Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN STATUS KLINIS

OSTEOARTHRITIS KNEE BILATERAL


STASE GERIATRI
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SRAYA

OLEH:

MADE ADELIA PRADNYA SARASWATI 1902631058

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

A. DEFINISI OSTEOARTHRITIS
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan kartilago,
lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi.
Osteoarthritis didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena
proses inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi tersebut.

B. PATOFISIOLOGI
Osteoarthritis berkembang dengan pengaruh dari interaksi beberapa faktor dan hal ini
merupakan hasil dari interaksi antara sistemik dan faktor lokal. Penyakit ini merupakan hasil
dari beberapa kominasi faktor resiko, diantaranya yaitu usia lanjut, mal alignmen lutut,
obesitas, trauma, genetik, ketidak seimbangan proses fisiologis dan peningkatan kepadatan
tulang. Bukti bahwa obesitas itu sindrom yang komplek yaitu adannya ketidak normalan
aktivasi jalur endokrin dan jalur pro inflamasi yang mengakibatkan perubahan kontrol
makanan,ekspansi lemak, dan perubahan metabolic. Selain itu kasus Osteoarthritis juga
disebabkan oleh faktor kelainan struktural yang ada di sekitar persendian. Pada kartilago,
terdapat kerusakan yang diakibatkan oleh cacat kolagen tipe 2 dan beberapa kondropati
lainnya, dimana mutasi akan mempengaruhi protein pada kartilago yang terkait, sehingga
menyebabkan osteoarthritis berkembang semakin cepat. Pada struktur ligamen, terdapat
kerusakan pada ACL atau cedera gabungan yang melibatkan ligamen ko lateral, sehingga
ndapat meningkatkan resiko kehilangan tulang rawan. Kemudian pada struktur meniskus,
terdapat ekskrusi meniskus, yaitu kondisi hilangnya tulang rawan yang diakibatkan oleh
penyempitan ruang sendi dalam waktu yang lama dan terabaikan, hal tersebut juga merupakan
penyebab utama OA. Kemudian pada struktur tulang, terdapat trauma tulang atau predispoisisi
yang menyebabkan tekanan menjadi abnormal.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

C. ETIOLOGI
Etiologi dari osteoarthritis dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu osteoarthritis primer dan
osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis primer merupakan osteoarthritis ideopatik atau
osteoarthritis yang belum diketahui penyebabnya. Sedangkan osteoarthritis sekunder
penyebabnya yaitu pasca trauma, genetik, mal posisi, pasca operasi, metabolik, gangguan
endokrin, osteonekrosis aseptik. Osteoarthritis memiliki etiologi multifaktoral, yang terjadi
karena karena interaksi antara faktor sistemik dan lokal. Usia, jenis kelamin perempuan, berat
badan, dan obesitas, cedera lutut, penggunaan sendi berulang, kepadatan tulang, kelemahan
otot, dan kelemahan sendi memainkan peran dalam pengembangan OA sendi.
D. EPIDEMIOLOGY
Lebih dari 21% orang dewasa AS (46,4 juta orang) telah dilaporkan memiliki artritis yang
didiagnosis oleh dokter. Sebagai usia rata-rata AS populasi meningkat, diperkirakan 67 juta
orang Amerika akan memperoleh beberapa radang sendi pada tahun 2030. Berbagai jenis
radang sendi, OA adalah yang paling umum dan mempengaruhi 27 juta orang di Amerika
Serikat. Sekitar 10% hingga 30% dari mereka yang terkena OA memiliki rasa sakit yang
signifikan dan kecacatan. OA adalah penyakit yang kedua setelah penyakit jantung iskemik
sebagai penyebab cacat kerja pada pria di atas usia 50. Meskipun kejadian dan prevalensi
dapat sangat bervariasi sesuai dengan jenis studi epidemiologi, serta oleh apakah definisi
klinis atau radiologis digunakan, keseluruhan epidemiologi OA telah dijelaskan. Setidaknya
37% (dan lebih tinggi hingga 68% dalam beberapa penelitian) orang yang berusia 60 tahun ke
atas bukti radiografi OA lutut. Sebaliknya, 27,2% dari orang dewasa 26 tahun ke atas
memiliki bukti radiografi OA. Secara klinis, 12,1% orang dewasa berusia 60 atau lebih
memiliki gejala OA lutut. Prevalensi OA tangan simtomatik lebih tinggi pada wanita (9,2%)
dibandingkan pada pria (3,8%) (10,15,16). Penyebab OA adalah multifaktorial dan faktor
risiko mungkin berbeda untuk setiap orang. Mengingat peningkatan yang diantisipasi dalam
OA prevalensi, memahami faktor risiko yang terkait dengan OA dapat membantu lebih lanjut
dalam mengklarifikasi proses penyakit serta membantu untuk berpotensi menunda
perkembangan OA.
E. FAKTOR RISIKO
a. Faktor genetik
Gen dapat memberikan peningkatan risiko pada OA, dan kontribusi heritabilitas dan
kemungkinan genetika terhadap terjadinya OA bervariasi oleh sendi. Predisposisi genetik
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

untuk OA didasarkan pada berbagai kerentanan fisiologis termasuk perubahan kolagen dan
enzim dalam tulang rawan, variasi dalam sitokin atau profil faktor pertumbuhan di tulang
rawan, dan gen yang menentukan bentuk dan struktur sendi.
b. Usia dan jenis kelamin
Usia dan jenis kelamin menjadi prevalensi dan kejadian OA yang saling berkaitan, namun,
usia saja tampaknya tidak menyebabkan OA. Peningkatan OA dengan usia merupakan
perubahan biologis yang terjadi pada proses penuaan. Ini menyebabkan respons neurologis
lebih lambat dengan penurunan proprioception, penurunan respon kondrosit oleh faktor
pertumbuhan, dan akumulasi akhir glikasi yang berkaitan dengan usia yang yang merusak
fungsi tulang rawan. Orang dewasa yang lebih muda juga bisa mengalami OA sekunder akibat
cedera dan hilangnya integritas biomekanik. Data menunjukkan bahwa lebih banyak pria yang
datang dengan OA sebelum usia 50; sedangkan setelah usia 50, kondisinya lebih umum pada
wanita. Wanita mengalami keparahan yang lebih besar gejala dan melaporkan lebih banyak
masalah dengan kekakuan pagi hari, pembengkakan sendi, dan nyeri malam hari. Wanita juga
memiliki insiden yang lebih tinggi node Heberden (pembengkakan interphalangeal distal
sendi tangan).
c. Ras
Rata-rata wanita dengan ras Afrika dan Amerika menunjukkan tingkat keparahan OA yang
lebih besar dari Kaukasia. Prevalensi OA pinggul lebih tinggi di Kaukasia Eropa daripada di
Afrika-Amerika.
d. Obesitas
Obesitas merupakan faktor penting terkait perkembangan OA pada lutut tetapi hubungan
ini lebih kuat pada wanita. Risiko terjadinya OA dua kali lebih besar pada orang dengan berat
badan berlebih dari pada kelompok orang dengan berat badan normal. Selain itu dilihat dari
perubahan radiologis, obesitas merupakan prediktor ketidakmampuan yang progresif. Tetapi
hubungan ini tidak jelas pada OA panggul dan OA tangan.
e. Riwayat bedah lutut atau trauma
Trauma pada sendi merupakan faktor risiko berkembangnya penyakit OA. Hal ini
dikarenakan kemungkinan adanya kerusakan pada mayor ligamen, tulang pada sekitar sendi
tersebut. Trauma merupakan faktor risiko pada OA lutut karena kerusakannya bisa
menyebabkan perubahan pada meniskus, atau ketidakseimbangan pada anterior ligamen
krusial dan ligamen kolateral.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

F. INTERVENSI
a. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Stimulasi listrik yang diberikan pada serabut saraf akan menghasilkan impuls saraf yang
berjalan dengan dua arah di sepanjang akson saraf yang bersangkutan, peristiwa ini
mengakibatkan terlepasnya materi P dari neuron sensoris yang berujung terjadinya
vasodilatasi.
b. Infra Red
Infra red dapat meningkatkan vasodilatasi jaringan superfisial sehingga dapat
memperlancar metabolisme dan menyebabkan efek relaks pada ujung saraf sensorik.
Tujuannya untuk mengurangi nyeri.
c. Aktif exercise
Latihan penguatan untuk meningkatkan peredaran darah ke otot-otot yang dilatih. Latihan
ini memberikan perbaikan yang lebih besar dalam memelihara lingkup gerak sendi dan
mempertahankan kekuatan otot.
G. KIFOSIS
Kifosis merupakan adanya kurva yang berlebihan dari kurva normal yang ditemukan di
tulang belakang toraks. Biasanya ada didaerah T10 dan L2. Penyebabnya : Adanya penekanan
diskus intervertebral kearah anterior dan terulurnya otot ekstensor toraks dan ligament
longitudinal posterior, postur tubuh yang buruk, radang sendi (arthritis), osteoporosis, spina
bifida dimana terbentuknya celah pada tulang belakang bayi, infeksi tulang belakang, tumor
pada tulang belakang, perkembangan tulang punggung tidak normal selama masa kehamilan
(kifosis kongenital).

H. ETIOLOGI
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Etiologi dari kyphosis bisa disebabkan karena trauma, penyakit degeneratif, penyakit
radang sendi. Tingkat kyphosis, dibagi menjadi dua jenis: derajat yang masih rendah (seperti
roundback postural) dan derajat tinggi (gibbus deformitas, kyphosis bawaan dan bentuk paling
dikenal yaitu Scheuermann). Kyphosis juga dapat berkembang karena penyakit otot dan
neuromuskuler di samping penyebab yang disebutkan di atas. Cerebral palsy, distrofi otot,
atrofi otot tulang belakang dan myelomeningocele, neurofibramatosis dan penyakit jaringan
ikat, tumor dan pembedahan juga dapat menyebabkan kyphosis.
I. EPIDEMIOLOGY
Epidemiologi penyakit scheuermann didefinisikan untuk pertama kalinya oleh ahli
radiologi Denmark Holger Werfel Scheuermann sebagai 'Osteochondritis deformans juvenilis
dorsi'. Ini ditandai sebagai kyphosis yang kaku terutama pada orang dewasa yang masih muda
yang disebabkan oleh osteochondritis dari pusat osifikasi sekunder. Penyebab ini bisa
mempengaruhi beberapa segmen tulang belakang atau mempengaruhi seluruh tulang
belakang.
J. INTERVENSI
a. Manual Mobilization
Bentuk latihan yang bertujuan untuk stretching otot-otot tulang belakang dan meningkatkan
gerak ROM sendi pada tulang belakang.
b. Auto correct posture exercise
Latihan yang bertujuan untuk memberikan peregangan pada bagian depan, memberikan
penguatan pada otot punggung, dan meningkatkan stabilitas pada otot – otot abdomen dan
otot punggung untuk menyangga postur tegak melawan gravitasi sehingga dapat memperbaiki
kurva thorakal.

K. HUBUNGAN OA KNEE DENGAN TERJADINYA KIFOSIS


OA terjadi karena cairan sinovialnya yang berkurang yang otomatis akan mempengaruhi
perubahan structure dan fungsi knee, perubahan structure dapat menyebabkan perubahan titik
COG (Central of gravity) dan gangguan keseimbangan. Karena adanya perubahan COG
seseorang akan berusaha mempertahankan posisi tubuhnya, sehingga sering terjadi perubahan
alignment tubuh seperti bagian pelic, neck, shoulder hingga trunk yang biasanya pada lansia
bisa menyebabkan kifosis pada tulang belakangnya.
CASE REPORT
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Wanita berusia 71 tahun mengalami kerobekan meniscal posterior-lateral lutut kiri,


chondromalacia patella bilateral dan osteoartritis bilateral. Pasien mengatakan merasakan
nyeri 5/10 rasa sakit dengan aktivitas sehari-hari,seperti bangun dari kursi, naik dan turun
tangga, berjongkok, dan berjalan. Pasien mengalami peningkatan nyeri lutut di selama 2 bulan
terakhir. Pasien sempat berkonsultasi dengan ahli ortopedi dan melakukan MRI dan dokter
telah menyarankan operasi untuk debridasi osteoarthritis bilateral, namun sebelum operasi
dokter menyarankan untuk melakukan terapi fisik terlebih dahulu.
Penanganan fisioterapinya berupa: mobilisasi patella, strengthening exercise, pelatihan
proprioseptif.

ASSESSMENT
I. Identitas Pasien
a. Nama : AW
b. Umur : 71 tahun
c. Alamat : Peguyangan
d. J.Kelamin : Perempuan
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tanga
f. Diagnosa Klinis : OA Knee Bilateral
II. Pemeriksaan Subjektif
a. Keluhan Utama (KU)

Nyeri dan bengkak pada kedua lutut


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

b.
Nyeri dan bengkak pada kedua lutut yang dirasakan sejak 2 bulan yang
lalu, terutama saat gerakan dari posisi jongkok ke berdiri. Nyeri dirasakan
secara tiba-tiba. Pasien kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari,seperti
jongkok, naik turun tangga, berjalan.

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

c.
Riwayat penyakit dahulu :
DM (+)
Riwayat penyakit penyerta :
Hipertensi

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) & Penyakit Penyerta

d.
Hipertensi dari orang tua

Riwayat Kesehatan Keluarga

e.
Pasien menggunakan BPJS untuk pengobatan.

Riwayat Sosial Ekonomi Lingkungan

III. Pemeriksaan Objektif


a. Vital Sign
Absolut Tambahan*
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

BP : 130/70 mmHg Kesadaran : Kompos mentis


RR : 20 x/Min GCS : E4V5M6
HR : 89 x/Min Suhu : 36,0 C
SP02: 99%
b. Pemeriksaan Per-Kompetensi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil
Inspeksi Statis Adanya oedema pada kedua lutut
Postur pasien cenderung ke arah kifosis
Posisi kaki pasien cenderung ke arah varus
Inspeksi Dinamis Adanya krepitasi
Pola jalan FWB
Palpasi Adanya nyeri
Adanya spasme pada m.quadricep
Auskultasi Ronchi (-)
Wheezing (-)

Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar


Pemeriksaan Hasil
Aktif ekstremitas dextra dan sinistra
ROM ROM
Regio Gerakan Endfeel Nyeri
Dextra Sinistra
Shoulder Fleksi Full Full Elastic -
Ekstensi Full Full Elastic -
Abduksi Full Full Elastic -
Adduksi Full Full Elastic -
Endorotasi Full Full Elastic -
Eksorotasi Full Full Elastic -
Elbow Fleksi Full Full Soft -
Ekstensi Full Full Hard -
Wrist Dorso Fleksi Full Full Elastic -
Palmar Fleksi Full Full Elastic -
Phalanges Fleksi Full Full Elastic -
Ekstensi Full Full Elastic -
Hip Fleksi Full Full Springy -
Ekstensi Full Full Elastic -
Abduksi Full Full Elastic -
Adduksi Full Full Elastic -
Knee Fleksi Terbatas Terbatas Firm +
Ekstensi Terbatas Terbatas Firm +
Ankle Dorso Fleksi Full Full Elastic -
Plantar Fleksi Full Full Elastic -
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Pasif ekstremitas dextra dan sinistra


ROM ROM
Regio Gerakan Endfeel Nyeri
Dextra Sinistra
Shoulder Fleksi Full Full Elastic -
Ekstensi Full Full Elastic -
Abduksi Full Full Elastic -
Adduksi Full Full Elastic -
Endorotasi Full Full Elastic -
Eksorotasi Full Full Elastic -
Elbow Fleksi Full Full Soft -
Ekstensi Full Full Hard -
Wrist Dorso Fleksi Full Full Elastic -
Palmar fleksi Full Full Elastic -
Phalanges Fleksi Full Full Elastic -
Ekstensi Full Full Elastic -
Hip Fleksi Full Full Springy -
Ekstensi Full Full Elastic -
Abduksi Full Full Elastic -
Adduksi Full Full Elastic -
Knee Fleksi Terbatas Full Firm +
Ekstensi Terbatas Full Firm +
Ankle Dorso Fleksi Full Full Elastic -
Plantar Full Full Elastic -
Isometrik Terdapat penurunan kekuatan otot pada ekstremitas
bawah
Pada ekstremitas bawah kekuatan otot pasien bisa
melawan tahanan, tetapi minimal

Test Spesifik

Tes Spesifik Hasil


Varus Stress Test (+)
Anterior & Posterior Drawer (-)
Krepitasi test (+)
Mc Murray test (+)

Pengukuran
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Pengukuran Alat Ukur Hasil


Kekuatan MMT 5555 5555
otot
5544 4455
Range of Goniometer ROM knee :
motion Sinistra : 00-00-1250
Dextra : 00-00-1300
Pengukuran antropometri (cm)
Lingkar D S Selisih
segmen
Tubersitas 31.5 32 0,5 cm
Tibia
Lingkar
Patella 35 38 3 cm
Segmen
10 Cm 40 41 1 cm
Proksimal
dari
Tuberositas
Tibia
Pengukuran antropometri (cm)
Jenis D S Selisih
True Leg 78 78,5 0,5 cm
Panjang Tungkai Length
Appereance 84 84,5 0,5 cm
Length
Bone Length 52 52 0 cm
Nyeri Visual Nyeri Diam 1/10
Analog Nyeri Tekan 5/10
Scale Nyeri Gerak 3/10
Pemeriksaan Barthel Index PENILAIAN SKOR
Kemampuan Kontrol BAB 2
Fungsional Kontrol BAK 2
Perawatan diri 1
Toileting 2
Makan 3
Mobilisasi 2
Berjalan 3
Berpakaian 1
Naik turun tangga 1
Mandi 1
TOTAL 18
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

IV. Pemeriksaan Penunjang

Jenis
Kesan
Pemeriksaan
Laboratorium -
X-ray -

ALGORITMA

Nyeri dan bengkak pada kedua lutut yang dirasakan sejak 2 bulan yang
Nyeri dan bengkak pada kedua lutut lalu, terutama saat gerakan dari posisi jongkok ke berdiri. Nyeri
dirasakan secara tiba-tiba. Pasien kesulitan melakukan aktivitas sehari-
hari,seperti jongkok, naik turun tangga, berjalan.

Anamnesis
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

TD : 130/70 mmHg SPO2 : 99%


HR : 89 x/menit Kesadaran : compos mentis
RR : 20 x/menit GCS : E4V5M6
Suhu : 36 0C
Vital sign

Statis : Adanya oedema pada kedua lutut, postur pasien


cenderung ke arah kifosis, posisi kaki pasien cenderung
Inspeksi ke arah varus
Dinamis : Adanya krepitasi , pola jalan FWB
Pemeriksaan
fisik

Adanya nyeri
Palpasi Adanya spasme pada m.quadricep

Auskultasi Ronchi (-)


Wheezing (-)

Nyeri = 3/10
Pengukuran MMT
5555 5555
55 44 4455
ROM knee : Sinistra : 00-00-1250, Dextra : 00-00-1300
Lingkar segmen, selisihnya : 0,5 cm, 3 cm dan 1cm
Panjang tungkai, selisihnya : 0,5 cm, 0,5 cm dan 0 cm
Pemeriksaan Kemampuan Fungsional : totalnya : 18

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium
Rontgen X-Ray

Gangguan aktivitas fungsional adanya nyeri dan bengkak pada


knee dextra & sinistra e.c osteoarthritis knee bilateral.
DIAGNOSIS
ICF Coding
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

I. Impairment (Body Structure & Body Function Impairment)


Body structure :
s75011 knee joint
s75012 muscles of lower leg

Body function :
b730 muscle power function
b710 mobility of joint function
b770 gait pattern function
b28016 pain in joints

II. Activity Limitation


d450 walking
III. d435 moving
Participation objects with lower extremities
of Restriction
d760 familiy relationship
IV. d910 community
Contextual Factor life

a.
Pasien kooperatif saat diberikan latihan

Personal Factor
b. Environmental Factor

Fasilitator:
e310 immediate family
e355 health professionals
Barrier :
e1558 Design, construction and building products and technology of
buildings for private use, other specified – construction of house that’s
many stairs
Diagnosis Fisioterapi

Gangguan aktivitas fungsional adanya nyeri dan bengkak pada knee dextra &
sinistra e.c osteoarthritis knee bilateral.

PROGNOSIS
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

I. Quo ad vitam
Bonam
II. Quo ad function
Dubia ad Bonam
III. Quo ad cosmeticam

Dubia ad Bonam

IV. Quo ad sanam

Sanam

PLANNING
I. Jangka Pendek
II. Jangka
- Penjang
Mengurangi nyeri
- Mengurangi bengkak
Mengoptimalkan fungsional pasien.
- Meningkatkan lingkup gerak sendi
- Meningkatkan kekuatan otot
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

III. Clinical Reasoning

Faktor Instrinsik Faktor Ekstrinsik


- DM OA Knee - Riwayat trauma
- Obesitas

Kartilago Otot Tulang

Grade I Grade II Grade III Grade IV


Doubtful OA Mild OA Moderate OA Sever OA

- Malallignment (varus, kifosis)


- Nyeri
- Spasme m.quadricep

- IR
- TENS
- Active exercise
- Ankle pumping
- Strengthening exercise

Krepitasi
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

INTERVENSI
I. Tabel Intervensi

Intervensi Metode Pelaksanaan Dosis Evidence Based


TENS TENS diaplikasikan di 15 Menit Hsin Fen Chien, et al.
area nyeri dengan Movement
intensitas sesuai Disorders
toleransi paien Rehabilitation. Guideline.
Infrared Meningkatkan 10 menit Hsin Fen Chien, et al.
vasodilatasi jaringan Movement
superfisial sehingga Disorders
dapat memperlancar Rehabilitation. Guideline.
metabolism dan
mengurangi nyeri
Active ROM Pasien diinstruksikan 15x repetisi Henry Leonard Josep,et
Exercise menggerakan kakinya al, 2015. Feldenkrais
secara aktif method and movement
education-An alternate
therapy in
musculosceletal
rehabilitation.
Ankle Gerakkan kaki ke arah 10x 3 set, Toya, Kaori et al. 2016.
pumping dorsal flexi dan istirahat 10 Ankle positions and
plantar flexi detik exercise intervals effect
on the blood flow velocity
in the common femoral
vein during ankle
pumping exercise.
Strengthening Mengkontaksikan 10x 3 set, Chris Higgs, et al.
exercise otot-otot lower limb istirahat 3 Exercise Therapy for
detik Patients with Knee OA.
Guideline.

II. Edukasi

Edukasi
- Menjaga asupan gizi dan nutrisi yang cukup, serta menjaga pola makan dan
aktivitas
-Mengedukasi pasien untuk meminimalisir menaiki tangga dan jongkok.

III. Home Program

Tetap melakukan latihan mandiri atau dibantu oleh keluarga seperti latihan : active
rom exercise, ankle pumping.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

EVALUASI
Vital Sign
Absolut Tambahan*

BP : 140/80 mmHg Kesadaran : Kompos mentis


RR : 22 x/Min GCS : E4V5M6
HR : 92 x/Min Suhu : 36,0 C
SP02: 99%

Pengukuran Alat Ukur Hasil


Range of Goniometer ROM knee :
motion Sinistra : 00-00-1250
Dextra : 00-00-1300
Kekuatan MMT 5555 5555
otot
5544 4455
Nyeri Visual Nyeri Diam 1/10
Analog Nyeri Tekan 4/10
Scale Nyeri Gerak 3/10
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id

Daftar Pustaka
1. Alison E. Barker. Bilateral Knee Osteoarthritis. Case study.
2. Chris Higgs, et al. Exercise Therapy for Patients with Knee OA. Guideline.
3. Hsin Fen Chien, et al. Movement Disorders Rehabilitation. Guideline.
4. Henry Leonard Josep,et al, 2015. Feldenkrais method and movement education-An
alternate therapy in musculosceletal rehabilitation.
5. Toya, Kaori et al. 2016. Ankle positions and exercise intervals effect on the blood flow
velocity in the common femoral vein during ankle pumping exercise.

Anda mungkin juga menyukai