Anda di halaman 1dari 18

DIABETES

MELITUS
HUSNA FAUZIA, S.Farm., M.S.Farm
DEFINISI
• Diabetes Melitus didefinisikan sebagai peningkatan glukosa darah yang
berkaitan dengan tidak ada atau kurang memadainya sekresi insulin pancreas,
dengan atau tanpa gangguan efek insulin.

• Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau keduanya (Soelistijo et al, 2019).

• Suatu gangguan metabolisme yang ditandai oleh hiperglikemia maupun


abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Dipiro, 2009).

• Penyakit gangguan metabolik menahun, akibat pankreas tidak bisa


memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak bisa menggunakan insulin yang
diproduksi secara efektif, yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam
darah (Kemenkes RI, 2013).
Prevalensi Diabetes Melitus

IDF Atlas, 2019


PENGGOLONGAN DIABETES MELITUS

Tipe 1 (IDDM) Tipe 2 (NIDDM)


Destruksi sel β umumnya menjurus Bervariasi, mulai yang predominan
ke arah defisiensi insulin absolut resistensi insulin disertai defisiensi
a. Melalui proses imunologik insulin relatif sampai yang
(Otoimunologik) predominan gangguan sekresi insulin
b. Idiopatik bersama resistensi insulin

Gestasional Tipe Lain


Diabetes gestasional muncul pada -Defek genetik fungsi sel β
masa kehamilan (trimester 2 atau 3), -Penyakit pankreas
umumnya bersifat sementara, tetapi -Obat/zat kimia (mis: glukokortikoid
merupakan faktor risiko untuk DM pada terapi HIV/AIDS) atau setelah
Tipe 2 transplantasi organ

IDDM = Insulin-dependent diabetes mellitus


NIDDM = Non-insulin-dependent diabetes mellitus
Insulin adalah hormon polipeptida yang dieksresikan oleh sel-ß pankreas.
Sekresi insulin paling sering dipicu oleh kadar glukosa darah yang tinggi,
yang diambil oleh pengangkut glukosa memasuki sel-ß pankreas. Hormon
insulin memungkinkan tubuh mengubah glukosa menjadi energi dan
disebarkan di seluruh tubuh.
EFEK ENDOKRIN INSULIN
Menghambat glikogenolisis
Membalikkan gambaran defisiensi
Menghambat perubahan asam lemak dan asam amino menjadi asam keto
insulin
Efek pada hati Menghambat perubahan asam amino menjadi glukosa

Mendorong penyimpanan glukosa sebagai glikogen


Efek anabolik
Meningkatkan pembentukan trigliserida dan lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL)

Meningkatkan pengangkutan asam amino


Meningkatkan pembentukan protein
Meningkatkan sintesis protein ribosom
Efek pada otot
Meningkatkan pengangkutan glukosa
Meningkatkan pembentukan glikogen
Meningkatkan glikogen sintase dan menghambat fosforilase

Insulin menginduksi dan mengaktifkan lipoprotein lipase untuk menghidrolisis trigliserida dari
lipoprotein
Efek pada jaringan Transpor glukosa ke dalam sel menghasilkan gliserol fosfat sehingga dapat terjadi esterifikasi
Meningkatkan penyimpanan trigliserida
lemak asam-asam lemak yang dipasok oleh transport lipoprotein

Insulin menghambat lipase intrasel

(Katzung, 2012)
DIABETES MELITUS TIPE I
• Ditandai dengan defisiensi absolut insulin akibat nekrosis sel-ß yang
parah
• Umumnya kehilangan fungsi sel-ß dianggap berasal dari proses yang
diperantarai otoimun terhadap sel-ß dan hal ini dapat dipicu oleh
invasi virus atau kerja toksin kimiawi
• Penderita DM tipe I harus bergantung pada insulin eksogen (injeksi)
untuk mengontrol hiperglikemia.
DIABETES MELITUS TIPE II
• Tipe yang paling banyak diderita oleh pasien DM
• Penyakit ini lebih dipengaruhi oleh factor-factor genetik; seperti penuaan, obesitas,
resistensi insulin perifer
• Menyebabkan dampak klinis jangka panjang yang dapat sangat merusak (infeksi
lanjutan dapat menyebabkan amputasi ekstremitas bawah)
• Pada DM tipe II, pancreas mempertahankan fungsi sel-ß, tetapi sekresi insulin tidak
memadai untuk mempertahankan homeostatis glukosa
• Tujuan pengobatan DM tipe II adalah untuk mempertahankan konsentrasi glukosa
darah dalam batas normal dan mencegah perkembangan komplikasi jangka panjang
penyakit tersebut
• Penurunan berat badan, olah raga, dan modifikasi diet menurunkan resistensi
insulin dan mengoreksi hiperglikemia DM tipe II pada beberapa pasien.
(Soelistijo et al, 2019)
Disamping naiknya kadar gula darah, gejala DM bercirikan adanya “gula” dalam kemih
(glycosuria) dan banyak berkemih karena glukosa yang dieksresikan mengikat banyak
air.

Akibatnya timbul rasa sangat haus, kehilangan energi, turunnya berat badan, serta rasa
letih. Tubuh mulai membakar lemak untuk memenuhi kebutuhan energinya, yang
disertai pembentukan zat-zat perombakan seperti: aseton, asam hidroksibutirat dan
diasetat yang membuat darah menjadi asam. Keadaan ini yang disebut ketoacidosis,
sangat berbahaya, karena akhirnya dapat menyebabkan pingsan (coma diabeticum).
Napas penderita yang sudah menjadi sangat kurus seringkali juga berbau aseton.
KADAR GLUKOSA DARAH
ISO Farmakoterapi

▰Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL atau

▰Pada 2 jam setalah makan ≥ 200 mg/dL atau

▰HbA1c ≥ 8%

Diagnosis DM dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksan glukosa darah yang


dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam pemeriksaan
laboratorium seperti pemeriksaan glukosa darah. Metode yang paling
dianjurkan untuk mengetahui kadar glukosa darah adalah metode enzimatik
dengan bahan plasma atau serum darah vena.

Alat diagnostik glukometer (rapid) dapat digunakan untuk melakukan


pemantauan hasil pengobatan dan tidak dianjurkan untuk diagnosis.
KELUHAN PENDERITA DM
KLASIK: KELUHAN LAIN:
• Poliuria (sering kencing) • Badan lemah
• Polidipsia (sering haus) • Kesemutan
• Polifagia (sering lapar) • Gatal
• Penurunan berat badan • Penglihatan kabur
• Disfungsi ereksi pada pria
• Pruritus vulva (radang
pada vulva yang ditandai dengan rasa
gatal dan perih) pada wanita
• Diet
Pokok pangkal penanganan DM adalah makan dengan bijaksana. Pasien harus selalu
memulai diet dengan pembatasan kalori, terlebih pada pasien overweight (tipe II).
Makanan perlu dipilih dengan seksama untuk mencapai normalisasi kadar glukosa
dan lipid darah.
• Gerak badan
Bila terdapat resistensi insulin, gerak badan secara teratur dapat menguranginya.
Hasilnya insulin dapat dipergunakan secara lebih baik oleh sel tubuh dan dosisnya
pada umumnya dapat diturunkan.
• Berhenti merokok
Nikotin dapat memperngaruhi secara buruk penyerapan glukosa oleh sel.
PENGGOLONGAN OBAT
Golongan Mekanisme Kerja Efek Pemakaian Klinis
INSULIN Mengaktifkan reseptor insulin Mempengaruhi glukosa darah ● mendorong transport dan DM tipe I dan II
• Kerja-cepat: lispro, aspart, glulisin oksidasi glukosa; sintesis glikogen, lemak, dan protein; dan
• Kerja-singkat: regular regulasi ekspresi gen
• Kerja-sedang: NPH
• Kerja lama: detemir
SULFONILUREA
• Glipizid Merangsang sekresi insulin oleh sel-sel ß pankreas Pada pasien yang sel-sel ß pankreasnya masih berfungsi baik, DM tipe II
• Gliburid mengurangi glukosa darah ● meningkatkan pembentukan
• Glimepirid glikogen, lemak, dan protein. Regulasi gen.
• Klorpropamid
• Tolbutamid
MEGLITINID
• Repaglinid Serupa sulfonylurea, bergantung pada fungsi sel-sel ß pancreas. Pada pasien yang sel-sel ß pankreasnya masih berfungsi baik, DM tipe II
• Nateglinid Bedanya golongan ini memiliki kerja cepat dan durasi kerja yang mengurangi glukosa darah ● meningkatkan pembentukan
pendek. glikogen, lemak, dan protein ● regulasi gen
BIGUANID
• Metformin Belum jelas: menghambat gluconeogenesis di hati dan Menurunkan produksi glukosa endogen DM tipe II
meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan
INHIBITOR ALFA-GLUKOSIDASE
• Akarbosa, miglitol Penghambat ɑ-glukosidase bekerja menghambat pemecahan Mengurangi perubahan polisakarida dan disakarida menjadi DM tipe II
polisakharida di usus halus sehingga monosakharida yang dapat monosakarida ● mengurangi hiperglikemia pasca-makan
diabsorpsi berkurang; dengan demikian peningkatan kadar
glukosa postprandial dihambat.
TIAZOLIDINEDION
• Ploglitazon Meningkatkan sensitifitas terhadap insulin Mengurangi resistensi insulin DM tipe II
• Rosiglitazon
INHIBITOR DIPEPTIDIL PEPTIDASE-4
(DPP-4) Meningkatkan pelepasan insulin, menurunkan kadar glucagon,
• Sitagliptin memperlambat pengosongan lambung, mengurangi nafsu makan
• Saksagliptin
• Sulfonilurea digunakan untuk pasien yang tidak kelebihan berat badan (sulfonilurea dapat meningkatan
berat badan dan diresepkan hanya jika kontrol buruk dan gejala tidak hilang walaupun sudah melakukan
upaya diet yang memadai) atau yang tidak dapat menggunakan metformin. Pemilihan sulfonilurea
diantara obat yang ada ditentukan berdasarkan efek samping dan lama kerja, usia pasien serta fungsi
ginjal.

• Sulfonilurea kerja lama (klorpropamid dan glibenklamid) lebih sering menimbulkan hipoglikemia; oleh
karena itu untuk pasien lansia obat tersebut sebaiknya dihindari dan sebagai alternatif digunakan
sulfonilurea kerja singkat, seperti gliklazid atau tolbutamid. Klorpropamid juga mempunyai efek samping
lebih banyak daripada sulfonilurea lain sehingga penggunaannya tidak lagi dianjurkan.

• Metformin dipertimbangkan sebagai obat pilihan untuk pasien kelebihan berat badan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai