Penyusun
dr. Mayang Cendikia Selekta
Pembimbing:
DR. dr. Marina A. Moeliono, SpKFR(K)
Penguji:
dr. Novitri, SpKFR(K)
i
DAFTAR ISI
3.1 Prehabilitasi.......................................................................................... 14
ii
3.6.3 Chemotherapy-induced peripheral neuropathy (CIPN) .......... 28
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi TNM Kanker Payudara Berdasarkan AJCC Cancer Staging
Manual ..................................................................................................................... 6
Tabel 2.2 Klasifikasi TNM Kanker Payudara Berdasarkan AJCC Cancer Staging
Manual ..................................................................................................................... 7
Tabel 3.1 Rekomendasi untuk Latihan lingkup gerak sendi setelah pembedahan
Tabel 3.2 Strategi pencegahan gangguan fungsi pada kanker payudara ............... 17
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker payudara adalah salah satu diagnosis kanker paling umum yang
terjadi pada wanita dan merupakan penyebab yang signifikan terhadap mortalitas
dan morbiditas di seluruh dunia.1 Menurut organisasi kesehatan dunia World Health
Organization (WHO) kanker payudara berdampak pada 2,1 juta wanita setiap tahun
dan juga menyebabkan jumlah kematian terbesar terkait kanker pada wanita. Pada
Sejumlah besar wanita yang selamat dari kanker payudara saat ini
merupakan hasil dari deteksi dini dan kemajuan dalam pengobatan. Tegaknya
menghasilkan gejala sisa baik secara medis dan psikososial yang menjadi masalah
limfedema, nyeri terkait kanker, dan terbatasnya gerakan sendi bahu. Pasien kanker
payudara yang menjalani pembedahan kelenjar limfatik aksila dan atau radioterapi
penyakit hingga 75-90% pada pasien dengan metastatik atau stadium lanjut. 50%
pasien dengan kanker payudara juga mengalami keterbatasan lingkup gerak sendi
pada bahu.4,5,6
1
Penyintas kanker payudara berhadapan dengan disabilitas secara fisik,
sosial, emosional, dan fungsional. Sekitar lebih dari 3 juta orang Amerika yang
hidup dengan riwayat kanker payudara melaporkan gejala sisa yang merugikan dan
menurunkan fungsi terkait dengan perawatan medis mereka. 30% penyintas kanker
payudara memiliki gangguan fungsi tetapi tidak terdeteksi dan tidak ditatalaksana
dengan buruk oleh penyedia layanan kesehatan.7 Tinjauan kepustakaan ini akan
membahas mengenai gejala sisa terkait kanker payudara serta tatalaksana di bidang
rehabilitasi medik.
2
BAB II
KANKER PAYUDARA
2.1 Epidemiologi
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang sering terjadi pada
pertama sebanyak 18,6% dari total 348.809 kasus kanker. Angka kejadian kanker
diderita oleh laki-laki dengan frekuensi sekitar 1%. Lebih dari 80% kasus kanker
pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik sangat
2. 2 Faktor Resiko
antara lain 9 :
1. Jenis kelamin
bahwa angka nasional kanker payudara adalah 4,3 per 1000 penduduk
3
dengan angka kejadian yang lebih tinggi pada perempuan dari pada laki-
laki, yaitu sebesar 5,7 per 1000 penduduk perempuan dan 2,9 per 1000
untuk terjadi kanker payudara menjadi 60% pada umur 50 tahun dan 85%
3. Faktor reproduksi
menopause pada usia lebih tua > 55 tahun dan kehamilan pertama pada usia
³ 30 tahun.4,10
4. Usia (analisis)
Periode antara terjadinya haid pertama dengan usia saat kehamilan pertama
kontrsepsi oral dalam waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk
4
mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitif
7. Penggunaan alkohol
8. Obesitas
kelenjar getah bening (N), dan ada tidaknya metastasis (M), yang direkomendasikan
oleh UICC (Union for International Against Cancer dari World Helath
dengan stadium 0 in situ, stadium I kanker menjadi invasif pada stadium awal, dan
5
Tabel 2.1 Klasifikasi TNM Kanker Payudara Berdasarkan AJCC Cancer Staging
Manual.10
6
Tabel 2.2 Klasifikasi TNM Kanker Payudara Berdasarkan AJCC Cancer Staging
Manual.10
1). Kanker payudara noninvasif terdiri atas Ductal Carcinoma In Situ (DCIS)
•
Ductal carcinoma (Ca) (78%)
•
Lobular Ca (9%)
•
Tipe khusus dengan prognosis baik (10%) : papiler, tubuler, mucinous,
7
eczema dari puting. Prognosis baik bila dapat dideteksi sebelum
benjolan timbul.
jelek (high grade), mempunyai prognosis lebih jelek daripada diferensiasi baik (low
grade).13
Gambar 2.1 Stadium kanker payudara. Dikutip dari Andrea L. Cheville, Sarah
A, Tufia, Kathleen D, Integrated Rehabilitation for Breast Cancer Survivors,
American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation Articles Ahead of
Print, 2018.
8
2.5 Tatalaksana kanker payudara
stadium yang ditemukan, terdiri dari pengobatan lokal dan sistemik. Tujuan utama
terapi lokal adalah untuk menyingkirkan adanya kanker lokal. Tatalaksana berupa
pembedahan dan dapat dikombinasikan dengan terapi radiasi dan / atau kemoterapi.
terdiri dari :
1. Operasi
9
Jumlah jaringan payudara yang diangkat tergantung pada ukuran
2. Radiasi
3. Kemoterapi
anti kanker yang disebut sitostatika. Fungsi utama kemoterapi ini adalah
a) Kemoterapi adjuvan
bermetastase.
b) Kemoterapi neoadjuvan
4. Terapi hormonal
10
Dalam sitosol sel-sel kanker payudara terdapat protein spesifik berupa
hormon ini ditemukan pada lebih dari 90% karsinoma duktal dan lobular
jaringan payudara.15
5. Imunoterapi
kanker payudara yang baru didiagnosis. Hal ini digunakan untuk tujuan
memberikan respon yang lebih baik pada kanker payudara dengan over
11
survival. Mortalitas pasien dengan KGB positif 4-8 kali lebih tinggi
2. Usia
lainnya. Hal ini disebabkan pada pasien dengan usia yang lebih muda
pasien usia tua ³ 70 tahun lebih buruk dikarenakan proses degeneratif yang
yang ekstensif.
Tipe histopatologi tumor merupakan salah satu prognosis yang dapat dibagi
menjadi 4 grup, yaitu sangat baik, baik, buruk dan sangat buruk. Tipe
dan musinosum, dengan survival 10 tahun sebesar > 80%. Prognosis baik
Prognosis buruk dengan survival 10 tahun di bawah 50% pada tipe duktal,
12
solid lobular, duktal campuran dan lobular.
4. Stadium
5. Subtipe tumor
pasien dengan ER/PR positif lebih baik dibandingkan pasien dengan ER/PR
negatif.
13
BAB III
jadwal radioterapi dan kemoterapi yang padat, keadaan medis pasien yang tidak
stabil dikarenakan efek akut dari terapi kanker seperti kelelahan, mual, muntah dan
gangguan tidur. Oleh karena itu, program rehabilitasi yang diberikan pada pasien
pasien yang terbatas, difokuskan pada pencegahan efek samping dan untuk
3.1 Prehabilitasi
aerobik, pendekatan psikososial dan latihan lingkup gerak sendi ekstremitas atas.
14
rehabilitasi yang luas termasuk juga mengoptimalisasi nutrisi, penghentian
mentolerir anestesi dengan lebih baik dan mengalami komplikasi bedah yang lebih
sedikit. Rehabilitasi peri operatif dapat diberikan pada pasien dengan gangguan
fisik sebelum operasi yang dapat diperburuk oleh proses pembedahan, terutama
pasien yang akan menjalani diseksi aksila atau radiasi paska mastektomi.17
dan keterbatasan lingkup gerak sendi, sehingga harus diberi konseling tentang
latihan lingkup gerak sendi lengan yang tepat. Latihan dapat segera dimulai setelah
Tabel 3.1 Rekomendasi untuk Latihan lingkup gerak sendi setelah pembedahan
aksila untuk membatasi formasi seroma.19
operasi rotasi
15
Hari ke 7 sampai Sesuai toleransi Sesuai toleransi Sesuai toleransi
drain dilepas
regimen tersebut, sehingga meningkatkan resiko jatuh. Penilaian resiko jatuh dan
analisis pola jalan harus dilakukan sebelum memberikan program terapi.21 Untuk
pasien dengan gangguan premorbid, atau sulit untuk meningkatkan aktivitas dengan
Waktu dan energi pasien yang menjalani terapi radiasi terbatas untuk
16
Kunjungan pasien ke bagian radioterapi dapat diintegrasikan dengan program
nyeri dan gangguan activity daily living (ADL). Nyeri dapat ditangani oleh
Indikasi untuk menjalani rehabilitasi selama proses terapi radiasi adalah gangguan
ADL, terbatasnya lingkup gerak sendi bahu, nyeri kuadran atas, dan kelelahan.25
limfedema, kontraktur dan nyeri dinding dada. Pada fase ini pasien diharapkan
kemampuan dan kemauan pasien untuk terlibat dalam proses rehabilitasi agar
intervensi yang tepat waktu akan mengurangi resiko terjadinya gangguan dan
mencegah sekuele.
17
Gangguan Strategi pencegahan
3.6.1 Limfedema
yang menjalani eksisi total kelenjar limfa aksila saat mastektomi. Limfedema
dan debris sel dengan berat molekul besar yang terjadi pada pasien yang menderita
limfatik.26 Pada individu yang normal, pembuluh darah kapiler mendorong cairan
ke ruang interstitial, yang kemudian sebagian besar cairan di ruang interstitial akan
18
lebih lanjut dan pembengkakan pada ekstremitas atas. Hal ini dapat menyebabkan
gejala dan keluhan dalam hal gangguan fungsi dan struktur, keterbatasan ADL dan
penumpukan cairan limfa dalam waktu lama akan menstimulasi fibroblast, adiposit,
papilloma, serta infeksi yang berulang seperti selulitis atau limfangitis.29 Perubahan
dari jaringan ikat subkutan, tekstur, serta suhu pada kulit dapat dievaluasi lebih
dalam dengan palpasi. Ketebalan dari lapisan dermis dan terjadinya fibrosis dapat
dinilai dengan Stemmer’s sign. Jika kulit pada dorsum jari tangan tidak bisa
diangkat dengan mudah, maka dapat diartikan Stemmer’s sign positif, yang
menandakan terdapat fibrosis pada lapisan kulit. Namun demikian, hasil negatif
19
Gambar 3.1 Posisi pengukuran lingkar lengan pada limfedema, (A) 15 cm proximal
dari lateral epicondyle humerus, (B) Siku, titik tengah antara medial and lateral
epicondyle, (C) 10 cm distal dari lateral epicondyle, (D) Pergelangan tangan, titik
tengah dari garis pergelangan, (E) Sendi metacarpophalangeal. Dikutip dari : Ji
Na Yoo. Validity of quantitative lymphoscintigraphy as a lymphedema
assessment tool for patients with breast cancer. Annual rehabilitation medicine.
2015.
10, 20, 30, and 40 cm proximal dari pergelangan tangan dan mendapatkan nilai
intra-rater dan inter-rater reliability yang baik sehingga dapat digunakan dalam
praktik sehari-hari.32
20
Gambar 3.2 Posisi pengukuran lingkar lengan pada limfedema. Dikutip dari:
Nasim Foroughi, Ph.D., Elizabeth S. Dylke, M.P.T., Ross D. Paterson, B.Sci.,
Kristine A. Sparrow, B.Nurs. Inter-Rater Reliability of Arm Circumference
Measurement. Lymphatic research and biology. 2011.
Derajat Keterangan
21
tidak terdapat perubahan volume/lingkar
anggota tubuh
operatif.
a. Konservatif
kompresi pada area yang mengalami pembengkakan.27 Secara umum, CDT dibagi
menjadi 2 fase, yaitu fase intensif yang dilakukan setiap satu atau dua kali sehari
selama 4-6 minggu serta fase pemeliharaan yang dilakukan oleh pasien sendiri.
Pada fase intensif, pasien diberikan edukasi perawatan kulit, terapi manual
22
kinesio taping (KT) serta latihan ringan.30 Edukasi tentang cara merawat kulit dan
memposisikan lengan penting untuk dilakukan pada kedua fase CDT. Beberapa
• Penggunaan pelembab
• Menghindari trauma
edema
gigitan serangga, atau iritasi dari zat kimia (detergen, cairan pembersih
kering.
• Tidak mengangkat lengan diatas bahu dalam waktu yang lama, dikarenakan
akan mengurangi aliran darah ke tangan dan membuat pasien merasa tidak
nyaman.
• Tidak memposisikan lengan pada posisi yang sama dalam waktu yang lama.
Manual lymphatic drainage (MLD) merupakan terapi utama pada fase ini.
Prinsip yang digunakan dalam terapi ini adalah memberikan pijatan lembut ke arah
23
proksimal. Tindakan pemijatan ini dimaksudkan untuk meregangkan saluran limfa
pemberian pijatan dan tekanan dalam MLD adalah bebas dari rasa nyeri dan tidak
karakteristik MLD. Limfa yang tersumbat diarahkan ke area yang masih didrainase
dengan baik oleh kelenjar limfatik melalui distensi kulit yang halus dan berirama.
Masase yang diberikan sangat ringan dan superfisial, yaitu dengan tekanan jari atau
tangan sekitar 30-45 mmHg. Manual lymphatic drainage (MLD) diawali dengan
masase di daerah proksimal dari anggota gerak yang diterapi untuk mendilatasi
distal. Setelah itu masase berirama diberikan dari daerah distal ke proksimal. Satu
24
Gambar 3.3 Urutan terapi MLD. Dikutip dari: Roman MM, Barbieux R, Leduc
O, Bourgeois P. Lymphatic Drainage to the Paravertebral Lymph Nodes in
Breast Cancer Patients. Lymphatic Research And Biology. 2017.
atau pembalutan multilayer. Kompresi dengan short-stretch bandage saat ini lebih
tekanan yang lebih baik dan stabil, sehingga dapat meningatkan transportasi aliran
30
limfa lebih baik.
compression (IPC). Alat ini dapat mengurangi penumpukan cairan limfa dengan
25
menunjukkan efektivitas dalam mengurangi limfedema dengan terapi MLD yang
CDT karena tekanan yang dihasilkan KT pada kulit dapat meningkatkan aliran
bekerja pada sistem limfatik dan mengurangi penumpukan aliran limfatik di area
perminggu, tidak boleh dipakai lebih dari 3-5 hari dikarenakan berkurangnya efek
ekstremitas atas agar dapat berkontraksi secara efektif memompa aliran darah dan
limfa. Jenis latihan berupa latihan penguatan isotonik dengan beban dimulai dari
0,5-1kg ataupun tanpa beban. Dilakukan 2-3x/minggu, 1-4 set per kelompok otot
8-12 repetisi, progresif dan harus tersupervisi.38 Latihan juga dapat berupa muscle
Mariana dkk pada tahun 2017 menyebutkan MLDV dan latihan fisik
memberi dampak yang sama pada pasien setelah operasi kanker payudara.39
26
b. Terapi Operatif
fungsional yang tidak membaik dengan terapi non-operatif dan pasien yang
mengalami infeksi berulang. Teknik operasi terdiri dari teknik reduksi dan
Gangguan lingkup gerak sendi bahu terjadi pada 50% pasien kanker
terkait dengan gangguan pergerakan bahu adalah usia yang lebih tua, tidak
berpartisipasi dalam program latihan fisik dan fibrosis subkutan. Lingkup gerak
sendi bahu yang penuh umumnya dapat dipulihkan melalui latihan peregangan yang
rutin.40
lingkup gerak sendi sebaiknya dimulai 1 hari paska operasi. Penundaan latihan tidak
27
Latihan lingkup gerak sendi pada hari ke 1 - 3 dapat dilakukan fleksi 40°-
45° dan abduksi 40°-45°, hari ke 4 - 6 dilakukan fleksi 45°-90° dan abduksi 45°,
hari ke 7 hingga dilepas drainase dapat dilakukan sesuai toleransi. Fleksi dan
abduksi di atas 90° pada minggu pertama paska operasi dapat meningkatkan risiko
pembentukan seroma. Tidak ada rujukan berapa target lingkup gerak sendi bahu
yang harus dicapai. Untuk pasien yang dijadwalkan menerima terapi radiasi,
kebutuhannya untuk mencapai lingkup gerak sendi bahu optimal lebih penting
karena pasien ini memerlukan abduksi penuh untuk kepentingan posisi saat terapi
radiasi.19
CIPN adalah masalah klinis yang umum terjadi setelah kemoterapi dengan
akan mengalami CIPN. Manifestasi klinis CIPN adalah baal, kesemutan, dan nyeri
neurogenik seperti rasa tertusuk, terbakar dalam distribusi glove dan stocking. Hal
gangguan keseimbangan dan meningkatkan resiko jatuh.41 Gejala CIPN juga dapat
28
Meskipun patogenesis pastinya masih belum sepenuhnya dipahami,
(mielinopati), pada badan sel sensorik di ganglion root dorsal (neuronopati), dan
pada komponen aksonal (aksonopati), termasuk inti sel dan kapiler terkait.41
Gambar 3.4 Target toksisitas kemoterapi. Dikutip dari: Christian, Ingo Diel,
Hans Tesch, Tamara Quandel, Chemotherapy-induced peripheral neuropathy
(CIPN): current therapies and topical treatment option with high-concentration
capsaicin. 2021.
29
Selain disfungsi saraf perifer, perubahan jangka panjang pada sistem saraf pusat
Jika nyeri adalah gejala dominan yang mengganggu kualitas hidup, pasien
30
3.6.4 Sindroma nyeri paska mastektomi
Association for the Study of Pain (IASP) adalah nyeri kronis yang berkembang
setelah operasi kanker payudara di atau dekat tempat operasi, dan bertahan lebih
dari tiga bulan setelah operasi. Nyeri dapat dirasakan rongga dada anterior, ketiak,
dan lengan atas, juga dapat mempengaruhi kesehatan mental, kegiatan hidup sehari-
Sifat nyeri pada SNPM umumnya neuropatik kronis, yang merupakan hasil
dari cedera akson nosiseptif.20 Diyakini bahwa penyebab umum adalah dari
cabang lateral T2 kulit. Ukuran tumor yang lebih besar, komplikasi pasca-operasi
• Adhesi dan hematoma paska bedah juga dapat berkontribusi pada SNPM
oleh iritasi mekanis otot lokal, fasia, dan struktur saraf, menyebabkan nyeri
31
Prinsip rehabilitasi pada SNPM selain untuk mengurangi nyeri juga ditujukan untuk
mungkin. Target dapat dikembangkan mengacu pada kondisi pasien sebelum sakit
dan dengan pendekatan multimodal dan multidisiplin ilmu. Target terapi dapat
diatur dalam beberapa domain, seperti peningkatan ADL, physical fitness dan
fat grafting banyak dilakukan setelah terbukti dapat mengurangi nyeri pada
lama dilakukan dan sangat efektif sebagai terapi nyeri neuropatik akibat
SNPM.48
32
• Terapi manual
myofascialtherapy.49
• Intervensi Psikologi/Kognitif
partisipasi aktif dari pasien dan motivasi pribadi yang dilanjutkan dengan
perubahan perilaku.50
33
• Exercise/Latihan Fisik
Nyeri dapat berkurang dengan latihan fisik. Latihan fisik bermanfaat untuk
dan fleksibilitas.51
TENS merupakan salah satu dari banyak modalitas yang digunakan untuk
menimbulkan efek gate control theory. TENS frekuensi rendah diduga bisa
3.6.5 Kelelahan
bersifat menetap dan tidak membaik dengan istirahat, dapat dikaitkan dengan
banyak faktor yang berkontribusi yaitu kanker yang mendasari, efek kemoterapi,
34
kondisi kronis penyerta lainnya. Semua faktor ini harus dipertimbangkan saat
Efek kemoterapi menyebabkan adanya pelepasan zat-zat sitokin seperti TNF (tumor
disebabkan karena sitokin seperti interleukin-l (IL-l) dan tumor necrosis factor-a
(TNF) yang merupakan neurotransmiter yang menekan sistem saraf pusat pemicu
penurunan nafsu makan. Hal ini menyebabkan penurunan berat badan dan massa
kelelahan.
sehingga nutrisi ke sel pun berkurang. Sel-sel tubuh akan memecahkan lemak untuk
menghasilkan energi. Pemecahan asam lemak bebas dari jaringan lemak adiposa
ATP (adhenosin triphospat), ATP adalah sumber energi utama untuk kontraksi otot-
tulang.53
Anemia juga menjadi pemicu kelelahan paling sering pada pasien kanker.
Kemoterapi dapat merusak sumsum tulang belakang dan mengganggu produksi sel
darah sehingga menyebabkan kurangnya sel darah merah. Hal ini membuat tubuh
merasa sangat lelah karena sel-sel di tubuh tidak bisa mendapatkan cukup oksigen
35
Untuk tatalaksana terkait kelelahan pada kanker harus dinilai riwayat
tidur, terapi psiko-edukasi, dan intervensi pikiran - tubuh seperti yoga, akupunktur,
dan manajemen stress. Studi observasi menunjukkan bahwa aktivitas fisik sedang
(misalnya, 30 menit latihan aerobik intensitas sedang, seperti jalan cepat, bersepeda,
terkait kanker.53
Prosedur pembedahan dan penggunaan anti estrogen dalam waktu lama menjadi
atrofi atau stenosis pada vagina. Pelumas berbahan dasar air dan silikon atau
pelembab vagina dapat memperbaiki keluhan. Dukungan dari pasangan menjadi hal
payudara.55
36
BAB IV
PENUTUP
Kanker payudara adalah salah satu diagnosis kanker paling umum yang
terjadi pada wanita dan merupakan penyebab yang signifikan terhadap mortalitas
medis dan psikososial yang menjadi masalah penting bagi para penyintas kanker
payudara.
karena itu, program rehabilitasi yang diberikan pada pasien yang menjalani
pengobatan aktif harus mempertimbangkan waktu dan energi pasien yang terbatas.
samping dan untuk mengurangi dampak dari gangguan fungsional. Diberikan mulai
dari fase prehabilitasi hingga tatalaksana gangguan fungsi yang diakibatkan efek
samping dari terapi medis kanker payudara seperti limfedema, terbatasnya lingkup
37
DAFTAR PUSTAKA
38
physical activity and exercises, College of Pharmacy, PGIMS, Pt. B.D. Sharma
University of Health Sciences, Rohtak, Haryana, India. 2016.
10 Gusti Ayu Triara Dewi, Lucia Yovita Hendrati , Breast Cancer Risk Analysis
by the Use of Hormonal Contraceptives and Age of Menarche Jurnal Berkala
Epidemiologi, Vol. 3, No. 1 Januari 2015: 12–23
11 Amin, Edge, Greene, AJCC Cancer Staging Manual, 8th Edition, The
American Joint Committee on Cancer (AJCC), 2017.
12 F Cardoso, E Senkus et all, 4th ESO-ESMO International Consensus
Guidelines for Advanced Breast Cancer Annals of oncology. 2018.
13 Senkus, Kyriakides, Ohno, Penault Llorca, Primary breast cancer: ESMO
Clinical Practice. Guidelines for diagnosis, treatment and follow-up. Annals of
Oncology. 2015; 26(5): v8–v30.
14 Muchlis Ramli. Update breast cancer management diagnostic and treatment,
Majalah Kedokteran Andalas. Agustus 2015; Vol. 38, No. Supl. 1.
15 Balic M, Thomssen C, Würstlein R, Gnant M, Harbeck, A brief summary of
the consensus discussionon the optimal primary breast cancer treatment. Breast
Care, St. Gallen/ Vienna. 2019; 14:103-110.
16 Burstein HJ, Harris JR, Morrow M, Malignant Tumours of the Breast.
Rosenberg’s Cancer Principles and Practice of Oncology. 8th ed. Lippincott
Williams and Wilkins. Philadelphia. 2008; hlm.1606-1653.
17 Santa Mina D, Brahmbhatt P, Lopez C. The Case for Prehabilitation Prior to
Breast Cancer Treatment. PMR. 2017; 9: S305-S16.
18 Van der Leeden M, Huijsmans RJ, Geleijn E. Tailoring exercise interventions
to comorbidities and treatment-induced adverse effects in patients with early
stage breast cancer undergoing chemotherapy: a framework to support clinical
decisions. Disability Rehabilitation. 2018; 40: 486-96.
19 De Groef A, Van Kampen M, Dieltjens E. Effectiveness of postoperative
physical therapy for upper-limb impairments after breast cancer treatment: a
systematic review. Arch Physical Medicine Rehabiliation. 2015; 96: 1140-53.
20 Mustian KM, Alfano CM, Heckler C, et al. Comparison of Pharmaceutical,
Psychological, and Exercise Treatments for Cancer-Related Fatigue: A Meta-
39
analysis. JAMA Oncol 2017;3:961-8.
21 Hamaker ME, Jonker JM, de Rooij SE, Vos AG, Smorenburg CH, van Munster
BC. Frailty screening methods for predicting outcome of a comprehensive
geriatric assessment in elderly patients with cancer: a systematic review.
Lancet Oncology. 2012; 13: e437-44.
22 Mijwel S, Backman M, Bolam KA. Adding high-intensity interval training to
conventional training modalities: optimizing health-related outcomes during
chemotherapy for breast cancer: the OptiTrain randomized controlled trial.
Breast Cancer Res Treat. 2018; 168: 79- 93.
23 Adams SC, Segal RJ, McKenzie DC, et al. Impact of resistance and aerobic
exercise on sarcopenia and dynapenia in breast cancer patients receiving
adjuvant chemotherapy: a multicenter randomized controlled trial. Breast
Cancer Res Treat . 2016; 158: 497-507.
24 Steindorf K, Schmidt ME, Klassen O, et al. Randomized, controlled trial of
resistance training in breast cancer patients receiving adjuvant radiotherapy:
results on cancer-related fatigue and quality of life. Annals Oncology. 2014;
25: 2237-43.
25 Oliveira MMF, Gurgel MSC, Amorim BJ, et al. Long term effects of manual
lymphatic drainage and active exercises on physical morbidities,
lymphoscintigraphy parameters and lymphedema formation in patients
operated due to breast cancer: A clinical trial. PLOS One. 2018; 13: e0189176.
26 Kayiran, De La Cruz, Tane, Soran, A. (2017). Lymphedema: From diagnosis
to treatment. Turkish Journal of Surgery. 2017. 33(2), 51–57.
27 Dayan JH, ly Cl, Kataru RP. Lymphedema: pathogenesis and novel therapies.
Annu Rev Med. 2018. 69: hlm. 263 – 276.
28 Executive Committee. The diagnosis and treatment of peripheral lymphedema:
2016 consensus document of the International Society of lymphology.
Lymphology. 2016; 49(4): hlm. 170 – 184.
29 levine SM, Chang DW Mehrara BJ. Lympedema: diagnosis and treatment.
Grabb and Smith’s Plastic Surgery. 7th ed., Philadelphia: lippincott Williams
& Wilkins. 2014; hlm. 980 – 989.
40
30 Borman P. Lymphedema diagnosis, treatment, and follow-up from the view
point of physical medicine and rehabilitation specialists. Turk J Physical
Medicine Rehabilitation. 2018; 64(3): hlm. 179–197.
31 Ji-Na Yoo, Youn-Soo Cheong, Yu-Sun Min, Sang-Woo Lee. Validity of
Quantitative Lymphoscintigraphy as a Lymphedema Assessment Tool for
Patients With Breast Cancer Ann Rehabil Med. 2015; 39(6): 931-940.
32 Nasim Foroughi, Ph.D., Elizabeth S. Dylke, M.P.T., Ross D. Paterson, B.Sci.,
Kristine A. Sparrow, B.Nurs, . Inter-Rater Reliability of Arm Circumference
Measurement. LYMPHATIC RESEARCH AND BIOLOGY. 2011; Volume 9,
Number 2.
33 Roman MM, Barbieux R, Leduc O, Bourgeois P. Lymphatic Drainage to the
Paravertebral Lymph Nodes in Breast Cancer Patients. Lymphatic Research
And Biology. Mary Ann Liebert, Inc. 2017; 15(1).
34 Cendron SW, Paiva LL, Darski C, Colla C Complex decongestive
physiotherapy associated compression therapy in the treatment of secondary
lymphe. Revista Brasileira De Cancerologia. 2015; 61: 49–58.
35 Pinheiro M, Godoy AC, Sunemi MM. Kinesio taping associated with manual
lymphatic drainage in postmastectomy lymphedema. Revista Fisioterapia
Saude Funcional. 2015; 4: 30–36.
36 Pop TB, Karczmarek-Borowska B, Tymczak M, Hałas I, Banaś J 2014 The
influence of Kinesiology Taping on the reduction of lymphoedema among
women after mastectomy - Preliminary study. Wspolczesna Onkologia. 2014;
18: 124–129.
37 American college of sport medicine. Guidelines for Exercise and Cancer. 2019.
https://www.acsm.org/blog-detail/acsm-certified-blog/2019/11/25/acsm-
guidelines-exercise-cancer-download (sitasi 27 Maret 2021).
38 Mariana , maria, Barbara. Long term effects of manual lymphatic drainage and
active exercises on physical morbidities, lymphoscintigraphy parameters and
lymphedema formation in patients operated due to breast cancer: A clinical
trial. Department of Obstetrics and GynecologynUniversity of Campinas,
School of Medicine, Campinas, São Paulo, Brazil, PLOS ONE. 2018.
41
39 Panduan penatalaksanaan kanker payudara, Kementrian Kesehatan republic
Indonesia. 2017.
40 Christian, Ingo Diel, Hans Tesch, Tamara Quandel, Chemotherapy-induced
peripheral neuropathy (CIPN): current therapies and topical treatment option
with high-concentration capsaicin. 2021.
41 Waltho D, Rockwell GJCJoS. Post breast surgery pain syndrome: establishing
a consensus for the definition of post-mastectomy pain syndrome to provide a
standardized clinical and research approach—a review of the literature and
discussion. 2016; 59(5): 342.
42 Dey S, Soliman AS, Hablas A, Seifeldin IA, Ismail K, Ramadan M. Urban rural
differences in breast cancer incidence by hormone receptor status across 6
years in Egypt. 2010; 120(1): 149-60.
43 Margulis I, Clement KA, Hung JC. Post-Mastectomy Pain Syndrome. Pain
Medicine. Springer. 2017. Hlm. 491-3.
44 Stubblefield MDJP. Radiation fibrosis syndrome: neuromuscular and
musculoskeletal complications in cancer survivors. 2011; 3(11): 1041-54.
45 National Cancer Institute. Chemotherapy to treat cancer. dari
https://www.cancer.gov (sitasi 27 Maret 2021).
46 Dessy L, Maruccia M, Mazzocchi M, Scuderi NJJoP, Reconstructive, Surgery.
A Treatment of post ma
47 stectomy pain syndrome after mastopexy with botulinum toxin.
2014;67(6):873-4.
48 Fakhari S, Atashkhoei S, Pourfathi H, Farzin H, Bilehjani EJb. Postmastectomy
pain syndrome. 2017;15:21.
49 da Silva FP, Moreira GM, Zomkowski K, de Noronha MA, Sperandio FFJJoM,
Therapeutics P. Manual Therapy as Treatment for Chronic Musculoskeletal
Pain in Female Breast Cancer Survivors: A Systematic Review and Meta-
Analysis. 2019;42(7):503-13.
50 Amatya B, Khan F, Galea MPJJomh. Optimizing post-acute care in breast
cancer survivors: a rehabilitation perspective. 2017;10:347.
51 Ranzi C, Barroso BF, Pegoraro DR, Sachetti A, Rockenbach CWF, Calegari
42
LJB. Effects of exercises on pain and functional capacity in hospitalized cancer
patients. 2019;2(3):255-9.
52 Loh J. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation for Cancer Pain. Essentials
of Interventional Cancer Pain Management: Springer; 2019. p. 261-5.
53 Mayo Foundation for Medical Education and Research. Cancer fatigue: why it
occurs and how to cope. https://www.mayoclinic. Org (sitasi 22 Maret 2021).
54 Dahlia, Darwin Karim, Siti Rahmalia Hairani Damanik. Gambaran fatigue
pada pasien kanker post kemoterapi. Jurnal Ners Indonesia. 2019; Vol.10 No.1.
55 Markopoulos C, Tsaroucha AK, Kouskos E, Mantas D, Antonopoulou Z,
Karvelis S. Impact of breast cancer surgery on the self-esteem and sexual life
of female patients. J Int Med Res. 2009; 37: 182-8.
56 Goetsch MF, Lim JY, Caughey AB. A Practical Solution for Dyspareunia in
Breast Cancer Survivors. Journal of clinical oncology. 2015.
43