Anda di halaman 1dari 16

Leukemia akut

Leukemia merupakan penyakit keganasan


sel darah yang berasal dari sumsum
tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel
darah putih, dengan manifestasi adanya
sel-sel abnormal dalam darah tepi.
Etiologi leukemia masih belum diketahui

Hasil studi mengarah ke faktor lingkungan,


radiasi,
paparan, elektromagnetik, maupun
aktivasi oleh
virus

Diagnosis definitif LLA dengan aspirasi sumsum tulang


Untuk mengidentifikasi sel-sel hematopoietik di sumsum
tulang FAB (French- American-British ) dibuat klasifikasi
LLA berdasarkan morfologik untuk lebih memudahkan
pemakaiannya dalam klinik, antara lain sebagai
berikut:
1. L-1 terdiri dari sel-sel limfoblas kecil serupa dengan
kromatin homogen, nukleolus umumnya tidak
tampak dan sitoplasma sempit.
2. L-2 pada jenis ini sel limfoblas lebih besar tetapi
ukurannya bervariasi, kromatin lebih besar dengan
satu atau lebih anak inti.
3. L-3 terdiri dari sel limfoblas besar, homogen dengan
kromatin berbercak, banyak ditemukan anak inti
serta sitoplasma yang basofilik dan bervakuolisasi.

Pengobatan LLA menggunakan kombinasi beberapa obat


sitostatika
berdasarkan risiko relapsnya pengobatan dibagi menjadi dua
yaitu
pengobatan risiko rendah dan risiko tinggi
Faktor-faktir yang berpengaruh terhadap buruknya prognosis
leukemia limfoblastik akut, sebagai berikut:
1. Jumlah leukosit awal lebih dari 50.000/mm
2. Umur pasien pada saat diagnosis dan hasil pengobatan kurang
dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun
3. Fenotipe imunologis ( immunophenotype).
4. Jenis kelamin laki-laki.
5. Respon terapi yang buruk pada saat pemberian kemoterapi
inisial, dilihat melalui BMP, sel blast di sumsum tulang
>1000/mm
6. Kelainan jumlah kromosom, pasien dengan indeks DNA >1.16
(hiperdiploid) mempunyai prognosis yang lebih baik.

Gejala Klinis
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia,
trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena
infiltrasi, hipermetabolisme.
Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan
sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah
lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain
itu juga ditemukan
anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme.
Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan femur.
Leukemia Mielositik Akut (LMA)
Gejala utama LMA adalah
rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom
kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk
purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat
tinggi (lebih dari 100 ribu/mm biasanya mengalami gangguan
kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga
menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan
hipoglikemia.

Leukemia Limfositik Kronik


Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala.
Penderita LLK yang mengalami gejala biasanya
ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat
badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu
makan dan penurunan kemampuan latihan atau
olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin
parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya
Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan
fase krisis blas.
Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa
cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung.
Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit
berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan
keluhan anemia yang bertambah berat, petekie,
ekimosis dan demam yang disertai infeksi.

Diagnosis dini
Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik untuk jenis LLA yaitu ditemukan
splenomegali (86%),
hepatomegali, limfadenopati, nyeri
tekan tulang dada, ekimosis, dan
perdarahan retina.
Pada penderita LMA ditemukan hipertrofi gusi yang mudah
berdarah. Kadang kadang ada gangguan penglihatan yang
disebabkan adanya perdarahan fundus oculi
2. Pada penderita leukemia jenis LLK ditemukan
hepatosplenomegali dan limfadenopati. Anemia, gejala gejala
hipermetabolisme (penurunan berat badan, berkeringat)
menunjukkan penyakitnya sudah berlanjut.
3. Pada LGK/LMK hampir selalu ditemukan
splenomegali, yaitu pada 90% kasus. Selain itu Juga
didapatkan nyeri tekan pada tulang dada dan
hepatomegali, Kadang kadang terdapat purpura,
perdarahan retina, panas, pembesaran kelenjar getah
bening dan kadang kadang priapismus.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan
pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan sumsum
tulang
Pemeriksaan darah tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan
leukositosis (60%) dan kadang kadang leukopenia
(25%)
Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan
trombosit.
Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari
50.000/mm
pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih
dari 50.000/mm

Pemeriksaan sumsum tulang


Pada penderita leukemia akut
ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel
sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat
perubahan tiba tiba dari sel muda (blast) ke sel yang
matang tanpa sel antara ( leukemic gap). Jumlah blast
minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang
Pada penderita LLK ditemukan adanya
infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40%
dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien
LLK
disebabkan oleh peningkatan limfosit B
Pada penderita LGK/LMK
ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan
jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis
Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm

Penatalaksanaan Medis
Kemoterapi
Kemoterapi pada penderita LLA
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun
tidak semua fase yang digunakan untuk semua orang.
Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk
membunuh sebagian besar sel sel leukemia di dalam
darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi
biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang
panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah
normal dalam proses membunuh sel leukemia.
kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin,
prednison dan asparaginase.

Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)


Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan
terapi intensifikasi yang bertujuan untuk
mengeliminasi sel leukemia residual untuk
mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang
resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah
6 bulan kemudian.
Tahap 3 (profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah
kekambuhan pada SSP. Perawatan yang digunakan
dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang
lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat
kemoterapi yang

Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)


Pada tahap ini dimaksudkan untuk
mempertahankan masa remisi. Tahap ini
biasanya memerlukan waktu 2 -3 tahun.
Angka harapan hidup yang membaik dengan
pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya
95% anak dapat mencapai remisi penuh,
tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80%
orang dewasa mencapai remisi lengkap dan
sepertiganya mengalami harapan hidup
jangka panjang, yang dicapai
dengan kemoterapi agresif yang
diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.

Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi
tinggi untuk membunuh sel sel leukemia
Sinar berenergi tinggi ini ditujukan
terhadap limpa atau bagian lain dalam
tubuh tempat menumpuknya sel
leukemia
Energi ini bisa menjadi gelombang atau
partikel seperti proton, elektron, x ray
dan sinar gamma.
Pengobatan dengan cara ini dapat
diberikan jika terdapat keluhan
pendesakan karena pembengkakan

Transplantasi Sumsum Tulang


dilakukan untuk mengganti sumsum
tulang yang rusak dengan sumsum
tulang yang sehat.
Sumsum tulang yang rusak dapat
disebabkan oleh dosis tinggi
kemoterapi atau terapi radiasi.
Selain itu, transplantasi sumsum
tulang juga berguna untuk mengganti
sel sel darah yang rusak karena
kanker.

Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier ditujukan untuk membatasi atau
menghalangi perkembangan kemampuan, kondisi, atau
gangguan sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut
yang membutuhkan perawatan intensif.
Untuk penderita leukemia
dilakukan perawatan atau penanganan oleh tenaga
medis yang ahli di rumah sakit.
Salah satu perawatan yang diberikan yaitu perawatan
paliatif dengan tujuan
mempertahankan kualitas hidup penderita dan
memperlambat progresifitas penyakit., Selain itu
perbaikan di bidang psikologi, sosial dan spiritual,
Dukungan moral dari orang-orang terdekat juga
diperlukan.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai