Scoliosis
Charliesjuntak-FKIK2014
Scoliosis(1)
Scoliosis(3)
Charliesjuntak-FKIK2014
Scoliosis
Idiopathic
Congenital
Neuromuscular
Cerebral Palsy
Distrofi otot
Polio
Osteoporosis juvenilis
Charliesjuntak-FKIK2014
Charliesjuntak-FKIK2014
Diagnosis
Rontgen tulang belakang
Pengukuran dengan skoliometer
(alat untuk mengukur kelengkungan
tulang belakang)
MRI (jika ditemukan kelainan saraf
atau kelainan pada rontgen).
Charliesjuntak-FKIK2014
Pengobatan
Kelengkungan <20
Kelengkungan 25-30, dianjurkan
untuk menggunakan brace
Milwaukee & Boston tetapi harus
dipasang selama 23 jam/hari sampai
masa pertumbuhan anak berhenti.
Jika kelengkungan mencapai 40
atau lebih, biasanya dilakukan
pembedahan.
Charliesjuntak-FKIK2014
Prognosis
Tergantung pada
Skoliosis ringan dgn brace: baik
Post-op scoliosis idiopatik: baik
Scoliosis neuromuskular
Charliesjuntak-FKIK2014
Dampak
Cepat atau lambat, skoliosis perlu
dikoreksi bila sampai mengganggu
organ penting di sekitarnya,
khususnya saraf tulang belakang.
Penekanan, atau penjepitan saraf
tulang belakang bisa terjadi apabila
ada bagian tulang belakang yang
abnormal bentuknya, maupun
akibat adanya gangguan struktur
tulang. Charliesjuntak-FKIK2014
10
Kyphosis
Charliesjuntak-FKIK2014
11
Pengertian
istilah yang dipergunakan untuk
lengkung sagital yang berlebihan di
daerah thoracal columna vertebralis
Disebabkan oleh:
Kelemahan otot atau perubahan
struktur corpus vertebrae atau discus
intervertebralis.
Crush fractures atau destruksi oleh
tuberculosis pada corpus vertebralis.
Osteopororis
Charliesjuntak-FKIK2014
12
Kyphosis
Charliesjuntak-FKIK2014
13
Kyphosis
Charliesjuntak-FKIK2014
14
Penatalaksanaan
Bracing
Pembedahan
Charliesjuntak-FKIK2014
15
Lordosis
Charliesjuntak-FKIK2014
16
Lordosis
Lengkung sagital yang berlebihan
di daerah lumbal. kelainan yang
mana tulang punggung terlalu
melengkung kedepan. Sehingga
perut tampak menonjol kedepan.
Fisiologis: hamil
Patologis: Tumor ovarium,
spondylolisthesis, dislokasi panggul
Charliesjuntak-FKIK2014
17
Diagnosis
Klinis
Radiologis:
Foto polos
Bone scan
CT-Scan atau CAT
MRI
Charliesjuntak-FKIK2014
18
Penatalaksanaan
Tujuan perawatan: menghentikan
kemajuan lengkungan dan
mencegah kelainan bentuk.
Tergantung kepada penyebab
lordosis.
Latihan sederhana mungkin cukup
lordosis
Charliesjuntak-FKIK2014
19
Prognosis
Tergantung pada deteksi dini
Charliesjuntak-FKIK2014
20
Charliesjuntak-FKIK2014
21
PENYAKIT DEGENERATIF
PENYEBAB NYERI TULANG
BELAKANG
VISEROGENIK
VASKULOGENIK
NEUROGENIK
SPONDILOGENIK
TULANG
Lesi miofasial
sacroiliac strain
Lesi diskus intervertebralis
Definisi
Suatu gejala berupa rasa nyeri di
daerah lumbosakral dan sakroiliaka
yang dapat ditimbulkan oleh
berbagai sebab, kadang-kadang
disertai dengan penjalaran nyeri ke
arah tungkai dan kaki.
Charliesjuntak-FKIK2014
23
Epidemiologi
Urutan kedua tersering setelah
nyeri kepala
Umumnya diatas usis 40
Di USA, lebih dari 80% penduduk
pernah mengeluh low back pain
Indonesia (???)
Charliesjuntak-FKIK2014
24
Faktor Resiko(1)
Usia, mulai dekade 2 & tertinggi
pada dekade 5. Bahkan semakin
lama semakin meningkat hingga
umur sekitar 55 tahun.
Jenis kelamin, Laki-laki =
perempuan
IMT, >18 beresiko
Charliesjuntak-FKIK2014
25
Faktor Resiko(2)
Aktivitas/Olahraga, berputarnya
tulang belakang di saat tubuh
sedang membungkuk merupakan
faktor penyebab yang penting.
Sikap tubuh yang salah merupakan
penyebab nyeri pinggang yang
sering tidak disadari oleh
penderitanya.
Charliesjuntak-FKIK2014
26
Faktor Resiko(3)
Berdiri lebih dari 1 jam dalam
sehari, duduk yang monoton lebih
dari 2 jam dalam sehari, naik turun
anak tangga lebih dari 10 anak
tangga dalam sehari, berjalan lebih
dari 3,2 km dalam sehari dapat pula
meningkatkan resiko timbulnya
nyeri pinggang.
Charliesjuntak-FKIK2014
27
Faktor Resiko(4)
Pekerjaan, 22% keluhan terjadi
ketika mengangkat beban, 19%
ketika berolahraga, dan sekitar 25%
terjadi berangsur-angsur tanpa
diketahui penyebabnya.
Charliesjuntak-FKIK2014
28
Patogenesis
Charliesjuntak-FKIK2014
29
Klinis
Posisi berdiri(1)
Perhatikan cara penderita berdiri dan
sikap berdirinya.
Perhatikan bagian belakang tubuh:
adakah deformitas, gibus, skoliosis,
lordosis lumbal (normal, mendatar, atau
hiperlordosis), pelvis yang miring/tulang
panggul kanan dan kiri tidak sama
tinggi, atrofi otot.
Derajat gerakan (range of motion) dan
spasme otot.
Charliesjuntak-FKIK2014
30
Klinis
Posisi berdiri(2)
Hipersensitif denervasi (piloereksi
terhadap hawa dingin).
Palpasi untuk mencari trigger zone,
nodus miofasial, nyeri pada sendi
sakroiliaka, dan lain-lain.
Perhatikan cara penderita berjalan/gaya
jalannya.
Charliesjuntak-FKIK2014
31
Klinis
Posisi duduk(3)
Perhatikan cara penderita duduk dan sikap
duduknya.
Perhatikan bagian belakang tubuhnya.
Posisi berbaring :
Perhatikan cara penderita berbaring dan
sikap berbaringnya.
Pengukuran panjang ekstremitas inferior.
Pemeriksaan fisik khusus/neurologik.
Pemeriksaan motorik, sensorik, dan refleks
Charliesjuntak-FKIK2014
32
Pemeriksaan Penunjang
Radiologik
Charliesjuntak-FKIK2014
33
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
34
Prinsip Pengobatan
Menghilangkan penyebabnya
(kausal)
Pemberian obat-obat analgetika,
anti inflamasi, trankuilizer/ relaksan
otot
Fisioterapi & rehabilitasi
Operasi
Charliesjuntak-FKIK2014
35
36
37
Pencegahan
Olah raga yang teratur dimana frekuensi /
jumlah dan intensitasnya harus cukup,
jangan berlebihan, jangan meloncat.
Mengatur makanan dengan menghindari
makanan-makanan yang mengandung
banyak lemak, asam urat, dll.
Hidup dalam lingkungan yang sehat
dengan udara yang bersih .
Hidup yang teratur, mengatasi stress,
serta menjalani
Charliesjuntak-FKIK2014
38
Charliesjuntak-FKIK2014
39
HNP(1)
Protrusi atau ruptur nukleus
pulposus biasanya didahului dengan
perubahan degeneratif yang terjadi
pada proses penuaan.
Kehilangan protein polisakarida
dalam diskus menurunkan
kandungan air nukleus pulposus.
Charliesjuntak-FKIK2014
40
HNP(2)
Pecahnya yang menyebar di anulus
melemahkan pertahanan pada
herniasi nukleus.
Terjadi setelah trauma jatuh,
kecelakaan, dan stress minor
berulang seperti mengangkat)
kartilago dapat cedera.
Bisa akut atau kronis.
Charliesjuntak-FKIK2014
41
HNP(3)
Diskus terdorong ke arah medula
spinalis atau mungkin ruptur dan
memungkinkan nukleus pulposus
terdorong terhadap sakus dural atau
terhadap saraf spinal saat muncul
dari kolumna spinal atau kedalam
corpus
Charliesjuntak-FKIK2014
42
HNP(4)
Charliesjuntak-FKIK2014
43
Patofisiologi HNP
Charliesjuntak-FKIK2014
44
Manifestasi klinis
Charliesjuntak-FKIK2014
45
Pemeriksaan penunjang
Pencitraan sederhana
Pencitraan canggih: Myelography,
CT-Scan; CT-Myelography, MRI
Elektromyography (EMG)
Charliesjuntak-FKIK2014
46
Penatalaksanaa
Konservatif:
Meredakan nyeri OAINS
Terapi termal
Traksi
Imobilisasi
47
Fraktur-Dislokasi Vertebra
Charliesjuntak-FKIK2014
48
Motorik
Cedera
Spinal
Sensorik
Otonom
CharlesASjuntak, FKIK-Unja
49
Shear fracture
Type 1 injuries
A/ I Anterior compression
B/ I Moderate sprain in flexion
Moderate sprain in extension
C/ I Unifacet fracture(UFF)
Type 2 injuries
Type 3 injuries
CharlesASjuntak, FKIK-Unja
58
Spinal Injury
5% penderita status neurologisnya
memburuk saat di RS
Prioritas utama: Proteksi;
Prioritas kedua: deteksi
CharlesASjuntak, FKIK-Unja
59
Tingkat keparahan
Spinal Cord
60
Neurologic Assessment
Neurogenic Shock
61
Neurologic Assessment
Spinal Shock
62
Neurologic Assessment
Efek terhadap organ lain
CharlesASjuntak, FKIK-Unja
63
Klasifikasi trauma
Level trauma
Pemeriksaan klinis
Terutama kaudal
Biasanya bilateral
Fungsi motorik/sensorik
Tulang: kerusakan vertebra
CharlesASjuntak, FKIK-Unja
64
Klasifikasi Trauma
Incomplete
Complete
Ada sensasi
Sensasi letak
Gerakan
volunter di
ekstremitas
inferior
Sacral sparing
CharlesASjuntak, FKIK-Unja
65
Classification of Injury
Morfologi
CharlesASjuntak, FKIK-Unja
66
Terima kasih
Charliesjuntak-FKIK2014
67