggota tentang tugas yang
diperintahkan meliputi kejadian yang terjadi, gambaran permasalahan yang
dihadapi, dan hal-hal lain yang berkenaan dalam pelaksanaan tugas
• 2) Kepala unit yang ditunjuk segera mempersiapkan unitnya untuk melaksanakan
tugas. Hal-hal yang harus disiapkan adalah :
• a) Peralatan dan Perlengkapan perorangan
• b) Peralatan dan Perlengkapan unit
• Kepala unit memberikan acara pimpinan pasukan (APP) kepada anggotanya yang
kemudian dilanjutkan dengan pengecekan peralatan dan perlengkapan.
• 4) Kepala unit memimpin doa sebelum melaksanakan tugas
• 5) Setelah sampai di lokasi, Kepala Unit segera melakukan analisa situasi dengan
cepat
• 6) Dalam pergerakan selalu menggunakan peralatan navigasi baik
kompas,GPS, dan peta untuk menjamin kepastian arah pencarian
• 7) Pelaksanaan pertolongan dimulai dengan teknik pencarian yang telah
direncakan dan disesuaikan dengan keadaan medan yang dihadapi
• 8) Setelah lokasi korban ditemukan, Kepala Unit memerintahkan
anggotanya untuk memeriksa keadaan terakhir korban.Jika dinilai perlu
maka kondisi korban harus distabilkan terlebih dahulu sebelum
dilakukan prosedur berikutnya.
• 9) Jika korban ditemukan dalam jumlah yang banyak, maka dilakukan
proses triage yaitu pemilahan korban berdasarkan tingkat
kegawatannya dengan tujuan untuk memberikan prioritas pemberian
tindakan medis awal. Penggolongan ditandai dengan label adalah
sebagai berikut :
• a) Golongan I (Label Hijau) : diberikan bagi korban yang memerlukan
pertolongan minimal dan sederhana atau tidak luka sama sekali (tidak
gawat dan tidak darurat)
• b) Golongan 2 (Label Kuning) : diberikan kepada korban yang
memerlukan pertolongan dari tenaga medis berupa luka-luka ringan
tapi harus segera ditangani (darurat tidak gawat)
• c) Golongan 3 (Label Merah) : diberikan kepada korban yang
memerlukan bantuan medis segera karena luka-luka yang cukup berat
dengan tujuan untuk mempertahankan kehidupan dan terhindar dari
cacat yang lebih berat (gawat darurat). Golongan 4 (Label Putih) :
korban dalam keadaan kritis dan kecil kemungkinan untuk hidup.
• d) Golongan 5 (Label Hitam) : diberikan kepada korban yang sudah
meninggal.
g. Tahap Akhir Misi (Mission Conclusion Stage)
• Kegiatan yang dilakukan :
• Kepala Unit melakukan pemeriksaan terhadap keadaan
anggotanya dan juga peralatan dan perlengkapan yang telah
digunakan
• 2) Kepala Unit melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada OSC
atau On Scene Commander
• 3) Kepala Unit memimpin doa setelah selesai melaksanakan tugas
dilanjutkan dengan pengembalian peralatan yang telah digunakan
• 4) OSC membuat laporan akhir tugas secara tertulis yang
kemudian diserahkan kepada kesatuan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
2. SAR Air

• A.1) Tahap Menyadari (Awareness Stage)


• Kegiatan yang dilaksanakan adalah : Seluruh
kegiatan yang dilakukan di kesatuan dengan
segera dan menggunakan peralatan
komunikasi yang tersedia. Data-data yang
didapat diperoleh dari instansi-instansi terkait
yang sesuai dengan bidangnya seperti BMKG,
Bakosurtanal, Kantor Pelabuhan, dll.
A. Tahap Tindakan Awal (Initial Action Stage)

• Kegiatan yang dilaksanakan :


• a) Menggolongkan keadaan darurat yang
terjadi
• b) Menyiapkan unit SAR yang akan ditugaskan
• c) Menyiagakan peralatan yang akan
digunakan baik kelengkapan perorangan
maupun peralatan unit.
• d) Mencari data-data tambahan berupa :
• (1) Perkembangan situasi terakhir dari musibah
maupun bencana yang terjadi
• (2) Jika musibah terjadi pada pesawat terbang
maupun helikopter perlu diketahui waktu maupun
posisi saat kontak terakhir dengan menara pengawas.
• (3) Jika musibah terjadi pada kapal laut perlu
diketahui waktu maupun posisi saat kontak terakhir
dengan pelabuhan
• (4) Perkembangan keadaan cuaca terakhir
C. Tahap Perencanaan (Planning Stage)
Kegiatan yang dilaksanakan :

• a) Mengevaluasi seluruh data-data yang telah didapat baik data awal


maupun data-data terakhir yang berkaitan dengan musibah yang terjadi
• b) Membuat rencana pencarian yang meliputi :
(1) Perkiraan kemungkinan posisi musibah atau MPP (Most Probable
Position)
(2) Luas area pencarian
(3) Pola pencarian
(4) Jumlah unit SAR yang akan dikirim
(5) Peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan
(6) Sarana transportasi baik laut maupun udara yang akan digunakan untuk
proses pencarian maupun pertolongan
(7) Menunjuk personel yang akan menjadi OSC (On Scene Commander)
sesuai dengan kualifikasi yang dimiliki.
D. Tahap Pelaksanaan Operasi (Operation Stage)

• a) Setelah menerima perintah dari Komandan


Kesatuan, maka OSC segera menyiapkan dan
memberikan briefing kepada anggota tentang
tugas yang diperintahkan meliputi kejadian
yang terjadi, gambaran permasalahan yang
dihadapi, dan hal-hal lain yang berkenaan
dalam pelaksanaan tugas
3. SAR Udara

• 1) Tahap Menyadari (Awareness Stage)


• Seluruh kegiatan di kesatuan dengan segera
dan menggunakan peralatan komunikasi yang
tersedia.Data-data dapat diperoleh dari
instansi-instansi terkait yang sesuai dengan
bidangnya seperti BMKG, Bakosurtanal, Kantor
Pelabuhan, bandara, dll.
Mencari informasi tentang kejadian yang terjadi meliputi :

• (1) Jenis musibah yang terjadi


• (2) Posisi kejadian baik dilihat dari letak wilayah maupun posisi koordinat
• (3) Kemungkinan korban yang timbul
• (4) Waktu kejadian
• (5) Jika musibah terjadi pada pesawat terbang maupun helikopter agar
diperjelas tentang jalur penerbangan, jenis pesawat, cirri-ciri pesawat,
maupun tanda-tanda lain yang dimiliki oleh pesawat yang mengalami
musibah.
• (6) Jika musibah terjadi pada kapal laut, perlu diketahui jalur pelayaran,
jenis kapal, ukuran kapal, dan jumlah perahu penyelamat yang dimiliki
oleh kapal yang mengalami musibah.
• (c) Mencari informasi tentang data-data pendukung operasi SAR
Tahap Tindakan Awal (Initial Action Stage)

• Kegiatan yang dilaksanakan :


• a) Menggolongkan keadaan darurat yang
terjadi
• b) Berkoordinasi dengan Pilot dan crew untuk
menyiapkan jenis pesawat atau heli yang akan
digunakan
• c) Menyiapkan peralatan dan perlengkapan
SAR yang akandigunakan di pesawat atau heli
Tahap Pelaksanaan Operasi (Operation Stage)

• a) Melaksanakan pencarian area (Searching


area) melalui udara.
• b) Melaporkan setiap petunjuk yang
berhubungan dengan musibah yang terjadi.
• c) Berkoordinasi dengan pilot dan crew untuk
melakukan maneuver udara.
• d) Melaksanakan evakuasi udara jika dibutuhkan
sebagai timpenyelamat atau evakuasi udara.
Tahap Akhir Misi (Mission Conclusion Stage)

• a) Kepala Unit melakukan pemeriksaan terhadap keadaan


anggotanya dan juga peralatan dan perlengkapan yang
telah digunakan.
• b) Kepala Unit melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada
On Scene Commander.
• c) Kepala Unit memimpin doa setelah selesai melaksanakan
tugas dilanjutkan dengan pengembalian peralatan yang
telah digunakan.
• d) OSC membuat laporan akhir tugas secara tertulis yang
kemudian diserahkan kepada kesatuan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
PROSES OPERASIONAL SAR

• Teknik-teknik pencarian
Perencanaan pencarian yang spesifik akan
tergantung pada situasinya, strategi yang
umum telah dikembangkan dan dapat
diterapkan untuk hampir seluruh situasi di
alam bebas. Semuanya berkisar pada 5 mode
sebagai berikut :
1.  Preliminary Mode
Pengumpulan informasi awal, saat dari mulai
tim-tim pencari diminta bantuan tenaga
sampai kedatangan di lokasi, formasi dari
perencanaan pencarian awal, perhitungan-
perhitungan, dan sebagainya.
2.  Confinement Mode
Menetapkan garis batas untuk mengurung
orang yang hilang agar berada di dalam area
pencarian ( Search Area ).
3.  Detection Mode
Pemeriksaan tempat-tempat yang dicurigai
bila dirasa perlu dan pencarian dengan cara
penyapuan ( sweep researchs ) diperhitungkan
untk menemukan orang yang hilang atau
barang yang tercecer.
4.  Tracking Mode
Mengikuti jejak barang-barang yang tercecer
yang ditinggalkan oleh orang yang hilang.
5.   Evacuation Mode
Memberikan perawatan kepada korban dan
memindahkan ke tempat perawatan yang
lebih memuaskan.
CONFINEMENT
• Pemikiran yang melatarbelakangi Confinement Mode
adalah sederhana, yaitu menjebak orang yang hilang
pada suatu area yang kita tahu batas-batasnya sampai
dengan :
•           Area tersebut dapat disapu (dilakukan
penyapuan )
•           Orang yang hilang akan bergerak keluar dari
area dan ( dalam proses ) dapat tertangkap oleh tim
pencari.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan yaitu :

• 1. Trail Block
• 2.  Road Block
• 3.  Look Outs
• 4.  Camp In
• 5.  String Lines

Pada daerah yang bervegetasi lebat, string lines ( bentangan


tali bertanda) untuk kepentingan yang sama, yaitu memagari
daerah pencarian
DETECTION MODE

• Metode Detection dapat dikelompokkan dalam 3 kategori :


1.  Tipe I Search
Pemeriksaan tidak resmi yang segera dilakukan yang dianggap
paling mungkin.
2.  Tipe II Search
Kriterianya adalah efisiensi yaitu pencarian yang cepat dan
sistematis atas area yang luas dengan metode penyapuan, yang
mana akan menghasilkan hasil akhir tertinggi dari setiap pencari per
jam.
3.  Tipe III Search
Adalah mencari dengan sistematika yang ketat atas area yang lebih
kecil mengunakan metode penyapuan yang cermat ( dinamakan
juga Close Grids ).
PERANAN MEDIS DALAM SAR DAN SURVIVAL

• Medis menurut arti kamus adalah merupakan


salah satu cabang ilmu kesehatan yang
mengupayakan perawatan kesehatan beserta
upaya-upayanya untuk menyembuhkan
penyakit.Dunia medis merupakan ilmu
kedokteran yang juga memiliki cabang-cabang
spesialis di bidang organ tubuh manusia
tertentu atau penyakit tertentu.
Triase

• Suatu metode yang banyak digunakan dalam


suatu multiple casualty incident disebut Triase

• Triase merupakan suatu sistem yang


digunakan dalam mengidentifikasi korban
dengan cedera yang mengancam jiwa untuk
kemudian diberikan prioritas untuk dirawat
dan dievakuasi ke fasilitas kesehatan.
Tujuan dari Triase adalah:

• 1)      Identifikasi cepat korban yang


memerlukan stabilisasi segera (perawatan di
lapangan)

• 2)      Identifikasi korban yang hanya dapat


diselamatkan dengan pembedahan (life-saving
surgery)
Triase dilakukan berdasarkan observasi
terhadap tiga hal, yaitu:

• 1)      Pernapasan (respiratory)


• 2)      Sirkulasi (perfusion); dan
• 3)      Status mental (mental state)
START (Simple Triage And Rapid
Assessment
Merupakan sistem triase sederhana yang
dapat dilakukan oleh orang yang dilatih
walaupun tidak mendalam (lightly trained)
dan petugas paramedik yang dapat secara
cepat dan akurat memilah korban dan
membaginya ke kelompok-kelompok
perawatan.
Evacuation Triage

• evacuation triage dilakukan dalam


memprioritaskan korban yang akan dievakuasi
ke rumah sakit.
Reverse Triage

• Situasi yang memungkinkan dilakukan reverse triage


yaitu pada keadaan perang dimana dibutuhkan
prajurit yang terluka untuk kembali ke medan
pertempuran secepat mungkin. Selain itu, hal ini
juga mungkin dilakukan bila terdapat sejumlah besar
paramedis dan dokter yang mengalami cedera,
dimana akan merupakan suatu keuntungan jika
mereka lebih dulu diselamatkan karena nantinya
dapat memberikan perawatan medis kepada korban
yang lain.
HAL-HAL YANG DIHADAPI

• Pentingnya mempertahankan hidup (survival)


berkaitan dengan munculnya kondisi kritis.
Yang dapat dipertanyakan disini : Apa yang
menyebabkan kondisi kritis itu muncul?
• atau dengan perkataan lain, “aspek” apa yang
akan kita hadapi dalam situasi survival?
Secara umum, aspek-aspek itu dapat dipisahkan pada 3 golongan :

• Psikologis : panik, takut, cemas,


keseptan/sendiri, bingung, tertekan
kebosanan, dan lain-lain.
• Fisiologis: sakit, lapar, haus, luka, lelah, dan
lainnya.
• Lingkungan : panas, dingin, kering, hujan,
angin, vegetasi, fauna, dan lain-lain.
Survival
MODAL DASAR DALAM MENGHADAPI
SURVIVAL
• Dari beberapa kasus survival, ada beberapa
kesamaan yang dapat mempengaruhi
keberhasilan dalam mengatasi kondisi surval.
Tentu saja selain dari pertolongan Tuhan atau
nasib baik, ada tiga hal yang dapat digunakan
untuk mengatasi survival, yaitu:
• Semangat untuk mempertahankan hidup

Seringkali malahan ada orang awam ke alam terbuka


menghadapi bahaya pada kondisinya yang parah,
tetapi karena keinginannya yang kuat untuk tetap
hidup,seolah-olah dia mendapatkan kekuatan yang
berlebih untuk mengatasi keadaan tersebut. Jadi,
keyakinan yang kuat untuk mempertahankan hidup ini
merupakan modal dasar yang penting dan dapat
mempengaruhi modal dasar yang lain.
• Kesiapan diri

Artinya disini adalah orang yang mempunyai


pengetahuan dan keterampilan yang dapat
mengantisipasi bahaya-bahaya survival,
misalnya navigasi Darat, P3K, Tali-temali,
Biologi praktis, Ilmu survival, Ilmu Medan dan
penaksiran, dan lain-lain.
• Alat pendukung
Pada kasus survival maka nilai kegunaan
sebuah pisau atau kapak; akan jauh lebih
berharga bila dibandingkan dengan kartu
kredit atau emas berlian. Jadi, peralatan yang
dipunyai pada saat survival akan
mempengaruhi keberhasilan dan cara survival.
TINDAKAN DALAM MENGHADAPI KONDISI SURVIVAL

• Usaha apa saja yang perlu kita lakukan agar


keluar dari kondisi survival, dalam arti
menguasai keadaan, dapat ditemukan dari
kata kunci survival itu sendiri. Setiap huruf dari
kata “survival” merupakan singkatan dari
langkah-langkah yang harus kita ingat bila kita
dihadapkan pada kondisi survival.
1. Size up the situation

• Sadarilah kondisi survival ini. Bagaimana


kesehatan teman-teman maupun diri
sendiri.Apakah ada yang cedera ?Berapa
banyak persediaan bahan makanan yang
tersisa ?Dalam lingkungan seperti apakah kita
berada ?
2. Undue Haste Makes Waste

• Tindakan yang terburu-buru cenderung


menghasilkan kesia-siaan.Berfikir dan
bertindaklah dengan bijaksana.Setiap langkah
harus dipikirkan dengan mendalam.
3. Remember Where you are

• Pengenalan akan lingkungan/ daerah sekitar


memberikan rasa kenal yang berpengaruh
terhadap rasa aman. Apapun yang kita
putuskan untuk diam ataupun mencari
bantuan. Pengenalan medan merupakan hal
yang esensial.
4. Vanguish fear and panic

• Kuasailah rasa takut dan panik. Merasa takut adalah


normal dan perlu. Takut merupakan reaksi tubuh yang
normal dan berfungsi menyiapkan tubuh dalam
menghadapi kondisi. Perlu, dengan ini diberikan
tambahan energi pada tubuh bilamana diperlukan.
Namun rasa takut harus diakui dan dikontrol. Bila tidak
dikuasai maka rasa takut akan meningkat menjadi rasa
panik. Panik akan mengakibatkan orang bertindak
terburu-buru dan membuang energi. Panik juga dapat
diakibatkan oleh rasa sepi yang selanjutnya
mengakibatkan putus asa.
5. Improvise

• Salah satu cara mengatasi rasa takut adalah dengan


mengisi waktu yang ada dengan kegiatan-kegiatan
yang ada dan berdasarkan hal itu, merencanakan,
mengusahakan kebutuhan-kebutuhan dasar
dengan berimprovisasi. Ubahlah cara pandang
terhadap apa yang ada inilah hal yang terpenting
dalam berimprovisasi. Sebuah balok tidaklah
sekedar buah balok,tetapi dapat menjadi bahan
dasar bivak, api, pakaian. dan sebagainya.
6. Value living (Hargailah hidup)

• Merupakan hal yang terpenting dalam kondisi


survival. Bagaimana sikap kita terhadap hidup
akan mempengaruhi kemampuan untuk dapat
bertahan/berimprovisasi, dan dengan itu
keluar dari kondisi survival karena mereka
menghargai hidup atau tidak berputus asa.
7. Act like the natives

• Belajarlah dari penduduk setempat. Mereka


lebih mengetahui dan menguasai medan. Jika
bertemu dengan penduduk asli, bersikaplah
ramah.
8. Learn basic skills

• Belajar dan latihlah teknik-teknik dasar.


Jaminan yang terbaik adalah menguasai dan
memahami teknik-teknik dan prosedur
survival, sehingga merasuk dan dapat
dikerjakan secara otomatis. Berlatih dan
tambah/tingkatkan pengetahuan tentang
survival.
• Dari kata-kata kunci di atas dapat disimpulkan
bahwa survival lebih merupakan sikap mental
dari pada penguasaan pengetahuan.
Meskipun demikian, hal ini tidak berarti
bahwa pengetahuan harus diabaikan.
THANK YOU
AVIGNAM JAGAT
SAMAGRAM

Anda mungkin juga menyukai