OLEH:
MARIA KRISTIANI WAYAN
202120641011077
MAKALAH PROFESI
STASE MUSCULO NON BEDAH
OLEH:
MARIA KRISTIANI WAYAN
202120641011077
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga laporan akhir stase praktik musculoskeletal non bedah dengan judul
Klinik Asya Therapy Center Mojokerto” dapat diselesaikan. Penyusunan laporan ini
merupakan salah satu tugas akhir stase muskuloskeletal di Program Studi Profesi Fisioterapi
dalam pengerjaan laporan ini telah melibatkan banyak pihak yang telah membantu banyak
hal. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada
1. Bapak Safun Rahmanto SST.Ft., M.Fis selaku ketua program studi fisioterapi
Universitas Muhammadiyah Mlang yang telah memberikan arahan serta izin untuk
2. Ibu Kurnia Putri Utami S.Ft, Physio., M. Biomed selaku Preceptor yang telah sabar
3. Putri Sukma Rahayu, S. Fis, Ftr, selaku pembimbing lapangan yang telah sabar dalam
memberi arahan, menyediakan tempat dan waktu untuk saya praktik, memberikan
4. Keluarga Mama Lusia Masmur Mali dan Mama Ina Mali yang selalu memberikan
5. Adik-adik remaja, yang telah bersedia menjadi responden dan membantu atas
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................................vi
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan........................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................4
A. Anatomi Shoulder Complex..........................................................................................4
B. Definisi Tendinitis Supraspinatus.................................................................................9
C. Etiologi Tendinitis Supraspinatus.................................................................................9
D. Patofisiologi Tendinitis Supraspinatus.......................................................................10
E. Manefestasi Klinis Tendinitis Supraspinatus.............................................................11
F. Pemeriksaan.................................................................................................................11
G. Intervensi..................................................................................................................15
H. Kerangka Berpikir..................................................................................................19
BAB III....................................................................................................................................20
STATUS KLINIS...................................................................................................................20
I. KETERANGAN UMUM PENDERITA...................................................................20
II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT...............................................................20
III. SEGI FISIOTERAPI...............................................................................................20
BAB IV....................................................................................................................................29
PENUTUP...............................................................................................................................29
5.1. Kesimpulan..............................................................................................................29
5.2. Saran.........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................30
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sendi bahu merupakan salah satu persendian yang paling sering digunakan
pekerjaan. Adanya gangguan pada sendi bahu akan berakibat timbulnya nyeri dan
menurunnya aktivitas fungsional dari penderitanya. Nyeri bahu adalah keluhan yang
paling umum dengan pravelensi dari 20% sampai 33% pada populasi dewasa. Nyeri
punggung dan lutut dengan tidak melihat faktor usia (Yayang & Prasetyo, 2020).
Nyeri bahu dengan penyebab gerak dan fungsi yang paling sering terjadi
adalah disebabkan oleh tendinitis supraspiatus (Yayang & Prasetyo, 2020). Tendinitis
berulang pada tendon dalam waktu yang lama. Tendinitis supraspinatus disebabkan
oleh tendon otot supraspinatus yang bertumpang tindih dengan tendon caput longus
bicep sehingga terjadinya gesekan dan penekanan yang bersifat berulang serta dalam
jangka waktu yang lama maka mengakibatkan kerusakan pada tendon otot
umumnya terjadi pada karyawan kantor, penulis, dan umumnya terjadi pada usia 30-
70 tahun, dari 20% sampai 33% pada populasi dewasa (Yayang & Prasetyo, 2020).
Nyeri merupakan gejala paling umum yang ditemukan pada kasus tendinitis
1
fungsional. Rasa nyeri biasanya dirasakan ketika melakukan aktivitas seperti
tulis, mengambil sesuatu dari saku celana, dan kesuitan melepas baju (Rahman et
al., 2020).
Rasa nyeri tersebut bisa diukur dengan menggunakan skala VAS (Visual
Analog Scale). Adanya rasa nyeri pada daerah shoulder maka akan menyebabkan
otot hal ini terjadi karena pasien enggan untuk menggerakan sendi bahu karena
terdapatnya nyeri. Hal ini akan menyebabkan atrofi otot maka untuk mengetahui
adanya kelemahan otot atau tidak dapat menggunakan MMT (Manual Mascle
Testing). Spasme otot dapat terjadi karena reaksi spontan dari suatu otot karena
proteksi terhadap rasa nyeri, reaksi potensi lain adalah penderita berusaha
adanya spasme atau tidak dapat diperiksa dengan palpasi (Yusron & Wulandari,
2016).
lebih lanjut, meningkatkan kekuatan otot sekitar bahu, mengurangi spasme pada otot
kasus ini penulis memilih modalitas berupa TENS, Ultrasound, Wall Push-up,
neuromuscular tapping.
B. Rumusan Masalah
Tendinitis Supraspinatus?
2
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
3. Bagi Masyarakat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Scapula
lateralis, dan sebuah bagian seperti cekungan yang disebut cavitas glenoidales.
b. Clavicula
Clavicula adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas
c. Humerus
4
Terdiri dari caput humeri yang membuat persendian dengan rongga glenoidalis
otot deltoid. Pada bagian distal humerus terdapat epikondilus lateral dan medial.
Sendi bahu adalah sendi kompleks yang terbentuk dari 4 persendian yaitu sendi
soket yang dangkal, dengan demikian sendi GH dapat bergerak kesegala arah.
Sendi GH merupakan sendi yang tidak stabil karena cavitas glenoidalis sangat
dangkal sehingga caput humerus jika tidak dilindungi akan dengan mudah keluar
dari soket yang menyebabkan dislokasi bahu. Labrum Glenoid adalah jaringan
fibrosus melingkar yang berfungsi untuk menarik fossa glenoid kedalam sehingga
Sendi ST bukan sendi anatomis namun sendi ini adalah sendi fisiologis yang
penting dalam menambah gerakan pada sendi bahu antara tulang scapula dan
5
merupakan satunya-satunya sendi yang mengikat gelang bahu dengan tulang axial.
Sendi SC adalah sendi sellar, dimana permukaan sterna lebih besar daripada
adalah sendi yang menghubungkan antara clavikula dan scapula yang berada
diujung acromion serta gerakan yang dihasilkan oleh sendi ini lebih besar daripada
a. Rotator cuff
Tendon rotator cuff melekat pada otot rotator cuff bagian dalam.
Ada empat otot yang terlibat dalam mengangkat lengan dari samping dan
kestabilan sendi bahu dengan menyangga caput humeri di soket glenoid. Otot
yang terlibat yaitu otot supraspinatus, otot infraspintus, otot teres minor dan
1) M. Supraspinatus
6
menegangkan kapsula artikularis dan abduksi lengan. Kadang-kadang
dekat tuberkulum mayor dan menimbulkan rasa nyeri hebat pada abduksi
2) M. Infraspinatus
fungsi utamanya adalah rotasi eksterna lengan. Dekat dengan lekuk sendi
minor.
3) M. Subscapularis
7
rotasi lateralis (eksternalis) anggota badan atas, yang menunjukkan bahwa
di scapula dan berinsersio pada bagian posterior tuberositas radii. Otot ini
merupakan otot supinator lengan bawah, otot fleksor kuat pada sendi siku
5) M. Teres Minor
6) M. Pectoralis Minor
7) M. levator Scapula
8) M. Serratus Anterior
a. Kapsul sendi
8
Merupakan sebuah kantong kedap yang mengelilingi sendi. Di bahu,
ke glenoid. Ligament ini pada bagian superior, tengah dan inferior ligament
b. Ligament coracoacromialis
c. Bursa subacromialis
Painful Arc adalah nyeri atau perubahan pola gerakan akibat nyeri
supraspinatus akibat gesekan tendon terhadap tulang bahu (yang dibentuk oleh
caput humeri dengan bungkus kapsul sendi glenohumeral sebagai alasnya, dan
akromion serta ligamentum coraco acromiale sebagai penutup bagian atasnya) secara
9
C. Etiologi Tendinitis Supraspinatus
Dalam melakukan aktivitas kerja tendon otot dari supraspinatus sering tergencet
antara caput humeri dan acromion atau ligamentum coracoacromiale. Hal tersebut sering
dirasakan oleh para pekerja yang selalu bekerja dengan melibatkan sendi bahu yang
sering terangkat (abduksi). Karena bekerja terlalu berat dan berkepanjangan dengan
lengan yang harus mengangkat (kontraksi isometrik) atau harus mendorong, menyangga
dan sebagainya maka otot supraspinatus dapat mengalami gangguan dan kerusakan
Tendon otot supraspinatus sebelum berinsersio pada tuberculum majus humeri, akan
melewati terowongan pada daerah bahu yang dibentuk oleh kaput humeri (dengan
bungkus kapsul sendi glenohumerale) sebagai alasnya, dan acromion serta ligamentun
coraco acromiale sebagai penutup bagian atasnya. Tendon mendapatkan suplay darah dari
pembuluh darah yang mengalir melalui tendon. Pembuluh darah tendon rentan terhadap
penguluran, tekanan dan trauma yang berulang-ulang. Adanya cedera atau trauma
perubahan pada tendon. Cairan yang keluar dari sistem sirkulasi akan mengambil tempat
ke arah celah tendon yang robek dan menjalar ke sekitarnya kemudian cairan tersebut
mengendap dan membentuk hematom. Hematom ini akan menekan ujung-ujung saraf
sensoris di sekitarnya hingga akan menambah rasa nyeri. Apabila penekanan yang
dimana tendon semakin menebal. Hal ini mengakibatkan gerakkan tendon terbatas atau
terhambat. Sehingga suplay darah terganggu yang akan mengakibatkan tendinitis. Tendon
tersebut akan saling bertumpang tindih dengan tendon dari kaput longus biseps. Adanya
gesekkan dan penekanan yang berulang-ulang serta dalam jangka waktu yang lama oleh
10
tendon biseps ini akan mengakibatkan kerusakan tendon otot supraspinatus sehingga akan
terjadi supraspinatus tendinitis. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tetapi bila disertai
impingement yang lebih lama dan terutama pada orang tua dapat terjadi robekan kecil dan
ini dapat diikuti dengan pembentukan jaringan parut, metaplasia fibrokartilageinous atau
pengapuran tendon. Tendon biseps caput longum yang terletak bersebalahan dengan
a. Adanya nyeri tekan pada tendon supraspinatus yang berinsertio pada tuberculum
mayus.
c. Pain full arc 0-60° (ada kompresi yang bersifat sementara dari suatu struktur
F. Pemeriksaan
secara langsung pada klien yang terdiri dari pemeriksaan gerak aktif, pasif, dan
11
a. Pemeriksaan gerak aktif :
Gerak aktif merupakan gerak yang dilakukan secara mandiri oleh pasien
sesuai petunjuk pemeriksa. Informasi yang diperoleh masih bersifat global karena
informasi berupa koordinasi gerakan, pola gerak, nyeri dan Range of Motion aktif
(Suharti, 2018;57).
Gerak pasif merupakan gerakan yang dilakukan oleh terapis atau pemeriksa.
Dengan menggerakkan pasien secara pasif dapat menentukan kondisi sendi hypo
atau hyper mobility. Perlu diperhatikan bagaimana end feel dari gerakan, nyeri
serta Range of Motion yang dapat dicapai secara passieve (Suharti, 2018;58).
Pada pemeriksaan gerak pasif yang dilakukan, diperoleh hasil yaitu kilen mampu
c. Pemeriksaan isometric :
mendapatkan tahanan dari terapis, dan dari gerakan ini tidak menimbulkan
gerakan atau perubahan lingkup gerak sendi. Informasi yang didapat yaitu nyeri,
kekuatan otot secara isometrik, dan kualitas saraf motorik (Suharti, 2018;58).
Skala VAS (Visual Analog Scale) merupakan suatu alat pengukuran derajat nyeri
dengan menunjukkan titik pada garis skala nyeri (0 – 10) salah satu titik ujung
tidak nyeri dan ujung yang lain menunjukkan nyeri tak tertahankan. Pengukuran
dilakukan dengan cara menginstruksikan klien untuk menarik garis dari 0 ke arah
angka yang lebih tinggi yang nilainya sesuai dengan rasa nyeri yang dirasakan
klien. Pengukuran VAS dapat dilakukan untuk menilai nyeri diam, nyeri tekan
12
dan nyeri gerak, pengukuran dilaksanakan sesuai tujuan penelitian
(Trisnowiyanto, 2012).
Untuk mengetahui luas lingkup gerak sendi yang bisa dilakukan oleh suatu sendi.
Dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar LGS pada suatu sendi dan
apakah hipermobilitas adalah LGS lebih besar dari normal (Kurniasari, 2010;
50).
Gambar 2. 4 Goniometer
menentukan jenis terapi latihan yang akan diberikan. Parameter yang digunakan
13
untuk mengetahui kekuatan otot adalah Manual Muscle Testing. Nilai otot 5
yaitu dapat melawan tahanan maksimal, mampu melawan gravitasi, dan dengan
LGS penuh. Niali otot 4 yaitu mampu melawan tahanan minimal, mampu
melawan gravitasi, dan LGS penuh. Nilai otot 3 yaitu dapat melawan gravitasi
tetapi tidak dapat bergerak dengan LGS penuh. Nilai otot 1 yaitu dapat bergerak
dengan kontraksi otot yang terpalpasi dan LGS tidak penuh, serta nilai 0 artinya
5. Tes Spesifik
Tes khusus yang dapat dilakukan pada kondisi tendinitis supraspinatus antara lain
a. Tes Supraspinatus
diposisikan medial rotasi dan menyudut ke depan 30° sehingga ibu jari
gambaran yang muncul, bila gambaran yang muncul adalah rasa nyeri atau
b. Tes Mosley
c. Tes Appley
14
Penderita diminta menggaruk-garuk di daerah sekitar angulus medialis
pola gerakan itu otot-otot aductor, rotator external dari bahu bekerja. Pada
G. Intervensi
a. Rest (istirahat)
yang cedera dan dalam hal ini adalah bagian lutut, bukan istirahat secara total.
Namun pada kenyataannya sangat sulit untuk mengistirahatkan lutut karena hampir
dalam setiap aktifitas yang dilakukan, sendi lutut akan dibengkokkan atau
diluruskan. Gerakan-gerakan yang perlu dihindari yang dapat membebani dan lebih
merusak tendon patella adalah: melompat, berlari, menaiki dan menuruni tangga,
dan berjongkok.
selama 15-20 menit setiap 4 jam untuk 2-3 hari. Cara pemberiannya dengan
handuk basah.
Cara lain aplikasi es adalah dengan ice massage yaitu dengan menggunakan air
supraspinatus.
c. Compression (penekanan)
15
Tujuan penekanan adalah membatasi pembengkakan dengan meningkatkan
pembuluh darah yang mendorong laju filtrasi darah dan menyebabkan edema.
membantu reabsorbsi cairan edema dari jaringan. Hal ini sangat penting mengingat
bahwa pada dasarnya proses reabsorbsi edema berlangsung secara pasif dan lambat
d. Elevasi
level jantung dengan posisi sendi lutut yang diluruskan. Dengan posisi ini tarikan
pada tendon patella akan berkurang sehingga tendon memiliki kesempatan untuk
2. Ultra Sound
panas dalam jaringan, panas yang dihasilkan dalam setiap jaringan tidak sama, hal
ini tergantung pada pemilihan gelombang dan durasi yang digunakan. Panas yang
dihasilkan akan berpengaruh pada jaringan otot, kartilago, tendon, dan kulit dan
3. TENS
TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk merangsang sistem
saraf melalui permukaan kulit. Dalam hubungannya dengan modulasi nyeri. Dalam
kasus ini menggunakan metode umum dengan pemasangan elektrode pada atau
sekitar nyeri. Cara ini merupakan cara yang paling mudah dan paling sering
16
digunakan sebab metode ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa
memperhatikan karakter nyeri atau pun letak yang paling optimal yang
mengurangi rasa sakit melalui aktivasi mekanisme kontrol gerbang atau secara
Push-up pada tembok adalah salah satu bentuk alternative dari latihan push-up
yang sangat cocok untuk meningkatkan kekuatan otot lengan dan bahu. Secara
progresif push-up pada tembok juga menjadi pilihan yang tepat jika ingin
memperkuat otot lengan. Push-up dengan tembok merupakan jenis push-up yang
pada dinding dan sedikit lebar dari bahu. Setiap repetisi harus membawa dada dan
wajah sedekat mungkin ke tembok dan selesai dengan lengan lurus serta bahu
Push-up dengan tembok (wall push-up) adalah suatu aktivitas fisik push-up
yang dilakukan dengan mendorong tembok, hampir setiap orang bisa melakukan.
berikut: (1) tubuh menghadap tembok, (2) letakan telapak tangan di tembok dan
kaki rapat, (3) tangan harus lurus dan selebar bahu dengan membengkokan siku
sampai dahi menyentuh tembok perlahan, (4) dorong kembali pada posisi semula
(Reza, 2018).
17
Gambar 2. 5 Bentuk Latihan Wall Push-ip
suplai darah, serta pengurangan nyeri dan inflamasi (Anwar et al., 2021).
H. Kerangka Berpikir
Tendinitis Supraspinatus
Pemeriksaan : Intervensi :
- Pemeriksaan Nyeri (VAS) - RICE
- Pemeriksaan lingkup gerak - TENS
sendi (Goniometer) - Ultrasound
- Pemeriksaan kekuatan otot - Wall push-up
(MMT) - Tapping
- Pemeriksaan fungsi gerak
dasar (PFGD)
- Tes sperifik (Tes
supraspinatus, appley test,
mosley test).
18
BAB III
STATUS KLINIS
A. DIAGNOSIS MEDIS
Tendinitis Supraspinatus
B. CATATAN KLINIS
(Medika mentosa, hasil lab, foto rontgen, MRI, CT-Scan, dll)
Tidak ada catatan klinis
D. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
19
E. ANAMNESIS (AUTO/ HETERO)
1. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluhkan nyeri pada lengan atas, apabila ada gerakan secara tiba-tiba
langsung terasa kaku (kram) dan menjalar sampai punggung atas bagian scapula.
Nyeri juga terasa saat gerakan mengangkat tangan ke atas dan ke samping.
5. RIWAYAT PENGOBATAN
Tidak ada keluhan
6. ANAMNESIS SISTEM
a. Kepala dan Leher : tidak ada keluhan
b. Kardiovaskular : tidak ada keluhan
c. Respirasi : tidak ada keluhan
d. Gastrointestinal : tidak ada keluhan
e. Urogenital : tidak ada keluhan
f. Musculoskeletal : terasa nyeri dan kaku bagian bahu
g. Nervorum : tidak ada keluhan
20
F. PEMERIKSAAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
a) TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah : 120/90
Denyut nadi : 89x/menit
Pernapasan : 19x/menit
Temperatur : 36° C
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 72 kg
c) PALPASI
(Nyeri, Spasme, Suhu lokal, tonus, bengkak, dll)
- Weakness pada m.deltoid, m.triceps, m. infraspinatus, dan m.supraspinatus
- Tightness pada m.upper trapezius, m.levator scapula, m.biceps
d) PERKUSI
Tidak dilakukan pemeriksaan
e) AUSKULTASI
Tidak dilakukan pemeriksaan
f) GERAK DASAR
Gerak Aktif :
21
Gerak Pasif :
Isometrik :
Pada hasil pemeriksaan gerak isometric px mampu melawan tahanan
minimal pada gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, eksternal rotasi, dan
internal rotasi walaupum dan keadaan nyeri.
2. PEMERIKSAAN SPESIFIK
(Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, Sensibilitas, Tes Khusus, dll)
a. Pemeriksaan Nyeri
Nyeri diam : 2
Nyeri tekan : 5
Nyeri gerak : 7
b. Pemeriksaan MMT : 4
Didapatkan hasil pemeriksaan kekuatan otot fleksor, ekstensor, abduktor,
adduktor, eksternal rotasi dan internal rotasi dengn nilai 4 yaitu px mampu
22
melawan gravitasi dengan diberikan tahanan minimal walalupun dalam
keadaan nyeri.
c. Pemeriksaan LGS
S : 50-0-120
F : 90-0-75
R : 80-0-70
d. Tes supraspinatus (+)
e. Appley test (+)
f. Mosley test (+)
23
G. UNDERLYING PROCCESS
Mengakibatkan kerusakan
tendon otot supraspinatus
Tendinitis supraspinatus
Body function :
-Kesulitan saat Kesulitan
- Keterbatasan mengangkat melakukan
ROM pada beban berat aktivitas sehari-hari
Shoulder -Kesulitan menyisir yang menggunakan
- Nyeri pada bahu rambut dan bahu
bagian kanan mengagkat
- Weakness pada tangan ke atas.
m.deltoid,
m.triceps, m.
infraspinatus, dan
m.supraspinatus
- Tightness pada
m.upper
trapezius,
24
H. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
(International Clatification of Functonal and disability)
Tendinitis Supraspinatus
Impairment
- Nyeri pada bahu saat digerakan
- Keterbatasan ROM glenohumeral joint
- Weakness pada m.deltoid, m.triceps, m. infraspinatus, dan m.supraspinatus
- Tightness pada m.upper trapezius, m.levator scapula, m.biceps
Functional Limitation
- Kesulitan mengangkat beban berat
- Kesulitan saat menyisir rambut, keramas
Disability
Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari yang menggunakan bahunya
I. PROGNOSIS
Qua at Vitam : Bonam
Qua at Sanam : Bonam
Qua at Fungsionam : Bonam
Qua at cosmeticam : Bonam
J. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1. Tujuan treatment
a) Jangka Pendek
- Mengurangi tightness, meningkatkan kekuatan otot
- Meningkatkan ROM
- Mengurangi nyeri
b) Jangka Panjang
- Melanjutkan tujuan jangka pendek
- Meningkatkan aktivitas fungsional sehari-hari
K. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
NMT Stabilisasi
pergerakan fleksi
dan abduksi
NMT Stabilisasi
pergerakan fleksi
dan abduksi
26
T: 10 menit
Istirahat 30 detik
per 1 set latihan
NMT Stabilisasi
pergerakan fleksi
dan abduksi
27
L. HASIL EVALUASI TERAKHIR
1. Pemeriksaan nyeri dengan VAS
Nyeri diam : 0
Nyeri tekan : 3
Nyeri gerak : 5
2. Pemeriksaan LGS
S : 50-0-150
F : 120-0-75
R : 80-0-90
3. Pemeriksaan tightness dengan palpasi
Hasil pemeriksaan palpasi didapatkan hasil berkurangnya tightness.
4. Pemeriksaan kekuatan otot
Pada pemeriksaan kekuatan otot belum mengalami perubahan.
O. CATATAN TAMBAHAN
..................,.......................
.
Pembimbing
(___________________)
28
BAB IV
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
gesekan berulang pada tendon dalam waktu yang lama. Tendinitis supraspinatus
disebabkan oleh tendon otot supraspinatus yang bertumpang tindih dengan tendon caput
longus bicep sehingga terjadinya gesekan dan penekanan yang bersifat berulang serta
dalam jangka waktu yang lama maka mengakibatkan kerusakan pada tendon otot
supraspinatus dapat dilakukan dengan berfokus pada keluhan yang dirasakan penderita.
5.2. Saran
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam penanganan pada kasus ini, maka perlu
adanya kerjasama antara fisioerapis dengan pasien agar proses fisioterapi berjalan dengan
29
DAFTAR PUSTAKA
Abir Alia Reza. 2018. Pengaruh Latihan Wall Push-Up Passing Dan Knee Push-Up Passing
Terhadap Kemampuan Passing Atas Atlet Bola Voli Putri Remaja Klub Baja 78
Anwar, J., Afzal, F., Qamar, M. M., & Basharat, A. (2021). Effects of Kinesio Taping in
Cipta, Y. Y., & Prasetyo, E. B. (2020). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Tendinitis
Semarang).
Hayes, K., Kathy, H. 2014. Agnes Modalitas Untuk Praktik Fisioterapi. Jakarta:EGC.
Kelly M, Johnson Y. 2008. Knee injuries: Patellar Tendinitis. Dalam: Gotlin RS (Editor).
Kurniasari, Santi Dewi. 2010. “Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kondisi Paska
Laila Zahirah, S., & Shelly, N.I. (2021). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Tendinitis
30
Putri, A. R., & Wulandari, I. D. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi Kondisi Frozen Shoulder
Active Resisted Exercise Dan Codman Pendular Exercise. Pena Jurnal Ilmu
Rahman, F., Kusuma, R. P., Afriani, B., Raihani, S., Haqia, S. S., & Hidayat, S. (2020).
Suharti, Amien dkk. 2018. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait
Varacallo, M., El Bitar, Y., & Mair, S. D. (2018). Rotator cuff tendonitis.
Yadav, M., Thombare, N., Naqvi, W. M., & Bele, A. W. (2020). Impact of Physiotherapy
Yusron, M., & Wulandari, I. D. (2016). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Tendinitis
Terapi Latihan Di Rsud Bendan Kota Pekalongan. Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan
31