NURPINA DARPIN
PO 71.5.241.20.2.021
NURPINA DARPIN
PO 71.5.241.20.2.021
Dengan judul :
Periode pertama stase pediatric, tanggal 02 agustus – 22 agustus 2021 di RSUP wahidin
sudirohusodo mother and chill Makassar telah disetujui oleh Pembimbing
Lahan/Clinical Educator.
Makassar, 2021
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
Laporan morning report ini adalah salah satu dari laporan klinik
Child. Selain itu juga laporan dari kasus ini bertujuan memberikan
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
iii
Makassar, 2021
Penulis
iv
DAFTAR ISI
SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................9
A. Tinjauan Tentang Tumbuh Kembang..................................................................9
B. Tinjauan Tentang Down Syndrome...................................................................17
1. Anatomi dan Fisiologi..................................................................................17
2. Definisi Down syndrome..............................................................................25
3. Epidemiologi.................................................................................................29
4. Etiologi..........................................................................................................30
5. Patofisiologi...................................................................................................31
C. Tinjauan Tentang Intervensi Fisioterapi............................................................33
BAB III PROSES ASSESMENT FISIOTERAPI...........................................................40
A. Data Medis.........................................................................................................40
B. Identitas Pasien..................................................................................................40
C. History Taking...................................................................................................41
D. Inspeksi Observasi.............................................................................................42
E. Pemeriksaan dan Pengukuran............................................................................43
F. Diagnosis Fisioterapi.........................................................................................46
G. Problematik Fisioterapi......................................................................................47
BAB IV INTERVENSI DAN EVALUASI FISIOTERAPI...........................................48
A. Rencana Intervensi Fisioterapi..........................................................................48
B. Strategi Intervensi Fisioterapi............................................................................48
v
C. Prosedur Pelaksaan Intervensi Fisioterapi.........................................................49
D. Edukasi/ Home Programe..................................................................................53
E. Evaluasi..............................................................................................................53
BAB V PEMBAHASAN................................................................................................54
A. Pembahasan Assesment Fisioterapi...................................................................54
B. Pembahasan Intervensi Fisioterapi (Clinical Reasoning)..................................64
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................69
vi
BAB I
PENDAHULUAN
(ICBB) Bogor, di Indonesia sendiri terdapat lebih dari 300 ribu anak dengan kasus
Down Syndrome adalah 1:1000, sedangkan untuk umur 35 tahun adalah 1:400. Angka
kemungkinan munculnya Down Syndrome makin tinggi dengan didasari umur ibu
saat melahirkan. Berdasarkan hasil data yang didapat dari penelitian diatas telah
mengalami peningkatan kurang lebih 0,01 dibandingkan pada tahun 2012. Pada tahun
2010, kasus Down Syndrome ini berada pada peringkat ketiga dengan kasus terbanyak
setelah tuna daksa dan tuna wicara yaitu dengan total 0,12 serta menduduki peringkat
keempat sebagai kasus terbanyak pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,13. Jumlah kasus
(Mahendra, 2013). Umumnya bayi dengan Down Syndrome memiliki berat dan
dan stabilisasi postur sensory feedback dan stabilitas postural (Richard, 2013).
Fisioterapi dapat berperan dalam menguatkan tonus dan stimulasi motorik kasar.
yang dipilih penulis yaitu Neuro Senso Motor Reflex Development & Synchronization
atau Neuro Senso dan Neuro Development Treatment. Pedekatan neurosenso adalah
metode fisioterapi untuk mengawali terapi yang bertujuan untuk melatih proses
persepsi, integrasi dan asosiasi sensoris sehingga dapat memperbaiki sikap dan
perilaku gerak sesuai dengan tahap perkembangan (Kazemi et al., 2016). Neuro
komprehensif yang ditujukan untuk fungsi pergerakan sehari-hari yang relevan. Neuro
Syndrome cerebral palsy serta gangguan perkembangan motorik lainnya (Lee et al.,
2017). Stimulasi adalah rangsangan yang datang dari lingkungan luar dan akan
berakibat pada proses tumbuh kembang. Pemberian stimulasi akan lebih efektif
mengalami kelayuhan sehingga akan terjadi peningkatan tonus pada otot-otot tersebut
dan stimulasi tumbuh kembang (Skotko et al., 2009). Intervensi penanganan NDT
melatih keseimbangan, gerak anak, dan fasilitasi. NDT adalah metode terapi popular
dalam pendekatan intervensi pada bayi dan anak-anak dengan disfungsi motornuron,
maka dari itu peran fisioterapi pada Down Syndrome harus dilakukan sedini mungkin
sehingga tumbuh kembang anak dapat terarah sesuai dengan tahapan usianya.
besar sel di seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri
juga terjadi perubahan ukuran, berat badan, tinggi badan, ukuran tulang
dan gigi, serta perubahan secara kuantitatif dan perubahan fisik pada diri
dan perlambatan. Peristiwa ini merupakan kejadian yang ada dalam setiap
anak.
terjadi pada individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak
sifat dan sikap tubuh seperti temperamen. Faktor ini dapat ditentukan
mempengaruhi tercapinya atau tidak potensi yang sudah ada dalam diri
kandungan)
c) Faktor Status
d) Faktor Nutrisi
dapat terhambat.
e) Faktor Kesehatan
lingkungan.
d) Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh
setiap organ
menjadi 3 yaitu:
ukuran besar dan fungsi organisme atau individu. Perubahan ini bervariasi
atau membaca.
& Perry (2015) yaitu: Perkembangan merupakan hal yang teratur dan
kronologis.
Dalam tahap neonatus ini bayi memiliki kemungkinan yang sangat besar
tumbuh dan kembang sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang
orang tuanya.
Dalam tahap ini bayi memiliki kemajuan tumbuh kembang yang sangat
pada usia 3-6 bulan mulai bisa mengangkat kepala 90°, mulai bisa
mencari benda-benda yang ada di depan mata dll. Bayi usia 6-9 bulan
mulai bisa duduk tanpa di topang, bisa tengkurap dan berbalik sendiri
bahkan bisa berpartisipasi dalam bertepuk tangan dll. Bayi usia 9-12
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3- 6 tahun
hoby yang sesuai dengan bakat yang ada dalam diri anak tersebut.
konflik.
kesehatan.
inti sel pada semua makhluk hidup, kromosom berbentuk deret panjang
Gambar 2.1
Kromosom DNA
tahun 1888. Kromosom berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata chrome
yang berarti warna dan soma berarti badan. Kromosom dapat diartikan
benda-benda yang halus berbentuk lurus seperti batang atau bengkok yang
berada di dalam nukleus. Karena dapat menyerap warna dengan jelas, maka
dapat diamati di bawah mikroskop. Setiap sel dalam tubuh makhluk hidup
terdiri dari tiga bagian utama, yaitu nukleus (inti Sel), Sitoplasma (cairan
benang halus yang disebut ‘kromatid’, apabila terjadi pembelahan sel, maka
jelaskan di atas, Kromosom adalah struktur padat yang terdiri dari dua
b) Fungsi Kromosom
Molekul DNA yang terbuat dari rantai unit yang disebut gen. Gen
berkembang.
informasi yang benar diteruskan ke sel anak yang dibutuhkan oleh sel
dalam tubuh kita dan juga menjaga urutan DNA. Protein juga disimpan
c) Struktur Kromosom
Kromosom terdiri dari DNA, RNA (asam ribo nukleat) dan protein.
haploid, misalnya sel kelamin jantan saja atau sel kelamin betina saja.
Kromatid, Salah satu dari dua bagian identik kromosom yang terbentuk
setelah fase S pada pembelahan sel Kromatid adalah salah satu dari dua
tipis yang terlihat selama tahap profase (dan kadang-kadang pada tahap
interfase).
seperti kawat).
segera mati.
pada fase prometafase dari mitosis, karena pada saat tersebut kromosom-
histon akan membelit dan memutar membentuk spiral (coil) dan ulir-ulir
ini akan meutar dan membelit lagi membentuk super spiral (super coil).
lenganpendek (p) dan lengan panjang (q). Kedua lengan kromosom ini
inti sel. Ketika sel akan membelah, benang kromatin membentuk pilinan
penentuan jenis kelamin dan sifat tubuh dibedakan menjadi dua, yaitu: -
gonosom wanita XX dan gonosom pria XY. Oleh karena itu, penulisan
(wanita). Adapun untuk sel gamet (n) adalah 22A + X atau 22A + Y.
kromosom.
bagian tengah, namun tidak pada bagian tengah, sehingga kromatid nya
e) Jumlah Kromosom
bentuk, ukuran,dan komposisi yang sama Pada manusia setiap sel somatik
berjumlah 46 (kecuali sel sperma dan ovum, karena memiliki set tunggal
yaitu satu set maternal (dari ibu) dan satu set paternal (dari ayah). Gambar di
bawah
merupakan
bentuk 23
menjadi tidak aktif saat masa embrio. Pria memiliki sebuah kromosom X
2016).
pada sistem metabolisme sel dan kelainan dari jumlah kromosom ini
hubungan antara usia sang ibu ketika mengandung dengan kondisi bayi.
Yaitu semakin tua usia ibu, maka semakin tinggi pula risiko melahirkan
setiap sel di dalam badan manusia dimana terdapat beberapa genetik yang
gagal membelah diri. Jika telur bertemu dengan sperma akan terdapat
diketahui ciri utama dari bentuk ini adalah dari segi struktur muka dan atau
ketidakmampuan fisik serta waktu hidup yang singkat. Pada tahun 1866,
harus melalui prosedur yang disebut kariotipe. Kariotipe adalah suatu visual
dan bentuk. Kromosom dapat diketahui dengan memeriksa darah atau sel-
2010).
(Ratna, 2014). Ada berbagai tingkat disfungsi integrasi sensorik pada anak-
menjaga keseimbangan.
3. Epidemiologi
antara 1 per 319 – 1000 kelahiran hidup di populasi studi yang berbeda
di seluruh dunia. Setiap tahunnya, sekitar 3.000 hingga 5.000 anak lahir
bervariasi antar negara sebagai akibat dari variabel sosial budaya dan
ekonomi, termasuk ratarata usia ibu saat konsepsi serta prenatal (Coppedè,
dan pada Riskesdas tahun 2018 meningkat lagi menjadi 0,21%. (Kemenkes
RI, 2019).
4. Etiologi
pada kedua orang tua, sebaiknya dilakukan studi familial tambahan dan
5. Patofisiologi
bertanggungjawab atas semua sifat yang diwarisi oleh orang tua, kemudian
semakin bertambah usia ibu pada saat kehamilan maka semakin tinggi
b) Genetik
adalah hasil dari genetik atau warisan salah satu pihak orangtua. Baik
down syndrome.
fungsi gerak, postur dan control tubuh akibat gangguan CNS dan dapat
diimplementasikan pada individu dari semua golongan usia dan angka dari
beberapa tingkat ke derajat yang ketidak mampuan fisik dan fungsi (raine
aspek perkembangan.
Filosofi NDT
Teknik NDT
a) Inhibisi
b) Fasilitasi
Control).
Tujuan fasilitasi :
aktifitas sehari-hari.
c) Stimulasi
Jenis stimulasi :
- Pengertian
inteligensi.
- Tujuan
- Menurunkan nyeri.
2) Bridging Exercises
o Definisi
(Quinn, 2012).
(pantat)
A. Data Medis
No.M.R : 91-92-68
Pernapasan : 24/menit
Suhu : 35,7oC
B. Identitas Pasien
1. Identitas Pasien/anak
Agama : Islam
Tinggi Badan : 73 Cm
Umur : 45 Tahun
C. History Taking
Riwayat Penyakit : Tidak pernah kejang, tidak sesak, tidak muntah, dan tidak
bulan
Riwayat Kehamilan : Ibu saat hamil pada usia 43 tahun, tidak ada
3-4 bulan.
RPP : Anak merupakan anak ke-5 dari lima bersaudara, di usia ibu
demam dan kejang. Sekitar tahun 2020 yang lalu anak dibawa
D. Inspeksi Observasi
1. Statis
2. Dinamis
berbagai arah
tangannya.
maksimal
1. Pengukuran Antropometri
Lingkar Kepala : 45 cm
2. Palpasi
3. Tes Orientasi
4. Pemeriksaan sensoris
Graps refleks :+
Rooting reflex :-
Refleks Merangkak : -
Fleksor withdrawal : -
b. Pemeriksaan Patologis
Refleks Babinsky : +
Refleks walking :-
bulan)
Perkembangan 6 bulan)
bulan)
Skala yang dapat digunakan untuk menilai derajat spastistitas tonus otot,
Grade Keterangan
0 Tidak ada peningkatan tonus otot
1 Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan terusnya
tahanan minimal pada akhir ROM pada waktu sendi di
gerakkanfleksi atau ektensi
2 Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan adanya
pemberhentian gerakan pada pertengahan ROM dan adanya
tahanan minimal sepanjang sisa ROM
3 Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjang sebagian besar ROM
tapisendi masih mudah digerakkan
4 Peningkatan tonus otot sangat nyata sepanjang ROM, gerak pasif
sulit dilakukan
5 Sendi atau ekstremitas kaku/ rigid pada gerakan fleksi atau
Ekstensi
Hasil :
Tonus otot ekstremitas superior : 1
Tonus otot ekstremitas inferior : 1
5. Pemeriksaan Posture dan Balance
a. Pola Posture (General Postural Alignment)
1) Posisi Terlentang
b. Pemeriksaan Balance
Anak difleksikan.
F. Diagnosis Fisioterapi
transfer dari duduk ke berdiri, berdiri dan berjalan dan meningkatkan fungsi
gerak dan aktivitas fungsional pasien sehingga dapat bermain dan beraktivitas
3. Activity Limitation
a. Kesulitan untuk Mengoptimalkan NDT dan home
merangkak dengan pola kemampuan untuk program
yang benar merangkak dengan pola
yang benar
b. Kesulitan untuk untuk Mengoptimalkan
transfer dari duduk ke kemampuan untuk
berdiri secara mandiri transfer dari duduk ke
berdiri secara mandiri
c. Kesulitan untuk berdiri Mengoptimalkan
tanpa bantuan kemampuan untuk
transfer dari duduk ke
berdiri secara mandiri
4. Participation Restriction
a. Gangguan dalam Meningkatkan Edukasi dan
bermain dan kemampuan respon dan home program
berinteraksi dengan bermain tanpa
teman sebaya serta keterbatasan
belum mampu untuk
berbicara
c. Penatalaksanaan :
2) Fiksasi pada perut, usap dari perut ke dada tengah, perut ke dada kanan,
sebelumnya.
4) Fiksasi pada perut, beri dorongan dari arah atas ke tengah, diagonal
kanan ke tengah, diagonal kiri ke tengah. Lalu beri tarikan dengan arah
yang sama.
5) Fiksasi pada perut, usap dengan pola membentuk angka 8, dengan arah
bawah serta seluruh lengan di mulai dari tangan kanan lalu tangan kiri.
Lakukan juga pada tungkai atas dan tungkai bawah serta seluruh
tungkai di mulai dari tungkai kanan lalu tungkai kiri. Posisikan anak
a. Tendon release
3) Penatalaksanaan :
F: 2 kali seminggu
T : menyesuaikan
F : 2 kali seminggu
I : 10 kali pengulangan
T : menyesuaikan.
3) Penatalaksanaan :
6. Aproximasi
F : 2 kali seminggu
I : dalam hitungan 10
sedikit tekanan .
T : menyesuaikan
3) Penatalaksanaan :
memberikan mainan pada anak agar anak dapat transfer dari duduk
ke berdiri.
tidak lupa atau malas untuk latihan setiap hari dan Beritahukan ke keluarga
pasien agar selalu mengoreksi postur pasien saat duduk dan berdiri (postur
harus tegak).
2. Home Program
b. Ibu diarahakan untuk tetap melatihan dengan memakai media yang ada di
secara aktif.
E. Evaluasi
No Problematik Intervensi Evaluasi
. Fisioterapi Awal terapi Akhir terapi
1 Tonus otot pada AGB NDT,NSMRDS, anak belum Tonus otot
2 Gangguan keseimbangan passive muscle mampu berdiri menurun,
dan postur exercise, secara mandiri, anak sudah
aproximasi, tonus otot mampu
3 Gangguan dalam berdiri
Bridging exercise,
secara mandiri meningkat, knee berdiri ketika
latihan duduk ke
posture tampak difasilitasi
berdiri.
kifosis
yang dialami pasien. Baik berupa anamnesis maupun berupa pemeriksaan. dengan
anamnesis dan pemeriksaan yang terarah dan terstruktur dapat di peroleh diagnosa
1. History taking
(1) Keluhan Utama Keluhan utama merupakan alasan utama pasien untuk
pemberian tindakan.
yang dulu pernah dialami oleh pasien yang nantinya dapat menjadi
(5) Riwayat Sosial Data ini dapat memberikan gambaran tentang perilaku
2. Inspeksi/Observasi
3. Pemeriksaan/Pengukuran Pediatrik
a. Palpasi
otot dari pasien, yaitu apakah ada peningkatan tonus otot (spastik) atau
fisiologik pada bayi dan tidak dijumpai lagi pada anak-anak yang sudah
dengan respon berupa gerakan fleksi kedua lengan dan ekstensi kedua
fisiologis yaitu refleks dalam dan releks superfisial. Refleks dalam (refleks
dinamai refleks regang otot (muscle stretch reflex). Nama lain bagi refleks
dalam ini ialah refleks tendon, refleks periosteal, refleks miotatik dan
refleks fisiologis.
atau di sekitarnya. Jadi bukan karena teregangnya otot seperti pada refleks
(refleks abdominal).
- + : jawaban normal
otot, Asworth scale banyak digunakan dan memiliki reabilitas cukup baik.
dan dilepas atau dengan tahanan minimal pada 1/3 akhir dari LGS.
4) Nilai 2 : kenaikan yang lebih jelas dalam tonus otot, pada sebagian
mudah (sedang).
5) Nilai 3 : Kenaikan yang besar dalam tonus otot, dimana gerakan pasif
6) Nilai 4 : Bagian yang terkena kaku dalam gerakan fleksi dan ekstensi
(berat).
baik maka pasien dapat merasakan input yang diberikan oleh fisioterapis.
terdiri dari vital sign, inspeksi, palpasi, PFGD, dan kemampuan gerak
perkembangan anak usia 0-6 tahun. Manfaat dari DDST adalah untuk
antara 15 – 20 menit.
sesua usia (0 – 6 tahun), salah satu antisipasi bagi orang tua, identifikasi
3) Language (bahasa)
atau anak mengenai DDST II, kaji pengetahuan tentang tumbang normal
dan riwayat sosial, tentukan atau kaji ulang usia kronologis anak.
Bila anak tidak mampu melakukan uji coba dengan baik, ibu
dengan baik.
Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik, ibu atau
4) No = No Opportunity
Anak tidak punya kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada
bulan untuk satu tahun. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15
dibulatkan ke atas.
2) Buat garis lurus dari atas sampai bawah berdasarkan umur kronologis
a) Pada tiap sektor, uji 3 item yang berada di sebelah kiri garis umur
c) Uji item sebelah kanan tanpa menyentuh garis usia sampai anak
gagal
1) Abnormal
lebih
dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada
2) Meragukan
pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang
4) Normal
1) Advanced
kanan garis umur, lulus kurang dari 25% anak yang lebih tua dari usia
tersebut.
2) Normal
Bila anak gagal atau menolak tugas pada item disebelah kanan
garis umur, lulus atau gagal atau menolak pada item antara 25-75%
(warna putih).
3) Caution
Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal atau menolak pada item
4) Delay
Gagal atau menolak item yang ada disebelah kiri dari garis umur
2) Pemeriksaan Keseimbangan
postural control dan meningkatkan kekuatan otot pada anak (Lee, 2017). Hal itu
yang memiliki gangguan fungsi, gerakan atau kontrol postur yang tidak stabil,
Tujuan dari NDT itu yaitu menghambat pola gerak yang abnormal,
gangguan gross motor, dan gangguan postur terutama pada anak cerebral
palsy spastic. Teknik inhibisi pada NDT ini bertujuan untuk menghambat pola
gerak abnormal, dimana anak cerebral palsy yang spastic akan muncul
gerakan yang susah dikontrol. Ketika inhibisi diberikan maka akan stimulasi
menjadi suatu memori bahwa gerakan yang normal itu adalah yang saat
berupa : adanya input aferen dari medula spinalis lewat serarcuatus externus
dorsalis. Dari medula spinal aferen melalui dua neuron yaitu ganglion spinale
dan ser. Arcuatus eternus doralis (homolateral) yang tujuannya yang satu ke
motor cortex dan sensori cortex . pada motor cortex afren dibawa ke
Dimana reseptor ini melalui 3 neuron, yaitu neuron satu pada ganglion spinale,
Akson neuron ordo kedua menyilang oblique kesisi yang berlawanan dalam
komisura grisea dan alba anterior dalam segmen spinal. Lalu naik dalam
taktil dan tekanan). Lalu input menuju neuron ketiga berupa nucleu
stimulasi dari kesadaran akan posisi bagian tubuh yang diperoleh dari visual.
Dimana impuls yang datang dari ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di
langsung, motor unit yang berperan meningkat seiring dengan motor learning.
dan lancar, oleh karena adanya proses reorganisasi dan adaptasi maka
juga terdapat reseptor yaitu muscle spindle dan organ tendo Golgi. Muscle
panjang otot, sedangkan organ tendo Golgi dalam mendeteksi ketegangan yang
bekerja pada tendo otot selama kontraksi otot atau peregangan otot. Kedua
menyebabkan reaksi sinapsis genetis pada sel saraf yang akan membentuk
sensoris, pada saat itu fungsi dari plastisitas otak akan dikembangkan maka
akan memperbaiki bagian otak yang rusak ( Knikou, 2008). Pada pasien yang
pada pasien dengan cerebral palsy flaccid hipotonus quadriplegi tipe ekstensi
dengan metode neuro senso motor reflex development and synchronization dan
c. Aproximasi
latihan 8 kali tiap sesi latihan (Kisner & Colby, 1996). Sustained joint
Adams, S., Condrey, J. A., Tsai, H., Svetlov, S. I., & Davenport, P. W. (2015).
Journal of Neurology and Neurobiology. 1–6.
Antonarakis, S. E., Skotko, B. G., Rafii, M. S., Strydom, A., Pape, S. E., Bianchi, D.
W., Sherman, S. L., & Reeves, R. H. (2020). Down syndrome. Nature Reviews
Disease Primers, 6(1), 1–20.
Aristya, G. R., Daryono, B. S., Handayani, N. S. N., & Tuti Arisuryanti. (2015).
Karakterisasi Kromosom. Gadjah Mada University Press.
Bickmore, W. A. (2010). Eukaryotic Chromosomes. Encyclopedia of Life Sciences, 1–
7.
Coppedè, F. (2016). Risk factors for Down syndrome. Archives of Toxicology, 90(12),
2917–2929.
Hartono, G., Edi, S. T., Nia, K., Wulandari, H. ., & Setyo, H. (2019). Kumpula Tips
Pediatri.
Kemenkes RI. (2019). Sindrom Down. In InfoDATIN (pp. 1–10).
Labaf, S., Shamsoddini, A., Taghi Hollisaz, M., Sobhani, V., & Shakibaee, A. (2015).
Effects of neurodevelopmental therapy on gross motor function in children with
cerebral palsy. Iranian Journal of Child Neurology, 9(2), 36–41.
Lee, E. J. (2017). Effect of neuro-development treatment on motor development in
preterm infants. Journal of Physical Therapy Science, 29(6), 1095–1097.
Masgutova, Svetlana, Sadowska, L., Kowalewska, J., Masgutov, D., Akhmatova, N.,
& Filipowski, H. (2015). Us of Neurosensorimotor Reflex Integration Program
to Improve Reflex Patterns of Children With Down Syndrome. In Acta
Universitatis Agriculturae et Silviculturae Mendelianae Brunensis (Vol. 53, Issue
9).