Anda di halaman 1dari 5

Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 merupakan penyakit autoimun dengan persentase 5-10% dari keseluruhan
pasien DM. Etiologi dari penyakit ini yaitu, adanya proses selular yang menghancurkan sel-β
pankreas sehingga terjadi defisiensi hormon insulin secara mutlak yang membuat pasien
membutuhkan hormon insulin untuk bertahan hidup.
Diabetes Melitus Tipe 2
terjadi akibat kelainan metabolisme endokrin yang melibatkan interaksi antara faktor genetik dan
lingkungan yang menimbulkan perubahan fungsi insulin pada jaringan perifer dan sel-β pankreas. Gen
pengkode enzim yang berhubungan dengan insulin pada penyakit ini adalah insulin receptor substrat-1
(IRS-1), phosphoinositide-3 kinase (PI-3 K), dan calpain-10. Faktor lingkungan yang mendukung DM tipe 2
adalah obesitas, penuaan, glukotoksisitas, dan lipotoksisitas. (Durruty dkk., 2019).

disbiosis yang menyebabkan DMT1.

Respon imun yang terjdi pada GALT dihubungkan langusng dengan PLN melalui MLN . sehingga apa yang
terjadi pada GALT dpat terjadi pada PLN.

Ketika Terjadi autoreaktivasi dari T-cell di PLN, CD4+ T cell berproliferasi dan berdiferensisasi menjadi
autoreactive CD4 effector T cell dan mempercepat antigen recocnition oleh APC. Selama interaksi t-cell
dan APC, T cell cd4+ efector berkembang dan teraktivasi oleh system complement yang lalu
menghasilkan sitokin proinflamasi. CD8 t cell yang telah teraktifasi lalu menuju pulau pulau Langerhans
dan menyerng makrofag sehingga meningktkan recurtment dari macrofag dan terjadilah reaksi
inflamasi, selain itu CD8+ t cell menghasilkn granzyme atau perforin. Yg merupakan proteins yang
bersifat toxic terhadap β‐cells.

Disbiosis mikrobiota usus pda DM

Dapat memediasi gangguan imun pd sel inang, peradangan kronis,dan berkembangnya DM. melalui
produksi meabolit abnormal.

Penurunan firmicutes dan peningkatan bacterodetes

Disbiois dapat mempengaruhi fungsi sel imun mukosa usus./ membuat fungsi sel usus menjadi abnormal
dengan menyerang sel b pancreas.
Pengaruh probiotik terhadap gambaran histopatologi hepar

A.Pada kelompok kontrol didapatkan skor histologi hepar sebesar 1 (kerusakan minimal),
B.mencit yang diberikan diet tinggi lemak sebesar 4, berupa pembengkakan hepatosit, degenerasi
granular, steatosis, dan vakuolisasi lipid (kerusakan parah),
C. mencit diet tinggi lemak yang diberikan L. acidophilus KLDS1.1003 sebesar 3 (kerusakan
sedang),
D.mencit diet tinggi lemak yang diberikan L. acidophilus KLDS1.0901 sebesar 2 (kerusakan
ringan).

Histopatologi hepar. A) hepar mencit normal, B) hepar mencit normal diinduksi L. acidophilus, C) hepar
mencit diet tinggi lemak, pemberian diet tinggi lemak akan menyebabkan vakuolisasi lipid pada jaringan
hepar D) hepar mencit diet tinggi lemak lalu diberikan L. acidophilus.

Pengaruh probiotik terhadap gambaran histopatologi panreas

A.mencit dengan diabetes akan mengalami insulinitis yang ditandai penumpukan sel radang pada
pancreas.

B.mencit diabetes yang diberikan IRT 5 5 × 108 cfu oral 6x/minggu selama 36 minggu Nampak lebis
sedikit sel radang.
Pengaruh probiotik terhadap gambaran histopatologi usus

A) usus mencit normal, B) usus mencit setelah diinduksi streptozotocin, sel epitel usus
tampak rusak dan terlepas dari permukaan mukosa, adanya infiltrasi sel dan edema C)
usus mencit setelah diinduksi streptozotocin lalu diberikan L. acidophilus KLDS1.1003,
D) usus mencit setelah diinduksi streptozotocin lalu diberikan L. acidophilus
KLDS1.0901 struktur epitel dan mukosa yang sudah rusak jauh berkurang.

A) usus mencit yang diberikan diet tinggi lemak, mencit yang diberikan diet tinggi lemak akan
memiliki vili ileum yang lebih pendek
B) usus mencit yang diberikan diet tinggi lemak dan L. acidophilus
Bagaiamna stz bisa menginduksi Dm tipe 1?

Karena stz mendestruksi sel b pancreas sehinga pembentukan insulin menjadi terganggu.

Streptozotocin (STZ) atau 2-Deoxy-2 [[(methylnitrosoamino)-carbonyl]amino]-D-glucopyranose adalah


salah satu agen diabetogenik dengan kemampuan toksiknya yang dapat mendestruksi sel β pankres
Struktur STZ merupakan derivat N-nitrosurea dari D-glukosamin yang diisolasi dari Streptomyces
achromogenes (bakteri gram positive genus strptomyces)
Streptozotosin merupakan donor nitric oxide (NO) yang memiliki kontribusi terhadap kerusakan
sel tersebut melalui peningkatan aktivitas guanil siklase dan pembentukan cGMP. NO dihasilkan ketika
STZ mengalami metabolise dalam sel. Radikal NO menonaktifkan mitochondrial enzyme aconitase.
merusak oksidasi substrat dan produksi ATP (Friederich, Hansell, & Palm, 2009). Efek NO pada tingkat
DNA sangat kompleks. Radikal NO merusak DNA dalam dua cara yaitu dengan nitrasi asam nukleat dan
deaminasi purin dan pirimidin, atau kerusakan yang disebabkan oleh pembentukan peroksinitrit
bereaksi dengan radikal super oksida. Kerusakan DNA sel β yang diinduksi NO dapat berupa kematian
sel oleh apoptosis atau nekrosis (Herichova, 2014). Selain itu, STZ juga mampu membangkitkan oksigen
reaktif yang mempunyai peran tinggi dalam kerusakan sel β pankreas.

Perbedaan probiotik dan prbiotik

probiotik adalah mikroorganisme hidup atau bakteri baik yang secara natural ada di
dalam usus (disebut juga dengan flora normal,) atau mikroorganisme baik yang sengaja
dikembangbiakkan sebagai suplemen makanan/ minuman yang apabila dikonsumsi dalam
jumlah seimbang akan memberikan dampak positif bagi kesehatan.

prebiotik adalah senyawa natural dalam makanan yang tidak dapat dicerna usus (non
digestible food ingredient), berfungsi sebagai suplemen untuk mendorong pertumbuhan
mikroorganisme yang baik di dalam sistem pencernaan. diduga bahwa prebiotik
umumnya meningkatkan jumlah atau aktivitas dari Bifidobacteria dan bakteri asam
laktat/Lactobacilli, dimana kelompok bakteri tersebut memiliki efek yang
menguntungkan bagi pencernaan kita.

Factor yang menyebbkan disbiosis mikrobiota usus dapat menginduksi DM

(A) Lipopolysaccharide.

Lipopolysaccharide (LPS) berasal dari membran luar bakteri Gram-negatif dan berikatan dengan Toll-like
receptor 4 (TLR4), yang mengaktifkan jalur pensinyalan proinflamasi menghasilkan peradangan tingkat
rendah sehingga menurunkan sensitivitas insulin.

(B) Asam lemak rantai pendek.

Bakteri dalam kolon menfermentasi serat menjadi asam lemak rantai pendek (terutama butirat, asetat dan
propionat). Asetat dan propionat digunakan sebagai substrat untuk glukoneogenesis dan lipogenesis di
hati, sedangkan butirat merupakan substrat energi penting untuk sel mukosa kolon. Selain itu, asam lemak
rantai pendek berikatan dengan reseptor berpasangan protein G, GPR41 dan GPR43 yang menghasilkan
berbagai efek tergantung pada tipe seluler yang terpengaruh. Dalam sel-sel imun, pensinyalan ini
menghasilkan penurunan peradangan dan dalam sel-L sel enteroendokrin yang menghasilkan peningkatan
kadar GLP1 dan PYY bersamaan yang mengarah pada peningkatan sensitivitas insulin.

(C) Asam empedu.


Asam empedu primer diproduksi oleh hati dan diresirkulasi ke hati dari usus. Namun, bakteri usus mampu
mendekonjugasi asam empedu primer yang menghambat resirkulasi. Asam empedu dekonjugasi primer
selanjutnya dimetabolisme oleh bakteri usus menjadi asam empedu sekunder. Asam empedu sekunder
berikatan dengan TGR5 reseptor protein-coupled G, yang menghasilkan peningkatan pengeluaran energi
pada otot dan sekresi GLP1 dalam sel-L enteroendokrin, yang keduanya mengarah pada peningkatan
sensitivitas insulin. 

Referensi :

Allin, K. H., Nielsen, T., dan Pedersen, O. 2015. Gut microbiota in patients with diabetes mellitus.
European Journal of Endocrinology. 167-177.

Grigorescu, I. dan Dumitrascu, D. L. 2016. Implication of gut microbiota in diabetes mellitus and obesity
Acta Endocrinol. 206-214.

Tilg, H., dan Moschen, A. R. 2014. Microbiota and diabetes: an evolving relationship. BMJ Publishing
Group. 0 : 1-9.

Anda mungkin juga menyukai