C. Patofisiologi
Diabetes Mellitus tipe 2 tidak ditemukan pertanda auto
antibody.Pada resistensi insulin, konsentrasi insulin yang beredar
mungkin tinggi tetapi pada keadaan gangguan fungsi sel beta yang berat
kondisinya dapat rendah.Pada dasarnya resistensi insulin dapat terjadi
akibat perubahan-perubahanyang mencegah insulin untuk mencapai
reseptor (praresptor), perubahan dalam pengikatan insulin atau
transduksi sinyal oleh resptor, atau perubahan dalam salahsatu tahap
kerja insulin pascareseptor. Semua kelainan yang menyebab
kangangguan transport glukosa dan resistensi insulin akan menyebabkan
hiperglikemia sehingga menimbulkan manifestasi Diabetes Mellitus
(Rustama dkk,2010).
DM tipe 2 di pengaruhi oleh beberapa keadaan yang berperan
diantaranya, resistensi insulin dan Disfungsi sel beta pankreas (Fatimah,
2015). Perkembangan gangguan fungsi sel pankreas sangat mempengaruhi
kontrol jangka panjang glukosa darah, sementara pasien dalam tahap awal
setelah penyakit mulai menunjukkan peningkatan postprandial glukosa darah
sebagai hasil dari peningkatan resistensi insulin, resistensi insulin adalah
suatu kondisi di mana insulin dalam tubuh tidak mengerahkan tindakan yang
memadai sesuai dengan konsentrasi darahnya. Kerusakan aksi insulin pada
organ target utama seperti hati dan otot adalah fitur patofisiologis yang umum
dari diabetes tipe 2 (Kohei, 2010).
Hiperglikemia pada pasien DM tipe 2 diakibatkan oleh ketidakmampuan
tubuh untuk merespon insulin, kondisi seperti ini sering disebut dengan
resistensi insulin, keadaan resistensi insulin ini menyebabkan ketidakefektifan
dalam penggunaan insulin, sehingga hal ini dapat mendorong sel beta
pankreas untuk produksi insulin, sebagai respon terhadap peningkatan kadar
gula dalam darah, sel beta pankreas lama kelamaan mengalami kelelahan
sehingga timbul DM tipe 2 pada pasien (IDF, 2017).
Pada penderita DM tipe 2 biasanya ditemukan dua kondisi yaitu
resistensi insulin dan defisiensi insulin. Pada awal perkembangan DM tipe 2,
sel beta mengalami gangguan dalam produksi insulin akibat dari kegagalan
sel beta mengkompensasi resistensi insulin, sehingga lama kelamaan terjadi
kerusakan sel beta pankreas, kerusakan sel beta pankreas menyebabkan
defisiensi insulin sehingga memerlukan suntikan insulin (Fitri, 2016).
Penyakit diabetes melitus yang telah berlangsung selama bertahun-tahun
akan menimbulkan kemunduran faal ginjal, yaitu suatu keadaan yang dikenal
sebagai nefropati diabetic.
Kelebihan gula darah memasuki sel glomerulus melalui fasilitasi glucose
transporter (GLUT) terutama GLUT 1, yang mengakibatkan aktivasi
beberapa mekanisme seperti poloy pathway, hexoamine pathway, protein
kinase C (PKC) pathway, dan memberikan kontribusi pada kerusakan ginjal.
Terjadi perubahan pada membran basalis glomerulus yaitu proliferasi dari sel-
sel mesangium. Hal ini menyebabkan glomerulosklerosis dan berkurangnya
aliran darah sehingga terjadi perubahan permeabilitas membran basalis
glomerulus yang ditandai dengan timbulnya albuminuria yang menyebabkan
terjadinya nefropati. Nefropati diabetik merupakan suatu sindroma klinik
yang terjadi pada penderita diabetes melitus, ditandai dengan keadaan mikro
albuminuria dan uremia. Pada penderita diabetes melitus jika terjadi mikro
albuminuria maka akan terjadi uremia yang akhirnya menyebabkan kadar
ureum dalam darah meningkat. Peningkatan kreatinin pada pendrita diabetes
melitus memiliki kadar gula darah yang tinggi atau hiergikemia kondisi ini
menyebabkan dinding pembuluh darah rusak, lemah dan rapuh sehingga
terjadi penyumbatan yang menimbulkan komplikasi mikrovaskuler salah
satunya nefropati diabetika. Kondisi hiperglikemia juga berperan dalam
pembentukan aterosklerosis. Akibatnya terjadi penyempitan lumen pembuluh
darah dan penurunan kecepatan aliran darah yang menyebabkan
berkurangnya suplai darah ke ginjal. Hal ini dapat menyebabkan gangguan
proses filtrasi di glomelurus dan penurunan fungsi ginjal ditandai dengan
meningkatnya kadar ureum dan kreatinin darah. (Yunisrah, 2019).