OLEH:
A. DEFINISI OSTEOARTHRITIS
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan kartilago,
lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi.
Osteoarthritis didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena
proses inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi tersebut.
B. PATOFISIOLOGI
Osteoarthritis berkembang dengan pengaruh dari interaksi beberapa faktor dan hal ini
merupakan hasil dari interaksi antara sistemik dan faktor lokal. Penyakit ini merupakan hasil
dari beberapa kominasi faktor resiko, diantaranya yaitu usia lanjut, mal alignmen lutut,
obesitas, trauma, genetik, ketidak seimbangan proses fisiologis dan peningkatan kepadatan
tulang. Bukti bahwa obesitas itu sindrom yang komplek yaitu adannya ketidak normalan
aktivasi jalur endokrin dan jalur pro inflamasi yang mengakibatkan perubahan kontrol
makanan,ekspansi lemak, dan perubahan metabolic. Selain itu kasus Osteoarthritis juga
disebabkan oleh faktor kelainan struktural yang ada di sekitar persendian. Pada kartilago,
terdapat kerusakan yang diakibatkan oleh cacat kolagen tipe 2 dan beberapa kondropati
lainnya, dimana mutasi akan mempengaruhi protein pada kartilago yang terkait, sehingga
menyebabkan osteoarthritis berkembang semakin cepat. Pada struktur ligamen, terdapat
kerusakan pada ACL atau cedera gabungan yang melibatkan ligamen ko lateral, sehingga
ndapat meningkatkan resiko kehilangan tulang rawan. Kemudian pada struktur meniskus,
terdapat ekskrusi meniskus, yaitu kondisi hilangnya tulang rawan yang diakibatkan oleh
penyempitan ruang sendi dalam waktu yang lama dan terabaikan, hal tersebut juga merupakan
penyebab utama OA. Kemudian pada struktur tulang, terdapat trauma tulang atau predispoisisi
yang menyebabkan tekanan menjadi abnormal.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
C. ETIOLOGI
Etiologi dari osteoarthritis dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu osteoarthritis primer dan
osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis primer merupakan osteoarthritis ideopatik atau
osteoarthritis yang belum diketahui penyebabnya. Sedangkan osteoarthritis sekunder
penyebabnya yaitu pasca trauma, genetik, mal posisi, pasca operasi, metabolik, gangguan
endokrin, osteonekrosis aseptik. Osteoarthritis memiliki etiologi multifaktoral, yang terjadi
karena karena interaksi antara faktor sistemik dan lokal. Usia, jenis kelamin perempuan, berat
badan, dan obesitas, cedera lutut, penggunaan sendi berulang, kepadatan tulang, kelemahan
otot, dan kelemahan sendi memainkan peran dalam pengembangan OA sendi.
D. EPIDEMIOLOGY
Lebih dari 21% orang dewasa AS (46,4 juta orang) telah dilaporkan memiliki artritis yang
didiagnosis oleh dokter. Sebagai usia rata-rata AS populasi meningkat, diperkirakan 67 juta
orang Amerika akan memperoleh beberapa radang sendi pada tahun 2030. Berbagai jenis
radang sendi, OA adalah yang paling umum dan mempengaruhi 27 juta orang di Amerika
Serikat. Sekitar 10% hingga 30% dari mereka yang terkena OA memiliki rasa sakit yang
signifikan dan kecacatan. OA adalah penyakit yang kedua setelah penyakit jantung iskemik
sebagai penyebab cacat kerja pada pria di atas usia 50. Meskipun kejadian dan prevalensi
dapat sangat bervariasi sesuai dengan jenis studi epidemiologi, serta oleh apakah definisi
klinis atau radiologis digunakan, keseluruhan epidemiologi OA telah dijelaskan. Setidaknya
37% (dan lebih tinggi hingga 68% dalam beberapa penelitian) orang yang berusia 60 tahun ke
atas bukti radiografi OA lutut. Sebaliknya, 27,2% dari orang dewasa 26 tahun ke atas
memiliki bukti radiografi OA. Secara klinis, 12,1% orang dewasa berusia 60 atau lebih
memiliki gejala OA lutut. Prevalensi OA tangan simtomatik lebih tinggi pada wanita (9,2%)
dibandingkan pada pria (3,8%) (10,15,16). Penyebab OA adalah multifaktorial dan faktor
risiko mungkin berbeda untuk setiap orang. Mengingat peningkatan yang diantisipasi dalam
OA prevalensi, memahami faktor risiko yang terkait dengan OA dapat membantu lebih lanjut
dalam mengklarifikasi proses penyakit serta membantu untuk berpotensi menunda
perkembangan OA.
E. FAKTOR RISIKO
a. Faktor genetik
Gen dapat memberikan peningkatan risiko pada OA, dan kontribusi heritabilitas dan
kemungkinan genetika terhadap terjadinya OA bervariasi oleh sendi. Predisposisi genetik
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
untuk OA didasarkan pada berbagai kerentanan fisiologis termasuk perubahan kolagen dan
enzim dalam tulang rawan, variasi dalam sitokin atau profil faktor pertumbuhan di tulang
rawan, dan gen yang menentukan bentuk dan struktur sendi.
b. Usia dan jenis kelamin
Usia dan jenis kelamin menjadi prevalensi dan kejadian OA yang saling berkaitan, namun,
usia saja tampaknya tidak menyebabkan OA. Peningkatan OA dengan usia merupakan
perubahan biologis yang terjadi pada proses penuaan. Ini menyebabkan respons neurologis
lebih lambat dengan penurunan proprioception, penurunan respon kondrosit oleh faktor
pertumbuhan, dan akumulasi akhir glikasi yang berkaitan dengan usia yang yang merusak
fungsi tulang rawan. Orang dewasa yang lebih muda juga bisa mengalami OA sekunder akibat
cedera dan hilangnya integritas biomekanik. Data menunjukkan bahwa lebih banyak pria yang
datang dengan OA sebelum usia 50; sedangkan setelah usia 50, kondisinya lebih umum pada
wanita. Wanita mengalami keparahan yang lebih besar gejala dan melaporkan lebih banyak
masalah dengan kekakuan pagi hari, pembengkakan sendi, dan nyeri malam hari. Wanita juga
memiliki insiden yang lebih tinggi node Heberden (pembengkakan interphalangeal distal
sendi tangan).
c. Ras
Rata-rata wanita dengan ras Afrika dan Amerika menunjukkan tingkat keparahan OA yang
lebih besar dari Kaukasia. Prevalensi OA pinggul lebih tinggi di Kaukasia Eropa daripada di
Afrika-Amerika.
d. Obesitas
Obesitas merupakan faktor penting terkait perkembangan OA pada lutut tetapi hubungan
ini lebih kuat pada wanita. Risiko terjadinya OA dua kali lebih besar pada orang dengan berat
badan berlebih dari pada kelompok orang dengan berat badan normal. Selain itu dilihat dari
perubahan radiologis, obesitas merupakan prediktor ketidakmampuan yang progresif. Tetapi
hubungan ini tidak jelas pada OA panggul dan OA tangan.
e. Riwayat bedah lutut atau trauma
Trauma pada sendi merupakan faktor risiko berkembangnya penyakit OA. Hal ini
dikarenakan kemungkinan adanya kerusakan pada mayor ligamen, tulang pada sekitar sendi
tersebut. Trauma merupakan faktor risiko pada OA lutut karena kerusakannya bisa
menyebabkan perubahan pada meniskus, atau ketidakseimbangan pada anterior ligamen
krusial dan ligamen kolateral.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
F. INTERVENSI
a. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Stimulasi listrik yang diberikan pada serabut saraf akan menghasilkan impuls saraf yang
berjalan dengan dua arah di sepanjang akson saraf yang bersangkutan, peristiwa ini
mengakibatkan terlepasnya materi P dari neuron sensoris yang berujung terjadinya
vasodilatasi.
b. Infra Red
Infra red dapat meningkatkan vasodilatasi jaringan superfisial sehingga dapat
memperlancar metabolisme dan menyebabkan efek relaks pada ujung saraf sensorik.
Tujuannya untuk mengurangi nyeri.
c. Aktif exercise
Latihan penguatan untuk meningkatkan peredaran darah ke otot-otot yang dilatih. Latihan
ini memberikan perbaikan yang lebih besar dalam memelihara lingkup gerak sendi dan
mempertahankan kekuatan otot.
G. KIFOSIS
Kifosis merupakan adanya kurva yang berlebihan dari kurva normal yang ditemukan di
tulang belakang toraks. Biasanya ada didaerah T10 dan L2. Penyebabnya : Adanya penekanan
diskus intervertebral kearah anterior dan terulurnya otot ekstensor toraks dan ligament
longitudinal posterior, postur tubuh yang buruk, radang sendi (arthritis), osteoporosis, spina
bifida dimana terbentuknya celah pada tulang belakang bayi, infeksi tulang belakang, tumor
pada tulang belakang, perkembangan tulang punggung tidak normal selama masa kehamilan
(kifosis kongenital).
H. ETIOLOGI
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
Etiologi dari kyphosis bisa disebabkan karena trauma, penyakit degeneratif, penyakit
radang sendi. Tingkat kyphosis, dibagi menjadi dua jenis: derajat yang masih rendah (seperti
roundback postural) dan derajat tinggi (gibbus deformitas, kyphosis bawaan dan bentuk paling
dikenal yaitu Scheuermann). Kyphosis juga dapat berkembang karena penyakit otot dan
neuromuskuler di samping penyebab yang disebutkan di atas. Cerebral palsy, distrofi otot,
atrofi otot tulang belakang dan myelomeningocele, neurofibramatosis dan penyakit jaringan
ikat, tumor dan pembedahan juga dapat menyebabkan kyphosis.
I. EPIDEMIOLOGY
Epidemiologi penyakit scheuermann didefinisikan untuk pertama kalinya oleh ahli
radiologi Denmark Holger Werfel Scheuermann sebagai 'Osteochondritis deformans juvenilis
dorsi'. Ini ditandai sebagai kyphosis yang kaku terutama pada orang dewasa yang masih muda
yang disebabkan oleh osteochondritis dari pusat osifikasi sekunder. Penyebab ini bisa
mempengaruhi beberapa segmen tulang belakang atau mempengaruhi seluruh tulang
belakang.
J. INTERVENSI
a. Manual Mobilization
Bentuk latihan yang bertujuan untuk stretching otot-otot tulang belakang dan meningkatkan
gerak ROM sendi pada tulang belakang.
b. Auto correct posture exercise
Latihan yang bertujuan untuk memberikan peregangan pada bagian depan, memberikan
penguatan pada otot punggung, dan meningkatkan stabilitas pada otot – otot abdomen dan
otot punggung untuk menyangga postur tegak melawan gravitasi sehingga dapat memperbaiki
kurva thorakal.
ASSESSMENT
I. Identitas Pasien
a. Nama : AW
b. Umur : 71 tahun
c. Alamat : Peguyangan
d. J.Kelamin : Perempuan
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tanga
f. Diagnosa Klinis : OA Knee Bilateral
II. Pemeriksaan Subjektif
a. Keluhan Utama (KU)
b.
Nyeri dan bengkak pada kedua lutut yang dirasakan sejak 2 bulan yang
lalu, terutama saat gerakan dari posisi jongkok ke berdiri. Nyeri dirasakan
secara tiba-tiba. Pasien kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari,seperti
jongkok, naik turun tangga, berjalan.
c.
Riwayat penyakit dahulu :
DM (+)
Riwayat penyakit penyerta :
Hipertensi
d.
Hipertensi dari orang tua
e.
Pasien menggunakan BPJS untuk pengobatan.
Test Spesifik
Pengukuran
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
Jenis
Kesan
Pemeriksaan
Laboratorium -
X-ray -
ALGORITMA
Nyeri dan bengkak pada kedua lutut yang dirasakan sejak 2 bulan yang
Nyeri dan bengkak pada kedua lutut lalu, terutama saat gerakan dari posisi jongkok ke berdiri. Nyeri
dirasakan secara tiba-tiba. Pasien kesulitan melakukan aktivitas sehari-
hari,seperti jongkok, naik turun tangga, berjalan.
Anamnesis
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
Adanya nyeri
Palpasi Adanya spasme pada m.quadricep
Nyeri = 3/10
Pengukuran MMT
5555 5555
55 44 4455
ROM knee : Sinistra : 00-00-1250, Dextra : 00-00-1300
Lingkar segmen, selisihnya : 0,5 cm, 3 cm dan 1cm
Panjang tungkai, selisihnya : 0,5 cm, 0,5 cm dan 0 cm
Pemeriksaan Kemampuan Fungsional : totalnya : 18
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Rontgen X-Ray
Body function :
b730 muscle power function
b710 mobility of joint function
b770 gait pattern function
b28016 pain in joints
a.
Pasien kooperatif saat diberikan latihan
Personal Factor
b. Environmental Factor
Fasilitator:
e310 immediate family
e355 health professionals
Barrier :
e1558 Design, construction and building products and technology of
buildings for private use, other specified – construction of house that’s
many stairs
Diagnosis Fisioterapi
Gangguan aktivitas fungsional adanya nyeri dan bengkak pada knee dextra &
sinistra e.c osteoarthritis knee bilateral.
PROGNOSIS
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
I. Quo ad vitam
Bonam
II. Quo ad function
Dubia ad Bonam
III. Quo ad cosmeticam
Dubia ad Bonam
Sanam
PLANNING
I. Jangka Pendek
II. Jangka
- Penjang
Mengurangi nyeri
- Mengurangi bengkak
Mengoptimalkan fungsional pasien.
- Meningkatkan lingkup gerak sendi
- Meningkatkan kekuatan otot
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
- IR
- TENS
- Active exercise
- Ankle pumping
- Strengthening exercise
Krepitasi
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
INTERVENSI
I. Tabel Intervensi
II. Edukasi
Edukasi
- Menjaga asupan gizi dan nutrisi yang cukup, serta menjaga pola makan dan
aktivitas
-Mengedukasi pasien untuk meminimalisir menaiki tangga dan jongkok.
Tetap melakukan latihan mandiri atau dibantu oleh keluarga seperti latihan : active
rom exercise, ankle pumping.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
Jalan PB. Sudirman, Denpasar 80232 Bali, Telp. (0361) 222510, Fax. (0361) 246656, E-mail : psfisioterapi@unud.ac.id
EVALUASI
Vital Sign
Absolut Tambahan*
Daftar Pustaka
1. Alison E. Barker. Bilateral Knee Osteoarthritis. Case study.
2. Chris Higgs, et al. Exercise Therapy for Patients with Knee OA. Guideline.
3. Hsin Fen Chien, et al. Movement Disorders Rehabilitation. Guideline.
4. Henry Leonard Josep,et al, 2015. Feldenkrais method and movement education-An
alternate therapy in musculosceletal rehabilitation.
5. Toya, Kaori et al. 2016. Ankle positions and exercise intervals effect on the blood flow
velocity in the common femoral vein during ankle pumping exercise.