Anda di halaman 1dari 14

TELAH DI TERIMA/DISETUJUI

HARI/TANGGAL :

TANDA TANGAN :
LAPORAN PENDAHULUAN

PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

OLEH:

Meilani Kemala Fadhilla

04064882225006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022/2023
Konsep Dasar

A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
hiperglikemia dan intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat
memproduksi insulin secara adekuat yang atau karena tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang diproduksi secara efektif atau kedua-duanya.
B. Klasifikasi
Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi
- DM tipe 1, yang dikenal sebagai insulin-dependent atau childhoodonset
diabetes, ditandai dengan kurangnya produksi insulin
- DM tipe 2, yang dikenal dengan non insulin dependent atau adult onset
diabetes, disebabkan ketidakmampuan tubuh menggunakan insulin secara
efektif.
- DM gestasionel (Diabeter kehamilan) intoleransi glukosa dimulai sejak
kehamilan

C. Tanda dan gejala


Tanda atau gejala-gejala khas pada penderita diabetes melitus antara lain sebagai berikut.
- Poliuri (banyak kencing).
- Polidipsi (banyak minum).
- Poliphagia (banyak makan).
- Penurunan bobot badan.
- Kelelahan.keletihan, mengantuk
- Luka sulit sembuh.
- Infeksi kulit dan gatal –gatal
- Pandangan kabur
- Gangguan serangan jantung.

D. Etiologi

Dalam (PERKENI, 2015) mengemukakan penyebab dari DM, adalah sebagai berikut :
a) Diabetes melitus (DM) Tipe 1
1. Faktor genetic. Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe I.
2. Faktor imunologi pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun.
3. Faktor lingkunga. Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel pancreas.
b) Diabetes melitus (DM) Tipe 2
1. Usia. Penurunan fisiologi akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin
pankreas untuk memproduksi insulin.
2. Obesitas. Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami
hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin
3. Riwayat Keluarga. Pada anggota keluarga dekat pasien diabetes tipe 2 (dan pada
kembar non identik), risiko menderita penyakit ini 5 hingga 10 kali lebih besar
4. Gaya hidup (stres). Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan
yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak, dan gula.Makanan ini berpengaruh
besar terhadap kerja pankreas.
c) Diabetes gestasional
Diabetes gestasional merupakan tipe diabetes yang disebabkan adanya
peningkatan resistensi insulin dan penurunan sensitivitas insulin selama kehamilan
yang merupakan efek dari meningkatnya hormon yang dihasilkan selama kehamilan,
seperti estrogen, progesteron, kortisol dan laktogen dalam sirkulasi maternal.
Sehingga semakin meningkatnya usia kehamilan, resistensi insulin semakin besar,
dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya
pada trimester kedua dan ketiga. Peningkatan kortisol selama kehamilan normal
menyebabkan penurunan toleransi glukosa.

E. Patofisiologi

Diabetes Melitus terkait erat dengan proses pangaturan glukosa dalamdarah.


Glukosa merupakan monosakarida paling utama yang memilikiperan penting dalam
proses kimia kehidupan. Dalam proses yang dikenal sebagairespirasi selular, sel-sel
mengekstraksi energi yang tersimpan dalam molekulglukosa. Molekul glukosa yang tidak
segera digunakan dengan cara ini umumnya disimpan sebagai monomer yang bergabung
membentuk disakarida atau polisakarida misalnya pati dan glikogen (Campbell, 2002).

Metabolisme glukosa didalam tubuh dipengaruhi oleh hormon insulin.Hormon


insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5700 yang terdiriatas 2 rantai
polipeptida, A dan B yang saling berhubungan melalui dua jembatan disulfida. Insulin
disintesis oleh sel-sel B atau ß pada pankreas dalam bentuk prekursor yang tidak aktif
(yang disebut proinsulin). Zat ini disimpan dalam granula sel-sel ß dari jaringan pulau
Langerhans sampai datangnya isyarat untuksekresi, yang kemudian proinsulin diubah
menjadi insulin aktif (Lehninger, 1982).

Pulau-pulau Langerhands merupakan suatu kumpulan sel-sel endokrin yang


mensekresikan 2 hormon secara langsung ke dalam sistem sirkulasi. Masing-masing
pulau mempunyai populasi sel-sel alfa, yang mensekresikan hormon peptida glukagon
dan populasi sel-sel ß yang mensekresikan hormoninsulin. Insulin dan glukagon adalah
hormon yang bekerja secara antagonis dalam mengatur glukosa dalam darah. Hal ini
merupakan suatu fungsi bioenergetik dan homeostasis yang sangat penting, karena
glukosa merupakan bahan utama untuk respirasi seluler dan sumber kunci kerangka
karbon untuk sintesis senyawa organik lainnya.

Keseimbangan metabolisme tergantung pada pemeliharaan glukosa darah pada


konsentrasi yang dekat dengan titik pasang, yaitu sekitar 90mg/100ml pada manusia.
Ketika glukosa darah melebihi kadartersebut insulin dilepaskan dan bekerja menurunkan
konsentrasi glukosa. Ketikaglukosa darah turun di bawah titik pasang, glukagon
meningkatkan konsentrasi glukosa melalui umpan balik negatif, konsentrasi glukosa
darah menentukan jumlah relatif insulin dan glukagon yang disekresikan oleh sel-
sel pulau Langerhands (Campbell, 2004).

Insulin meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel dengan meningkatkan laju


transport terbantu dari glukosa melintasi membran sel. Begituglukosa telah masuk sel,
segera difosforilasi untuk menjaganya keluar tanpakontrol. Glukosa dimetabolisasi atau
diubah menjadi glikogen untuk disimpan dalam otot, sedangkan dalam sel hati, insulin
meningkatkan penyimpanan energimelalui stimulasi glikogenesis dan lipogenesis
(Soewolo, 2000).Glukosa agak menyimpang ketika mekanisme homeostasis,
terdapatkonsekuensi yang serius diabetes mellitus, kemungkinan merupakan gangguan
endokrin yang disebabkan oleh defisiensi insulin atau hilangnya respon terhadap

  insulin pada jaringan target. Kondisi ini menyebabkan kadar glukosa darah


menjadi tinggi, sehingga ginjal penderita diabetes mensekresikan glukosa. Defisiensi
insulin juga menyebabkan glukosa menjadi tidak tersedia bagi sebagian besar sel tubuh
sebagai sumber bahan bakar utama maka lemak harus berfungsi sebagai substrat utama
untuk respirasi seluler (Campbell, 2004).Kadar glikogen yang tinggi dan kadar insulin
yang rendah menyebabkan terjadi penguraian protein otot, hingga dihasilkan asam
amino yang digunakan oleh hati untuk glukoneogenesis, untuk memfasilitasi penggunaan
asam aminodan sintesis lipid, dengan demikian pelepasan asam lemak dari jaringan
adiposameningkat, sehingga meningkatkan kadar asam lemak dalam darah. Asam lemak
akan digunakan sel otot sebagai sumber energi alternatif. Glikogen yang tersimpan dalam
hati dan otot dibongkar, protein otot diurai dan asam amino digunakan untuk
glukoneogenesis dalam hati dan simpanan trigleserida dalam jaringan adiposa diurai
(Susilowati, 2006). Defisiensi insulin dapat menyebabkan hiperglikemia yang berbahaya,
glikosuria (Glukosa keluar bersama kencing) mengurangi kemampuan metabolisme
karbohidrat atau konveksi karbohidrat menjadi lemak, dan kehilangan protein yang
dibongkar untuk energi pengganti glukosa (Soewolo,2000).

F. Pathway
G. Pentalaksanaan
1. Terapi
- Edukasi
- Terapi nutrisi (diet)
Standar dalam asupan nutrisi makanan seimbang yang sesuai dengan kecukupan
gizi baik adalah sebagai berikut : (PERKENI, 2015)
a. Protein : 10 – 20 % total asupan energi
b. Karbohidrat : 45 – 65 % total asupan energy
c. Lemak : 20 – 25 % kebutuhan kalori, tidak boleh melebihi 30 % total asupan
energi
d. Natrium : < 2300 mg perhari e. Serat : 20 – 35 gram/hari
- Latihan jasmani
- Terapi Farmokologi
- Injeksi Insulin

H. Komplikasi
Komplikasi DM akut bisa disebabkan oleh dua hal, yakni peningkatan dan penurunan
kadar gula darah yang drastis. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera, karena
jika terlambat ditangani akan menyebabkan hilangnya kesadaran, kejang, hingga
kematian1 . berikut komplikasi yang dapat terjadi pada pasien diabetes
1. Hipoglikemia
2. Kedosiadosis diabetic (KAD)
3. Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS)
4. Gangguan pada mata (retinopati diabetik)
5. Kerusakan ginjal (nefropati diabetic)
6. Kerusakan saraf penyakit kardiovaskuler
7. Ulkus

- Derajat I : ulkus superfisial terbatas pada kulit


- Derajat II : ulkum dalam menembus tendon tan tulang
- Derajat III : abses dalam  atau tanpa osteomielitis
- Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis
- Derajat V : gangren seluruh kaki.

I. Pemeriksaan penunjang
 Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl,
2 jam setelah pemberian glukosa.
 Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
 Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
 Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
 Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
 Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
 Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
 Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
 Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(Tipe II)
 Urine: gula dan aseton positif

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
a. Identitas Pasien Biasanya terdiri dari nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
pendidikan, agama, pekerjaaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS,
penanggungjawab dan diagnosa medis
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama Biasanya yang dirasakan oleh pasien DM adalah poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan. Pasien yang mengalami ketoasidosis
terdapat mual, muntah, dan nyeri abdomen. Pasien yang mengalami HHNK terdapat
hipotensi, dehidrasi berat (membran mukosa kering, turgor kulit jelek), takikardi, dan
tanda-tanda neurologis yang bervariasi (perubahan sensori, kejang, hemiparise).
Pasien yang mengalami hipoglikemia terdapat badan gemetar, berkeringat, takikardia
dan kecemasan (Price & Wilson, 2012).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang Pada pasien diabetes tipe I, mengalami poliuria,
polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, dan ketoasidosis, semuanya terjadi
akibat gangguan metabolik. Pasien dengan diabetes tipe II juga dapat mengalami
poliuria, polidipsia, polifagia tetapi umumnya asimptomatik.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu Adanya riwayat obesitas, Diabetes Melitus, penyakit
pankreas, penyakit hormonal, konsumsi obat-obatan (aspirin, antibiotik, antasida,
anti depresan, agens anti neoplastik, digitalis, laksatif, diuretik, natrium klorida, dan
vitamin atau preparat nutrien lain) yang dapat menurunkan sekresi insulin, malnutrisi
(kekurangan penyakit kronik) (Ambarwati, 2014).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga Biasanya keadaan kesehatan keluarga dengan
penyakit yang berhubungan dengan diabetes melitus, riwayat keluarga dengan
Diabetes Melitus dan adanya riwayat obesitas.
c. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum Biasanya pasien datang dengan mengeluh lemah, pusing, nafsu
makan menurun, berat badan berkurang, mudah lelah, apatis, lesu, obesitas atau
kurus, tonus otot lemah, tidak mampu bekerja
- Tanda-Tanda Vital Biasanya tekanan darah rendah atau tinggi dengan nadi lebih
dari 100 x/menit, suhu hipertermi atau hipotermi, pernafasan cepat atau lambat
B. Masalah keperawatan
- Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
- Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d disfungsi pankreas
- Risiko perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia
- Risiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gangguan mekanisme regulasi
- Gangguan integritas kulit/ jaringan b.d perubhan status nutrisi
- Ansietas b.d perubahan dalam status kesehatan

C. Perencanaan

No Diagnosis Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatn


1 Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama:
selama … x 24 jsm, msks Observasi
tingkst nyeri menurun dengan - Identifikasi lokasi,
kriteria hasil: krakteristik, durasi,
- Keluran nyeri menurun frekuensi, intensitas
(2) - Identifikasi skala
- Kondisi meringis nyeri
menurun Teraupetik
- Berikan teknik non-
farkologi
- Pertimbangkan jenis
Nyeri akut
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
startegi pereda
Edukasi
- Jelaskan strategi
pereda nyeri
- Ajarkan strategi
non-farmokologi
Kolaborasi
- Pemberian
analgetik, jika perlu
2 Ketidakstabilan Setelah dilakukan intervensi Manajemen
selama … x 24 jam, maka
kadar gula darah hiperglikemia
kestabilan kadar glukosa darah
meningkat dengan kriteria Observasi
hasil:
- Identifikasi
- Kadar glukosa darah
kemunngkinan
menurun
penyebab
- Rasa haus menurun
hiperglikemia
- Lelah atau lesu
- Monitor kadar
menurun
glukosa darah
Teraupetik
- Berikan asupan
cairan oral
Edukasi
- Anjurkan
kepatuahan diet dan
olahraga
- Anjurkan monitor
kadar glukosa
secaramandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian insulin,
jika perlu

3 Setelah dilakukan intervensi Pemantauan elektrolit


selama … x 24 jam, maka Observasi
kesimbngan elektrolit - Monitor mual,
meningkat dengan kriteria muntah atau diare
hasil: - Monitor tanda dan
- Keberlannjutan gejala hiperglikemia
pelayanan rutin Teraupetik
komunitas meningkat - Atur interview
Risiko - Ketersedian pelayanan sesuai dengan
ketidakseimbanga kesehatan meningkat kondisi pasien
n elektrolit - Dokumen tasikan
hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan.
-
4 Risiko perfusi Setelah dilakukan intervensi Pencegahan syok
perifer tidak selama … x 24 jam, maka Observasi
efektif perfusi perifer meningkat - Monitor status
dengan kriteria hasil: oksigenasi
- Denyut nadi meningkat - Monitor tingkat
- Penyembuhan luka kesadaran
meningkat - Periksa riwayat
alergi
Teraupetik
- Lakukan skin test
untuk menecegah
reaksi alergi
- Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi
oksigen .>94%
Edukasi
- Jelaskan
penyebab/faktor
risiko syok
- Jelaskan tanda dan
gejala awal syok
- Anjurkan melapor
jika
menemukan/merasa
kan tanda dan gejala
awal syok
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian IV, jika
perlu
- Kolaborasi
pemberian tranfusi
darah, jika perlu
- Kolaborasi
pemberian
antinflamasi, jika
perlu
Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama
selama … x 24 jam, maka Observasi
tingkat integritas kulit dan - Identifikasi
jaringan meningkat dengan penyebab gangguan
Gangguan kriteria hasil: integritas pada kulit
integritas kulit/ - Kerusakan jaringan Teraupetik
jaringan b.d menurun - Ubah posisi setiap 2
perubhan status - Kerusakan lapisan kulit jam
nutrisi menurun Edukasi
- Anjurkan
menggunakan
pelembab
- Anjurkan minum air
yang cukup
Ansietas b.d Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama
perubahan dalam selama … x 24 jam, maka Observasi
status kesehatan tingkat ansietas menurun - Monitor tanda-tanda
dengan kriteria hasil: ansietas
- Pola tidur membaik Teraupetik
- Perilaku gelisah - Pahami situasi yang
menurun membuat ansietas
- Perilaku tegang - Libatkan keluarga
menurun atau orang penting
- Verbalitas akibat dalam perawatan
kondisi yang dihadapi - Dengrakan dengan
menurun sepenuh perhatian
- Diskusi
perencanaan realitas
tentang peristiwa
Edukasi
- Latihan relaksasi
- Informasikan
pengobatan
Kolaborasi
- Pemberian obat
antiansietas, jika
perlu

Daftar Pustaka

Andrian K. 2018. Komplikasi Diabetes Melitus Bisa Menyerang Mata Hingga Ujung
Kaki. Diakses melalui https://www.alodokter.com/komplikasidiabetes-melitus-
bisa-menyerang-matahingga-ujung-kaki pada tanggal 22 oktober 2020. 2.

International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas Eighth Edition. United Kingdom:
IDF; 2017

Mariam, D. (2016). Obesitas Anak Dan Peranan Orangtua. Majority | Volume 5 I Nomor
5|Desember 2016 |16
Rini, M Et Al. (2020). Penurunan Berat Badan Pada Remaja Obesitas Menggunakan
Hipnoterapi. Jurnal Keperawatan Silampari Volume 4, Nomor 1, Desember 2020
E-Issn: 2581-1975

Anda mungkin juga menyukai