Disusun Oleh :
Kiki Agustin Hidayati
01.211.6429
Pembimbing :
dr. JacobusAlbertus, Sp.PD, K-GEH, FINASIM, FASGE
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD TUGUREJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2016
Perubahan Mikrobiota Dalam Usus Pada Penyakit Hati Alkoholik dan Nonalkoholik :
Penyebab Ataukah Efek ?
Prevalensi penyakit fatty liver meningkat dengan pesat diseluruh dunia; setelah pengobatan
infeksi virus hepatitis C dapat dikemabngkan secara luas, fatty liver cenderung menjadi penyakit
hati yang paling sering ditemukan. meskipun fatty liverdihubungkan dengan beberapa penyebab
seperti alkohol, obesitas, dan sindrom metabolik, namun patogenesisnya masih belum jelas.
Muncul dan berkembangnya dan fatty liver, penyakit hati alkoholik dan penyakit hati nonalkoholik (NAFLD) tampaknya dipengaruhi oleh komposisi mikrobiota. Mikrobiota usus telah
terbukti mempengaruhi tahap presirosis dan sirosis pada penyakit hati yang bisa menjadi strategi
baru untuk diagnosis, perawatan, dan penelitian mengenai penyaki tersebut. Kami meninjau
perbedaan dan persamaan dalam tahap sirosis dan presirosispada NAFLD dan penyakit hati
alkoholik. Perbedaan telah diamati dalam tahap penyakit alkoholikpada pasien yang terus
menerus mengkonsumsi alkohol dibandingkan dengan mereka yang berhenti untuk
mengkonsumsi alcohol dalam komposisi dan fungsi mikrobiota usus dan integritas usus. NAFLD
dan mikrobiota usus juga berbeda antara pasien dengan dan tanpa diabetes. Kami juga
mendiskusikan potensi terapi mikroba pasien dengan NAFLD dan ALD.
PENDAHULUAN
Mikrobiota mempertahankan hubungan simbiosis dalam usus dan memberikan kontribusi dalam
berbagai macam fungsi seperti pencernaan, sintesis vitamin, dan mencegah kolonisasi pathogen
pada usus.1 Mikrobiota ini sangat beragam jenisnya. Diperkirakan 10-100 triliun mikroorganisme
ditemukan pada setiap gram tinja, dengan sekitar 500-1000 jenis yang sang sering ditemukan 2;
sangat tidak terkait dengan metabolomics dalam usus tiap individu. Mikrobiota memiliki
kemampuan metabolisme yang beragam dan sekitar 150 kali lipat lebih banyak daripada gen
dalam sel manusia.3 Ada beberapa metode untuk menentukan dan menafsirkan komposisi
mikrobiota usus (Tabel 1). Pada akhirnya, bakteri diklasifikasinandalami filum, ordo, family,
genus atau spesies, berdasarkan nilai jumlah relatif. Sebelum membandingkan berbagai
penelitian yang berbeda, perbedaan dalam cakupan dari masing-masing subjek dalam penelitian
(yaitu, jumlah yang dibaca per sampel) harus dipertimbangkan.
Mikrobiota usus bekerja sama denganmekanisme imun bawaan dan adaptif untuk melindungi
dan memelihara homeostasis usus pada host. Aktivasi respon imun bawaan bergantung pada
pengenalan oleh reseptor tertentu termasuk family Toll-like reseptor (TLR) dan nukleotidebinding oligomerization domain containing proten-like reseptors. Dari11 jenis TLRs yang telah
diidentifikasi pada manusia, TLRs 2, 4, dan 9 terlibat dalam interaksi antara respon imun oleh
mikrobiota usus dari host, mengenali dan mnejadi teraktivasi melalui adanya bakteri gram positif
dan gram negatif.4
Hati mengatur metabolisme sistemik dan distribusizat melalui usus manusia, dan juga mengatur
beberapa jenis hormon dan respon kekebalan tubuh.5 Komunikasi antara hati dan usus
diperantarai oleh asam empedu, yang memediasi penyerapan makanan yang kaya akan lemak
dan vitamin dan bertindak sebagai ligan untuk reseptor seperti nuclearreseptor farnesoid X
reseptor (FXR) dan G-protein-coupled reseptor bile acid 1 (atau TGR5), yang mengatur sirkulasi
enterohepatik.1 Penurunan total asam empedu pada tinja akan langsung mempengaruhi
pertumbuhan bakteri dalam usus yang berlebihan. Pada moedel tikus yang mengalami defisiensi
FXRakan terlindungi dari obesitas secara genetic dan obesitas karenga pengaruh pola makan
tetapi tidak untuk steatosis hati.6Oleh karena itu mikrobiota mungkin berkontribusi terhadap
penyakit hati dengan memodifikasi asam empedu usus dan mengatur proses pemberian sinyal
terhadap FXR. Penelitian mengenai pola ekspresi genetik bakteri dan profile dari asam empedu
mungkin membantu untuk menentukan bagaimana modulasi FXR bisa memiliki kontribusi
terhadap penyakit hati.
Peran mikrobiota Pencernaan dan Pengaruh Asam Empedu
Manusia tidak memiliki enzim yang dapat mencerna selulosa, xylans, resistan starch, atau inulin.
Mikroba usus membantu memfermentasi karbohidrat dari jenis tersebut diatas untuk
menghasilkan asam lemak rantai pendek.7Asam kolat asam dan asam chenodeoxycholic adalah
asam empedu primer yang disintesis dari kolesterol dalam hati manusia. Namun, asam empedu
primer tersebut dapat dikonversi menjadi asam empedu sekunder oleh microbiota usus.8Oleh
karena itu mikroorganisme usus memiliki peran penting dalam metabolisme asam empedu.
Misalnya, spesies Clostridium membantu mengkatalis pemecahan asam empedu yang paling
banyak yaitu asam kolat menjadi asam deoxycholic melalui reaksi 7a-dehidroksilasi.9
Asam empedu menekan pertumbuhan bakteri dalam usus yang berlebihan dan memiliki peran
sebagai antimikroba yang kuat dalam menjaga kesehatan usus.10Asam empedu telah diusulkan
memiliki sifat enteroprotective yang mungkin terjadi melalui detergent properti dan melalui
mekanisme aktivasi FXR yang melindungi usus halus bagian distal dari proliferasi bakteri dan
efek yang merugikan. Mekanisme ini melibatkan aktivasi gen yang diatur oleh FXR dalam
ileum, termasuk angiopoietin 1, nitrat oksida sintase 2, dan interleukin-18 (IL18).11Pada tikus
yang telah diligasi saluran empedunya selama 8-10 bulan, serta tikus tanpa FXR, dimana tingkat
ekspresi angiopoietin 1, Fgf15, Shp, Car12, dan Ibabp berkorelasi dengan proteksi terhadap isis
yang dimediasi oleh FXR, menunjukkan bahwa efek perlindungan dari FXR melibatkan ekspresi
gen.11 Jalur ini merupakan bagian jalur sinyal inflamasi yang diaktifkan pada tikus dengan
saluran empedu yang telah ligasi, menunjukkan FXR penting untuk melindungi usus halus
bagian distal terhadap pertumbuhan bakteri yang berlebihan dan menjadi barrier bagi epitel usus.
Mikroba dapat mentolerir konsentrasi fisiologis dari asam empedu dalam usus; makan kaya asam
kolat pada tikus secara signifikan meningkatkan rasio FirmicutesterhadapBacteriodetes.12Oleh
karena itu, dekonjugasi dan 7a-dehidroksilasi asam empedu dalam tinja merupakan penanda
penting dari kesehatan usus.
steatohepatitisditemukan muncul melalui proses influx ligan TLR4 usus dan aktivasi TLR9, yang
menyebabkan produksi TNF dalam hati.36 Jaringan hati dari pasien dengan NASH juga memiliki
kadar TNF yang tinggi daripada mereka dengan simple steatosis.37
Penyakit Hati Alkoholik
Penyalahgunaan alkohol adalah salah satu penyebab utama dari penyakit hati kronis. Prognosis
untuk pasien dengan penyakit hati alkoholik(ALD) memburuk jika penyakit berkembang dari
steatohepatitis menjadi fibrosis, sirosis, dan penyakit hati stadium akhir. ALD memiliki
presentasi klinis yang unik sebagai hepatitis alkoholik, yang secara signifikan berhubungan
dengan inflamasi.38 Selama perkembangan ALD, terjadi perubahan komposisi mikrobiota selama
fase presirosis, sirosis, dan dalam bentuk hepatitis alkoholik. Perubahan tersebut bervariasi
tergantung pada pola asupan alkohol, seperti pesta minuman keras vs social drinkingatau
ketergantungan kronis. Penelitian hubungan antara ALD dan mikrobiota usus harus dilakukan
pada pasien dengan pola konsumsi alcohol yang berbeda dan berbagai tahap penyakit hati.
Patogenesis ALD kurang dapat dipahami karena efek alkohol pada usus dan microbiome terjadi
sebelum munculnya bukti adanya penyakit hati.
Pasien Tanpa Sirosis
Pada subyek yang sehat, pesta minuman keras menyebabkan peningkatan endotoksin yang
signifikan (diproduksi oleh bakteri gram-negatif) dan infmamasi sistemik yang mungkin
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas usus.39 Hewan pengerat juga telah terbukti
mengalami endotoxemia setelah konsumsi ethanol.40 Menariknya, tikus yang diberi asupan
alkohol mengalami cedera yang lebih parah daripada tikus dengan control
microbiome.41Penelitian dari peminum alkohol kronis tanpa sirosis atau hepatitis alkoholik
menemukan bahwa pertumbuhan bakteri yang berlebihan dan translokasi terjadi dalam
perkembangan penyakit. Jumlah bakteri aerob dan anaerob yang lebih tinggi terdeteksi dalam
aspirasi jejunum dari pasien yang mengkonsumsi alkohol dibandingkan dengan pasien yang
tidak mengkonsmusi alkohol.42Kebocoran usus yang disebabkan oleh disfungsi barrier usus telah
dilaporkan pada pasien dengan endotoxemia yang diinduksi alcohol dan gangguan hati. 43-45
Kenaikan permeabilitas usus melalui pemecahan alcohol menjadi asetaldehida dan
memungkinkan endotoksin dan bakteri DNA masuk kedalam hati, 40,46 yang mengaktifkan sel-sel
Kupffer melalui TLR4 atau TLR9. Sel Kupffer kemudian mulai memproduksi sitokin inflamasi. 47
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan perubahan mikrobiota mukosa kolon yang
dapat dideteksi dalam sampel feses. Sampel feses dari pasien dengan sirosis alkoholik memiliki
proporsi Bacteriodetes yang lebih rendah dan proporsi Proteobacteria yang lebih tinggi dalam
kolondibandingkan dengan pasien yang mengkonsumsi alkohol tanpa sirosis.48 Setelah pasien
tidak lagi melakukan penyalahgunaan alkohol, permeabilitas usus berkurang dan proporsi
beberapa mikroba asli seperti Ruminococcus.49
Pada hewan pengerat, translokasi bakteri dapat dideteksi pada 2-3 awal setelah konsumsi alkohol
kronis dimulai, sebelum perubahan dalam microbiome terdeteksi. 50,51 Tikus yang mengkonsumsi
alkohol selama 10 minggu mengalami perubahan dalam mukosa kolon yang berhubungan
dengan komposisi microbiome.52 Tikus yang meminum alkohol selama 3 minggu telah
peningkatan proporsi Bacteriodetes dan Verrucomicrobia dalam caecum, sedangkan tikus
keompok kontrol memiliki proporsi Firmicutes yang lebih tinggi. 51Feses tikus yang diberi
alkohol kronis selama 8 minggu mengalami penurunan proporsi Bacteroidetes dan Firmicutes
dan peningkatan proporsibakteri gram negatif Proteobacteria dan gram positif Actinobacteria. 53
Dysbiosis dikaitkan dengan penurunan signifikan dari Lactobacillus, Bacteriodaceae,
Pediococcus, Leuconostoc, dan Lactococcus.51
Meskipun tergoda untuk berspekulasi bahwa alkohol hanya memiliki efek langsung pada
integritas usus dan mikrobiota usus yang mengarah pada kerusakan hati, penting untuk
mengingat bahwa alkohol juga mempengaruhi komposisi asam empedu. Saluran pencernaan
tikus yang diberi alkohol selama 8 minggu terkandung banyak perubahan asam empedu,
peningkatan kadar asam lemak dan steroid, dan penurunan kadar carnitines,asam amino, asam
amino dengan rantai bercabang, dan asam lemak rantai pendek.54 Asam lemak yang meningkat
termasuk 17-HDoHE dan 19,20-DiHDPA, yang merupakan metabolit dari docosahexaenoic acid
(DHA). Peningkatan kadar DHA dan metabolit dalam usus besar mengindikasikan gangguan
penyerapan DHA. 21 jenis asam empedu terganggu disepanjang saluran pencernaan, tetapi
perubahan terbesar diamati pada ileum. Kadar konjugasi taurineasam empedu berkurang pada
usus halus dan hati, dibandingkan dengan tikus kontrol. Rasio garam empedu taurin dibanding
dengan glisin adalah 30: 1 pada tikus kontrol vs 1: 1 dalam kelompok tikus yang mengkonsumsi
alkohol. Pertumbuhan berlebih mikrobiota pada tikus yang mengkonsumsi alcohol terhadap
degradasi taurin terhadap sulfat anorganik , sehingga mengurangi availabilitas mereka. 54
Konsumsi alkohol secara kronis secara signifikan meningkatkan sintesis asam empedu, terlepas
dari sirosis, yang berkontribusi terhadap cedera usus; sinyal FXR tidak ditemukan terlibat dalam
proses ini.55 Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan bagaimana konsumsi alkohol
mengubah mikrobiota usus.
Hepatitis Alhoholik dan Sirosis Hepatis
Pasien dengan hepatitis alkoholik dan sirosis memiliki perubahan respon imun dan sering
mengalami infeksi, sehingga berkaitan dengan hasil buruk. Hepatitis alkoholik memiliki
presentase kematian yang tinggi sebagian terjadi karena SIRS. 56 Banyak factor yang memberikan
kontribusi terhadap inflamasipada pasien ini. Ada beberapa penelitian dari microbiomekarena
kehadiran beberapa factor pembaur, termasuk penghentian konsumsi alkoholatau tingkat asupan,
dan penggunaan bersamaan dari proton pompa inhibitor dan atau antibiotik. Transfer mikrobiota
usus pada pasien dengan hepatitis alkoholik pada tikus menyebabkan peningkatan inflamasi pada
hati, dibandingkan dengan mikrobiota dari pasien yang mengkonsumsi alkohol tanpa cedera pada
hati,menunjukkan bahwa mikrobiota pada pasien hepatitis alkoholik berkontribusi terhadap
cedera hati. Mikrobiota dari pasiendengan hepatitis alkoholik meningkatkan dysbiosis,
Asam Obeticholic adalah aktivator kuat dari FXR yang mengurangikandungan lemak hati dan
fibrosis pada model binatang dengan NAFLD. Pasien dewasa dengan NASH yang diberikan
asam obeticholic selama 72 minggu telah mengurangi fitur histologis dari NASH. Manfaat
jangka panjang asam obeticholic memerlukan penelitian lebih lanjut.72
ALD
Menghentikan konsumsi alkhol adalah pengobatan terbaik untuk ALD karena dikaitkan dengan
perbaikan mikrobiota dan permeabilitas usus, 49 tetapi sering ada dysbiosis residual. Microbiome
usus telah dimanipulasi pada pasien dan pada hewan model ALD menggunakan antibiotik,
prebiotik, dan probiotik. Efek antibiotik berupa penurunan endotoksin signaling (endotoxemia
akibat alkohol) telah dieksplorasi.73,74 Mempengaruhi mikrobiota usus melalui pemberian
ampisilin dapat meningkatkan ekspresi solute carrier family10 (kotransporter natrium dan asam
empedu) anggota ke-2 (transporter apikal natrium yang tergantung pada asam empedu asam),
meningkatkan transportasi asam empedu dari usus ke dalam sirkulasi porta. 67Solute carrier
family 10A2 adalah mekanisme primer penyerapan asam empedu usus oleh sel apical ileum
distal.
Pemberian jangka pendek Bifidobacterium bifidum dan Lactobacillus plantarum 8PA3 untuk
pasien yang mengkonsumis alcohol, menurunkan kadar plasma dari ALT dan AST, dan
memperbaiki mikrobiota usus, dan mengurangi cedera hati karena alkohol. 75Neutrofil dari pasien
dengan sirosis alkoholik yang diberikan Lactobacillus casei Shirota (hidup,teraktivasi dengan
panas, atau kultursupernatan) selama 4 minggu mengalami peningkatan kapasitas
fagositosis.76Pemberian mikroenkapsulasi L plantarum untuk tikus setelah mengkonsumsi
alkohol secara kronis menurunkan endotoksemia, kadar serum aminotransferase, aktivasi nuclear
Faktor-kB, dan ekspresi TNF dan IL12B. Usus danjaringan hati dari tikus tersebut telah
mengalami perbaikan gambaran histologis dari cedera jaringan yang diinduksi alkohol. Pasien
alkoholik yang diberikan Bifidobacteria dan Lactobacillus selama 5 hari telah mengalami
peningkatan jumlah bakteri dalam usus mereka dan memiliki kadar serum AST dan ALT yang
lebih rendah, menunjukkan bahwa probiotik dapat dengan cepat mengubah mikrobiota usus dan
berperan dalam pemulihan cerdera hati akibat konsusmi alkohol kronis. 75 Probiotik cenderung
mengurangi steres oksidatif dan inflamasi pada usus dan menjaga fungsi barrier usus.
Pemberian prebiotik untuk tikus yang mengkonsumsi alcohol dapat mengurangi pertumbuhan
bakteri yang berlebihan dan steatohepatitis dengan memperbaiki ekspresi regenerasi protein
antimikroba family 3 g.51 Regenerasi familiy 3 g disekresikan C-jenis lektin dengan aktivitas
terhadap bakteri gram positif. Suplementasi diet dengan susu osteopontin juga mengurangi
kerusakan hati akibat alkohol, menghalangi translokasi bakteri gram negatif enterik, dan
mengurangi efek dari endotoksin pada liver.75Melengkapi diet tikus dengan asam lemak rantai
panjang meningkatan fungsi barrier usus dengan mempromosikan perluasan lactobacilli.77