GAMBARAN RADIOLOGI
KONVENSIONAL OSTEOARTHRITIS
DISUSUN OLEH:
Rizal Fauzi
1102015200
PEMBIMBING:
2.1 Definisi
Osteoarthritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai dengan perubahan
patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang rawan/kartilago
hialin. Hal tersebut disertai dengan peningkatan ketebalan dan sklerosis dari subchondral
yang bisa disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, peregangan kapsul
artikular, synovitis ringan pada persendian, dan lemahnya otot-otot yang menghubungkan
persendian. 2
2.2 Epidemiologi
Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5 % pada
pria dan 12,7% pada wanita. Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-
progresif, OA mempunyai dampak sosio-ekonomik yang besar, baik dinegara maju maupun
dinegara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita
cacat karena OA. 1 Di Amerika Serikat, prevalensi osteoartritis diperkirakan akan meningkat
sebesar 66-100% pada tahun 2020. 2
Data di Indonesia, diketahui sekitar 56,7% pasien di poliklinik Rheumatologi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta didiagnosis menderita salah satujenis OA. 11
Insidensi OA panggul dan lutut mendekati 200 per 100.000 orang per tahun.
Insidensi OA panggul lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki, sedangkan
insidensi OA lutut antara perempuan dan laki-laki sama. Pada laki-laki insidensi OA lutut dan
panggul meningkat sesuai dengan pertambahan umur, tetapi pada perempuan tidak berubah.
Berdasarkan data tersebut, diramalkan tiap tahun di Amerika akan terjadi insidensi setengah
juta kasus gejala OA idiopatik pada populasi kulit putih. 11
2.3 Etiologi
Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor biomekanik dan
biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam proses terjadinya osteoarthritis.
Faktor biomekanik yaitu kegagalan mekanisme protektif, antara lain kapsul sendi, ligamen,
otot-otot persendian, serabut aferen, dan tulang-tulang. Kerusakan sendi terjadi
multifaktorial, yaitu akibat terganggunya faktor-faktor protektif tersebut. Osteoarthritis juga
bisa terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain seperti gout, rheumatoid arthritis, dan
sebagainya. 2
Jejas mekanis dan kimiawi pada synovia sendi yang sering terjadi multifactorial antara
lain karena faktor umur, stress mekanis, atau penggunaan sendi yang berlebihan defek anatomik,
obesitas. Jejas mekanis dan kimiawi ini diduga merupakan faktor penting yang merangsang
terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago didalam cairan synovial sendi yang
mengakibatkan terjadi inflamasi sendi. 1
2.4 Klasifikasi
Secara umum, osteoarthritis dikategorikan menjadi1:
1) Osteoarthritis primer (idiopatik).
2) Osteoarthritis sekunder, yaitu osteoathritis yang disebabkan trauma, komplikasi dari
penyakit lain, dan akibat deposisi kalsium pirofosfat.
Tempat Predileksi
Osteoarthritis menyerang sendi-sendi tertentu. Sendi yang sering terkena meliputi
tulang belakang pada bagian servikal dan lumbosakral, pinggul, lutut, dan sendi phalangeal
metatarsal. Di tangan, OA juga sering terjadi pada sendi interphalangeal distal dan proksimal
dan pangkal ibu jari. Biasanya sendi-sendi yang tidak rentan terkena OA adalah pergelangan
tangan, siku, dan pergelangan kaki. Terjadinya OA pada sendi-sendi yang telah disebutkan di
atas dimungkinkan karena sendi-sendi tersebut mendapat beban yang cukup berat dari aktivitas
sehari-hari seperti memegang/menggenggam benda yang cukup berat (memungkinkan OA
terjadi di dasar ibu jari), berjalan (memungkinkan OA di lutut dan pinggul), dan lain
sebagainya. 2
Gambar 2.1 Bagian sendi yang sering menjadi tempat predileksi osteoarthritis. 2
2. Jenis kelamin : masih belum banyak diketahui mengapa prevalensi OA pada perempuan
usila lebih banyak daripada laki-laki usila. Resiko ini dikaitkan dengan berkurangnya
hormon pada perempuan pasca menopause.
3. Faktor genetik dan herediter : OA merupakan penyakit menurun, namun bervariasi
tergantung sendi mana yang terkena penyakit ini. Namun, fenotipe OA ini sangat jarang
diturunkan bahkan beberapa studi menyatakan bahwa penyakit ini sama sekali tidak
diturunkan. Bukti yang muncul belakangan ini mengidentifikasi suatu mutasi gen yang
meningkatkan risiko tinggi terhadap OA, salah satunya adalah polimorfisme dalam
diferensiasi pertumbuhan gen faktor 5. Polimorfisme ini mengurangi kuantitas GDF5 yang
memiliki efek anabolik pada sintesis matriks tulang rawan.
B. Faktor intrinsik
1. Kelainan struktur anatomis pada sendi seperti vagus dan valrus.
2. Cedera pada sendi seperti trauma, fraktur, atau nekrosis.
2.6 Patofisiologi
Sebuah sendi disusun atas kartilago artikular (tersusun atas kondrosit) yang dikelilingi
matriks ekstraseluler yang mengandung dua makromolekul utama yaitu kolagen tipe 2 dan
aggrecan. Kolagen tipe 2 merupakan molekul yang menentukan kekakuan kartilago,
sedangkan aggrecan merupakan proteoglikan yang berikatan dengan asam hyaluronat yang
terdiri dari glikosaminoglikan bermuatan negatif. 2
Pada kartilago yang normal, kolagen tipe 2 berikatan erat membuat molekul-molekul aggrecan
berada dalam jarak yang dekat satu sama lain. Molekul aggrecan ini melalui tolakan
elektrostatis dari muatan negatifnya memberikan kekakuan pada kartilago. Kondrosit
mensintesis elemen- elemen pada matriks, enzim yang menghancurkan matriks, sitokin dan
growth factor. Sitokin dan growth factor inilah yang mengatur keseimbangan yang
mengatur sintesis dan katabolisme matriks-matriks kartilago. Stres mekanik dan osmotik
pada kondrosit menginduksi sel-sel untuk mengubah ekspresi gen dan meningkatkan
produksi sitokin inflamasi dan enzim penghancur matriks.
Pada orang normal, metabolisme dari kartilago berjalan lambat, sintesis dan katabolisme
kartilago seimbang. Pada osteoarthritis, metabolisme kartilago berjalan sangat aktif.
Kondrosit mensintesis enzim penghancur matriks. Enzim ini menyebabkan degradasi dari
molekul kolagen tipe 2 dan aggrecan, dimana perubahan ini akan menyebabkan
ketidakseimbangan antara pembentukan dan penghancuran matriks- matriks kartilago,
menyebabkan hilangnya kekakuan dari tulang rawan sehingga lebih mudah rusak dan terkena
osteoarthritis.2
Perkembangan osteoarthritis terbagi atas 3 fase, yaitu sebagai berikut : 3
1. Fase 1 : terjadi penguraian proteolitik pada matriks kartilago. Metabolisme kondrosit
menjadi terpengaruh dan meningkatkan produksi enzim metalloproteinase yang
kemudian hancur dalam matriks kartilago. Kondrosit juga memproduksi penghambat
protease yang akan mempengaruhi proeolitik. Kondisi ini memberikan manifestasi
pada penipisan kartilago.
2. Fase 2 : pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago, disertai adanya
pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan synovia.
3. Fase 3 : proses penguraian dari produk kartilago yang meginduksi respons inflamasi
pada synovia. Produksi makrofag synovia seperti interleukin 1 (IL-1), tumor necrosis
factor-alpha (TNF alfa), dan metalloproteinase menjadi meningkat. Kondisi ini
memberikan manifestasi balik pada kartilago dan secara langsung memberikan dampak
adanya destruksi pada kartilago. Molekul-molekul pro-inflamasi lainnya seperti nitrite
oxide (NO) juga ikut terlibat. Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan arsitektur
sendi, dan memberikan dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas sendi.
Perubahan arsitekstur sendi dan stress inflamasi memberikan pengaruh pada
permukaan articular menjadikan kondisi gangguan yang progresif.
2.7 Diagnosis
Diagnosis OA didasarkan pada gambaran klinis yang dijumpai dan hasil
radiografis. 1
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau
tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam
waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala
ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau
dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi
dapat terdengar hingga jarak tertentu.
e. Pembesaran sendi ( deformitas )
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium : dapat ditemui tanda-tanda peradangan. Tidak
ditemukan abnormalitas pada pemeriksaan imunologi. Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA umumnya menunjukan hasil yang normal, begitu pula
pemeriksaan imunologinya. 4
Tidak ada tes darah yang diindikasikan secara rutin untuk pemeriksaan pasien
dengan OA kecuali gejala dan tanda menunjukkan radang sendi. Pemeriksaan
cairan sinovial seringkali lebih membantu secara diagnostic dari sinar-x. Jika
jumlah putih cairan sinovial> 1000 per μL, artritis inflamasi atau gout atau
pseudogout mungkin, yang terakhir dua juga diidentifikasi oleh adanya kristal. 2
Laboratorium : 3
1. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik
2. Pemeriksaan rutin biasanya didapatkan adanya peningkatan kadar leukosit,
LED, dan CRP.
3. Pemeriksaan cairan synovia melaui artosentesis untuk mendeteksi adanya
arthritis sepsis.
Gambaran Radiologi
1. Bagian yang sering terkena OA Lutut
a. Sering terjadi hilangnya kompartemen femorotibial pada rongga sendi.
b. Kompartemen bagian medial merupakan penyangga tubuh yang utama,
tekanannya lebih besar sehingga 11amper selalu menunjukkan penyempitan
paling dini.
Gambar 2.2 Gambaran X-ray genu medial OA. 2 (Keterangan : tampak penyempitan
celah sendi (panah putih), tampak sklerotik (panah hitam), tampak osteofit (segitiga
putih)
2. Tulang belakang
a. Terjadi penyempitan rongga diskus.
b. Pembentukan tulang baru (spuring/pembentukan taji) antara vertebra yang
berdekatan sehingga dapat menyebabkan keterlibatan pada akar syaraf atau
kompresi medula spinalis.
c. Sklerosis dan osteofit pada sendi-sendi apofiseal invertebrate
Gambar 2.8 Gambaran radiologi X-ray pada OA lumbar. 9 (Keterangan, osteofit : kepala
panah putih, diskus menyempit & vacuum phenomenon : tanda panah hitam, sclerosis &
facet joint menyempit : tanda panah putih)
Gambar 2.9 Gambaran radiologi X-ray pada OA lumbar. 9
3. Panggul :
a. Penyempitan pada sendi disebabkan karena menyangga berat badan yang terlalu
berat, sehingga disertai pembentukan osteofit femoral dan asetabular.
b. Sklerosis dan pembentukan kista subkondral.
c. Panggul yang sudah berat.
4. Tangan :
a. Biasanya mengenai bagian basal metakarpal pertama.
b. Sendi-sendi interfalang proksimal ( nodus Bouchard ).
c. Sendi-sendi interfalang distal ( nodus Heberden ).
Tingkatan 0 1 2 3 4
Radiografi
2.8 Terapi
Tujuan terapi osteoarthritis adalah untuk mengurangi rasa nyeri dan
meminimalisasi hilangnya fungsi fisik. Pengobatan OA dilakukan secara komprehensif yaitu
menangani semua gangguan yang dialami dan meningkatkan fungsi. Pengobatan
komprehensif tersebut dapat dilakukan dengan terapi farmakologis dan atau terapi
nonfarmakologis. Pasien dengan gejala ringan yang hilang timbul mungkin perlu perawatan
nonfarmakologis saja. Namun, pasien dengan nyeri hebat yang mengganggu aktivitas sehari-
hari mungkin membutuhkan terapi komprehensif, baik terapi nonfarmakologis maupun
terapi farmakologis. 2
Terapi Non-Farmakologis 1
1. Edukasi
Edukasi kepada pasien agar pasien mengetahui sedikit seluk beluk tentang penyakit
nya, bagaimana agar menjaganya agar penyakit nya tidak bertambah parah serta
persendiannya tetap dapat dipakai
2. Terapi fisik dan rehabilitasi
Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih
pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
3. Penurunan Berat Badan
Terapi Farmakologis 2
Paracetamol merupakan analgesik yang dapat dipilih dalam terapi OA. Untuk sebagian pasien,
efek obat ini sudah adekuat dalam menghilangkan nyeri sehingga penggunaan OAINS yang
memiliki efek lebih toksik terhadap tubuh dapat dihindari. OAINS merupakan obat paling
populer untuk mengobati osteoarthritis. Obat ini dapat diberikan secara topikal atau oral.
Dalam uji klinis, OAINS oral menghasilkan efek analgesik 30% lebih besar daripada
paracetamol dosis tinggi. Sebagian pasien yang diobati dengan OAINS mengalami efek
yang signifikan, sedangkan sebagian lain mengalami sedikit perbaikan. OAINS harus
diberikan secara topikal atau per oral sesuai kebutuhan karena efek samping akan
berkurang jika obat digunakan dosis intermiten rendah. Jika penggunaan obat sesekali adalah
kurang efektif, maka pengobatan setiap hari dapat diindikasikan. OAINS peroral sering
menimbulkan efek samping, yang paling banyak adalah efek toksisitas pada saluran
cerna, termasuk dispepsia, mual, kembung, perdarahan gastrointestinal, dan tukak
gastrointestinal.
2. Arthroplasty
Artroplasti sendi dicadangkan untuk pasien dengan penyakit parah didefinisikan
sebagai persisten nyeri sedang hingga berat, keterbatasan fungsional dan penurunan
kualitas hidup meskipun optimal pengobatan konservatif, dikombinasikan dengan
temuan radiologis. Pasien harus dirujuk ke ahli bedah ortopedi ketika penggantian sendi
diperlukan. 5
3.0 Prognosis
Prognosis pasien dengan OA primer bervariasi dan tergantung sendi mana yang terkena.
Bila yang terkena adalah sendi penyangga beban atau tulang belakang maka kemungkinan terjadi
morbiditas dan cacat. Pada OA sekunder, prognosis penyakit tergantung pada penyebabnya.
Pengobatan OA dilakukan dengan menghilangkan rasa nyeri atau mencegah perkembangan
penyakit, tetapi tidak dapat mengembalikan kerusakan yang sudah ada pada kartilago artikular. 11
BAB III
KESIMPULAN
[1] Soeroso J, Isbagio H, et al. Osteoarthritis : Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. Ed 6.
Jakarta : Interna Publishing. 2014. 3199 - 3210
[2] Felson, David T, . Osteoarthritis : Harrison’s Principles Of Internal Medicine. Ed
18. The McGraw-Hill Companies. 2012. 2828 – 2836
[3] Noor Z. Osteoarthritis : Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Ed 2. Jakarta : Salemba
Medika. 2015. 314 – 317
[4] Rosani S, Isbagio H. Osteoarthritis : Kapita Selekta Kedokteran. Ed 4. Jakarta : Media
Aesculapius. 2014. 837 - 839
[5] Arden N, Blanco F J, Bruyere O, et al. Atlas of Osteoarthritis. Ed 2. London : Springer
Helathcare. 2018
[6] Kumar, Abbas, Fausto, Aster. Pathologic Basic and Disease. Ed 8. Philadelpia :
Saunders Elsevier. 2010
[7] Radiology Key : Joints. : https://radiologykey.com/joints-2/ (diakses 15 Juli 2019)
[8] Kellgren J H, Lawrence J S. Radiological Assesment of Osteo-Arthrosis. Manchester :
Rheumatism Research Centre. 1957. (16) 494
[9] http://www.meddean.luc.edu/lumen/MedEd/Radio/curriculum/Harrisons/bones/OA9.
htm (diakses 15 Juli 2019)
[10] Watts E, Karadsheh M, Ivanco S. Hip Osteoarthritis. 2019 di
https://www.orthobullets.com/recon/5005/hip-osteoarthritis (diakses 15 Juli 2019)
[11] Bakti Husada. Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Artritis Rematik. Jakarta :
Direktorat Bina Farmasi dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan. 2006