TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Diabetes Mellitus Tipe 2
a. Definisi
Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) adalah kelainan metabolik dan
endokrin yang kompleks akibat hubungan faktor genetik dan
lingkungan yang mengakibatkan berbagai perubahan fungsi insulin
pada jaringan perifer serta sel β pankreas (Durruty et al., 2019).
Penyebab terjadinya DMT2 karena sel β kehilangan progresif sekresi
insulin akibat dari resistensi insulin (American Diabetes Association,
2018). DMT2 merupakan salah satu penyakit yang merusak regulasi
homeostatis glukosa darah dibuktikan dengan tingginya kadar glukosa
darah dalam kondisi puasa >126 mg/dl (Hurtado and Vella, 2019).
b. Patofisiologi
Resistensi insulin dan disfungsi sel beta pankreas merupakan
patofisiologi sentral dari penyakit DMT2 (Decroli, 2019). Resistensi
insulin adalah kegagalan atau ketidakmampuan sel – sel yang menjadi
sasaran insulin merespon secara normal (Fatimah, 2015). Resistensi
insulin terjadi saat kondisi seseorang mengalami kenaikan berat badan
dan terjadi penumpukan jaringan lemak area subkutan (perut, hati, dan
otot) serta di bagian otak, pembuluh darah, dan usus. Jaringan adiposit
juga akan mengeluarkan adipokin yang berlebihan sehingga
metabolisme akan terganggu (Govers et al., 2015).
Perkembangan penyakit DMT2 akan menyebabkan penurunan
fungsi pada sel beta pankreas terhadap sekresi insulin dan belanjutnya
kondisi resistensi insulin yang terjadi secara terus menerus (Decroli,
2019). Schwartz et al. (2016) melaporkan bahwa sel beta yang telah
lebih awal gagal memproduksi insulin akan lebih berat daripada yang
diperkirakan sebelumya.
13
14
3) Sel Lemak
Lipolisis dan kadar asam lemak bebas (Free Fatty
Acid/FFA) dalam plasma mengalami peningkatan akibat sel lemak
yang resisten terhadap insulin. Akibat peningkatan FFA terjadi
proses glukoneogenesis dan resistensi insulin di liver dan otot. FFA
juga akan mengganggu sekresi insulin pada sel beta pankreas (Oh
et al., 2018).
4) Otot
Kinerja insulin terganggu pada penderita DMT2 yang
multipel di intramioseluler. Akibat gangguan fosforilasi tirosin
terjadi gangguan transpor glukosa dalam sel otot, penurunan
oksidasi glukosa, dan sintesis glikogen.
5) Liver
Proses glukoneogenesis menyebabkan produksi glukosa
meningkat dalam keadaan basal oleh liver.
6) Ginjal
Patogenesis DMT2 melibatkan peran ginjal dimana 163
gram glukosa setiap harinya difiltrasi oleh ginjal. Sebanyak 90%
dari glukosa yang difiltrasi akan diabsorpsi melalui Sodium
Glucose Cotransporter 2 (SGLT-2) pada bagian convulted tubulus.
Proksimal sedangkan 10% sisanya akan diabsorpsi di bagian
tubulus desenden dan asenden oleh Sodium Glucose Cotransporter
1 (SGLT-1) sehingga tidak ada glukosa dalam urin. Ekspresi gen
SGLT-2 meningkat pada kondisi DM dan terjadi reabsorpsi
glukosa yang meningkat dalam tubulus ginjal dan mengakibatkan
hiperglikemik.
7) Otak
Individu yang obesitas baik menderita DM ataupun non
DM akan mengalami hiperinsulinemia. Hal ini akibat mekanisme
kompensasi dari resistensi insulin di otak yang menyebabkan
asupan makan meningkat.
16
8) Usus Halus
Saluran pencernaan berperan dalam proses absorpsi
karbohidrat dengan bantuan kinerja enzim α-glukosidase yang
bertugas memecah polisakarida menjadi monosakarida dan diserap
oleh usus sehingga glukosa darah meningkat setelah makan.
Hormon inkretin diperankan oleh glucagon-like polypeptide-1
(GLP-1) dan glucose-dependent insulinotrophic polypeptide atau
disebut gastric inhibitory polypeptide (GIP). Penderita DMT2
mengalami defisiensi GLP-1 dan resisten GIP. Selain itu, inkretin
dipecah oleh enzim DPP-4.
9) Kolon/Mikrobiota
Mikrobiota kolon mengalami perubahan komposisi dimana
berkontribusi dalam meningkatkan kadar glukosa darah.
Mikrobiota di usus memiliki hubungan dengan kejadian DM dan
obesitas. Probiotik serta prebiotik dianggap sebagai mediator untuk
mengatasi kadar glukosa darah yang meningkat.
10) Lambung
Sel β pankreas yang rusak mengalami penurunan produksi
amilin sehingga mempercepat pengosongan lambung dan
meningkatkan absorpsi glukosa pada usus halus yang berhubungan
dengan meningkatnya kadar glukosa postprandial.
11) Sistem Imun
DMT2 memiliki hubungan yang kuat dengan aktivasi
sistem imun bawaan/innate). Respon fase akut diinduksi oleh
sitokin (disebut sebagai inflamasi derajat rendah). Komplikasi
DMT2 seperti dislipidemia dan aterosklerosis juga memiliki
hubungan yang kuat dengan aktivasi imun innate. Induksi stres
pada endoplasma terjadi karena peran inflamasi sistemik derajat
rendah. Hal ini menyebabkan peningkatan kebutuhan metabolisme
untuk memproduksi insulin. Pada penderita DMT2 terjadi
resistensi insulin perifer dan produksi insulin yang menurun,
17
c. Resistensi Insulin
Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel β pankreas dari
pulau langerhans dengan target sasaran pada jaringan target responsif
insulin yang mengekspresikan reseptor insulin (Rose, 2019). Jaringan
otot merupakan tempat utama pengeluaran glukosa yang distimulasi
insulin dimana terjadinya resistensi insulin pada otot rangka akan
mempengaruhi mobilisasi glukosa ke seluruh tubuh. Fungsi utama
insulin pada otot rangka adalah mempromosikan ambilan glukosa yang
dikendalikan Glucose Transporter-4 (GLUT-4) (Petersen and
Shulman, 2018). Kondisi DMT2 menyebabkan ketidakmampuan
insulin memobilisasi glukosa darah ke dalam sel akibat dari resistensi
reseptor insulin (Malau, 2014). Kemudian insulin diproduksi lebih
banyak oleh pankreas yang dinilai sebagai gangguan untuk
menyeimbangkan glukosa darah (Petersen and Shulman, 2018).
Berikut gambaran patogenesis resistensi insulin pada Gambar 2.2.
( )
HOMA-IR =
HOMA- β =
( )
pasien DMT2 dengan status gizi overweight dan obesitas lebih banyak
mengalami resistensi insulin dan penurunan fungsi sel-β pankreas
dibanding pasien DMT2 dengan status gizi kurus. Hal ini
menunjukkan status gizi berpengaruh terhadap nilai HOMA-IR dan
HOMA- β.
g. Terapi Obat
Penyakit DM termasuk penyakit kronis seumur hidup yang
dapat dikendalikan dengan obat (terapi farmakologi), pola hidup sehat
seperti aktivitas fisik dan penerapan nutrisi yang tepat (terapi non
farmakologi). Terapi farmakologi terbagi 2 jenis intervensi yakni obat
antihiperglikemia oral dan injeksi (PERKENI, 2019). Injeksi insulin
merupakan kebutuhan inisiasi pada penderita DMT1 (Silver et al.,
2018) sedangkan OAD merupakan penanganan utama terapi pada
penderita DMT2 (Gusti et al., 2020).
Glibenklamid merupakan golongan obat sulfonilurea yang
digunakan sebagai salah satu terapi farmakologi penyakit DMT2 yang
bersifat hipoglikemik bentuk oral (Furman, 2017). Glibenklamid
bekerja dengan cara merangsang sekresi insulin jalur eksitosis melalui
ATP-dependent potassium channel sehingga terjadi depolarisasi sel
beta pankreas. Glibenklamid juga mengaktivasi glikogen fosforilase
alfa dan meningkatkan fruktosa seluler 2,6-bifosfat pada liver sehingga
menurunkan glukoneogenesis dan meningkatkan glikolisis di liver
(Gumantara and Oktarlina, 2017). Glibenklamid berperan dalam
penurunan glukosa tetapi tidak signifikan terhadap peningkatan status
antioksidan (SOD, GSH, CAT, GPx, dan GST) (Chukwunonso Obi et
al., 2016). Berikut karakteristik jenis obat antidiabetes oral dan jenis
obat yang sering digunakan di Indonesia (Tabel 2.1).
22
I II III
Gambar 2.5 Struktur Kimia Utama Kayu Secang (I) Brazilin,
(II) Brazilein, (III) 3-O-metilbrazilin
(Padmaningum et al., 2012)
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae/ Umbelliferae
Genus : Centella L.
Spesies : Centella asiatica L.
I II
III IV
Gambar 2.7 Struktur Kimia Utama Pegagan (I) Asiatic acid,
(II) Madecassic acid, (III) Asiaticoside, (IV) Madecassoside
(Irham et al., 2019)
Asiatikosida adalah glikosida triterpenik turunan alfamarin
dengan molekul gula. Asiatikosida memiliki gugus alkohol primer,
glikol, dan satu karboksilat teresterifikasi gugus gula. Asiatikosida
berfungsi memperkuat dan memperbaiki kerusakan sel kulit,
menstimulasi sistem imunitas, serta sebagai antibiotik alami (Sutardi,
2017). Selain itu, mampu bekerja sebagai antioksidan, anti inflamasi,
memperbaiki memori, memiliki aktivitas anti tumor, dan detoksifikasi
pada hati (Choi et al., 2016).
Asam asiatik berperan sebagai senyawa anti diabetes melalui
peningkatan glikolisis sehingga meningkatkan sekresi insulin, GLUT-
4, IR, IRS-1, dan IRS-2 (Lindawati et al., 2014; Ramachandran and
32
Tikus DM STZ-NA
Glibenklamid
Glukosa darah Glukoneogenesis
Kayu Secang
Absorpsi Flavonoid
MDA
Glukosa di
Usus Halus
Stres oksidatif
: diteliti
: tidak diteliti
: memicu/menyebabkan
: meningkat
: menurun
: menghambat
: flavonoid
: asiatikosida
C. Hipotesis
1. Ada pengaruh dosis dan lama pemberian kombinasi ekstrak kayu secang
dan ekstrak pegagan te rhadap penurunan kadar GDP pada tikus model
DMT2.
2. Ada pengaruh dosis dan lama pemberian kombinasi ekstrak kayu secang
dan ekstrak pegagan terhadap peningkatan kadar insulin pada tikus model
DMT2.
3. Ada pengaruh dosis dan lama pemberian kombinasi ekstrak kayu secang
dan ekstrak pegagan terhadap penurunan HOMA-IR pada tikus model
DMT2.
4. Ada pengaruh dosis dan lama pemberian kombinasi ekstrak kayu secang
dan ekstrak pegagan terhadap peningkatan HOMA-β pada tikus model
DMT2.
5. Ada pengaruh dosis dan lama pemberian kombinasi ekstrak kayu secang
dan ekstrak pegagan terhadap penurunan kadar MDA pada tikus model
DMT2.